PERBEDAAN HARGA SAHAM PT. UNILEVER SEBELUM DAN SESUDAH PELANTIKAN JOKOWI

RUTH FELISIA & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

PERKULIAHAN METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

  1. PENDAHULUAN

Latar belakang

Saat ini investasi bukanlah monopoli kaum berduit, karena hampir semua orang dapat melakukan investasi dengan beragam pilihan produk yang dapat disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan. Pada prinsipnya dalam melakukan investasi terdapat beberapa pilihan antara lain produk-produk keuangan seperti deposito, saham, dan reksa dana. Aset berwujud seperti emas, properti, dan benda-benda koleksi juga dapat dijadikan pilihan investasi. Selain itu, membuka usaha secara mandiri juga merupakan investasi (http://www.investasisaham.org/) . Namun, banyak orang memiliki pemikiran bahwa investasi hanya sebatas saham.

Menurut Jogiyanto (2009) klasifikasi saham dibedakan menjadi tiga yaitu saham biasa,  saham preferen, saham treasuri. Selain itu, Menurut Siamat (2005:508) saham biasa dapat dibedakan dalam berbagai jenis antara lain saham unggul (blue chip),  growth stock, emerging growth stock, income stock, cyclical stock, defensive stock.  Defensive stock adalah saham yang perusahaannya dapat bertahan dan tetap stabil dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu dan resesi. Saham Unilever Indonesia Tbk. merupakan salah satu saham defensif di bidang konsumer. Berdasarkan pasardana.com, Unilever  Indonesia Tbk. merupakan  perusahaan yang memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti perlengkapan mandi, deterjen, margarin, produk perawatan kulit, makanan, dan lain sebagainya.

Beberapa waktu belakangan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan dan penurunan dipengaruhi oleh perekonomian nasional dan global. Tidak hanya perekonomian saja, keputusan-keputusan politik di tingkat atas juga dapat mempengaruhi IHSG. BKPM melaporkan bahwa realisasi investasi sepanjang semester III 2014 mencatat titik tertinggi sepanjang sejarah Indonesia yaitu Rp 119,9 triliun. Hal ini menunjukkan indikator meningkatnya kepercayaan para investor asing terhadap stabilitas perekonomian Indonesia.

Menurut Sukirno (2006) melalui teori ekspektasi rasional (rational expectations) menganggap bahwa semua pelaku kegiatan ekonomi bertindak secara rasional, mengetahui seluk beluk kegiatan ekonomi dan mempunyai informasi yang lengkap mengenai peristiwa-peristiwa dalam perekonomian. Ketika hasil pemilu pada 9 Juli 2014 menunjukkan Jokowi-Jusuf Kalla memperoleh suara paling tinggi, pasar menunjukkan respon yang positif. IHSG mengalami kenaikan 3,2% ke posisi 4,878. Pada tanggal 22 Juli 2014 ketika Komisi Pemilihan Umum mengumumkan secara resmi IHSG bergejolak tidak terlalu ekstrm. IHSG mengalami penurunan 43,60 poin atau sekitar 0,85%.

Dengan latar belakang IHSG yang bergejolak karena pengaruh kondisi perekonomian Indonesia dan keputsan-keputusan politik, Penulis hendak melakukan penelitian yang berjudul PERBEDAAN HARGA SAHAM PT. UNILEVER SEBELUM DAN SESUDAH PELANTIKAN JOKOWI. Penelitian ini untuk membuktikan apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah pelantikan Jokowi terhadap harga saham PT. Unilever.

Rumusan Masalah

Bagaimana kondisi harga saham PT. Unilever sebelum pelantikan presiden Jokowi?

Bagaimana kondisi harga saham PT. Unilever sesudah pelantikan presiden Jokowi?

Apakah terdapat perbedaan harga saham PT. Uniever sebelum dan sesudah pelantikan presiden Joko Widodo?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kondisi harga saham PT. Unilever sebelum pelantikan presiden Jokowi.

Untuk mengetahui kondisi harga saham PT. Unilever sesudah pelantikan presiden Jokowi.

Untuk membuktikan  apakah terdapat perbedaan yang signifikan harga saham PT. Unilever sebelum dan sesudah pelatikan presiden Jokowi.

Manfaat Penelitian

Manfaat bagi Penulis.

