PERBEDAAN SESUDAH DAN SEBELUM KENAIKAN BBM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN UD. PODOMORO NONGKOJAJAR

SANDRA CICILIA ERKANAWATI & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

MAKALAH MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

1, PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini secara otomatis akan diikuti oleh kenaikan harga pada barang dan jasa yang ada di seluruh masyarakat Indonesia seluruh kota yang ada di Indonesia. Kenaikan harga barang dan jasa ini juga menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mempersulit perekonomian masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap dan masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah.

Apabila terjadi kenaikan harga BBM di negara ini, maka hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi, 2009:291). Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu.

Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang sebagai akibat permintaan dari masyarakat yang juga mengalami penurunan. Harga barang dan jasa menjadi melonjak sebagai akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun, dan sebaliknya  jika harga barang turun, jumlah barang yang diminta akan bertambah” (Jaka, 2007:58).

Masalah lain yang muncul sebagai akibat dari kenaikan harga BBM adalah kekhawatiran akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi karena dampak kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang mengalami kenaikan. Kondisi perekonomian Indonesia juga akan mengalami masalah. Daya beli pada masyarakat juga akan mengalami penurunan, munculnya pengangguran baru, dan sebagainya.

BBM adalah unsur vital dalam proses produksi dan distribusi barang. Sehingga secara pasti mempengaruhi harga barang dan jasa. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan atau peningkatan sehingga juga akan mempengaruhi semakin besarnya biaya hidup yang dikeluarkan dengan penerimaan pendapatan yang tetap dan pada penerimaan pendapatan yang mengalami fluktuasi karena pendapatan yang tidak menetu pada setiap harinya dan hal ini terjadi pada pedagang mulai dari pedagang menengah ke atas sampai dengan pedagang menengah ke bawah.

Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai  “Perbedaan Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Penerimaan Pendapatan Pada UD. Podomoro”.

Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro. Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Apa dampak kenaikan harga BBM terhadap penerimaan pendapatan UD. Podomoro?

Bagaimana dampak kenaikan harga BBM terhadap penerimaan pendapatan UD. Podomoro ?

Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang ada pada rumusan masalah yang ada di atas, secara garis besar tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai dampak dari kenaikan harga BBM. Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar dapat mengetahui secara jelas mengenai :

Dampak dari kenaikan harga BBM, baik itu dampak positif maupun dampak negatifnya.

Dapat mengetahui mengenai dampak kenaikan harga BBM terhadap penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro

Manfaat penelitian

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaaan atau manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai pengembangan ilmu, sesuai dengan masalah  yang dibahas dalam makalah ini. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

Penulis

Seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah yang dibahas dalam makalah ini;

Pembaca

Makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan sumber informasi dalam menambah wawasan pembaca.

2. LANDASAN TEORI

 Teori Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, kata inflasi sering muncul, terutama jika dalam pembahasan mengenai ilmu ekonomi makro. Begitu juga dalam masalah keuangan dan perbankan. Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai turunnya atau melemahnya nilai mata uang akibat banyaknya jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata inflasimemiliki arti kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang (Depdiknas, 2005:423).

Menurut Jaka (2007:113) menyatakan, Inflasi adalah suatu gejala ekonomi dimana terjadi kemerosotan nilai uang karena banyaknya uang yang beredar atau suatu keadaan yang menyatakan terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan menunjukan suatu proses turunnya nilai uang secara continue.

Pendapat lain menyatakan bahwa inflasi adalah  proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus  berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Samuelson, 1986:292). Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik (Samuelson, 1986:293).

Ada beberapa pengertian inflasi yang disampaikan para ahli. Menurut A.P. Lehner, inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Ahli yang lain, yaitu Ackley memberi pengertian inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Sedangkan menurut Boediono, inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain.

Dalam definisi lain, inflasi merupakan proses dimana terjadinya kenaikan harga barang-barang dan jasa-jasa secara menyeluruh dalam satu periode tertentu, biasanya dalam satu tahun. Inflasi terjadi ketika harga mengalami kenaikan, sementara nilai uang mengalami penurunan. Inflasi juga dapat diartikan  sebagai proses menurunnya nilai mata uang yang diakibatkan karena jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibandingkan jumlah barang dan jasa yang tersedia. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.

Pengertian Perekonomian

Sebelum membahas perekonomian, perlu dibahas mengenai ilmu ekonomi. Menurut Samuelson (1986:5) mengatakan, Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih dan menggunakan sumberdaya yang langka dan yang memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian menyalurkannya – baik saat ini maupun dimasa depan – kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat.

Sementara secara etimologi, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Oikos,yang berarti rumah tangga, dan Nomos, yang berarti aturan. Jadi ekonomi secara bahasa adalah aturan rumah tangga (Jaka, 2007:96). Secara istilah ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari berbagai tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ekonomi diartikan sebagai ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (Depdiknas, 2005:287). Sementara perekonomian diartikan sebagai tindakan (aturan atau cara) berekonomi (Depdiknas, 2005:287). Dalam suatu Negara, ekonomi merupakan suatu tata kehidupan yang sangat penting. Perekonomian di suatu Negara merupakan suatu system yang digunakan oleh pemerintah untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Jenis-Jenis  Inflasi

Berdasarkan Tingkat Keparahan

Inflasi ringan (creeping inflation)

Besarnya inflasi ini di bawah 10% dalam setahun.

Inflasi sedang

Besarnya inflasi antara 10% – 30% setahun.

Inflasi berat

Besarnya inflasi antara 30% – 100%.

Hiperinflasi

Besarnya inflasi ini diatas 100% dalam setahun.

Berdasarkan Sumbernya

Importer Inflation

Inflasi ini berasal atau bersumber dari luar negeri, yang terjadi karena adanya kecenderungan kenaikan barang-barang di luar negeri.

Domestic Inflation

Inflasi ini berasal atau bersumber dari dalam negeri sendiri, yang akan memengaruhi pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Domestic inflation terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga mengalami kenaikan.

Berdasarkan Penyebabnya

Demand Full Inflation

Adalah inflasi yang timbul karena adanya kenaikan yang sangat tinggi terhadap permintaan barang dan jasa.

Cost Push Inflation

Adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa, bukan karena adanya ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran.

Selain demand full inflation dan cost push inflation, ada beberapa jenis inflasi jika dilihat dari faktor penyebabnya, yaitu:

Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi tarikan permintaan terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. 

Inflasi Dorongan Biaya

Inflasi dorongan biaya terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi proses produksi dari suatu perusahaan. 

Inflasi Struktural

Inflasi struktural terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.

Penyebab terjadinya inflasi

Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik. Selain itu, inflasi juga diakibatkan oleh:

Pengeluaran pemerintah lebih banyak dari permintaan

Adanya tuntutan upah yang tinggi

Adanya lonjakan permintaan barang-barang dan jasa-jasa

Adanya kenaikan dalam biaya produksi.

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan distribusi (kurangnya produksi (product or service) juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) sepertikebijakan fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur dan regulasi.

Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan hargafaktor produksi meningkat.

Inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment, dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan dan penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi, bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi, aksi spekulasi (penimbunan), sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Jika dihubungkan dengan kenaikan harga BBM, inflasi yang terjadi disebabkan oleh adanya tekanan dalam proses produksi dan distribusi. Para produsen akan mengurangi jumlah barang yang akan diproduksi atas pertimbangan biaya produksi yang melonjak. Kalaupun proses produksi tetap lancar, proses distribusi lah yang akan menghambatnya. Akibat dari kenaikan harga BBM biaya atau ongkos untuk mendistribusikan barang hasil produksi akan mengalami kenaikan.

Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi.

Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif, yaitu : 

Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.

Pembangunan Nasional akan lebih pesat

Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN  yang awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.

Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.

Mengurangi Pencemaran Udara

Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.

b.     Dampak negatif dari kenaikan BBM adalah sebagai berikut :

Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar.

Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)

Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan, beban transportasi dan lain-lain.

Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus.

Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran. Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.

Inflasi. Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.

Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Inflasi dan Perekonomian

Jika terjadi kenaikan harga BBM, maka akan terjadi inflasi. Terjadinya inflasi ini tidak dapat dihindari karena bahan bakar, dalam hal ini premium, merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat, dan merupakan jenis barang komplementer. Meskipun ada berbagai cara untuk mengganti penggunaan BBM, tapi BBM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

Inflasi akan terjadi karena apabila subsidi BBM dicabut, harga BBM akan naik. Masyarakat mengurangi pembelian BBM. Uang tidak tersalurkan ke pemerintah tapi tetap banyak beredar di masyarakat. Jika harga BBM naik, harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan pula. Terutama dalam biaya produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah “Cost Push Inflation”. Karena inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya produksi. Ini jika inflasi dilihat berdasarkan penyebabnya. Sementara jika dilihat berdasarkan sumbernya, yang akan terjadi adalah “Domestic Inflation”, sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri.

Kenaikan harga BBM akan membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi. Biasanya kenaikan BBM akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya distribusi dan menaikan juga inflasi. Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli merosot, kerena penghasilan masyarakat yang tetap.  Ujungnya perekonomian akan stagnan dan tingkat kesejahteraan terganggu.

Di sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling parah adalah semakin sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan produksinya sesuai dengan kenaikan harga serta penurunan permintaan barang. Hal-hal di atas terjadi jika harga BBM dinaikkan, Bagaimana jika tidak? Subsidi pemerintah terhadap BBM akan semakin meningkat juga. Meskipun negara kita merupakan penghasil minyak, dalam kenyataannya untuk memproduksi BBM kita masih membutuhkan impor bahan baku minyak juga.

Dengan tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan pemerintah juga semakin besar. Untuk menutupi sumber subsidi, salah satunya adalah kenaikan pendapatan ekspor. Karena kenaikan harga minyak dunia juga mendorong naiknya harga ekspor komoditas tertentu. Seperti kelapa sawit, karena minyak sawit mentah (CPO) merupakan subsidi minyak bumi. Income dari naiknya harga CPO tidak akan sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk subsidi minyak.

Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional

Kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya inflasi. Dampak dari terjadinya inflasi terhadap perekonomian nasional adalah sebagai berikut:

Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat

 Inflasi dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat

Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri ataukaryawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Sementara dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan dan ada juga yang diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan para kreditur. Sementara golongan masyarakat yang diuntungkan adalah kaum spekulan, para pedagang dan industriawan, dan para debitur.

Inflasi dapat dikatakan sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah negara atau daerah. Yang mana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen (IHK). Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan disisi lain juga memengaruhi besarnya produksi dari suatu barang dan jasa.

Teori kebijakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita – cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Carl J Federick  sebagaimana dikutip Leo Agustino(2008: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Solichin Abdul Wahab mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008: 40-50) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut :

Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

Kebijakan sebenarnya tidak serta  merta dapat dibedakan dari administrasi

Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan

Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun implicit

Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu

Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang bersifat intra organisasi

Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-lembaga pemerintah Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Menurut Budi Winarno (2007 : 15), istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia” , “kebijakan ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang debirokartisasi dan deregulasi.

Namun baik Solihin Abdul Wahab maupun Budi Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan dengan istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang-undang, ketentuanketentuan, standar, proposal dan grand design (Suharno :2009 : 11).

Irfan Islamy sebagaimana dikutip Suandi (2010: 12) kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan.  Policy  diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan  wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturanaturan yang ada didalamnya.

Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009: 17) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “ a purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern” (Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini menurut Budi Winarno (2007: 18) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara kebijakan (policy) dengan keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.

Richard Rose sebagaimana dikutip Winarno (2007: 17) juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensikonsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

Menurut  Lasswell (1970) kebijakan adalah sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected program of goals values and practices).

Menurut  Anderson (1979) kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or matter of concern).

Menurut  Heclo (1977) kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.

Menurut  Eulau (1977) kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan oleh tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang membuat dan melaksanakan kebijakan.

Menurut  Amara Raksasa Taya (1976) kebijakan adalah suatu taktik atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

Menurut  Friedrik (1963) kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.

Menurut  Budiardjo (1988) kebijakan adalah sekumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut  Good (1959) kebijakan adalah sebuah pertimbangan yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang bersifat umum dan memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan demi tercapainya tujuan.

Menurut  Indrafachrudi (1984) kebijakan adalah suatu ketentuan pokok yang menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi atau pengelolaan.

Menurut Friedrich, Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut PBB, Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman (untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

Menurut KBBI, Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan sebagainya).

Menurut Mustopadidjaja, Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam (1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.

Menurut Said Zainal Abidin, kebijakan secara umum menurut dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :

Kebijakan umum atau publik yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.

Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-undang.

Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan pelaksanaan.

2Teori Kebijakan Publik

Menurut Thomas Dye kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah, mengapa suatu kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan, walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.

Anderson (1975): Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Definisi kebijakan publik menurut Anderson dapat diklasifikasikan sebagai proses management, dimana didalamnya terdapat fase serangkaian kerja pejabat publik (Drs. Hessel Nogi S. Tangkilisan, MSi, “Teori dan Konsep Kebijakan Publik” dalam Kebijakan Publik yang Membumi, konsep, strategi dan kasus, Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI, 2003, hal 2). Ketika pemerintah benar-benar berindak untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat. Definisi ini juga dapat diklasifikasikan sebagai decision making ketika kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif ( tindakan pemerintah mengenai segal sesuatu masalah ) atau negatif ( keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu ).

Woll (1966): Kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Aminullah dalam Muhammadi (2001: 371 – 372): Untuk memahami kedudukan dan peran yang strategis dari pemerintah sebagai public actor, terkait dengan kebijakan publik maka diperlukan pemahaman bahwa untuk mengaktualisasinya diperlukan suatu kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyat.

Talidzuhu Ndraha: kebijakan berasal dari terjemahan kata policy, yang mempunyai arti sebagai pilihan terbaik dalam batas-batas kompetensi actor dan lembaga yang bersangkutan dan secara formal mengikat. William N. Dunn: Analisis Kebijakan (Policy Analysis) dalam arti historis yang paling luas merupakan suatu pendekatan terhadap pemecahan masalah sosial dimulai pada satu tonggak sejarah ketika pengetahuan secara sadar digali untuk dimungkinkan dilakukannya pengujian secara eksplisit dan reflektif kemungkinan menghubungkan pengetahuan dan tindakan.

Easton (1969): Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. Definisi kebijakan publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pejabat publik. Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk melakukan tindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik, sehingga definisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi pemerintah.

Bill Jenkins: Kebijakan publik adalah suatu keputusan berdasarkan hubungan kegiatan yang dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan dan mendapat hasil berdasarkan pertimbangan situasi tertentu.

Heclo (1972): istilah kebijakan secara luas, yakni sebagai rangkaian tindakan pemerintah atau tidak bertindaknya pemerintah atas sesuatu masalah. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision making yaitu apa yang dipilih oleh pemerintah untuk mengatasi suatu masalah publik, baik dengan cara melakukan suatu tindakan maupun untuk tidak melakukan suatu tindakan.

Teori kebutuhan manusia

Menurut Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut:

Bernapas secara normal.

Makan dan minum yang cukup.

Eliminasi (buang air besar dan kecil).

Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan.

Tidur dan istirahat.

Memilih pakaian yang tepat.

Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan menycsuaikan pakaian yang dikenakan dan memodifIkasi lingkungan.

Menjaga kebersihan diri dan penampilan.

Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain.

Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.

Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan.

Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup.

Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.

Belajar, mencmukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Menurut Jean Waston membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 2 peringkat utama, yaitu :

kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs)

kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs)

Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow (dalam Potter dan Perry, 1997) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut:

Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.

Kebutuhan rasa aman dan perlindungan: perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.

Perlindungan fisik, perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup: Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dan lingkungan, dan sebagainya.

Perlindungan psikologis, perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.

Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa pcrcaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mcncapai potensi diri sepenuhnya.

Gardner Murpy menggambarkan kebutuhan itu atas empat kategori, yang terdiri dari Kebutuhan dasar yang berkaitan bagian-bagian penting tubuh misalnya kebutuhan untuk makan, minum, udara, dan sejenisnya. Kebutuhan akan kegiatan, meliputi kebutuhan untuk tetap bergerak. Kebutuhan sensorik yang meliputi kebutuhan untuk warna, suara, ritme, kebutuhan yang berorientasi terhadap lingkungan dan sejenisnya. Kebutuhan untuk menolak sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti rasa sakit, ancaman, ketakutan, dan sejenisnya.

Sedangkan Erich Fromm mengidentifikasi kebutuhan manusia itu berasal dari kondisi keadaannya, yang meliputi:

Keterhubungan versus narcissisme

Transenden-creativitas versus penghancuran

Kekeluargaan versus non kekelargaan

Rasa identitas-individualitas versus konformitas kelompok

Kebutuhan pengabdian rasional versus irrasional

Kebutuhan dasar manusia menurut Knowles yang dapat dijadikan konsep dasar untuk pengembangan program pembelajaran pendidikan non formal, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kebutuhan fisik. Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling mudah dilihat. Dalam hubungan dengan pendidikan, maka kebutuhan itu meliputi kebutuhan untuk melihat, mendengar, beristirahat.