Penulis mampu memahami penggunaan SPSS untuk melakukan proses pengujian statistik dan menarik kesimpulan terhadap hipotesis yang telah dibuat.

Manfaat Praktik.

Manfaat praktik dari penelitian ini adalah sebagai referensi mengenai penanaman modal PT.Unilever, apakah terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah pelantikan presiden Jokowi.

  • LANDASAN TEORI

2.1 Pasar Modal

Pasar modal merupakan sarana yang bagi investor untuk melakukan pilihan investasi pada berbagai alternatif asset. Sedangkan,  bagi perusahaan, pasar modal digunakan untuk mendapatkan tambahan dana jangka panjang guna membiayai kegiatan usahanya. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif investasi yang  berfungsi untuk menyalurkan dana dari lender (pihak yang kelebihan dana) kepada borrower (pihak yang membutuhkan dana) dalam waktu jangka panjang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Lawrence J. Gitman dalam bukunya Principles of Management Finance (2003: 38). “The capital market is financial relationship created by number of institutions and arrangements that allows the suppliers and demanders of long-term funds transactions”.

Menurut keputusan menteri keuangan RI No.1548/KMK/90, tentang peraturan pasar modal, pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga berupa saham yang beredar.

Sementara, menurut UU No.8 tahun 1995 tentang pasar modal, Pasal 1 ayat 13, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya dan lembaga serta profesi yang berkaitan dengan efek. Efek yang dimaksud dalam definisi di atas adalah setiap surat berharga berupa surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

2.1.1 Bursa Efek

Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakil. Menurut Siamat (1999) bursa efek berfungsi untuk menjaga komunitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.

 Agar kegiatan emisi dan transaksi di bursa dapat berlangsung dengan cepat, efisien dan bisa dipercaya maka diperlukan peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal. Menurut Siamat (1999:200) lembaga penunjang pasar modal di Indonesia meliputi lembaga penunjang pasar perdana, lembaga penunjang pasar sekunder, dan lembaga penunjang dalam emisi obligasi.

Stock Index merupakan suatu indikator pasar yang mencatat rata-rata perubahan sebagian atau seluruh harga saham (common stock) yang ditransaksikan di bursa saham. Salah satu dari stock index adalah Indeks Harga Saham Gabungan.  IHSG adalah penggambaran secara keseluruhan keadaan harga-harga saham pada suatu bursa untuk waktu tertentu dibandingkan dengan harga saham secara keseluruhan pada waktu yang berbeda sehingga dapat dilihat kecendrungan kenaikan atau penurunan. IHSG merupakan indeks gabungan dari seluruh saham yang terdaftar, yang dikeluarkan oleh BEI yang bertujuan untuk memudahkan  investor mengukur kinerja portofolio global mereka. Indeks tersebut memasukan hasil-hasil dari perdagangan saham yang telah dikelompokan dalam sektornya masing-masing.

Adapun rumus untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut :

Keterangan :

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan

ΣPs = Total harga saham

Divisor = Harga dasar saham

2.2 Investasi

Dalam arti luas investasi diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Sedangkan dalam arti sempit investasi adalah suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari suatu aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan atau return.

Investasi dapat dilakukan pada aktiva riil (real assets) dan akiva keuangan (financial assets). Pada aktiva riil, investasi dapat dilakukan baik dalam bentuk berwujud (tangible assets) seperti membangun pabrik, mesin, kantor, kendaraan, maupun dalam bentuk tidak berwujud seperti (intangible assets) seperti merek dagang (trade mark) dan keahlian teknis (technical expertise).

2.2.1 Proses Investasi

Menurut Husnan (1993: 23) terdapat lima langkah yang mendasari pengambilan keputusan dalam  investasi, yaitu:

1. Menentukan Kebijakan Investasi

Pada tahap ini investor perlu menentukan tujuan investasinya dan berapa banyak investasi tersebut dilakukan. Investor harus benar-benar memahami bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat resiko dan return yang akan diperoleh.

2. Analisa Sekuritas

Tahap ini merupakan proses di mana investor melakukan analisis terhadap penilaian sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk dalam kategori luas dari aset finansial yang telah teridentifikasi sebelumnya. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk melakukan identifikasi sekuritas mana yang terlihat salah harga (misspriced). Untuk menganalisis sekuritas, terdapat dua pendekatan yang lazim dipergunakan yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal adalah analisis yang menggunakan data perubahan pada masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga di masa yang akan datang. Sedangkan, analisis fundamental adalah analisis yang mengidentifikasi prospek perusahaan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat  memperkirakan harga saham di masa mendatang.

3. Pembentukan Portofolio

Pada tahap ini investor harus melakukan identifikasi terhadap jenis-jenis sekuritas yang akan dipilih dan berapa porsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pembentukan portofolio ini bertujuan untuk mengurangi unsystematic yang ditanggung oleh perusahaan dengan kata lain investor melakukan diversifikasi.

4. Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengurangan periodik dari tahap pembentukan portofolio. Revisi portofolio dimaksudkan untuk melakukan perubahan terhadap jenis portofolio yang telah dimiliki seiring dengan dirubahnya tujuan dari investasi.

5. Evaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini investor melakukan penilaian periodik terhadap kinerja (performance) dari portofolio yang dimiliki. Penilaian ini tidak hanya ditinjau dari return yang diperoleh tapi juga dari resiko yang dihadapi. Oleh karena itu diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan resiko serta standar relevan.

2.2.2 Tujuan Investasi

Tujuan seseorang melakukan investasi menurut Tandelilin (2010) adalah sebagai berikut.

Untuk memiliki kehidupan yang lebik baik di masa depan. Oleh karena itu, sebagian pendapatan yang diterima saat ini digunakan untuk investasi, sehingga keuntungan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa depan.

Agar terhindar dari risiko penurunan nilai kekayaan akibat pengaruh inflasi.

Untuk dapat menghemat pajak yang dibayarkan sehingga beberapa negara mengeluarkan kebijakan untuk mendorong masyarakat melakukan investasi melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada mereka yang berinvestasi pada bidang tertentu,

2.2.3 Risiko Investasi

Dalam melakukan investasi saham, investor akan memperkirakan tingkat penghasilan yang diharapkan (expected return) atas investasinya untuk periode tertentu di masa akan datang. Akan tetapi belum tentu hasil yang diharapkan akan sama dengan hasil yang terealisasi. Hal tersebut dikarenakan adanya suatu ketidakpastian yang oleh investor dianggap sebagai resiko investasi.

Dalam kaitannya dengan investasi, terdapat dua tipe resiko yang harus diperhatikan oleh investor.

1. Resiko Sistematik (systematic risk)

Resiko sistematik atau sering juga disebut market risk adalah bagian dari resiko sekuritas yang tidak dapat dihilangkan. Umumnya resiko ini berasal dari fakta-fakta yang secara sistematik mempengaruhi perusahaan, seperti perang, inflasi, resersi seperti yang terjadi akhir-akhir ini, dan suku bunga yang tinggi. Karena faktor ini cendrung menimbulkan akibat buruk bagi semua saham, maka resiko ini tidak dapat dieleminasi melalui diversifikasi (non deversable risk). Resiko sistematis dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :

2. Resiko Suku Bunga

Resiko suku bunga merupakan resiko yang timbul dari ketidak pastian dari nilai pasar dan imbal hasil di masa depan yang diakibatkan oleh fluktuasi semua bunga, harga surat berharga, atau pergerakan harga saham yang berkebalikkan dengan suku bunga pasar.

3. Resiko Daya Beli

Resiko daya beli adalah ketidakpastian mengenai daya beli dari penghasilan yang akan diterima di masa yang akan datang sebagai tingkat pengembalian dari suatu investasi. Resiko ini umumnya dikenal sebagai dampak dari inflasi dan deflasi dari suatu investasi. Inflasi adalah kondisi di mana terjadi peningkatan harga tinggi menyebabkan daya beli konsumen menurun, sedangkan deflasi merupakan kondisi yang berbeda seperti dari inflasi, yang merupakan koreksi dari harga tinggi.

4. Resiko Pasar

Resiko pasar adalah ketidakpastian terhadap harga saham yang disebabkan oleh antisipasi masyarakat terhadap tingkat pengembalian dari investasi. Perubahan perilaku masyarakat terhadap return saham dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya iklim politik, sosila budaya, ekonomi, dan juga oleh faktor intangible, yang biasanya disebabkan oleh reaksi masyarakat (semua investor) menuju kejadian yang sebenarnya, misalnya penurunan laba perusahaan, panic selling sehingga menyebabkan para investor menjual sahamnya, yang akan menyebabkan koreksi terhadap harga saham.