Kebutuhan bertumbuh. Menurut para ahli psikologi dan psikiatri kebutuhan untuk pertumbuhan dan berkembang merupakan kebutuhan yang paling dasar dan universal. Hal ini terlihat pada anak-anak adanya dorongan untuk belajar berbicara, merangkak, berjalan dan tumbuh dengan berbagai cara..

Kebutuhan akan keselamatan; kebutuhan akan keselamatan mencakup keselamatan fisik dan psikologik seperti perlindungan atas ancaman harga diri..

Kebutuhan akan pengalaman baru; sementara manusia mencari keselamatan, mereka juga menciptakan ketegangan dalam bentuk petualangan yang mengasyikkan dan penuh risiko.

Kebutuhan untuk dikasihi; semua orang ingin disukai, meskipun cara yang ditempuh untuk mencapainya kadang-kadang menunjukkan dorongan yang bertentangan.

Kebutuhan untuk dikenal; setiap manusia merasa perlu untuk dihargai, dipuji dan dihormati oleh orang lain.

Teori Penjualan

IAI dalam SAK No 23 paragraf 2 (2009) menyatakan, “Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau lainnya.”

Definisi penjualan menurut Mulyadi (2008:202), “Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.”

Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan karena jika aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan baik maka secara langsung dapat merugikan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena sasaran penjualan yang diharapkan tidak tercapai dan pendapatan pun akan berkurang.

Pengertian penjualan menurut Henry Simamora dalam buku “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa “Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa”. (2000;24)

Pengertian penjualan menurut Chairul Marom dalam buku “Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang” menyatakan bahwa “Penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagai usaha pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur”.(2002;28)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.

Menurut Sulistiyowati (2010:270) penjualan adalah “Pendapatan yang berasal dari penjualan produk perusahaan, disajikan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.”

Menurut Sugiono, Soenarno dan Kusumawati (2010:133) “ Penjualan bersih merupakan selisih antara penjualan baik yang dilakukan secara tunai maupun kredit dengan retur penjualan dan potongan penjualan.” Penjualan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

Penjualan kredit, yaitu penjualan yang pembayaran dilakukan di kemudian hari dalam jangka waktu yang telah ditetapkan setelah barang diterima oleh customer. Penjualan kredit inilah yang menimbulkan piutang dagang, sehingga penjualan tidak dapat dipisahkan dari timbulnya piutang usaha.

Penjualan tunai, yaitu penjualan yang pembayarannya dilakukan secara langsung saat terjadinya transaksi.

Klasifikasi Transaksi Penjualan

Ada beberapa macam transaksi penjualan menurut La Midjan (2001;170) dalam bukunya “Sistem Informasi Akuntansi 1” dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Penjualan Tunai

Penjualan Kredit

Penjualan Tender

Penjualan Ekspor

Penjualan Konsinyasi

Penjualan Grosir”

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

Penjualan  Tunai

Adalah penjualan yang bersifat cash dan carry pada umumnya terjadi secara  kontan dan dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan dianggap kontan.

Penjualan Kredit

Adalah penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan.

Penjualan Tender

Adalah penjualan ynag dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memegangkan tender selain harus memenuhi berbagai prosedur.

Penjualan Ekspor

Adalah penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri yang mengimpor barang tersebut.

Penjualan Konsinyasi

Adalah penjualan yang dilakukan secara titipan kepada pembeli yang juga sebagai penjual.

Penjualan Grosir

Adalah penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang grosir atau eceran.

Dokumen-Dokumen Penjualan

Dokumen-dokumen penjualan menurut La Midjan (2001;183) dalam bukunya yang berjudul “Sistem Informasi Akuntansi 1” antara lain sebagai berikut:

Order Penjualan Barang (Sales Order)

Nota Penjualan Barang

Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)

Faktur Penjualan (Invoice)

Surat pengiriman Barang (Shipping Slip)

Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

Order Penjualan Barang (Sales Order)

Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.

Nota Penjualan Barang

Merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen bagi pelanggan.

Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)

Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.

Faktur Penjualan (Invoice)

Adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah tagihannya.

Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)

Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Dapat disimpulkan bahwa dokumen-dokumen penjualan terdiri dari: Order Penjualan Barang, Nota Penjualan Barang, Perintah Penyerahan Barang, Faktur Penjualan, Surat Pengiriman Barang dan  Jurnal Penjualan.

Bagian-Bagian Penjualan

Menurut Krismiaji (2002;275) dalam bukunya “Sistem Informasi Akntansi” menyatakan bahwa bagian-bagian penjualan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

Bagian Penjualan

Bagian Kredit

Bagian Gudang

Bagian Pengiriman

Bagian Penagihan”

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

Bagian Penjualan

Adalah bagian penjualan menerima surat pesanan dari pihak pembeli dan membuat surat order penjualan atas dasar surat pesanan tersebut.

Bagian Kredit

Adalah atas dasar surat pesanan dari pembeli yang diterima dibagian penjualan, bagian ini memeriksa data kredit pelanggan yang selanjutnya memberikan persetujuan terhadap surat pesanan tersebut dan memeriksannya ke bagian gudang.

Bagian Gudang

Adalah bagian gudang yang bertugas untuk menyimpan persediaan baran dagangan serta mempersiapkan barang dagangan yang akan dikirim kepada pembeli.

Bagian Pengiriman

Adalah bagian ini mengeluarkan surat order penjualan dan kemudian membuat nota pengiriman atas barang yang dipesan.

Bagian Penagihan

Adalah bagian ini bertugas untuk membuat faktur penjualan dan kemudian didistribusikan kepada:

Rangkap pertama (asli) diberikan kepada pelanggan

Rangkap kedua diberikan kepada bagian piutang

Rangkap ketiga diarsipkan brdasarkan nomor urut bersamaam dengan surat order penjualan

Dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian penjualan terdiri dari: Bagian Penjualan, Bagian Kredit, Bagian Gudang, Bagian Pengiriman, dan Bagian Penagihan.

Tujuan Penjualan

Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut Basu Swastha (2005;404) dalam bukunya “Manajemen Penjualan”,  yaitu:

Mencapai volume penjualan tertentu.

Mendapat laba tertentu.

Menunjang pertumbuhan perusahaan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan,  mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang pertumbuhan suatu  perusahaan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan

Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Basu Swastha (2005;406) dalam buku “Manajemen Penjualan”  antara lain sebagai berikut:

Kondisi dan Kemampuan Penjual

Kondisi Pasar

Modal

Kondisi Organisasi Perusahaan

Faktor-Faktor Lain.

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

Kondisi dan Kemampuan Penjual

Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah  penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual adalah:

Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan

Harga produk atau jasa

Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman

Kondisi Pasar

Pasar sebagai kelompok penbelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.

Modal

Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya.

Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang yang ahli dibidang penjualan.

Faktor-faktor lain

Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan, yaitu: kondisi dan kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan, dan faktor-faktor lain.

Proses Penjualan

Menurut Basu Swastha (2005;410) dalam buku “Manajemen Penjualan” menyebutkan beberapa tahapan penjualan, yaitu:

Persiapan Sebelum Penjualan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang di tuju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan.

Penentuan Lokasi Pembeli Potensial

Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan.

Pendekatan Pendahuluan

Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan pembeli, kesukaan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.

Melakukan Penjualan

Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon pembeli, kemudian diusahakan untuk menarik daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada pembeli.

Pelayanan Sesudah Penjualan

Dalam tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan proses penjualan bermula dari persiapan sebelum penjualan, penentuan lokasi pembeli potensial, pendekatan pendahuluan, melakukan penjualan, dan berakhir pada pelayanan sesudah penjualan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Pengertian metodologi penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun pendapat Husein Umar (2003:303) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut: “Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perbedaan sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro.

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak lepas dari ilmu tentang penelitian yang sudah dicoba dan diatur menurut aturan serta urutan secara menyeluruh dan sistematis. Adapun pengertian penelitian menurut I Made Wiratha (2006:76), adalah sebagai berikut “Penelitian didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.”

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahan, diperlukan metode yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahan. Adapun pengertian dari metode menurut Wiratha (2006:77), adalah sebagai berikut “Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.”

Sedangkan pengertian dari metode Penelitian menurut Wiratha (2006:77), adalah sebagai berikut “Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.”

Berdasarkan dari pengertian di atas, maka metode penelitian adalah teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah yang kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang diinginkan.

Pengertian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif, menurut Donmoyer (….) dalam Given, 2008: 713), adalah pendekatan pendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk numerik daripada naratif.

Menurut Cooper & Schindler (2006: 229), riset kuantitatif mencoba melakukan pengukuran yang akurat ter-hadap sesuatu. Penelitian kuantitatif sering dipandang sebagai antitesis atau lawan dari penelitian kualitatif, walau sebenarnya pembedaan kualitatif-kuantitatif tersebut agak menyesatkan. Donmoyer beralasan, banyak peneliti kuantitatif tertarik mempelajari aspek-aspek kualitatif dari fenomena. Mereka melakukan kuantifikasi gradasi kualitas menjadi skala-skala numerik yang memungkinkan analisis statistik.

Menurut Sugiyono, (2003:14) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain:

Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar.

Populasi dan sample

Sugiyono (1997 : 57) memberikan pengertian bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Nazir (1983 : 372) mengatakan bahwa populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Sedangkan Nawawi (1985 :141) menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.

Sedangkan riduwan dan tita lestari (1997:3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.

Arikunto (1998 :117) mengatakan bahwa :’sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.” Sugiyono (1997 :57)memberikan pengertian bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.

Populasi yang diambil oleh penulis adalah semua penerimaan bersih yang diterima oleh UD. Podomoro. Sedangkan sample yang diambil adalah 15 hari sebelum dan sesudah kenaikkan bahan bakar minyak (BBM).

Jenis dan sumber data

Sumber data yang diambil oleh penulis didapat dari hasil wawancara dengan pemilik UD. Podomoro itu sendiri. Jenis data yang diambil oleh penulis adalah primer dan sekunder. Karena wawancara yang dilakukan oleh penulis melalui 2 cara yaitu tatap muka secara langsung dan wawancara melalui telepon.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah Wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk lebih mendalami responden secara spesifik yang dapat dilakukan dengan tatap muka ataupun komuikasi menggunakan alat bantu komunikasi. Sugiyono (2013:194) mengemukakan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Terdapat 2 macam wawancara , yaitu Wawancara Terstruktur  digunakan teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara, selain membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Teknik wawancara yang dipakai oleh penulis adalah wawancara tidak terstruktur.

Variabel Penelitian

Menurut Best (….) yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu penelitian. Sedang Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Dari kedua pengerian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang kan diteliti. Variable dalam penelitian penulis adalah:

Penerimaan pendapatan UD. Podomoro

Pengumuman kenaikan bahan bakar minyak

15 hari sebelum dan seudah kenaikan bahan bakar minyak

Metode Analisis Data

Metode analisis yang dipakai oleh penulis adalah metode kuantitatif dengan menggunakan uji normalitas dan uji t yaitu paired sampel t – test. Karena dara yang dipakai oleh penulis adalah data perbedaan penerimaan pendapatan sebelum dan sesudah kenaikan bahan bakar minyak pada UD. Podomoro.

Tahapan-tahapan Penelitian

Penulis menentukan judul yang akan dipakai dan diteliti oleh penulis

Penulis mengajukan surat permohonan untuk dapat melakukan wawancara dengan pemilik UD. Podomoro

Penulis melakukan janji untuk wawancara dengan pemilik UD. Podomoro

Penulis melakukan wawancara dengan pemilik UD. Podomoro

Penulis meneliti data yang telah didapat menggunakan program spss

Penulis melakukan hipotesis dan menganalisis data yang telah didapat

Penulis membuat laporan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/8530/3/BAB%202%20-%2007401241045.pdf

Imron, Ali. 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TAHUN 2014 TERHADAP INVESTASI SAHAM STUDI PERISTIWA PADA SAHAM PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

JIMMY PRAKOSO WIDYANTO & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

ARTIKEL MATA KULIAH EKONOMETRIKA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI  – FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tahun 2014 terhadap investasi saham dengan mengunakan metode event study pada 12 perusahan Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil analisi menunjukkan pengujian abnormal return dan volume perdagangan (Trading Volume Activity) menghasikan kesimpulan bahwa rata-rata abnormal return disekitar hari berlakunya kenaikan harga bahan bakar minyak, yaitu 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah peristiwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menyatakan bahwa peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berpengaruh terhadap return saham yang diukur dengan abnormal return. Pada 10 hari sebelum investor masih memperoleh abnormal return saham, sementara sesudah peristiwa rata-rata investor tidak lagi mendapatkan abnormal return. Sedangkan terhadap volume perdagangan (Trading Volume Activity) di sekitar berlakunya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) secara statistic tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti bahwa peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak berpengaruh terhadap volume perdagangan saham dan mengindikasikan investor tidak merespon peristiwa tersebut untuk melakukan transaksi jual/beli saham di pasar modal.

Kata-kata Kunci: Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Abnormal Return, Volume Perdagangan Saham

1.  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai macam instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan. Daya tarik dari pasar modal ini dimana pasar modal diharapkan dapat menjadi alternative penghimpunan dana selain perbankan dan pasar modal dapat menyediakan fasilitas bagi lender ke borrower. Menurut Tandelilin (2001) “pasar modal adalah pasar yang menfasilitasi pertemuan antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana dengan memperjual belikan surat berharga jangka panjang”. Pasar modal juga merupakan salah satu sarana untuk melakukan investasi. Pasar modal ini memungkinkan bagi investor untuk mempunyai berbagai pilihan investasi sesuai dengan preferensi risiko mereka.

Bagi mereka yang berani untuk mengambil resiko tinggi untuk investasinya ini akan berbanding dengan return yang lebih besar dari dana yang ditanamkanya. Menurut Halim (2005), “investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan (return) dimasa mendatang”. Aset investasi yang dapat dilakukan investor terbagi menjadi dua, pertama aset riil yaitu investasi dalam bentuk emas, tanah, bangunan dan sebagainya. Kedua aset finansial yaitu aset dalam bentuk obligasi, saham, reksadana, future dan produk derivative lainya (Sadikin, 2011).

Dalam melakukan investasi saham merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih investor. Ketika investor memutuskan untuk membeli saham berarti investor telah menginvestasikan dananya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut. Jadi, disatu sisi investor telah berinvestasi dan disisi lain investor telah melakaukan transaksi di pasar modal. Para investor dalam melakukan investasi membutuhkan banyak informasi guna mengetahui perkembangan dari saham yang telah diinvestasikannya. Untuk memperoleh informasi ini melalui pasar modal banyak sekali informasi yang dapat juga diperoleh investor, baik informasi yang tersedia dipublik maupun informasi pribadi.

Namun informasi juga dapat diperoleh dari informasi dari internal maupun eksternal dari perusahaan ataupun juga terhadap perkembangan ekonomi yang sedang terjadi. Informasi ini mencerminkan salah satu indikator yang diperlukan investor untuk melakukan teransaksi dipasar modal. Kerena informasi yang masuk ke pasar modal ataupun kejadian-kejadian yang tidak berhubungan langsung dengan pasar modal dapat mempengaruhi naik turunya harga saham dalam pasar modal. Salah satu informasi yang ada adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi 18 Nopember 2014 ini. Kenaikan harga bahan bakar minyak ini sangat menghawatirkan bagi semua segmen perekonomian, informasi ini menjadi bermakna jika keberadaan informasi ini dapat menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, dimana tercermin dalam perubahan harga saham, volume perdagangan atau karateristik pasar lainnya. Kondisi dari peristiwa kenaikan bahan bakar minyak ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel  1. Harga Kenaikan BBM Berdasarkan Pengumuman Berlaku

BerlakuHarga (per liter)
TahunTanggalBensin premiumMinyak solarMinyak tanah
201417 NovemberRp 8,500.00Rp 5,500.00
201322 JuniRp 6,500.00Rp 5,500.00Rp 3,000.00
200915 JanuariRp 4,500.00Rp 4,500.00Rp 2,500.00
200815 DesemberRp 5,000.00Rp 4,800.00Rp 2,500.00
1 DesemberRp 5,500.00Rp 5,500.00Rp 2,500.00
24 MeiRp 6,000.00Rp 5,500.00Rp 2,500.00
20051 OktoberRp 4,500.00Rp 4,300.00Rp 2,000.00
1 MaretRp 2,400.00Rp 2,100.00Rp 2,200.00
200321 JanuariRp 1,810.00Rp 1,650.00Rp 1,800.00
1 JanuariRp 1,810.00Rp 1,890.00Rp 1,970.00

Sumber : http://www.bersosial.com

Peristiwa ini merupakan salah satu informasi yang penting untuk diperhatikan oleh investor. Kenaikan bahan bakar minyak ini berdampak langsung pada perubahan-perubahan biaya oprasional dari perusahaan yang mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi langsung terkoreksi (Arisyahidin, 2012). Baru-baru ini kenaikan bahan bakar minyak (BBM) pada akhir tahun 2014 ini diperkirakan akan berimbas terhadap saham sektor otomotif. Melalui informasi yang ditulis dari katadata.co.id menjelaskan penjualan otomotif tahun ini diperkirakan akan melambat akibat dari kenaikan BBM dimana dua bulan terakhir tercatat mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi 2014 akan memberikan efek terhadap penjualan dari produk yang dihasilkan perusahaan. Kenaikan BBM membawa pengaruh terhadap saham otomotif seperti PT Astra Internasional Tbk. Pada kenaikan harga BBM Maret 2005, saham Astra terlihat di bawah kinerja industri (underperformed) 1-2 bulan setelah kebijakan diberlakukan.