5. Resiko Tidak sistematik

Resiko tidak sistematik adalah resiko yang dapat dihilangkan dengan menambahkan jumlah saham yang dimiliki. Resiko ini bersangkutan dengan resiko khusus perusahaan seperti gugatan hukum, pemogokan, program pemasaran yang gagal dan kejadian-kejadian lain yang unik bagi perusahaan tertentu. Karena kejadian tersebut pada hakikatnya adalah bersifat acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieleminasi melalui diversifikasi (deversifiable risk).

2.3.4 Saham

Saham dapat dibedakan antara saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock).

1. Saham Biasa (common stock)

Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa tidak memiliki jaminan hasil karena deviden yang diberikan perusahaan nilainya tidak tetap sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan. Bila menajemen perusahaan tidak dijalankan dengan baik sehingga harga saham melemah maka kemungkinan terburuk bagi para investor adalah kehilangan investasinya (tidak mendapat pembagian deviden). Akan tetapi bila perusahaan memperoleh kenaikan laba, terdapat kemungkinan adanya peningkatan deviden yang diterima oleh investor.

Menurut Siamat (2005:508) saham biasa dapat dibedakan dalam berbagai jenis antara lain:

1) Saham unggul (blue chip), yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan besar dan terkenal yang lebih lama memperlihatkan kemampuannya memperoleh keuntungan dan pembayaran deviden.

2) Growth stock, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baik penjualannya, perolehan labanya, dan pangsa pasarnya mengalami perkembangan yang lebih cepat dari rata-rata industri.

3) Emerging growth stock, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung.

4) Income stock, yaitu saham yang membayar deviden lebih dari jumlah rata-rata pendapatan.

5) Cyclical stock, yaitu saham perusahaan yang keuntungannya sangat berfluktuasi.

6) Defensive stock, yaitu saham yang perusahaannya dapat bertahan dan tetap stabil dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu dan resesi.

2. Saham Istimewa (Preferred Stock)

Saham istimewa merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti pada obligasi, pemegang saham preferen juga memberikan hasil (deviden) yang tetap dan jumlahnya tidak akan bertambah walaupun perusahaan mengalami keuntungan. Seperti saham biasa, apabila perusahaan terlikuidasi klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi.

Menurut Joesoef (2007:118) saham preferen dapat dibedakan menjadi tiga macam antara lain:

1) Convertible Preferred Stock, yaitu jenis saham preferen yang memungkinkan bagi pemegangnya untuk menukar menjadi saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan.

2) Callable Preferred Stock, yaitu bentuk saham preferen yang memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai tertentu.

3) Floating/Adjustable Preferred Stock, yaitu saham yang tidak membayar deviden secara tetap, tetapi tingkat deviden yang dibayar tergantung dari tingkat return dari Sekuritas Treasury Bills. Saham ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang baru dikenalkan pada tahun 1982.

  • METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metoda untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel ini biasanya diukur dengan menggunakan instrumen-instrumen penelitian, sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan  prosedur-prosedur statistik. Penelitian ini bersifat induktif, obyektif, dan ilmiah dimana data yang diperoleh berupa angka-angka (score, nilai) atau pernyataan-pertanyaan yang dinilai, dan dianalisis dengan analisis statistik. Laporan akhir untuk penelitian ini pada umumnya memiliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, landasan teori, metoda penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan  (Creswell, 2008). Menurut Sugiyono (2010) pendekatan yang digunakan dalam penelitian kuantitatif menggunakan uji hipotesis, yang bertujuan untuk menjelaskan sifat-sifat dari suatu  hubungan sebab akibat dan memahami hubungan yang ada di antara berbagai variabel.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2007:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertenu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2002: 73), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

3.2.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi yang telah dipilih. Sampel yang diambil harus dapat merepresentasikan populasi yang ada. Metode sampling yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah convience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga peneliti mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah harga saham dari PT. Unilever 30 hari efektif sebelum dan sesudah pelantikan presiden Jokowi.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Di dalam penelitian  ini, peneliti menggunakan jenis data kuantitatif yang merupakan data angka. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2010). Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh (Indrianto & Supomo, 2002). Data yang digunakan dalam  penelitian  ini adalah data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber. Adapun data yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:

Sebelum PelantikanSesudah Pelantikan
TanggalHarga SahamnTanggalHarga Saham
Sep 8, 201431,850.001Oct 21, 201431,625.00
Sep 9, 201431,300.002Oct 22, 201432,025.00
Sep 10, 201431,150.003Oct 23, 201431,200.00
Sep 11, 201431,175.004Oct 24, 201430,600.00
Sep 12, 201431,300.005Oct 27, 201430,050.00
Sep 15, 201431,325.006Oct 28, 201429,875.00
Sep 16, 201431,600.007Oct 29, 201431,100.00
Sep 17, 201431,900.008Oct 30, 201430,450.00
Sep 18, 201431,975.009Oct 31, 201430,400.00
Sep 19, 201431,750.0010Nov 3, 201430,450.00
Sep 22, 201431,975.0011Nov 4, 201430,375.00
Sep 23, 201431,500.0012Nov 5, 201430,325.00
Sep 24, 201431,325.0013Nov 6, 201430,100.00
Sep 25, 201431,300.0014Nov 7, 201429,800.00
Sep 26, 201431,800.0015Nov 10, 201429,925.00
Sep 29, 201432,000.0016Nov 11, 201430,525.00
Sep 30, 201431,800.0017Nov 12, 201430,550.00
Oct 1, 201431,800.0018Nov 13, 201430,650.00
Oct 2, 201431,650.0019Nov 14, 201430,450.00
Oct 3, 201430,775.0020Nov 17, 201431,050.00
Oct 6, 201430,750.0021Nov 18, 201431,600.00
Oct 7, 201430,650.0022Nov 19, 201431,100.00
Oct 8, 201430,575.0023Nov 20, 201431,400.00
Oct 9, 201430,700.0024Nov 21, 201431,450.00
Oct 10, 201430,800.0025Nov 24, 201431,500.00
Oct 13, 201430,500.0026Nov 25, 201431,700.00
Oct 14, 201430,925.0027Nov 26, 201431,600.00
Oct 15, 201431,100.0028Nov 27, 201432,000.00
Oct 16, 201430,925.0029Nov 28, 201431,800.00
Oct 17, 201431,950.0030Dec 1, 201431,375.00
Oct 20, 201431,175.00   

3.4 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah melakukan analisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik lokasi penelitian responden yang diteliti oleh peneliti. Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dan dimasukkan dalam tabulasi yang kemudian dideskriptifkan.

3.5 Alat Analisis Statistik

3.5.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik  parametrik. Karena data yang berdistribusi normal merupakan syarat dilakukannya tes parametrik. Sedangkan untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal, maka analisisnya menggunakan tes non parametrik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependen mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model uji beda yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas menggunakan kolmogorov-smirnov test dengan melihat nilai dari sig. apakah di atas 0,05 atau tidak. Jika diatas nilai tersebut penyebaran data sudah dapat dikatakan normal (lolos uji normalitas). Untuk mendeteksi normalitas dapat juga melihat graik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik (Santoso, 2000: 347).

Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti data tersebut memiliki sebaran yang normal pula. Dengan profit data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi.  Sehingga uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita.

3.5.2 Paired Sample t Test

Paired sample t test ini dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan (paired). Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah  sampel dengan subyek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Analisis ini akan melihat perbandingan rata-rata kedua variabel dalam satu grup.

3.5.3 Uji Hipotesis

Penilitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak ada perbedaan nilai harga saham PT. Unilever 30 hari sebelum dan sesudah pelantikan Jokowi

Ha: Terdapat perbedaah nilai harga saham PT. Unilever 30 hari sebelum dan sesudah pelantikan Jokowi

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Jogiyanto HM, MBA, Akt. 009. Analisis dan Desain. Andi. Yogyakarta

Sugiono.(2010). MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif &RND. Bandung :Alfabeta

Singgih Santoso, 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT Elek Media Komputindo, Jakarta.

http://finance.yahoo.com/

http://www.investasisaham.org/

http://howmoneyindonesia.com/2014/10/20/pengaruh-politik-pelantikan-jokowi-jk-terhadap-ihsg/

http://www.unilever.co.id/id/aboutus/purposeandprinciples/

PERBEDAAN SESUDAH DAN SEBELUM KENAIKAN BBM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN UD. PODOMORO NONGKOJAJAR

SANDRA CICILIA ERKANAWATI & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

MAKALAH MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

1, PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini secara otomatis akan diikuti oleh kenaikan harga pada barang dan jasa yang ada di seluruh masyarakat Indonesia seluruh kota yang ada di Indonesia. Kenaikan harga barang dan jasa ini juga menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mempersulit perekonomian masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap dan masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah.