Sedangkan, ketika harga BBM dinaikkan kembali pada Oktober 2005, saham Astra kembali berada di bawah kinerja industri selama hampir satu tahun lamanya. Apalagi sepanjang Januari 2005 – Desember 2006, BI Rate cenderung naik dari 7,4 persen menjadi 12 persen. Begitupun saat terjadi kenaikan harga BBM pada Mei 2008, kinerja saham Astra juga mengecewakan selama dua bulan.

Dilihat dari informasi diatas pengaruh yang terjadi di perusahaan otomotif menghasilkan respon dari para investor mengenai peristiwa kenaikan bahan bakar minyak terhadap investasi saham mereka. Peneliti memakai studi peristiwa (event study) untuk mengetahui reaksi apa yang dihasilkan dari peristiwa yang terjadi terhadap saham di pasar modal. Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatau pengumuman (Jogiyanto, 2009).

Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Menurut Tandelilin (2001) “efisiensi pasar bentuk setengah kuat, merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham disamping dipengruhi oleh data pasar (Harga saham dan Volume perdagangan), juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan”. Namun, pada pasar efisien dalam bentuk setengah kuat ini investor tidak dapat berharap mendapatkan abnormal return jika strategi perdagangannya hanya didasari informasi saja, tetapi sebaliknya jika pasar tidak efisien maka akan terjadi lag dalam proses penyesuaian harga terhadap informasi baru, dan hal ini dapat digunakan investor untuk mendapatkan abnormal return. Dengan kata lain diduga kenaikan harga bahan bakar minyak ini mengandung informasi yang menyebabkan terjadinya lag dan menjadikan pasar tidak efisien.

Jika suatu informasi mengandung informasi ini akan menimbulkan reaksi pasar setelah pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ini ditunjukan dengan adanya perubahan harga saham dengan mengunakan return dari saham yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan abnormal return pada investasi saham. Dimana abnormal return adalah selisih return yang sesungguhnya dengan return ekspetasi (return yang diharapkan investor) yang merupakan pengukuran keuntungan yang didapat investor. Sedangkan volume perdagangan saham merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya reaksi pasar dalam bentuk transaksi perdagangan saham terhadap suatu peristiwa tertentu. Untuk variabel volume perdagangan ini mengunakan Trading Volume Activity (TVA) sebagai alat ukur dari aktivitas perdagangan saham yang terjadi.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui reaksi atau respon dan perilaku pelaku pasar modal terhadap sebuah peristiwa ekonomi dan dampaknya terhadap iklim investasi secara keseluruhan di perusahaan Otmotif dan Komponen. Oleh karena itu, penulis memeberi judul penelitian “PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TAHUN 2014 TERHADAP INVESTASI SAHAM STUDY PERISTIWA PADA SAHAM PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah :

1. Bagaimana perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang terdaftar di BEI?

2. Bagaimana perbedaan Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM perusahaan Otomotif dan Komponen yang terdaftar di BEI?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah:

1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan abnormal return pada saham perusahaan subsektor konstruksi di sekitar pengumuman kenaikan bahan bakar mesin di Indonesia pada tahun 2014.

2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan Trading Volume Activity pada saham perusahaan subsektor konstruksi sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan bahan bakar mesin di Indonesia pada tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaati bagi berbagai macam pihak, antara lain:

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan sebagai informasi terhadap harga saham perusahaannya dan secara cepat dapat mengatasi kondisi pasar sehingga dapat mengambil kebijakan yang benar setelah terjadi peristiwa pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak ini.

2. Bagi investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk para investor untuk melakukan investasi.

3. Bagi akademisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan, khususnya manajemen keuangan tentang reaksi pasar atas pergerakan harga saham terhadap peristiwa pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi peneliti sebagai ilmu dan pengetahuan tambahan. 8

2.  LANDASAN TEORI

2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Pengertian investasi menurut beberapa ahli sebagai berikut :

1. “Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang” (Mulyadi, 2001: 284)

2. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. (Sukirno, 1997: 107)

3. Investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber yang dipakai untuk mengadakan modal barang pasa saat sekarang ini. Barang modal tersebut akan menghasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang atau aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber untuk dipakai mengadakan barang. Dari modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. (Gerald, 1978)

4. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004) investasi didefinisikan sebagai berikut. “investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil

5. investasi (seperti bunga, royalty, dividen, dan uang sewa) untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan yang dilakukan oleh perusahaan yang berinvestasi.”

2.1.2 Tujuan Investasi

Menurut Tandelilin  (2001 : 5) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir untuk meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau mereka berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang

2. Mengurangi resiko inflasi.

Dengan melakukan investasi seseorang menghindar dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya saat ada pengaruh dari inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang – bidang usaha tertentu.

2.1.3 Dasar Keputusan Investasi

Saat melakukan suatu investasi seseorang berekspektasi untuk mendapatkan retun, dikarenakan hal tersebut ada beberapa dasar keputusan untuk berinvestasi :

a) Return

Alasan paling utama orang melakukan investasi adalah untuk memperoleh return atau keuntungan. Suatu hal yang wajar jika seorang investor selalu menuntut tingkat return tinggi atas dana yang diinvestasikannya. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam berinvestasi perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return).

Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor dimasa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan return yang telah diperoleh investor dimasa lalu.

Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam berinvestasi, disamping memperhatikan tingkat return, investasi harus selalu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi (Tandelilin, 2005).

Sedangkan Jogiyanto (2009), return saham dibagi menjadi 2, yaitu return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi adalah pengembalian yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan return ekspektasi dan risiko di masa depan. Rumus dari return realisasi adalah sebagai berikut.

Ri = (Pt – Pt-1 + D) / Pt-1 ………………………………………………………(1)

Keterangan:

Ri: Return saham

Pt: Harga saham saat t

Pt-1: Harga saham saat t-1

D: Dividen

Sedangkan return ekspektasi adalah pengembalian yang diharapkan akan diterima investor di masa depan. Dengan kata lain, return ekspektasi merupakan return yang belum terjadi. Rumus dari return ekspektasi adalah sebagai berikut.

E(Ri) = Σ(Rij . Pj) ……………………………………………………………(2)

Keterangan:

E(Ri): Expected return

Rij: Return saham

Pj: Probabilitas

b) Risiko

Risiko investasi adalah korelasi antara pengembalian dengan resiko tersebut, yaitu semakin tinggi pengambilan, maka semakin tinggi resiko yang diambil. Oleh karena itu, investor harus menjaga tingkat resiko dengan pengembalian yang seimbang. Adapun resiko menurut para ahli sebagai berikut :

Risiko muncul dari selisih return harapan dengan return aktul. Maka, risiko dapat diartikan sebagai return aktual lebih rendah daripada return minimum yang diharapkan atau return yang disyarakatkan atau required date of return (Tandelilin, 2010).

Jogiyanto (2010) membagi risiko menjadi 2, yaitu:

1) Risiko tidak sistematis adalah risiko pada suatu saham tertentu yang dapat dihindari atau diminimalkan dengan cara diversifikasi. Risiko yang termasuk dalam risiko ini adalah risiko kegagalan yang disebabkan oleh kondisi internal perusahaan, risiko kredit atau keuangan, dan risiko manajemen. Rumus dari risiko tidak sistematis adalah sebagai berikut.

σei2 = σi2 – βi2σm2…………………………………………………………(3)

Keterangan:

σei2: Risiko tidak sistematis

σi2: Varian residu

βi2: Beta saham

σm2: Varian pasar

2) Risiko sistematis adalah risiko yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham tanpa terkecuali. Risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor yang memengaruhi harga saham secara serentak dan tidak dapat dihindari oleh investor dengan cara diversifikasi. Rumus dari risiko sistematis adalah sebagai berikut.

βi = σim / σm2……………………………………………………………(4)

Keterangan:

βi: Beta saham

σim: Kovarian return antara saham I dengan pasar

σm2: Varian return pasar

c) Faktor Waktu

Jangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi. Investor dapat menanamkan modalnya pada jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Pemilihan jangka waktu investasi sebenarnya merupakan suatu hal penting yang menunjukkan ekspektasi atau harapan dari investor. Investor selalu menyeleksi jangka waktu dan pengembalian yang bisa memenuhi ekspektasi dari pertimbangan pengembalian dan risiko.

2.1.4 Jenis Investasi

Menurut Mulyadi (2001:284) terdapat empat jenis investasi yaitu sebagai berikut :

Jenis investasi dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

a. Investasi yang tidak menghasilkan laba.

Investasi yang tidak menghasilkan laba. Investasi ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-syarat yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi.

b. Investasi yang tidak dapat diukur labanya.

Investasi yang tidak dapat diukur labanya. Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba:

c. Investasi dalam penggantian peralatan

Investasi dalam penggantian peralatan. Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan peralatan yang ada. Dalam pemakaian mesin dan peralatan pada suatu saat akan terjadi biaya operasi mesin dan peralatan menjadi lebih besar dibandingkan dengan biaya operasi jika mesin tersebut diganti dengan yang baru atau produktivitasnya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan.

d. Investasi dalam perluasan usaha.

Investasi dalam perluasan usaha. Tambahan kapasitas akan memerlukan aktiva diferensial berupa tambahan investasi dan akan menghasilkan pendapatan diferensial yang berupa tambahan pendapatan serta memerlukan biaya diferensial yang berupa tambahan biaya karena tambahan kapasitas.

Halim (Analisis Investasi 2005:4) Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset-aset finasial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi sektor real adalah jenis investasi dengan pengadaan asset-asset contohnya seperti tanah, bangunan, mesin dan sebagainya. Investasi sektor financial adalah jenis invesatsi yang penanaman modalnya berupa instrumen-instrumen keuangan di pasar modal maupun pasar uang. Instrument-intrument itu seperti saham, obligasi, valas dan sebagainya.

Menurut Susilo (Pasar Modal 2009:2) investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada asset nyata (real asset) dan investasi pada aset financial (financial asset). Invetasi pada asset nyata contohnya seperti pembelian emas, tanah, real estate atau mendirikan perusahaan. Pada jenis investasi ini investor benar-benar melakukan investasi secara langsung mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli asset nyata. Sedangkan investasi pada asset financial adalah dengan membeli intrumen keuangan, misalnya saham, obligasi, waran, right issue. Instrument ini bukan berupa asset nyata melainkan hanya berupa kertas klaim (bukti) terhadap penerbitnya

Jenis-jenis investasi berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya di bagidalam beberapa kelompok yaitu (Harapan, 2009:18) :

a. Investasi Baru. Investasi baru yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru maupun perluasan produksi, tetapi harus menggunakan sistem produksi baru.

b. Investasi Peremajaan. Investasi jenis ini umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-barang kapital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas dan ongkos produksi yang sama dengan alat yang digantikannya.

c. Investasi Rasionalisasi. Pada kelompok ini peralatan yang lama diganti oleh yang baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang digantikannya.

d. Investasi Perluasan. Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama. Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama.

e. Investasi Modernisasi. Investasi ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses baru, atau memproduksi lama dengan proses yang baru.

f. Investasi Diversifikasi. Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan.

2.1.5 Saham

2.1.5.1 Pengertian Saham

Menurut Fakhruddin dalam bukunya Tanya Jawab Pasar Modal (2008 : 30) saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor di dalam suatu perusahaan yang artinya jika seseorang membeli saham suatu perusahaan, itu berarti dia telah menyertakan modal ke dalam suatu perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli.

Susilo dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lain (2000 : 200) bahwa saham adalah sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.

Menurut Fakhruddin M. Hendy dalam bukunya Tanya Jawab Pasar Modal (2008 : 30) saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor di dalam suatu perusahaan yang artinya jika seseorang membeli saham suatu perusahaan, itu berarti dia telah menyertakan modal ke dalam suatu perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli.

2.1.5.2 Jenis Saham

Saham didefinisikan sebagai surat berharga yang populer dan dikenal luas masyarakat. Menurut Darmadji Tjiptono dan Fakhruddin M. Hendy dalam bukunya Pasar Modal di Indonesia (2006 : 7) menjelaskan bahwa ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu:

1) Ditinjau dari segi kemampuan hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:

a. Saham biasa (common stock), yaitu saham menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

b. Saham preferen (preferend stock), yaitu saham yang memiliki karateristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi bisa juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

2) Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas:

a. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3) Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:

a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan uang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekanlaba dan tidak memntingkan potensi pertumbuhan harga saham.

c. Saham pertumbuhan (growth stock-ewll-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

d. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti adanya.

e. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap lebih tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang lebih tinggi di masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat, seperti rokok dan barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods).

2.2 Pasar Modal

2.2.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal, dalam UU Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 diartikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Dengan demikian pasar modal dikenal sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Adapun definisi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2000 : 4). “Menurut Husnan (2003) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.”

2.2.2 Jenis Pasar Modal

Jenis pasar modal menurut UUPM ( Undang-Undang Penanaman Model) ada dua jenis yaitu pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market).

Menurut Dahlan Siaman (2002:371) “Pasar perdana adalah penawaran efek secara langsung oleh emiten kepada investor tanpa melalui bursa efek. Pemasaran efek dilakukan berdasarkan perjanjian emisi efek. Harga efek yang ditawarkan di pasar perdana tidak berpluktuasi. Setelah selesai masa penawaran dipasar perdana efek tersebut akan diperdagangkan secara terus menerus dan harganya juga akan berfluktuasi. Transaksi jual beli efek di bursa efek tersebut pasar sekunder”. Ciri-ciri pasar perdana menurut Jogiyanto (2009) adalah transaksi terjadi di luar bursa, harga efek sudah ditentukan, tidak ada transaction fee, investor langsung ke penjamin atau agen penjual, dan jangka waktu pasar biasanya tiga hari.

Menurut Jogiyanto Hartono (2008:56) ”Pasar sekunder adalah pasar dimana efek-efek yang telah dicatatkan di Bursa efek diperjual-belikan. Pasar sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek yang tercatat di bursa setelah terlaksananya penewaran perdana”. Ciri-ciri pasar sekunder menurut Jogiyanto (2009) adalah efek harus tercatat di bursa, harga efek ditentukan berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan, perusahaan perantara efek mengenakan transaction fee kepada investor yang membeli atau menjual, perdagangan efek harus melalui perantara efek, dan pasar diselenggarakan secara terus menerus.

2.3 Pasar Modal yang efisien

2.3.1 Pengertian Pasar Modal yang Efisien

Pasar modal dikatakan efisiensi bila informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh pemakai modal, sehingga informasi yang relevan dan terpercaya dan telah tercermin dalam harga-harga saham. Sebagian besar saham dihargai dengan tepat dan pemodal dapat memperoleh imbalan normal dengan memilih secara acak saham-saham dalam resiko tertentu. Karena penyampaian informasi begitu sempurna, tidak mungkin bagi pemodal manapun untuk memperoleh laba ekonomi (imbalan abnormal) dengan memanipulasi informasi yang tersedia khusus baginya.

Tandelilin (2010) mengartikan pasar modal yang efisien adalah pasar dengan kondisi harga semua saham yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Informasi tersebut dapat berupa informasi di masa lalu (contohnya laba bersih perusahaan tahun lalu), informasi saat ini (contohnya rencana ekspansi perusahaan), dan informasi seperti pendapat atau opini yang beredar yang dapat memengaruhi perubahan harga saham (contohnya jika banyak investor yang beragumen bahwa harga saham akan turun, maka argumen tersebut akan tercemin pada perubahan harga saham tersebut yang cenderung turun).

Emery dan Finnerty (2008) menyebutkan bahwa konsep efisiensi pasar modalsebagai harga pasar dari sekuritas yang diperdagangkan secara regular di pasar modalmencerminkan seluruh informasi yang ada dan melakukan penyesuaian secara utuh dancepat terhadap informasi baru.

West (1975) membedakan internal efficiency dan external efficiency. External efficiency menunjukkan bahwa pasar berada dalam keadaan keseimbangan sehinggakeputusan perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia di tidak bisamemberikan tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan keseimbangan. Efisiensieksternal, sesuai dengan pengertian mikro pasar modal, adalah suatu kondisi seberapa jauh efisiensi pasar modal secara informasional. Internal efficiency, sebaliknya,menunjukkan bahwa pasar modal tersebut bukan hanya memberikan harga yang“benar”, tetapi juga memberikan berbagai jasa yang diperlukan oleh para pembelidan penjual dengan biaya serendah mungkin (Husnan, 1998).

Ciri penting efisiensi pasar adalah gerakan acak (random walk) dari harga pasar saham. Harga saham secara cepat bereaksi terhadap berita-berita baru yang tidak terduga, sehingga arah gerakannyapun tidak bisa diduga. Sepanjang suatu kejadian bisa diduga, kejadian itu sudah tercermin pada harga saham (Pandji, Piji, 2001:83).

2.3.2 Syarat-syarat Efisiensi Pasar Modal

Syarat-syarat Pasar yang Efisien

Syarat-syarat untuk pasar yang efisien (Tandelilin, 2001:143) yaitu:

1. Harga sekuritas ditentukan oleh demand dan supply dari banyak investor. Artinya bahwa seorang pelaku pasar tidak dapat mempengaruhi harga sekuritas. Investor adalah penerima harga (price taker).

2. Informasi tersedia secara luas untuk semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperolehinformasi tersebut murah.

3. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yanglainnya. Informasi dihasilkan secara random artinya bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akanmengumumkan informasi baru.

4. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga sekuritas berubah dengansemestinya. Kondisi ini terjadi karena pelaku pasar merupakan indvidu-individu yang canggih sehingga mampumemahami dan menginterpretasikan informasi dengan cepat dan baik.

2.3.3 Bentuk Efisiensi Pasar Modal

Fama (1970) membagi bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga Efficient Market Hypothesis (EMH), yaitu:  

a) Efisien dalam bentuk lemah (weak form)

Pasar efisien dalam bentuk lemah ditunjukkan oleh harga saham saat ini mencerminkan semua informasi masa lalu (historis), seperti harga dan volume perdagangan. Dengan kata lain, investor tidak dapat mengestimasi harga pasar saham di masa depan dengan menggunakan informasi historis.

b) Efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong)

Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat ditunjukkan oleh harga saham saat ini mencerminkan semua informasi historis dan informasi yang dipublikasi saat ini (seperti pengumuman stock split, dividen, kerugian perusahaan, dan lain-lain). Pasar dikatakan memiliki bentuk setengah kuat jika informasi direspon cepat oleh pasar dalam satu hingga dua spot waktu atau hari di sekitar pengumuman. Return tak normal terjadi bila informasi direspon lambat oleh pasar (lebih dari tiga spot waktu), sehingga pasar dikatakan tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.

c) Efisien dalam bentuk kuat (strong form)

Pasar efisien dalam bentuk kuat ditunjukkan oleh harga saham saat ini mencerminkan semua informasi historis, informasi yang dipublikasi saat ini, dan informasi yang tidak terpublikasi. Dalam pasar ini, investor tidak dapat memperoleh return tidak normal karena informasi yang diketahui masyarakat sama dengan informasi yang diketahui perusahaan.

2.4 Pengujian Ketiga Tingkatan Efisiensi dalam Teori Efisiensi Pasar Modal

2.4.1 Tingkat Efisiensi Lemah

Menurut Tandelilin (2010), pengujian pada tingkat ini dilakukan dengan pengujian prediktibilitas return melalui tiga cara, yaitu:

a) Mempelajari return musiman (seasonal return)

Pengujian pola return musiman dilakukan untuk menunjukkan adanya tingkat return yang lebih tinggi atau rendah pada perioda tertentu, baik dalam perioda harian, mingguan, dan tahunan.

b) Menggunakan data return di masa lalu, baik untuk prediktibilitas jangka pendek dan jangka panjang

Pengujian prediksi jangka pendek biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah return pada perioda sebelumnya dapat digunakan untuk memprediksi return hari ini. Ada beberapa cara pengujian yang dapat dilakukan, yaitu dengan hanya menggunakan data return perioda sebelumnya dan menggunakan trading rules yang lebih kompleks (misalnya dengan uji korelasi, run test, filter test, dan kekuatan relative saham). Sedangkan pengujian prediksi jangka panjang dilakukan dengan waktu pengujian yang relative lebih lama.

c) Mempelajari hubungan return dengan karakteristik perusahaan.

Hubungan antara karakteristik perusahaan dengan abnormal return dinyatakan sebagai anomali dalam pasar yang efisien karena secara teoritis tidak ada investor yang dapat memeroleh abnormal return dengan menggunakan informasi karakteristik perusahaan dalam pasar yang efisien. Karakteristik tersebut antara lain size, market to book value, dan earning price.

2.4.2 Tingkat Efisiensi Setengah Kuat

Tandelilin (2010) menjelaskan bahwa pengujian studi peristiwa (event studies) pada pasar dengan tingkat efisiensi setengah kuat dilakukan untuk mengamati seberapa cepat informasi yang masuk ke pasar dapat tercemin dalam harga saham. Jensen (1969) dalam Tandelilin (2010) meneliti dampak corporate action perusahaan berupa stock split terhadap perubahan harga saham dan hasilnya adalah tingkat return di sekitar pengumuman stock split relatif stabil, sehingga mendukung adanya efisiensi pasar. Husnan (2005) melakukan penelitian event study dengan variabel kegiatan perdagangan dan variabilitas tingkat return. Peristiwa yang digunakan adalah pengumuman laporan keuangan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah kegiatan perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan perusahaan memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap variabilitas tingkat return ternyata tidak signifikan.

2.4.3 Tingkat Efisiensi Kuat

Pengujian private information dilakukan pada pasar dengan tingkat efisiensi yang kuat (Tandelilin, 2010). Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah pihak insider perusahaan dan kelompok investor tertentu yang dianggap mendapatkan informasi yang baik, dapat memperoleh return tak normal lebih tinggi daripada return pasar pada umumnya. Elton & Gruber (1991) dalam Tandelilin (2010) menjelaskan bahwa jika seluruh saran dari para analisis keuangan dikumpulkan dan diaplikasikan secara bersama-sama, maka kemungkinan investor untuk memeroleh abnormal return sangat tinggi.

2.5 Return Saham

Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham dipergunakan di dalam perhitungan indeks harga saham. Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Kebanyakan harga saham berbeda dengan nilai saham, makin sedikit informasi yang bisa diperoleh untuk menghitung nilai saham, makin jauh perbedaan tersebut (Jogiyanto, 2000)

Dalam melakukan investasi dalam saham, seorang investor selalu mengharapkan adanya return atau keuntungan. Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Robbert Ang, 2001). Dalam teori pasar modal, tingkat pengembalian yang diterima oleh seorang investor dari saham yang diperdagangkan di pasar modal (saham perusahaan go public) biasa diistilahkan dengan return. Dalam pasar saham tidak selalu menjanjikan suatu return yang pasti bagi investor. Namun beberapa komponen return saham yang memungkinkan pemodal meraih keuntungan adalah deviden, saham bonus, dan capital gain.

Komponen suatu return terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividend dan sebagainya. Disebut juga pendapatan lancar maksudnya adalah keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan dengan cepat. Misalnya kupon bunga obligasi yang membayar bungan dalam bentuk giro/cek, yang tinggal diuangkan, demikian juga dividend saham, yaitu dibayarkan dalam bentuk saham, yang dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya (Robbert Ang, 2001).

Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih harga jual dengan harga beli suatu instrument investasi. Tentunya tidak semua instrumen investasi memberikan komponen return berupa capital gain atau capital loss. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar instrumen investasi yang bersangkutan, yang berarti bahwa instrumen investasi tersebut habis diperdagangkan di pasar. Karena dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan-perubahan nilai suatu investasi. Investasi yang dapat memberikan capital gain seperti obligasi dan saham, sedangkan yang tidak memberikan komponen return capital gain seperti sertifikat deposito, tabungan dan sebagainya. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi dan hitung berdasarkan data histori dan return realisasi itu penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan sebagai dasar penentu return ekspektasi\ (expected return} dan resiko di masa mendatang.

Sedangkan untuk mendapat return atau keuntungan tertentu seorang investor juga harus memperhatikan resiko yang akan ditanggungnya jika ingin memperoleh return tertentu. Resiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaan, berarti semakin besar resiko investasi tersebut. Resiko terdiri dari bermacam-macam sebab, antara lain adalah resiko suku bunga, resiko pasar, resiko inflasi, resiko bisnis, resiko finansial, resiko likuiditas, resiko nilai tukar mata uang. Adapun resiko dibagi manjadi dim jenis resiko, yaitu resiko umum (General risk) yang merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Dan yang satu adalah resiko spesifik (Resiko perusahaan) adalah resiko yang tidak berkaitan dengan perubahan pasar secara keseluruhan.

2.6 Anomali Pasar Modal

Jones (1996) menjelaskan bahwa anomali merupakan teknik yang bertentangan dengan konsep efisiensi pasar. Anomali menyebabkan pergerakan pasar terstruktur pada waktu tertentu, sehingga menimbulkan pola pergerakan return yang dapat diprediksi oleh para investor untuk menghasilkan abnormal return yang lebih tinggi.

2.7 Abnormal Return

Tandelilin (2010) menjelaskan bahwa harga saham seharusnya mencerminkan informasi risiko dan return yang diharapkan di masa depan dalam pasar efisien. Return normal menunjukkan return yang sepadan dengan risiko saham. Jika pasar tida efisien, saham akan menghasilkan return yang lebih besar daripada return yang normal, sehingga disebut return tak normal (abnormal return).

Brown & Warner (1985) dalam Tandelilin (2010) menyatakan bahwa terdapat tiga model untuk menghitung return tak normal, yaitu:

a) Mean-Adjusted Model

Jika pasar bersifat efisien dan return saham bervariasi secara acak di sekitar nilai sesungguhnya, maka rata-rata return saham yang dihitung dari perioda sebelumnya dapat digunakan sebagai return harapan. Jika return harian digunakan, maka dapat dikurangkan rata-rata return harian dari return harian aktual untuk memeroleh return tak normal. Rumus dari Mean-Adjusted Model adalah sebagai berikut.

ARi,t = Ri,t – Ṝi……………………………………………………………….….… (5)

Keterangan:

ARi,t: return tak normal saham i pada hari t

Ri,t : return aktual saham i pada t hari

Ṝi : rata-rata return saham i setelah sekian hari sebelum hari t

b) Market-Adjusted Model

Pergerakan saham sering dihubungkan dengan pergerakan bersama dalam pasar. Return tak normal dihitung dengan menghilangkan pengaruh pasar terhadap return harian saham. Rumus dari Market-Adjusted Model adalah sebagai berikut.

ARi,t = Ri,t – RM,t…………………………………………………………….….… (6)

Keterangan:

ARi,t: return tak normal saham i pada hari t

Ri,t : return aktual saham i pada t hari

RM,t : return pasar pada hari t

c) Market Model

Cara ini menggambarkan hubungan antara saham dengan pasar dalam persamaan regresi linear sederhana antara return saham dengan return pasar. Rumus dari Market Model adalah sebagai berikut.

Ri = α1 + βiRM + ei………………………………………………………….….… (7)

Keterangan:

Ri: return saham i

α1 : intersep dalam regresi untuk saham i

βi : koefisien regresi yang menyatakan slope garis regresi

RM : return pasar

ei : kekeliruan regresi

2.8 Trading Volume Activity

Fatmawati & Asri (1999) dalam Munawarah (2009) menjelaskan bahwa Trading Volume Acitivy (TVA) merupakan instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui perubahan volume perdagangan saham. Husnan (2005) menjelaskan bahwa Trading Volume Activity (TVA) merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu. Maka, dapat dikatakan bahwa rumus dari TVA adalah sebagai berikut.

………….…………….. (8)

2.9 Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan Farid Siliwangi Ramadhan (2013) adalah pada peristiwa pengumuman kenaikan harga BBM yang diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 22 Juni 2013 terjadi perbedaan rata-rata abnormal return secara signifikan pada sektor perusahaan yang bergerak pada bidang otomotif dan komponenn.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2014) adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 2013. Hal ini menunjukan bahwa peristiwa pengumuman kenaikan harga BBM tanggal 22 Juni 2013 tidak menimbulkan abnormal return. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan sesudah kenaikan BBM. Hal ini menunjukan bahwa peristiwa pengumuman kenaikan harga BBM tanggal 22 Juni 2013 memengaruhi voluma perdagangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparsa (2014) adalah tidak adanya perbedaan abnormal return dan Trading Volume Activity atas pengumuman kenaikan harga BBM tahun 2013 pada saham LQ 45. Hal ini terjadi karena informasi tentang pengumuman kenaikan harga BBM sudah dapat diprediksi

sebelumnya oleh pelaku pasar. Reaksi investor terhadap adanya pengumuman kenaikan harga BBM memang dapat diduga mengingat isu dari pengumuman tersebut sudah beredar sebelum tanggal pengumuman. Maka, pengumuman kenaikan harga BBM tidak memiliki kandungan informasi.

2.10 Hipotesis Penelitian

a. Hipotesis 1

Hipotesis yang diuji adalah:

Ho : Tidak terdapat perbedaan return saham yang diukur dengan rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada

perusahaan Otomotif dan Komponen.

Ha : Terdapat perbedaan return saham yang diukur dengan rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada perusahaan Otomotif dan Komponen.

b. Hipotesis 2

Hipotesis yang diuji adalah :

Ho : Tidak terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang diukur dengan rata-rata Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada perusahaan Otomotif dan Komponen.

Ha : terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang diukur dengan rata-rata Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada perusahaan Otomotif dan Komponen.

2.11 Rerangka Teoritis 34

3,  METODA PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang termasuk dalam kategori studi peristiwa. Studi peristiwa (event study) yaitu penelitian yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2009). Informasi adalah semua pemeberitaan baik di dalam pasar modal maupun diluar pasar modal yang diterima investor dan merupakan suatu bahan yang dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pengambilan keputusan. Informasi di pasar modal terdiri atas informasi yang dipublikasikan (public information) dan informasi yang tidak dipublikasikan (private information).

Informasi yang dipublikasikan, yaitu informasi yang sudah diketahui oleh masyarakat umum dan memang sengaja untuk diberitahukan. Informasi yang tidak dipublikasikan, yaitu informasi yang hanya diketahui oleh kelompok tertentu dan bersifat rahasia. Informasi yang dicari oleh pelaku pasar modal guna pengambilan keputusan investasinya adalah informasi yang relevan, karena keberadaan informasi baik informasi yang dipublikasikan ataupun yang tidak dipublikasikan sangat berkaitan dengan perubahan harga saham di pasar modal. Dalam penelitian ini informasi yang digunakan sebagai event adalah informasi yang dipublikasikan, khususnya informasi mengenai pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Jika pengumuman kenaikan BBM yang terjadi membawa informasi, maka dikatakan peristiwa (event) tersebut mempunyai kandungan informasi (information content). Sebaliknya, jika pengumuman kenaikan BBM tidak membawa informasi maka dikatakan bahwa peristiwa (event) tersebut tidak mempunyai kandungan informasi.Menurut Jogyianto (2009), “studi peristiwa (event study) banyak digunakan untuk menguji reaksi pasar dari suatu peristiwa atau pengumuman. Studi peristiwa ini disebut juga analisis residual (residual analysis) atau pengujian indeks kinerja taknormal (abnormal performance index test) atau pengujian reaksi pasar (market reactiontest)”.

Terdapat empat kategori dalam penelitian studi peristiwa (Jogiyanto, 2009) :

1. Kandungan informasi (informasi content) Penelitian ini digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa. Jika suatu peristiwa atau informasi mengandung informasi, maka akan direspon oleh pasar yang ditunjukkan oleh adanya return taknormal (abnormal return).

2. Efisien pasar (market efficiency) Pengujian ini adalah suatu bentuk lanjutan dari pengujian kandungan informasi. Jika pengujian kandungan informasi hanya menguji return taknormal sebagai reaksi dari pasar, pengujian efisiensi pasar meneruskan dengan menguji kecepatan reaksi pasar tersebut, pasar disebut efisien secara informasi jika suatu peristiwa atau informasi direaksi dengan penuh dan cepat oleh pasar.

3. Evaluasi model (model evaluation) Penelitian yang mengevaluasimodel-model yang digunakan di studi peristiwa untuk menentukan model mana yang paling sesuai untuk kondisi yang tertentu.

4. Penjelasan mertik (metric explanation) Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penyebab reaksi pasar lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan return taknormal sebagai dependen variabel dan variabel-variabel penyebab, misalnya karakteristik perusahaan sebagai variabelvariabel dependen untuk menjelaskan terjadinya return taknormal tersebut.

Menagacu pada peneiltian diatas, penelitian ini juga dilakukan berdasarkan suatu peristiwa (event), yaitu adanya informasi mengenai pengumuman kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di Indonesia. Model yang digunakan untuk melihat pergerakan saham dalam penelitian ini adalah model penyesuaian pasar (market adjusted model), yakni model yang menjelaskan bahwa return suatu saham dipengaruhi oleh return pasar, dimana pengaruh pasar adalah sama untuk semua saham. Sedangkan untuk mengamati dampak event terhadap perdagangan saham dipergunakan Trading Volume Activity (TVA). Penelitian ini didasarkan pengamatan 20 hari bursa disekitar peristiwa, yaitu 10 hari sebelum peristiwa (hari ke t-1 sampai dengan hari t-10), dan 10 hari setelah peristiwa (hari ke t+1 sampai dengan hari ke t+10). Penelitian ini mengunakan 10 hari sebelum dan setelah tanggal pengumuman kenaikan BBM tahun 2014 didasarkan pada asumsi bahwa pengumuman ini benar-benar berpungaruh terhadap aktivitas perdagangan saham pada saat peristiwa tanpa dipengruhi faktor lain. Dengan mengunakan 10 hari sebelum dan sesudah pengumuman ini juga diasumsikan cukup untuk para investor untuk merespon atas kejadian pengumuman suatu peristiwa.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang dibutuhkan adalah, sebagai berikut:

1. Tanggal dilakukannya penghentian sementara pelaksanaan perdagangan efek di Bursa Efek Indonesia (Suspend BEI), pada tanggal 22 Juni 2013.