Apabila terjadi kenaikan harga BBM di negara ini, maka hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi, 2009:291). Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu.

Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang sebagai akibat permintaan dari masyarakat yang juga mengalami penurunan. Harga barang dan jasa menjadi melonjak sebagai akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun, dan sebaliknya  jika harga barang turun, jumlah barang yang diminta akan bertambah” (Jaka, 2007:58).

Masalah lain yang muncul sebagai akibat dari kenaikan harga BBM adalah kekhawatiran akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi karena dampak kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang mengalami kenaikan. Kondisi perekonomian Indonesia juga akan mengalami masalah. Daya beli pada masyarakat juga akan mengalami penurunan, munculnya pengangguran baru, dan sebagainya.

BBM adalah unsur vital dalam proses produksi dan distribusi barang. Sehingga secara pasti mempengaruhi harga barang dan jasa. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan atau peningkatan sehingga juga akan mempengaruhi semakin besarnya biaya hidup yang dikeluarkan dengan penerimaan pendapatan yang tetap dan pada penerimaan pendapatan yang mengalami fluktuasi karena pendapatan yang tidak menetu pada setiap harinya dan hal ini terjadi pada pedagang mulai dari pedagang menengah ke atas sampai dengan pedagang menengah ke bawah.

Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai  “Perbedaan Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Penerimaan Pendapatan Pada UD. Podomoro”.

Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro. Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Apa dampak kenaikan harga BBM terhadap penerimaan pendapatan UD. Podomoro?

Bagaimana dampak kenaikan harga BBM terhadap penerimaan pendapatan UD. Podomoro ?

Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang ada pada rumusan masalah yang ada di atas, secara garis besar tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai dampak dari kenaikan harga BBM. Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar dapat mengetahui secara jelas mengenai :

Dampak dari kenaikan harga BBM, baik itu dampak positif maupun dampak negatifnya.

Dapat mengetahui mengenai dampak kenaikan harga BBM terhadap penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro

Manfaat penelitian

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaaan atau manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai pengembangan ilmu, sesuai dengan masalah  yang dibahas dalam makalah ini. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

Penulis

Seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah yang dibahas dalam makalah ini;

Pembaca

Makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan sumber informasi dalam menambah wawasan pembaca.

2. LANDASAN TEORI

 Teori Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, kata inflasi sering muncul, terutama jika dalam pembahasan mengenai ilmu ekonomi makro. Begitu juga dalam masalah keuangan dan perbankan. Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai turunnya atau melemahnya nilai mata uang akibat banyaknya jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata inflasimemiliki arti kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang (Depdiknas, 2005:423).

Menurut Jaka (2007:113) menyatakan, Inflasi adalah suatu gejala ekonomi dimana terjadi kemerosotan nilai uang karena banyaknya uang yang beredar atau suatu keadaan yang menyatakan terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan menunjukan suatu proses turunnya nilai uang secara continue.

Pendapat lain menyatakan bahwa inflasi adalah  proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus  berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Samuelson, 1986:292). Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik (Samuelson, 1986:293).

Ada beberapa pengertian inflasi yang disampaikan para ahli. Menurut A.P. Lehner, inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Ahli yang lain, yaitu Ackley memberi pengertian inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Sedangkan menurut Boediono, inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain.

Dalam definisi lain, inflasi merupakan proses dimana terjadinya kenaikan harga barang-barang dan jasa-jasa secara menyeluruh dalam satu periode tertentu, biasanya dalam satu tahun. Inflasi terjadi ketika harga mengalami kenaikan, sementara nilai uang mengalami penurunan. Inflasi juga dapat diartikan  sebagai proses menurunnya nilai mata uang yang diakibatkan karena jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibandingkan jumlah barang dan jasa yang tersedia. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.