2. Harga saham pembuka dan penutupan harian selama periode penelitian untuk tiap saham yang termasuk dalam daftar saham Otomotif dan Komponen.

3. Data volume perdagangan saham harian selama periode penelitian untuk tiap saham yang termasuk dalam daftar saham Otomotif dan Komponen.

4. Indeks saham Otomotif dan Komponen. Data dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

3.3 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua perusahaan yang masuk dalam indeks perusahaan Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia (BEI). Karena peneliti ingin mengetahui pengaruh peristiwa terhadap semua perusahaan yang terdapat di indeks perusahaan Otomotif dan Komponen dengan metode sensus. Dimana metode sensus menurut Suharsini (2006), adalah pengambilan dari seluruh populasi akan dijadikan sebagai sampel data dari penelitian yang ingin diteliti, sesuai dengan pernyataan bahwa semakin besar jumlah saham populasi yang dijadikan data maka semakin kecil kemungkinan kesalahan yang terjadi. Penelitian ini diperkuat juga oleh metode sensus menurut Sugiono (2009) , dimana teknik pengambilan sampel, bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel sering dilakukan bila populasi relative kecil. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 sampel atau peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Dan data mengenai perusahaan ini diperoleh dari daftar perusahaan yang telah dipublikasikan diwww.idx.co.id.

Penelitian ini berbasis event study, terutama untuk periode harian, memerlukan emiten-emiten yang bersifat likuid dengan kapasitas besar, sehingga pengaruh suatu event dapat diukur dengan segera dan relatif akurat. Adapun penelitian ini menggunakan event window 10 hari bursa sebelum dan 10 hari sesudah event date yaitu pada periode 3 November sampai 1 Desember 2014. Periode waktu itu dipilih sebab dalam rentang waktu tersebut merupakan waktu-waktu yang rawan dari pelaku saham untuk mengambil ancangancang berspekulasi dalam melakukan transaksi jula beli saham. Sampel yang diambil berdasarkan kriteria, sebagai berikut:

a. Saham perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)

b. Saham teraktif perusahaan Otomotif dan Komponen selama tahun 2014 mulai 31 Oktober sampai dengan 5 Juli 2013.

c. Terdapat perdagangan di hari-hari pengamatan.

Berikut daftar perusahaan Otomotif dan Komponen sebagai sampel penelitian:

Tabel.2 Nama Perusahaan dan Kode

NoNAMA PERUSAHAANKODE
1PT Astra International TbkASII
2PT Astra Auto Part TbkAUTO
3PT Indo Kordosa TbkBRAM
4PT. Goodyear Indonesia TbkGDYR
5PT. Gajah Tunggal TbkGJTL
6PT. Indomobil Sukses International TbkIMAS
7PT. Indospring TbkINDS
8PT. Multi Prima Sejahtera TbkLPIN
9PT. Multistrada Arah Sarana TbkMASA
10PT. Nipress TbkNIPS
11PT. Prima alloy steel Universal TbkPRAS
12PT. Selamat Sempurna TbkSMSM

Sumber : finance.yahoo.com

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini menggunakan data sekunder harga saham, volume perdagangan, IHSG, volume perdagangan dan jumlah saham yang beredar dari perusahaan Otomotif dan Komponen dari tanggal 10 Juni sampai 5 Juli 2013.

b) Penelitian kepustakaan (library research) Penelitian ini dilaksanakan dengan membaca dan mempelajari literatur dan jurnal di perpustakaan untuk memenuhi data teoritis yang berkaitan dengan topic yang diteliti.

c) Dokumentasi

Cara pengumpulan data dengan cara memebuat salinan atau menggandakan data yang ada baik laporan perdagangan saham atau informasi disekitar tanggal pengumuman berlakunya kenaikan harga BBM.

d) Browsing

Adalah pengumpulan data dengan cara mendowload jurnal-jurnal, harga saham, volume perdagangan saham dan berbagai macam sumber lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Sugiyono (2010) menyatakan bahwa variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel sebagai berikut.

a) Kenaikan bahan bakar mesin (BBM)

Kenaikan BBM merupakan salah satu kebijkan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi pengeluaran negara untuk subsidi BBM.

b) Tanggal pengumuman kenaikan BBM

Merupakan tanggal yang menunjukkan pengumuman kenaikan BBM. Tanggal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 17 November 2014.

c) Harga saham

Harga saham merupakan jumlah dana yang dibutuhkan oleh investor untuk membeli satu lembar saham perusahaan. Data harga saham menggunakan closing price pada tanggal pengumuman kenaikan BBM (t-10), dan (t+10).

d) Return realisasi

Rumus return realisasi yang digunakan untuk menghitung abnormal return sesuai dengan rumus (1).

e) Abnormal Return

Variabel ini merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Abnormal return yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Market Adjusted Model. Rumus abnormal return yang digunakan sesuai dengan rumus (5).

f) Trading Volume Activity (TVA)

Variabel ini merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Rumus TVA yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan rumus (7).

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Klomogorov-Simirnov Test dan Paired Sampel T-Test perhitungannya dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS).

Penerapan model sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang menekankan pada pembahasan datadata dan subjek penelitian dengan menyajikan data-data secara sistematik dan tidak menyimpulkan hasil dari penelitian yang dilakukan (Priyatno, 2009). Analisis ini digunakan untuk menjelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata serta standar deviasi dari hasil pengolahan data.

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data variabel independen dan variabel dependen mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Santoso (2001) dalam Arisyahidin (2012), data dikatakan telah normal jika nilai signifikansi dari hasil pengujian Klomogorov-Simirnov lebih besar dari 5% (>0.05) dan tidak berdistribusi secara normal jika data lebih kecil dari 5% (<0.05).

3. Uji beda

Uji beda yang dalam penelitian ini dilakaukan untuk mengetahui kebermaknaan atau pengaruh berlakunya kebijakan kenaikan harga BBM terhadap abnormal return saham dan volume perdagangan saham tanpa melihat seberapa besar parameter pengaruh antar variabel yang diteliti. Langkah-langkah dalam pengujian :

a. Menentukan tingkat signifikansi:

ᾳ = 0,05 dengan degree of freedom (df) sebesar n-1.

b. Perbandingan t-hitung dan t-tabel

– Jika –t tabel < thitung < t tabel, maka Ho diterima.

– Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.

c. Membandingkan probabilitas (p) t-hitung dengan level of significance 5% (0,05)

Kesimpulan dari uji ini didasarkan pada:

– Apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak.

– Apabila nilai probabilitas (p) > 0,05 maka Ho diterima.

d. T tabel dapat dilihat pada tabelstatistik pada signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-1.

3.7 Tahapan Penelitian

Langkah yang dilakukan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Mengolah data berupa abnormal return dan Trading Volume Activity yang menjadi sampel penelitian dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

b) Mengelompokkan data harga dan return harian saham tersebut berdasarkan sepuluh hari sebelum kenaikan bahan bakar mesin atau BBM (t-10), 1 hari pada saat kenaikan BBM (t0), dan sepuluh hari setelah kenaikan BBM (t+10) dan melakukan perhitungan abnormal return dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

c) Mengelompokkan data jumlah saham yang diperdagangkan dan jumlah saham yang beredar berdasarkan sepuluh hari sebelum kenaikan bahan bakar mesin atau BBM (t-10) dan sepuluh hari setelah kenaikan BBM (t+10) dan melakukan perhitungan Trading Volume Activity (TVA) dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

d) Melakukan perhitungan rata-rata TVA berdasarkan lima hari sebelum kenaikan bahan bakar mesin atau BBM (t-10) dan lima hari setelah kenaikan BBM (t+10) dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

e) Menguji normalitas data abnormal return dan rata-rata TVA pada program SPSS 20.

f) Menguji hipotesis 1 dengan uji One Sample t-Test pada program SPSS 20.

g) Melakukan uji volatilitas pada rata-rata abnormal return dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

h) Menguji hipotesis 2 dengan uji Paired Sample t-Test pada program SPSS 20.

4.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk meihat pengaruh pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 terhadap investasi saham pada perusahaan Otomotif dan Komponen. Selanjutnya melalui pendekatan harga saham dan volume perdagangan saham dilihat dari 12 saham pada perusahaan Otomotif dan Komponen pada periode pengamatan, maka dilakukan perhitungan

untuk mengetahui return tak normal (abnormal return) dan volume perdagangan saham pada masing-masing perusahaan yang mencerminkan pengaruh pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap investasi pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang terdaftar di BEI.

Perhitungan abnormal return masing-masing sampel adalah harga harian yang diambil selama periode kejadian (eventperiod), yakni data harga harian 20 hari bursa yang terhitung dari tanggal 3 November 2014 sampai 1 Desember 2014. Sedangkan untuk pengamatan aktivitas volume perdagangan juga diambil selama 20 hari bursa dengan tanggal yang sama dan data harian untuk melihat pola aktivitas perdagangan sekitar periode kejadian untuk seluruh sampel. Analisis penelitian ini dimulai dengan menghitung abnormal return dari masing-masing saham perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Ada 12 perusahaan yang tergabung dalam perusahaan Otomotif dan Komponen selama periode pengamatan. Perhitungan abnormal return mengunakan model penyesuaian pasar (market adjusted model) dilakukan dengan mengurangkan return masing-masing saham dengan return indeks pasar yang dalam hal ini adalah return IHSG selama periode pengamatan. Sedangkan aktivitas volume perdagangan dengan membagi jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar selama periode pengamatan.

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.1 Analisis Deskriptif

Penelitian ini tentang pengaruh kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap aktivitas perdaganggan saham di perusahaan Otomotif dan Komponen diatas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013. Berikut ini disajikan tabel deskriftif variable, perkembangan abnormal return saham dan perkembangan rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM. Analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah statistic deskriptif. Gambaran umum hasil dari masingmasing data mengenai perkembangan rata-rata abnormal return saham dan Trading Volume Activity perdagangan untuk seluruh sampel penelitian sebelum dan sesudah pengumuman kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Mnyak (BBM) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Abnormal Return (AAR) dan Rata-rata Trading Volume Activity (ATVA) 12 Perusahaan Sampel 10 Hari Sebelum dan Sesudah Kenaikan BBM

KetARRATVAKet.ARRATVA
tmin1-0.0047406110.000355773tplus1-0.0081973320.000552677
tmin2-0.0117442370.000348512tplus20.0005489590.000948759
tmin30.0147542710.000274587tplus3-0.0051549870.000710757
tmin40.0005720820.000374273tplus40.020325560.000308775
tmin50.0028016330.000560813tplus5-0.0125734480.000142247
tmin60.0077213740.000279219tplus60.0101449930.000226958
tmin70.0102256450.000770332tplus70.0214097890.000214658
tmin8-0.0024230330.000705696tplus80.0163328810.000274973
tmin9-0.0018917530.000298586tplus90.0032206420.000307191
tmin10-0.0199837820.000628106tplus100.0161225180.000156929

Sumber : Data Olahan

Keterangan :

ARR = Average Abnormal Return

ARR = Average Trading Volume Activity

Berdasarkan tabel.3 dapat dilihat perubahan rata-rata abnormal return 10 hari sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Rata-rata abnormal return saham sebelum kenaikan harga BBM pada saat tmin10 (-0.019983782) samapai tmin8 (-0.002423033) terjadi penurunan AAR. Kemudian mengalami kenaikan lagi pada tmin7 (0.010225645) sampai tmin3 dan mengalami penurunan kembali tmin2 (-0.011744237) sampai tmin1. Sesudah peristiwa pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, sejak tplus1 (-0.008197331), tplus2 mengalami kenaikan (0.00054895) pada tplus3 mengalami penurunan kembali (-0.00515499) dan mengalami peningkatan kembali pada tplus4 (0.020325559), pada tplus5 (-0.012573448) mengalami penurunan dan tplus6 (0.010144992) sampai tplus10 (0.016122517) mengalami kenaikan kembali.

Perkembangan rata-rata Trading Volume Activity saham seluruh sampel penelitian sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dapat berdasarkan tabel.3 saat tmin10 (0.00062810) mengalami kenaikan sampai tmin7 (0.00077033) dimana kemudian mengalami penurunan dari tmin6 (0.00027921) sampai tmin1 (0.00035577). Setelah peristiwa pengumuman kenaikan Bahan Bakar Minyak sejak tplus1 (-0.00819733) mengalami penurunan, tplus 2 (0.00054895) mengalami kenaikan, tplus3 (-0.00515498) sampai tplus5 (-0.012573448) cenderung mengalami penurunan, dan tplus6 (0.0101449) sampai tplus 10 (0.01612251) cenderung mengalami kenaikan.

4.2.2 Statistik Deskriptif

Uji deskriftif statistik atau analisis deskriftif ini pengambaran tentang gambaran atau deskripsi dari variable-variabel penelitian. Deskripsi penelitian ini dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Data dalam penelitian ini dideskripsikan dengan cara melihat rata-rata return tak normal dan rata-rata trading volume activity 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.

  1. Statistik deskriptif abnormal return sebelum dan sesudah pangumuman kenaikan hargaBahan Bakar Minyak.

Tabel 4.  Discriptive Statistics

NMeanStd. DeviationMinimumMaximum
ARR sebelum10-.000470841100000.010311985009058-.0199837820000000.0147542710000000
ARR sesudah10.006217957500000.012369463292873-.0125734480000000.0214097890000000

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan Tabel 4. diatas dilihat dari 12 perusahaan yang menjadi sampel penelitian bahwa rata-rata abnormal return terjadi peningkatan sesudah pengumuman jika dibandingkan sebelum terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Tabel..4 menunjukkan nilai rata-rata abnormal return sebelum pengumuman -.0004708411 dan nilai rata-rata abnormal return sesudah pengumuman menjadi 0.0062179575. Hal ini membuktikan rata-rata sebelum lebih besarkecil dari pada sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak periode 10 hari. Sedangkan nilai minimum sebelum pengumuman terjadi pada saat tmin10 (-0.019983782) dan nilai maksimum terjadi pada saat tmin3 (0.014754271). Kemudian sesudah pengumuman nilai minimum terjadi pada saat tplus5 (-0.01257344) dan nilai maksimum terjadi pada saat tplus7 (0.02140978).

  1. Statistik deskriftif rata-rata volume perdagangan (Trading Volume Activity) sesudah dan sebelum pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.

Tabel5. Discriptive Statistics

NMeanStd. DeviationMinimumMaximum
TVA Sebelum10.000384392400000.000266867262114.0001422470000000.0009487590000000
TVA sesudah10.000459589700000.000188222642844.0002745870000000.0007703320000000

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan Tabel 5. Di atas dilihat dari nilai rata-rata volume perdagangan saham sesudah pengumuman mengalami naik daripada sebelum pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak periode 10 hari. Tabel.5 menghasilkan nilai mean dari volume perdagangan sebelum pengumuman sebesar 0.00038439 menjadi 0.00045958 sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Sedangkan nilai minimum TVA sebelum pengumuman terjadi pada saat tmin5 (0.00014224) dan nilai maksimum pada saat tmin2 (0.0009487). Sesudah pengumuman TVA minimum terjadi pada saat tplus3 (0.00027458) dan nilai maksimum yang terjadi pada saat tplus7 (0.00077033).

4.2.3 Uji Normalitas

Uji normalitas data yang dilakukan dalam penelitian ini sebelum data dianalisis dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk rata-rata abnormal return dan rata-rata TVA sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Dasar pengambilan keputusan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu jika probabilitas < 0,05 maka distribusi data tidak mengikuti distribusi normal. Sebaliknya jika probabilitas > 0,05 berarti distribusi data mengikuti distribusi normal.

1. Uji normalitas data rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.

Uji normalitas untuk data rata-rata abnormal return saham 10 hari sebelum dan sesudah kenaikan harga Bahan Bakar Miyak dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel.6 Uji Normalitas Rata-Rata Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Kenaikan Harga BBM – One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ARR sebelumARR sesudah
N1010
Normal Parametersa,bMean-.000470841100000.006217957500000
Std. Deviation.010311985009058.012369463292873
Most Extreme DifferencesAbsolute.139.188
Positive.075.121
Negative-.139-.188
Kolmogorov-Smirnov Z.441.596
Asymp. Sig. (2-tailed).990.870
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel.6 diatas, diperoleh nilai asymptotic significance >0,05 pada variable abnormal return saham baik sebelum dan sesudah pengumuman. Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal sehingga pengujian menggunakan uji statistic parametrik dapat dilanjutkan dengan alat uji yang selanjutnya.

2. Uji normalitas data rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.

Uji normalitas untuk data rata-rata volume perdagangan saham 10 hari sebelum dan sesudah kenaikan harga Bahan Bakar Miyak dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 7. Uji Normalitas Rata-Rata Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Kenaikan Harga BBM – One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TVA SebelumTVA sesudah
N1010
Normal Parametersa,bMean.000384392400000.000459589700000
Std. Deviation.000266867262114.000188222642844
Most Extreme DifferencesAbsolute.312.275
Positive.312.275
Negative-.182-.163
Kolmogorov-Smirnov Z.985.869
Asymp. Sig. (2-tailed).286.437
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber : Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel.7 diatas, diperoleh nilai asymptotic significance >0,05 pada variablevvolume perdagangan saham baik sebelum danvsesudah pengumuman. Hal ini menunjukkanvbahwa data memiliki distribusi normalvsehingga pengujian menggunakan uji statistic parametrik dapat dilanjutkan dengan alat uji yang selanjutnya.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan ratarata

yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) selama periode pengamatan. Paired sampel t tes analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Paired sample t test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua sampel yang berpasangan. Pegujian dilakukan terhadap rata-rata abnormal return dan rata-rata trading volume activity.

Tabel 8.  Pengujian Rata-Rata Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham Menggunakan Uji PairedSampel T Test

Variabelt-hitungt-tabeldfSig 2 tailedKet
Rata-rata Abnormal return saham 10 hari sebelum & 10 hari sesudah-1.256-2.26290,241tidak signifikan
Rata-rata TVA 10 hari sebelum & 10 hari sesudah-0.807-2.26290,441tidak signifikan

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan Tabel  8.  menjelaskan hasil yang dapat diuraikan melalui penjelasan sebagai berikut :

a. Hipotesis 1

Hipotesis yang diuji adalah:

Ho : Tidak terdapat perbedaan return saham yang diukur dengan rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada perusahaan Otomotif dan Komponen.

Ha : Terdapat perbedaan return saham yang diukur dengan rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada perusahaan Otomotif dan Komponen.

Keputusan :

1. Jika probalitas > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

2. Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima.

Berdasarkan hasil uji t ternyata diperoleh nilai t hitung sebesar -1.256 dengan nilai p sebesar 0,005. jika digunakan tingkat signifikansi 0,05 : maka nilai p-value (0,241) >0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Sehinga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan return saham yang di ukur dengan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak pada perusahaan Otomotif dan Komponen. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar tidak terkejut akan pengumuman ini. Dari hasil perihitungan juga disimpulkan bahwa peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak mengandung informasi yang berarti bagi para investor.

b. Hipotesis 2

Hipotesis yang diuji adalah :

Ho : Tidak terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang diukur dengan rata-rata Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada perusahaan Otomotif dan Komponen.

Ha : terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang diukur dengan rata-rata Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada perusahaan Otomotif dan Komponen.

Keputusan :

1. Jika probalitas > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

2. Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima.

Berdasarkan hasil uji t ternyata diperoleh nilai t hitung sebesar -0.807 dengan nilai p sebesar 0,441. Jika digunakan tingkatvsignifikansi 0,05 : maka nilai p-value (0,441) > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak pada perusahaan Otomotif dan Komponen di BEI. Hal ini menandakan bahwa pasar tidak merespon terjadinya peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak secara signifikan.

Tabel 9.  Kesimpulan Hipotesis Variabel

 KesimpulanHasil PenelitianHasil Penelitian
Diduga terdapat perbedaan Abnormal Return sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.DITOLAKTidak terdapat perbedaan Abnormal Return sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.
Diduga terdapat perbedaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.DITOLAKTidak terdapat perbedaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.

5.  PENUTUP

5.1 Implikasi Hasil Penelitian

Penelitian ini berimplikasi bagi berbagai macam pihak, antara lain:

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan sebagai informasi terhadap harga saham perusahaannya dan secara cepat dapat mengatasi kondisi pasar sehingga dapat mengambil kebijakan yang benar setelah terjadi peristiwa pengumuman kenaikan hargabahan bakar minyak ini. Agar harga saham perusahaan cepat terevaluasi dengan adanya informasi penting ini yang berkaitan dengan sekuritas tersebut sehingga investor tidak bisa memanfaatkan informasi untuk mendapatkan abnormal return dan mengindikasikan pasar yang efisien.

2. Bagi investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi investor yang akan melakukan investasi pada perusahaan, sebagai acuan untuk menganalisis pergerakan saham dan keuntungan yang akan diterima investor sehingga keputusan yang akan diambil memberikan dampak positif. Namun dari hasil penelitian ini bagi para investor ketika sebelum peristiwa pengumuman terjadi para investor dapat memperoleh abnormal return yang terjadi jika ingin menjual sahamnya, tetapi keuntungan yang didapat dikatakan tidak akan terlalu tinggi karena kenaikan yang terjadi tidak memberikan return yang besar bagi investor. Namun ketika sesudah peristiwa kenaikan harga BBM ini investor tidak dapat mengharapkan abnormal return terjadi karena semua informasi sudah tercermin dalam hargasekuritas saat ini. Dalam hal ini terjadi pasar yang efisien, tetapi yang terjadi return sesungguhnya lebih kecil dari return yang diharapkan. Jika investor ingin menjual atau membeli saham pada perusahaan Otomitif dan Komponen bila ingin menjual lebih baik ketika sebelum peristiwa pengumuman terjadi dan bagi investor yang ingin membeli saham lebih baik ketika waktu sesudah pengumuman karena harga yang rendah terjadi pada

perusahan. Hal ini akan memberikan return yang tidak terlalu tinggi, namun bila investor dapat menahan sahamnya untuk tidak menjual akan lebih baik karena peristiwa pengumuman kenaikan BBM ini tidak memberikan dampak yang lama dan dianggap memberikan dampak sesaat pada perusahaan Otomotif dan Komponen ini.

3. Bagi akademis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan, khususnya manajemen keuangan tentang reaksi pasar atas pergerakan harga saham terhadap peristiwa pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu dapat menjadi referensi tambahan bagi akademisi yang akan mengangkat tema penelitian yang sama.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi peneliti sebagai ilmu dan pengetahuan tambahan tentang bagaimana kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak dapat mempengaruhi return yang diukur dengan abnormal return dan volume perdagangan saham ketika peneliti ingin menjadi investor dalam pasar modal. Agar peneliti dapat mengambil kebijakan yang baik dan keputusaan yang efisien jika ketika peneliti ingin menjadi calon investor.

5.2 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui perbedaan abnormal return dan volume perdagangan sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2014 pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan event study dengan menguji dua hipotesis mengenai pengaruh peristiwa (event) yang terjadi terhadap investasi saham. Adapun kesimpulan hasil penelitian ini adalah :

1. Untuk hipotesis I, berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari pengujian beda rata-rata dengan menggunakan uji paired sampel test (uji t berpasangan) abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa, didapat hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan bahan bakar miyak tahun 2014 pada perusahaan otomotif dan komponen. Ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0.241 atau lebih besar dari nilai signifikansi pada 5% (0.05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa peristiwa kenaikan bahan bakar minyak ini mengandung informasi, namun informasi terdapatnya disekitar peristiwa pengumuman memberikan keuntungan abnormal return kepada investor. Sehingga secara statistik tidak terbukti bahwa terjadi efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat.

2. Untuk hipotesis II, hasil pengujian ratarata dengan mengunakan uji paired sampel test (uji t berpasangan) aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity/TVA) sebelum dan sesudah peristiwa didapat hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata TVA sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan bahan bakar minyak tahun 2014 pada perusahaan otomotif dan komponen. Ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,441 atau lebih besar dari nilai signifikan pada 5% (0.05). Hasil ini mengindikasikan bahwa peristiwa pengumuman kenaikan bahan bakar minyak ini tidak mempengaruhi volume perdagangan yang terjadi di pasar modal dan tidak menimbulkan reaksi yang cukup berarti.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap investasi saham yang diukur dengan abnormal return dan volume perdagangan (TradingVolume Activity). Meskipun demikian, penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Dalam penelitiana ini sampel hanya pada perusahaan Otomotif dan Komponen saja dalam subsektor Manufaktur pada tahun 2013, sehingga hasil analisis belum mencerminkan kondisi yang sangat berpengaruh terhadap return saham pada industri Manufaktur.

2. Penelitian ini hanya memakai variable abnormal return dan volume perdagangan untuk mencerminkan kondisi perubahan return saham.

5.4 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang ada, terdapat beberapa saran agar penelitian selanjutnya mengenai pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap investasi saham lebih sempurna. Adapun saran tersebut adalah:

1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel yang diteliti sehingga dapat mengambarkan pengaruh dari peristiwa lebih akurat. Dalam penelitian ini hanya mengunakan sampel pada subsektor industri Manufaktur yaitu subsektor Otomotif dan Komponen saja. Diharapkan penelitian yang selanjutnya menambahkan jumlah sampel dari keseluruhan sektor yang terdapat di industri Manufaktur agar diperoleh jumlah sampel yang lebih besar.

2. Bagi investor harus berhati-hati dalam mengambil keputusan atas investasi sahamnyasebelum dan sesudah pengumuman kenaikan bahan bakar minyak ini, karena informasi yang terkandung dalam pengumuman ini belum sepenuhnya mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. 60

DAFTAR PUSTAKA

Bashir, Adnan. 2013. Impact of Right Issues Announcment on Shareholders Wealth: Case Study of PakistaniListed Companies. International Journal of Contemporary Business Studies, Vol. 4, No. 3. March,2013ISSN 2156-7506.

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Hs, Arisyahidin. 2012. Dampak Kebijakan Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Investasi Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jurnal Ilmu Manajemen, REVITALISASI, Vol. 1, Nomor 2, September 2012.

Hartono, Djoko Setyo. 2011. Dampak Kenaikan Harga BBM di Pasar Dunia Tantangan Bagi Perekonomian Indonesia. Jurnal Unimus. Valu Added, Vol. 7, No. 2, Maret 2011- Agustus 2011.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Pertama. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan (UPP) AMP YKPN.

Jogiyanto. 2009. Studi Peristiwa : Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu Peristiwa. Yogyakarta:BPFE UGM.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE UGM. M., Prima. “Reaksi Return Saham LQ 45 dan Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi Saham Di BEJ Pada Peristiwa BOM Bali 2005”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (tidak dipublikasikan).

Nurrohim, Hasa, Sri Dwi Ari Ambarwati. 2008. Strategi Valuation Model: Pengambilan Keputusan Investasi Pada Perusahaan Manufaktur di BURSA Efek Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No.3 September 2008, hal 369-383.

Fama, E. F. 1970. Efficient Capital Market – A Review of Theory and Empirical Work. Journal of Finance Vol 25, No. 2: 383-417.

Ghazi F Momani. 2012. Impact of Economic Factors on the Stock Price at Amman Stock Market (1992-2010). International Journal of Economics and Finance. 4 (1), January 2012.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.f

Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada.

Hidayat, Riskin. 2008. Pengujian Pasar Efisien dan Single Index Model pada Peristiwa Pengumuman Kenaikkan Harga BBM di Bursa Efek Indonesia. Potensio Vol. 9 No. 1: 18-22.

Husnan, S. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Jogiyanto, H. M. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.

Jones, C.P. 1996. Investment Analysis and Managemen. Fifth Edition. Canada: John Willey & Sons Inc.

Munawarah. 2009. Analisis Pebandingan Abnormal Return dan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Suspend BEI (Studi Kasus pada Saham LQ-45 di BEI periode 6-15 Oktober 2008). Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Semarang.

Ningsih, Ervina Ratna & Cahyaningdyah, Dwi. 2014. Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Pengumuman Kenaikan Harga BBM 22 Juni 2013. Management Analysis Journal: 1-5.

Nurrohman, M.H. & Zulaikha. 2013. Pengaruh Earning Per Share, Return Saham, Kualitas Audit, dan Hasil Laba terhadap Return Saham Satu Tahun ke Depan. Diponegoro Journal of Accounting 1-9.

Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory 4th Edition. Toronto: Pearson Education Canada Inc.

Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business : A Skill Building Approach 2nd Edition. New York: John Wiley and Son.

Setyawan, St. Tri Adi. 2006. Analisis Reaksi Pasar Modal terhadap Kenaikan Harga BBM (Studi Kasus: di Bursa Efek Jakarta untuk Saham-saham LQ 45). Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Semarang.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. Yogyakarta: UMP AMP YKPN

Suparsa, I Made Joni & Ratnadi, Ni Made. 2014. Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity atas Pengumuman Kenaikan Harga BBM pada Saham yang Tergolong LQ45. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.2: 382-389.

Suryawijaya M A, dan F A Setiawan. 1998. Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri, Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996. Kelola, No. 18/VII/1998. pp:137-153.

Tandelilin, E. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE.

http://www.finance.yahoo.com, diakses pada tanggal 1 Desember 2014.

http://www.idx.co.id, diakses pada tanggal 1 Desember 2014.

http://www.tribunnews.com, diakses pada tanggal 14 Desember 2014.

Zeff, Stephen A. (1978). The Rise of “Economic Consequences. The Journal of Accountancy, Desember: 56-63.

http://webmuhammadiyah.blogspot.com/2014/08/pengertian-investasi-menurut-8-ahli.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/keputusan-berinvestasi-tujuan-dasar-dan.html

http://aabshare.blogspot.com/2014/01/pengertian-teori-investasi.html

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-pasar-modal-capital-market.html#_

http://putusuardiana.blogspot.com/2013/04/mengenal-pasar-modal-indonesia.html

http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-saham-dan-efisiensi-pasar-modal/

https://www.academia.edu/4677403/Hipotesis_Pasar_Modal_Menurut_Pendekatan_Tradisional_dan_Behavior_Finance

https://www.academia.edu/4041725/Pengujian_Efisiensi_Pasar_Modal Diakses pada tanggal 19 Desember 2014 63

UJI BEDA PENJUALAN PADA UD KENCANA MOTOR II SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA NAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

VANDY CHRISTVIYANTO & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

ARTIKEL MATA KULIAH EKONOMETRIK

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG –KABUPATEN MALANG

2014

1.  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Utomo (2008), transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sedangkan menurut Sukarto (2006), transportasi adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination).

Menurut Utomo (2008), transportasi memiliki fungsi dan manfaat yang terklasifikasi menjadi beberapa bagian penting. Transportasi memiliki fungsi yang terbagi menjadi dua yaitu melancarkan arus barang dan manusia dan menunjang perkembangan pembangunan (the promoting sector). Sedangkan manfaat transportasi menjadi empat klasifikasi yaitu manfaat ekonomi, sosial, politis, dan kewilayahan. Jenis-jenis transportasi terbagi menjadi tiga yaitu transportasi darat, air, dan udara.

Di Indonesia, transportasi darat merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan melalui tingkat penjualan kendaraan kendaraan bermotor di Indonesia yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kendaraan bermotor yang paling banyak mengalami peningkatan penjualan setiap tahunnya adalah sepeda motor. Peningkatan ini menyebabkan padatnya jalanan di Indonesia. Selain itu dengan diperkuat dari hasil penelitian Badan Pusat Statistik setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah sepeda motor di Indonesia. Berikut merupakan tabel yang menjelaskan peningkatan jumlah penjualan motor baru serta grafik yang menunjukan peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor.

Tabel 1. Peningkatan Jumlah Sepeda Motor di Indonesia

TahunPenjualan (unit)Persentasi Kenaikan (%)
200952.767.09311%
201061.078.18816%
201168.839.34113%
201276.381.18311%
201384.732.65211%

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2014)

Tingkat penjualan sepeda motor dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang dipengaruhi oleh kinerja perusahaan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang dipengaruhi oleh keadaan di luar perusahaan seperti halnya keadaan perekonomian suatu bangsa. Banyak orang menyebutkan bahwa faktor eksternal yang menyebabkan penurunan penjualan sepeda motor di Indonesia adalah kenaikan atau penurunan BBM. Tetapi pernyataan ini masih menjadi sebuah pertanyaan besar apakah perunanan atau kenaikan harga BBM memengaruhi jumlah penjualan sepeda motor. Oleh karena itu peneliti melakukan analisis uji beda paired sample t-test pada UD. Kencana Motor II Malang. Dengan analisis ini manajemen perusahaan dapat mengetahui apakah ada perbedaan tingkat penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan tingkat penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM di UD. Kencana Motor II?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengetahui perbedaan tingkat penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM di UD. Kencana Motor II.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan kajian untuk memperdalam pemahaman peneliti dalam ilmu ekonometrik yang mana dapat dijadikan dasar pemikiran atau landasan untuk kemajuan teori ekonometrik.