Pengertian Perekonomian

Sebelum membahas perekonomian, perlu dibahas mengenai ilmu ekonomi. Menurut Samuelson (1986:5) mengatakan, Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih dan menggunakan sumberdaya yang langka dan yang memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian menyalurkannya – baik saat ini maupun dimasa depan – kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat.

Sementara secara etimologi, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Oikos,yang berarti rumah tangga, dan Nomos, yang berarti aturan. Jadi ekonomi secara bahasa adalah aturan rumah tangga (Jaka, 2007:96). Secara istilah ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari berbagai tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ekonomi diartikan sebagai ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (Depdiknas, 2005:287). Sementara perekonomian diartikan sebagai tindakan (aturan atau cara) berekonomi (Depdiknas, 2005:287). Dalam suatu Negara, ekonomi merupakan suatu tata kehidupan yang sangat penting. Perekonomian di suatu Negara merupakan suatu system yang digunakan oleh pemerintah untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Jenis-Jenis  Inflasi

Berdasarkan Tingkat Keparahan

Inflasi ringan (creeping inflation)

Besarnya inflasi ini di bawah 10% dalam setahun.

Inflasi sedang

Besarnya inflasi antara 10% – 30% setahun.

Inflasi berat

Besarnya inflasi antara 30% – 100%.

Hiperinflasi

Besarnya inflasi ini diatas 100% dalam setahun.

Berdasarkan Sumbernya

Importer Inflation

Inflasi ini berasal atau bersumber dari luar negeri, yang terjadi karena adanya kecenderungan kenaikan barang-barang di luar negeri.

Domestic Inflation

Inflasi ini berasal atau bersumber dari dalam negeri sendiri, yang akan memengaruhi pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Domestic inflation terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga mengalami kenaikan.

Berdasarkan Penyebabnya

Demand Full Inflation

Adalah inflasi yang timbul karena adanya kenaikan yang sangat tinggi terhadap permintaan barang dan jasa.

Cost Push Inflation

Adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa, bukan karena adanya ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran.

Selain demand full inflation dan cost push inflation, ada beberapa jenis inflasi jika dilihat dari faktor penyebabnya, yaitu:

Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi tarikan permintaan terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. 

Inflasi Dorongan Biaya

Inflasi dorongan biaya terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi proses produksi dari suatu perusahaan. 

Inflasi Struktural

Inflasi struktural terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.

Penyebab terjadinya inflasi

Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik. Selain itu, inflasi juga diakibatkan oleh:

Pengeluaran pemerintah lebih banyak dari permintaan

Adanya tuntutan upah yang tinggi

Adanya lonjakan permintaan barang-barang dan jasa-jasa

Adanya kenaikan dalam biaya produksi.

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan distribusi (kurangnya produksi (product or service) juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) sepertikebijakan fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur dan regulasi.

Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan hargafaktor produksi meningkat.

Inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment, dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan dan penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi, bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi, aksi spekulasi (penimbunan), sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Jika dihubungkan dengan kenaikan harga BBM, inflasi yang terjadi disebabkan oleh adanya tekanan dalam proses produksi dan distribusi. Para produsen akan mengurangi jumlah barang yang akan diproduksi atas pertimbangan biaya produksi yang melonjak. Kalaupun proses produksi tetap lancar, proses distribusi lah yang akan menghambatnya. Akibat dari kenaikan harga BBM biaya atau ongkos untuk mendistribusikan barang hasil produksi akan mengalami kenaikan.

Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi.

Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif, yaitu : 

Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.

Pembangunan Nasional akan lebih pesat

Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN  yang awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.

Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.

Mengurangi Pencemaran Udara

Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.

b.     Dampak negatif dari kenaikan BBM adalah sebagai berikut :

Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar.

Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)

Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan, beban transportasi dan lain-lain.

Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus.

Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran. Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.

Inflasi. Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.

Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Inflasi dan Perekonomian

Jika terjadi kenaikan harga BBM, maka akan terjadi inflasi. Terjadinya inflasi ini tidak dapat dihindari karena bahan bakar, dalam hal ini premium, merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat, dan merupakan jenis barang komplementer. Meskipun ada berbagai cara untuk mengganti penggunaan BBM, tapi BBM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

Inflasi akan terjadi karena apabila subsidi BBM dicabut, harga BBM akan naik. Masyarakat mengurangi pembelian BBM. Uang tidak tersalurkan ke pemerintah tapi tetap banyak beredar di masyarakat. Jika harga BBM naik, harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan pula. Terutama dalam biaya produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah “Cost Push Inflation”. Karena inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya produksi. Ini jika inflasi dilihat berdasarkan penyebabnya. Sementara jika dilihat berdasarkan sumbernya, yang akan terjadi adalah “Domestic Inflation”, sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri.