2. Bagi Perusahaan

Dapat di jadikan referensi bagi UD. Kencana Motor II dalam memutuskan strategi manajemen penjualan.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menjadi referensi utama atau tambahan bagi penelitian sejenis di masa depan. 4

2.  LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Transportasi

Menurut Utomo (2008), transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sedangkan menurut Sukarto (2006), transportasi adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Di dalam transportasi, terdapat unsur-unsur yang terkait erat dalam berjalannya konsep transportasi itu sendiri. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Manusia yang membutuhkan

b. Barang yang dibutuhkan

c. Kendaraan sebagai alat/sarana

d. Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi

e. Organisasi (pengelola transportasi)

Manfaat transportasi dibagi menjadi empat manfaat, yaitu manfaat ekonomi, sosial, politis, dan kewilayahan.

1. Manfaat Ekonomi.

Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga akan menimbulkan adanya transaksi.

2. Manfaat Sosial.

Transportasi menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya pelayanan untuk perorangan atau kelompok, pertukaran atau penyampaian informasi, perjalanan untuk bersantai, memendekkan jarak, memencarkan penduduk.

3. Manfaat Politis.

Transportasi menciptakan persatuan, pelayanan lebih luas, keamanan negara, mengatasi bencana, dan lain-lain.

4. Manfaat Kewilayahan.

Memenuhi kebutuhan penduduk di kota, desa, atau pedalaman.

2.1.1 Peran transportasi dalam kehidupan

Transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan transportasi akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang berjalan.

1. Aspek sosial dan budaya

Dampak sosial yang dapat dirasakan dengan adanya transportasi adalah adanya peningkatan standar hidup. Sedangkan untuk budaya, dampak yang dapat dirasakan adalah terbukanya kemungkinan keseragaman dalam gaya hidup, kebiasaan dan bahasa.

2. Aspek politis dan pertahanan

Bagi aspek politis dan pertahanan, transportasi dapat memberikan dua keuntungan yaitu dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional serta merupakan alat mobilitas unsue pertahanan dan keamanan.

3. Aspek hukum

Di dalam pengoperasian dan pemilikan alat angkutan diperlukan ketentuan hukum mengenai hak, dan tanggungjawab serta perasuransian apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, juga terhadap penerbangan luar negara yang melewati batas wilayah suatu negara, diatur di dalam perjanjian antarnegara (bilateral air agreement).

4. Aspek teknik

Hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan dan pengoperasian transportasi menyangkut aspek teknis yang harus menjamin keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan angkutan.

5. Aspek ekonomi

a. Bagi pihak perusahaan pengangkutan

Pengangkutan merupakan usaha memproduksi jasa angkutan yang dijual kepada pemakai dengan memperoleh keuntungan.

b. Pada pihak pemakai jasa angkutan

Pengangkutan sebagai salah satu mata rantai dari arus bahan baku untuk produksi dan arus distribusi barang jadi yang disalurkan ke pasar serta kebutuhan pertukaran barang di pasar.

Supaya kedua arus ini lancar, jasa angkutan harus cukup tersedia dan biaya sebanding dengan seluruh biaya produksi.

2.1.2 Jenis-jenis transportasi

Menurut Utomo (2008), Transportasi mimiliki tujuan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Alat Transportasi sendiri dibagi menjadi 3 yaitu, transportasi darat, transportasi air dan transportasi udara.

1. Transportasi Darat

Transportasi darat diantaranya adalah :

 Sepeda Motor, adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga tanpa atap baik dengan atau tanpa kereta di samping.

 Mobil Penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

 Mobil Bus, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

 Mobil Barang, adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.

 Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun sarana sarana di perkampungan baik di kota maupun di desa. Diantaranya adalah sepeda, becak, bajaj, bemo, dan delman.

 Kereta api, adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya).

2. Transportasi air

Transportasi air diantaranya adalah:

 Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dan sebagainya) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil.

 Feri, adalah sebuah sebuah kapal transportasi jarak dekat. Feri memunyai peranan penting dalam sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan jembatan atau terowong.

 Sampan (bahasa Tionghoa) adalah sebuah perahu kayu tiongkok yang memiliki dasar yang relatif datar, dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter yang digunakan sebagai alat transportasi sungai dan danau atau sebagai perahu untuk menangkap ikan.

3. Transportasi Udara

Pesawat terbang adalah kendaraan yang mampu terbang di atmosfir atau udara.

2.2 Jenis Perusahaan

1. Badan Usaha Perseorangan (single proprietorship)

Badan usaha perseorangan adalah badan usaha yang didirikan, dimiliki, dan dimodali oleh satu orang saja. Selain sebagai pemilik yang bertanggung jawab atas semua resiko usaha, orang tersebut juga bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan usaha sehari-hari dalam menghasilkan barang dan jasa. Menurut H.M.N. Purwosutjipto, bentuk perusahaan perseorangan secara resmi tidak ada. Namun dalam dunia bisnis, masyarakat telah mengenal dan menerima bentuk perusahaan perseorangan ini. Pada umumnya masyarakat yang ingin menjalankan usahanya dalam bentuk perusahaan perseorangan ini menggunakan bentuk Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD).

2. Perseroan Terbatas (PT)/(Naamloze Vennotschap = NV)

Perseroan terbatas adalah perusahaan yang modalnya terdiri atas saham atau sero, yang diperoleh dengan mengeluarkan surat-surat sero atau saham dan dijual kepada masyarakat. Setiap pemegang dapat memiliki satu sero atau lebih, dan memiliki tanggung jawab yang terbatas pada sejumlah modal yang ditanamkan pada PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta Notaris, sebelumnya harus meminta izin dan persetujuan dari Menteri Kehakiman, untuk kemudian mendaftarkannya pada Pengadilan Negeri dan mengumumkan dalam berita Negara (Lembaran Negara).

3. Persekutuan Firma (Fa)

Persekutuan Firma adalah badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang dengan nama bersama. Mereka juga bertindak sebagai pemimpin perusahaan dan bertanggung jawab atas segala kewajiban atau utang firma dengan segala harta bendanya, baik harta yang ditanamkan pada perusahaan maupun harta pribadinya. Dalam hal ini tidak terdapat pemisahan antara harta pribadinya yang lain dengan harta yang ditanamkan pada perusahaan.

4. Perseroan Komanditer (Commaanditarie Vennotschap = CV)

Perseroan komanditer didirikan oleh beberapa orang sebagaimana mendirikan firma. Perseroan komanditer (CV) didirikan dihadapan notaries untuk dibuatkan akte pendiriannya. Apabila pendirinya yang sekaligus sebagai pemilik ingin memperbesar modal perusahaan dan tidak mengkehendaki kepemimpinannya dicampuri orang lain, maka akan diterbitkan surat-surat sero atau saham yang kemudian dijual kepada masyarakat yang membutuhkan. Para pendiri CV selanjutnya disebutnya disebut sebagai persero aktif.

5. Koperasi

Defenisi koperasi secara resmi diberikan didalam undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Menurut undang-undang tersebut, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hokum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomis rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Istilah koperasi berasal dari bahasa inggris, cooperation, atau bahasa Belanda cooperatie, yang artinya usaha bersama.

6. Perusahaan Patungan (Joint Venture)

Joint Venture adalah bentuk usaha kerja sama antara dua orang atau lebih, baik kerja sama dalam pengumpulan modal dalam usaha, maupun dalam kegiatan organisasi.pertanggungjawaban terhadap kewajiban atau utang-utang perusahaan diatur secara khusus sesuai kesepakatan bersama.

7. Yayasan

Yayasan merupakan organisasi perkumpulan dan bukan merupakan badan usaha yang bertujuan mencari keuntungan, tetapi merupakan kegiatan sosial untuk membantu kesejahtraan masyarakat yang lemah dan melaksanakan kegiatan bagi kepentingan orang banyak. Sumber dana yang diperoleh yayasan berasal dari hasil sumbangan, hibah, pemberian, sedekah, atau bantuan yang tidak mengikat, baik berasal dari masyarakat organisasi, instansi swasta, maupun instansi pemerintah.

2.3 Faktor yang Memengaruhi Penjualan

Menurut Bayu Swastha, faktor-faktor yang memengaruhi penjualan antara lain:

1. Kondisi dan Kemampuan Penjual

Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual adalah:

a. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan

b. Harga produk atau jasa

c. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman

2. Kondisi Pasar

Pasar sebagai kelompok pembelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.

3. Modal

Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya.

4. Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang yang ahli dibidang penjualan.

5. Faktor-faktor lain

Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan yaitu kondisi dan kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan, dan faktor-faktor lain.

2.4 Bahan Bakar Minyak

Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif.

2.5 Hubungan antara Tingkat Penjualan dengan Kenaikan BBM

Kenaikan harga BBM akan mempengaruhi kegiatan perekonomian suatu negara. Kenaikan harga BBM akan menyebabkan inflasi yang tinggi yang mengakibatkan harga-harga barang dagang melambung tinggi. Biasanya inflasi terjadi tanpa adanya peningkatan pendapatan yang menyebabkan tingkat pembelian menurun. Jika harga barang dagang meningkat dan tingkat pembelian menurun, hal ini akan mengakibatkan tingkat penjualan suatu perusahaan akan mengalami penurunan.

3.  METODA PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan uji hipotesis (hypothesis testing). Penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya (Arikunto, 2006). Menurut Indriantoro & Supomo (2007), hypotesis testing adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan umumnya merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan data yang diteliti. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan tingkat penjualan di UD. KENCANA MOTOR II MALANG sebelum dan sesudah saat terjadi kenaikan harga BBM di Indonesia.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Sedangkan menurut Sukmadinata (2011), populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang menjual sepeda motor di kota Malang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah UD. Kencana Motor II yang menjual sepeda motor di Malang.

3.3 Data Penelitian

3.3.1 Jenis Data

Jenis data penelitian yang digunakan peneliti adalah kuantitatif dengan sumber data primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara langsung dengan tanpa melalui media perantara. Data primer ini langsung didapatkan dari pihak dalam perusahaan tempat peneliti melakukan penelitian. Menurut Sugiyono (2012), data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini berbentuk time series berupa data penjualan selama perioda pengamatan penelitian, yaitu mulai tanggal 8 November 2014 sampai dengan tanggal 28 November 2014. Data ini diperoleh dari catatan penjualan UD. Kencana Motor II Malang.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat penjualan sepeda motor di UD. KENCANA MOTOR II MALANG antara sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM. Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dan dokumentasi. Wawancara atau interview adalah suatu kegiatan untuk mencari kegiatan untuk mencari data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan berbagai pihak yang dianggap dapat memberikan data atau keterangan terpercaya.

Adapun pihak-pihak yang diwawancara adalah pemilik dari UD. Kencana Motor II Malang yang mengetahui seluk-beluk penjualan dan seluruh kegiatan operasional di UD. Kencana Motor II Malang ini.

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengumpulan bahan-bahan tertulis berupa buku-buku, data-data yang tersedia dan laporan-laporan yang relevan dengan objek penelitian untuk mendukung data yang sudah ada. Alat perekam mungkin menjadi salah satu alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk menulis hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber.

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Uji Normalitas

Ada sebuah pengujian yang harus dijalankan terlebih dahulu untuk menguji apakah data yang dipergunakan tersebut mewakili atau mendekati kenyataan yang ada. Untuk mengetahui apakah data yang diteliti terdistribusi normal ataukah tidak, digunakan uji normalitas. Menurut Ghozali (2005), uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data statistik penelitian dalam model regresi terdistribusi secara normal. Teknik yang digunakan untuk uji asumsi normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) terhadap nilai residual persamaan regresi menggunakan hipotesis pada tingkat signifikansi sebesar 0,05 (Santoso, 2009). Tingkat signifikansi dapat dijelaskan sebagai berikut.

i. H0: probabilitas > 0,05 Data residual terdistribusi normal.

ii. Ha: probabilitas < 0,05 Data residual tidak terdistribusi normal.

Jika data residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (seperti signifikansi yang dihasilkan K-S sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan metoda lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi, jika jauh dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu melakukan transformasi data, melakukan trimming data outliers, atau menambah data observasi.

3.4.2 Uji Beda dengan Menggunakan Paired Sample T-Test

Pada penelitian ini, menggunakan uji statistik dengan uji t-test berpasangan (paired sample t-test), dikarenakan data yang diteliti adalah data penjualan sebelum dan sesudah suatu peristiwa tertentu. Penelitian ini menggunakan kenaikan harga BBM sebagai peristiwa yang diuji. Uji t-test berpasangan ini bertujuan melihat apakah perbedaan setelah data menerima perlakuan yang berbeda (Santoso, 2009)

Tahapan menganalisis data dimulai dengan adanya pengumpulan data yang dibutuhkan dan persiapan alat analisis yang dipakai. Kemudian data tersebut diolah dengan alat uji analisis menggunakan Microsoft Excel dan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 20 for Windows.

3.5 Pengujian Hipotesis

Berdasarkan pada alat statistik yang digunakan dan hipotesis penelitian, maka peneliti menetapkan hipotesis. Hipotesis yang ditetapkan yaitu Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha). Ho adalah penetapan dugaan tidak ada perbedaan tingkat penjualan sepeda motor di UD. Kencana Motor II Malang antara sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM, sedangkan Ha adalah penetapan dugaan ada perbedaan tingkat penjualan sepeda motor di UD. Kencana Motor II Malang antara sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM. Dalam penelitian ini, akan dilakukan pengujian statistik untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat penjualan sepeda motor di UD. Kencana Motor II Malang antara sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM. Hipotesis statistik yang digunakan pada penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut.

H0 = 0: Tidak terdapat perbedaan tingkat penjualan sepeda motor di UD. Kencana Motor II Malang antara sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM.

H1 ≠ 0: Terdapat perbedaan tingkat penjualan sepeda motor di UD. Kencana Motor II Malang antara sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM.

4.  HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Nama perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Kencana Motor II. Kencana Motor II berada di jalan Danau Toba G7 F31 Sawojajar di kota Malang. Badan usaha Kencana Motor II adalah Usaha Dagang (UD). UD. Kencana Motor II berdiri tanggal 24 Agustus 2014. Pemilik UD. Kencana Motor adalah Bapak Indra Haryo. UD. Kencana Motor II menjual produk sepeda motor HONDA.

4.2 Data Perusahaan

Tabel 2. Data Penjualan Harian

4.3 Hasil Analisis

4.3.1 Uji Normalitas

Tabel 3. Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
sebelumsesudah
N1010
Normal Parameters a,bMean3,902,70
Std. Deviation2,6011,703
Most Extreme DifferencesAbsolute,236,259
Positive,236,259
Negative-,215-,177
Kolmogorov-Smirnov Z,747,821
Asymp. Sig. (2-tailed),632,511
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Dapat kita lihat dalam tabel di atas bahwa data memiliki signifikansi 0,511 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang di uji berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Beda Menggunakan Paired Sample T-test

Tabel 4. Paired Samples Test

Hipotesis :

1. H0: Tidak terdapat perbedaan tingkat penjualan sepeda motor di UD. Kencana Motor II Malang antara sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM.

2. Ha: Terdapat perbedaan tingkat penjualan sepeda motor di UD. Kencana Motor II Malang antara sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM.

a) Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel

Dengan tingkat keyakinan 95% maka alfa 5% dan karena menggunakan uji paired maka alfa dibagi 2 menjadi 0,25 untuk masing-masing sisi. Derajat kebebasan adalah 20-1 = 19. Sehingga dari data tersebut dapat diketahui bahwa t tabel sebesar 2,093 dan t hitung 1,106. Karena t hitung terletak pada daerah Ho diterima, maka bisa disimpulkan kenaikan harga BBM tidak berpengaruh secara efektif terhadap penjualan sepeda motor di UD. Kencana Motor II.

b) Berdasarkan nilai probabilitas

Terlihat bahwa t hitung adalah 1,106 dengan probabilitas 0,297. Untuk uji dua sisi, angka probabilitas adalah 0,297/2 = 0,1485. Karena 0,1485 > 0,025 maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjualan sepeda motor sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM relatif sama.

5.  PENUTUP

5.1 Simpulan

Penilitian ini menggunakan data penjualan harian di UD. Kecana Motor II, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Dengan melihat hasil penilitian menggunakan uji beda paired sample t-test, dapat diketahui bahwa tingkat penjualan di UD. Kencana Motor II sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM tidak mengalami perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan menggunakan spss 20 bahwa t hitung lebih kecil daripada t tabel dan nilai probabilitas lebih dari 0,025.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini hanya menggunakan sampel yang kecil sehingga hasil dari penelitian ini belum bisa menggambarkan apakah terdapat perbedaan penjualan sebelum dan sesudah kenaikan BBM secara menyeluruh.

5.3 Saran

Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dan topik sejenis disarankan untuk menggunakan data atau sampel yang lebih luas, sehingga hasil penelitian dapat menggambarkan kondisi yang lebih luas dan sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bayu, Swastha. 2003. Manajemen Pemasaran Modern. Jakarta: Penerbit Cipta.

http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=17&notab=12 (diakses pada Kamis, 18 Desember 2014 pukul 20.00).

Purwosutjipto, H.M.N. 1996. Pengertian Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pertanggungan. Buku 6, Cetakan Keempat. Jakarta: Djmabtan.

Santoso, S. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sukarto, H. 2006. Transportasi Perkotaan dan Lingkungan. Banten: Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan.

Utomo. 2008. Transportasi Perkotaan. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia.

UJI BEDA PENJUALAN PADA COFFEE STORY SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK

INDRA KURNIAWAN S. & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

ARTIKEL MATA KULIAH EKONOMETRIK

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap penjualan di Coffee Story. Dari hasil analisis menggunakan Paired Samples T Test menghasilkan kesimpulan bahwa penjualan di sekitar hari berlakunya kenaikan harga bahan bakar minyak, yaitu 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah peristiwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak tidak berpengaruh terhadap penjualan di Coffee Story dan mengindikasikan bahwa konsumen tidak merespon peristiwa tersebut untuk mengurangi konsumsi.

Kata-Kata Kunci: Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak, Paired Sample T Test, Penjualan

1.  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena kenaikan harga bahan bakar minyak merupakan fenomena besar yang baru saja terjadi di Indonesia. Tertanggal 18 November 2014 pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM sebesar Rp.2.000,00 per liter. Untuk premium dari Rp.6.500,00 menjadi Rp.8.500,00 dan untuk solar dari Rp.5.500,00 menjadi Rp7.500,00 Keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak guna mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia dan untuk menghemat anggaran negara ternyata membawa dampak yang luas bagi masyarakat. Dampak ini bisa terlihat dari inflasi yang terjadi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, inflasi bulan November 2014 sebesar 1,50%. Inflasi bulan November 2014 cenderung lebih tinggi daipada bulan November tahun-tahun sebelumnya yang selalu kurang dari 1%.

Inflasi yang tinggi ini tentu membawa dampak di bidang ekonomi. Dampak yang terjadi salah satunya adalah meningkatnya harga-harga barang secara umum., selain itu inflasi juga membawa dampak lain yaitu turunnya daya beli masyarakat. Daya beli adalah kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam bentuk barang maupun jasa. Ketika daya beli masyarakat menurun maka masyarakat akan cenderung mengurangi konsumsi barang maupun jasa.

Ketika masyarakat mulai mengurangi konsumsi, baik dalam bentuk barang maupun jasa dan inflasi cenderung tinggi, maka kegiatan usaha juga akan terganggu. Gangguan ini bisa bisa dilihat dari menurunnya pendapatan atau meningkatnya beban pada usaha tersebut. penurunan pendapatan dan peningkatan beban ini akan mengurangi laba yang diperoleh perusahaan.

Laba yang menipis akan membuat perusahaan memikirkan cara melakukan efisiensi. Cara efisiensi yang biasanya sering dilakukan adalah pemutusan hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja ini akan mengakibatkan kesempatan kerja berkurang dan mengurangi kesejahteraan masyarakat, yang pada akhirinya akan mengakibatkan ketidaksetaraaan dalam ekonomi.

Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian menggenai perbedaan penjualan sebelum dan sesudah kenaikan bahan bakar minyak dengan judul “ UJI BEDA PENJUALAN PADA COFFEE STORY SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan penjualan di coffee story sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, dapat diperoleh tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah terdapat perbedaaan penjualan di coffee story sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Sebagai alat untuk mengetahui dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap penjualan sehingga dapat menentukan strategi dalam mempertahankan keberlangsungan usaha.

2. Bagi Peneliti lain

Sebagai saran mempraktekkan teori-teori statisitka yang dipelajari dan sebagai refrensi untuk penelitian yang lain. 4

2.  LANDASAN TEORI

2.1 Sumber Daya Alam

Menurut Amir&Rija (2007) sumber daya alam berarti sesuatu yang ada di alam yang berguna dan mempunyai nilai dalam kondisi dimana kita menemukannya. Tidak dapat dikatan sumber daya alam apabila sesuatu yang ditemukan tidak diketahui kegunaannya sehingga tidak mempunyai nilai, atau sesuatu yang berguna tetapi tidak tersedia dalam jumlah besar disbanding permintaannya sehingga sesuatu tersebut dianggap tidak bernilai. Sesuatu dikatakan sebagai sumber daya alam apabila memenuhi 3 syarat, yaitu sesuatu itu ada, dapat diambil, dan bermanfaat. Dengan demikian sumber daya alam mempunyai sifat dinamis, dalam arti kesempatan suatu benda untuk menjadi suber daya selalu terbuka. Jika dilihat dari bentuk fisiknya sumber daya alam dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Sumber Daya Lahan

2. Sumber Daya Hutan

3. Sember Daya Air

4. Sumber Daya Mineral

Sedangkan berdasarkan proses pemulihannya, sumber daya alam dapat dibedakan menjadi 3 klasifikasi (Alen, 1959), yaitu:

1. Sumber daya alam yang tidak dapat habis (inexhaustible natural resources), seperti : udara, energi matahari, dan air hujan.

2. Sumber daya lama yang dapat diganti atau diperbaharui dan dipelihara (renewable resources), seperti : air di danau/sungai, kualitas tanah, hutan, dan margasatwa.

3. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources/irreplaceable natural rersources), seperti : batubara, minyak bumi, dan logam.

2.2 Bahan Bakar Minyak

Menurut Hanan Nugroho (2005) BBM adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan (refinery) terlebih dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak, yang termasuk di dalamnya adalah BBM. Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak mentah menghasilkan berbagai produk lain sperti gas, hingga ke produk seperti naphta, light sulfur wax residue (LSWR) dan aspal.

BBM yang dimaksud oleh pemerintah Indonesia untuk keperluan pengaturan harga dan subsisdi meliputi :

1. Bensin

Jenis bahan bakar bensin adalah nama umum untuk beberapa jenis BBM yang digunakan untuk pembakaran dan pengapian mesin. Di Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran yang berbeda. Nilai mutu pembakaran ini dihitung dengan nilai RON (Random Octane Number), berdasarkan nilai RON tersebut, BBM dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Premium (RON 88)

Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor. Bahan bakar jenis ini sering disebut gasoline atau petrol.

b. Pertamax (RON 92)

Pertamax ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tampa timbal (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraaan yang diproduksi di atas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi starae dengan electronic fuel injection dan catalytic convertera,

c. Pertamax Plus (RON 95)

Pertamax jenis ini telah memenuhi standart performance international world wide fuel charter (WWFC). Pertamax jenis ini ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan itnggi dan ramah lingkungan. Pertamax plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi electronic fuel injection (EFI), variable valve timing intelegent (VVTI), turbochangers dan catalytic converters.

2. Minyak Tanah (Kerosone)

Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari minyak mentah yang memiliki titik didih antara 150 ˚C dan 300 ˚C dan tidak berwarna. Minyak tanah digunakan selama bertahun-tahun sebagai alat bantu penerangan, memasak,water heating. Umumnya minyak tanah digunakan untuk pemakaian rumahan dan industry kecil.

3. Minyak Solar (HSD)

High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka performa Cetane number 45, jenis BBM ini biasanya digunakan untuk mesin mesin diesel yang biasa dipakai dengan system injeksi pompa mekanik (injection pump) dan electronic injecton, jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor transportasi dan mesin industry.

2.3 Penjualan

Penjualan adalah suatu upaya yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keingininan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba (Marwan, 1991). Penjualan merupakan sumber keberlangsungan hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan

Menurut Winardi (1982), penjualan adalah suatu transfer hak atas benda-benda, yang dalam prosesnya memerlukan orang-orang yang bekerja di bidang penjualan seperti pelaksanaan dagang, agen, wakil pelayanan dan wakil pemasaran. Ada beberapa penjualan yang dikenal oleh masyarakat diantaranya:

1. Penjualan secara tunai

Menurut Mulyadi (2001), penjualan tunai dilaksanakan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harag barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.

2. Penjualan secara kredit

Menurut Mulyadi (2001), penjualan secara kredit dilakukan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barng sesuai dengan oreder yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu, perusahaan mempunyai tagiah kepada pembeli tersebut.

3. Penjualan cicilan

Menurut Dr.F.Zebua (2009), penjualan cicilan adalah penyerahan produk yang dimiliki penjual kepada pembeli dengan menerima uang muka (down payment),dan sisanya dalam bentuk pembayaran cicilan selama periode waktu tertentu.

4. Penjualan Konsinyiasi

Menurut Wiley (2007), penjualan konsinyiasi adalah situasi diamana pihak pemegang barang persediaan bertindak sebagai agen bagi pemilik sebenarnya.

2.4 Hipotesis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hipotesis adalah sesuatu yg dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan penjualan pada coffee story sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak.

Ha : Terdapat perbedaan penjualan pada coffee story sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak.

2.5 Rerangka Pikir

Kenaikan harga bahan bakar minyak Penjualan di Coffee Story.

3.  METODA PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjelaskan sifat hubungan tertentu atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih factor dalam suatu situasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mencoba menjelkaskan perbedaaan penjualan pada coffee story sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari obyeknya. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan penjualan yang diperoleh langsung dari perusahaan, yang dalam hal ini adalah coffee story.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh penjualan pada coffee story. Sampel dalam penelitian ini penjualan di coffe story 10 hari sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak dan penjualan di coffee story 10 hari sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak.

3.4 Definisi Opersional dan pengukuran Variabel

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dibangun sehingga dapat menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan independen. Penelitian ini membahas perbedaaa penjualan di coffee story sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak.

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah penjualan di coffee story.

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen yang menjadi focus dalam penelitian ini adalah kenaikan harga bahan bakar minyak.

3.5 Metoda Analisis

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan bantuan teknologi komputer, yaitu menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20. Metode analisis yang digunakan untuk meneliti perbedaaan penjualan adalah menggunakan Klomogorov Simirnov test dan Paired Sample T- Test. Uji ini dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan (paired), sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama namun memiliki dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda.

Penerapan model sebagai berikut :

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data variabel independen dan variabel dependen mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Santoso (2001) data dikatakan tealh normal apabila nilai signifikansi dari pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 5% (>0,05) dan dikatakan tidak terdistribusi normal apabila lebih kecil dari 5% (<0,05).

2. Uji Beda

Uji beda dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap penjualan dari coffee story.

Langkah-langkah dalam pengujian :

a. Menentukan tingkat signifikansi α = 0,05 dengan degree of freedon(df) sebesar n-1.

b. Perbandingan t-hitung dan t-tabel

Jika –t tabel<t hitung< t tabel, maka Ho diterima.

Jika –t hitung<-t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.

c. Membandingkan probabilitas (p) t-hitung dengan level of significance 5% (0,05)

Kesimpulan dari uji ini didasarkan pada :

Apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak.

Apabila nilai probabilitas (p) > 0,05 maka Ho diterima.

d. T tabel dapat dilihat pada tabel statistic pada signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-1.

3.6 Hipotesis Statistik

Hipotesis statisti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : μ1 = μ2

Ha : μ1 ≠ μ2 14

4.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Coffee story merupakan salah satu café yang ada di kota malang. Café ini berlokasi di jalan Kawi Atas No. 23 Malang. Coffee story pertama kali didirkan pada tanggal 12 desember 2011, café ini menyediakan aneka varian kopi yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Berbagai macam kopi atau coffee mix yang bisa dipesan oleh pengunjung di Coffee Story yakni antara lain seperti Kopi Luwak, Espresso, Hazelnut Cappuccino, Caramel Cappuccino, Hazelnut Frappe, dan banyak lagi varian minuman lainnya.

Coffee story Mengusung konsep café, resto dan education, Coffee Story berkeinginan untuk berbagi ilmu pengetahuan tentang kopi kepada pelanggannya. Di sini pengunjung bisa menikmati aneka rasa kopi dari berbagai daerah, sekaligus bisa belajar banyak hal tentang kopi seperti cara minum kopi yang benar. Pengunjung juga dapat melihat secara langusng proses pembuatan kopi oleh barista, selain itu pengunjung juga bisa meracik sendiri kopi yang diinginkan.

Coffee Story ini berkeinginan mengadakan beberapa program berbeda untuk menarik minat pecinta kopi datang dan bergabung dengannya. Pertama, Coffee Story akan menyediakan kelas khusus bagi para pecinta kopi untuk bisa mempelajari lebih dalam segala hal tentang kopi. Seorang ahli kopi nantinya akan dihadirkan pada kelas ini agar pengunjung yang bergabung dapat bertanya banyak hal tentang kopi, sejarah, serta cara pembuatannya. Selain itu, Coffee Story juga berniat untuk mengadakan duel barista competition untuk para barista yang ada di Malang.

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.1 Data mentah SPSS

Gambar 4.1 Data mentah SPSS

Data di atas merupakan data penjualan di coffee story 10 hari sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak dan 10 hari setelah kenaikan harga bahan bakar minyak. Data diatas diperoleh dari penjualan coffee story bulan November 2014.

4.2.2 Hasil Analisis SPSS

Tabel 1. Uji Normalitas Penjualan di Coffee Story Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sebelum_kenaikan_BBMSesudah_kenaikan_BBM
N1010
Normal ParametersaMean1385685.001505830.00
Std. Deviation427720.421447841.053
Most Extreme DifferencesAbsolute.132.202
Positive.128.202
Negative-.132-.117
Kolmogorov-Smirnov Z.418.637
Asymp. Sig. (2-tailed).995.811
a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 1, diperoleh nilai asymptotoic significance untuk sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar 99.5% dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar 81.1%. karena pada kedua data diatas memiliki nilai asymptotoic significance > 5% maka dapat dikatakan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal sehingga pengujian menggunakan uji statistik parametrik dapat dilanjutkan dengan alat uji yang selanjutnya.

Tabel 2. Paired Samples Statistic Penjualan di Coffee Story Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Paired Samples Statistics
MeanNStd. DeviationStd. Error Mean
Pair 1Sebelum_kenaikan_BBM1.39E610427720.421135257.073
Sesudah_kenaikan_BBM1.51E610447841.053141619.776

Pada bagian Paired Samples Statistic dapat dilihat bahwa rata-rata penjualan sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar 1.390.000. sedangkan setelah kenaikan harga bahan bakar minyak rata-rata penjualan sebesar 1.510.000. banyaknya data yang dimasukkan masing-masing sebanya 10, dengan standart error sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak masing-masing sebesar 135257.073 dan 141619.776.

Tabel 3. Paired Samples Correlation Penjualan di Coffee Story Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Paired Samples Correlations
NCorrelationSig.
Pair 1Sebelum_kenaikan_BBM & Sesudah_kenaikan_BBM10-.302.397

Pada bagian Paired Samples Correlation antara kedua variabel, dihasilkan angka Correlation sebesar -0.302 dengan nilai probabilitas sebesar 0.397dengan jumlah data yang dimasukkan sebanyak 10. Nilai probabilitas 0.397 jauh diatas 0.05, hal ini menyatakan bahwa korelasi antara penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak tidak erat dan tidak berhubungan secara nyata.

Tabel 4. Paired Samples Test Penjualan di Coffee Story Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak

Sumber: Data Diaolah

Pada bagian Paired Sample Test dapat dilihat bahwa mean sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar -1.201E5 dengan standar deviasi 706465.418dan standar error mean 223403.980, selain itu t hitung adalah -0.538 dengan degree of freedom 9 dan signifikansi/sig (2-tailed) sebesar 60.4%. Karena probabilitas lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima dah Ha ditolak atau tidak ada perbedaan penjualan sebelum dan sesudah kienaikan harag bahn bakar minyak. 19

5.  PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap penjualan pada coffee story. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjualan pada coffee story 10 hari sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak dan penjualan pada coffee story 10 hari setelah kenaikan harga bahan bakar minyak. Dari penelitian yang sudah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan penjualan sebelum dan seudah kenaikan harga bahan bakar minyak.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini dharapkan dapat memberkan gambaran tentang pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap penjualan yang terdapat pada coffee story . Meskipun demikian, penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain

1. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan hanya penjualan pada coffe story, sehingga hasil analisis masih belum bisa menggambarkan perbedaan penjualan sebelum dan sesudah kenaikan bahan bakar minyak pada industri rumah makan.

2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel penjualan untuk mengetahui pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang ada, terdapat beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yang ingin yang ingin menggunakan uji beda untuk melihat pengaruh kenaikan harga bahan bakr minyak. Adapun saran tersebut adalah :

1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel lain, sehingga dapat menggambarkan pengaruh dari kenaikan harga bahan bakar minyak dengan lebih akurat.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian pada lebih dari 1 perusahaan agar diperoleh hasil penelitian yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Hipotesis. http://kbbi.web.id/hipotesis (Diakses 15 Desember 2014)

http://www.academia.edu/4690970/Jenis_-_Jenis_Bahan_Bakar (Diakses 13 Desember 2014)

Nugroho, Hanan. 2005. Apakah Persoalannya pada Subsidi BBM.. Perencanaan

Pembangunan, X(2)

https://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/91-pengertian-penjualan.pdf (Diakses 13 Desember 2014)

Santoso, Singgih. 2013. Menguassai SPSS 21 di Era Informasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Solihin Amir, Muhammad;Sudirja, Ridja. 2007. Pengelolaan Sumber Daya Alam

Secara terpadu Untuk Memperkuat Perekonomian Lokal. SoilREns. Vol.8. No.15

http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=27 (Diakses 13 Desember 2014)