Kenaikan harga BBM akan membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi. Biasanya kenaikan BBM akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya distribusi dan menaikan juga inflasi. Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli merosot, kerena penghasilan masyarakat yang tetap.  Ujungnya perekonomian akan stagnan dan tingkat kesejahteraan terganggu.

Di sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling parah adalah semakin sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan produksinya sesuai dengan kenaikan harga serta penurunan permintaan barang. Hal-hal di atas terjadi jika harga BBM dinaikkan, Bagaimana jika tidak? Subsidi pemerintah terhadap BBM akan semakin meningkat juga. Meskipun negara kita merupakan penghasil minyak, dalam kenyataannya untuk memproduksi BBM kita masih membutuhkan impor bahan baku minyak juga.

Dengan tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan pemerintah juga semakin besar. Untuk menutupi sumber subsidi, salah satunya adalah kenaikan pendapatan ekspor. Karena kenaikan harga minyak dunia juga mendorong naiknya harga ekspor komoditas tertentu. Seperti kelapa sawit, karena minyak sawit mentah (CPO) merupakan subsidi minyak bumi. Income dari naiknya harga CPO tidak akan sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk subsidi minyak.

Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional

Kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya inflasi. Dampak dari terjadinya inflasi terhadap perekonomian nasional adalah sebagai berikut:

Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat

 Inflasi dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat

Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri ataukaryawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Sementara dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan dan ada juga yang diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan para kreditur. Sementara golongan masyarakat yang diuntungkan adalah kaum spekulan, para pedagang dan industriawan, dan para debitur.

Inflasi dapat dikatakan sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah negara atau daerah. Yang mana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen (IHK). Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan disisi lain juga memengaruhi besarnya produksi dari suatu barang dan jasa.

Teori kebijakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita – cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Carl J Federick  sebagaimana dikutip Leo Agustino(2008: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Solichin Abdul Wahab mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008: 40-50) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut :

Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

Kebijakan sebenarnya tidak serta  merta dapat dibedakan dari administrasi

Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan

Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun implicit

Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu

Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang bersifat intra organisasi

Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-lembaga pemerintah Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Menurut Budi Winarno (2007 : 15), istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia” , “kebijakan ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang debirokartisasi dan deregulasi.

Namun baik Solihin Abdul Wahab maupun Budi Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan dengan istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang-undang, ketentuanketentuan, standar, proposal dan grand design (Suharno :2009 : 11).

Irfan Islamy sebagaimana dikutip Suandi (2010: 12) kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan.  Policy  diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan  wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturanaturan yang ada didalamnya.

Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009: 17) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “ a purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern” (Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini menurut Budi Winarno (2007: 18) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara kebijakan (policy) dengan keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.

Richard Rose sebagaimana dikutip Winarno (2007: 17) juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensikonsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

Menurut  Lasswell (1970) kebijakan adalah sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected program of goals values and practices).

Menurut  Anderson (1979) kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or matter of concern).

Menurut  Heclo (1977) kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.

Menurut  Eulau (1977) kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan oleh tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang membuat dan melaksanakan kebijakan.

Menurut  Amara Raksasa Taya (1976) kebijakan adalah suatu taktik atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

Menurut  Friedrik (1963) kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.

Menurut  Budiardjo (1988) kebijakan adalah sekumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut  Good (1959) kebijakan adalah sebuah pertimbangan yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang bersifat umum dan memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan demi tercapainya tujuan.

Menurut  Indrafachrudi (1984) kebijakan adalah suatu ketentuan pokok yang menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi atau pengelolaan.

Menurut Friedrich, Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut PBB, Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman (untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

Menurut KBBI, Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan sebagainya).

Menurut Mustopadidjaja, Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam (1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.

Menurut Said Zainal Abidin, kebijakan secara umum menurut dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :

Kebijakan umum atau publik yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.

Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-undang.

Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan pelaksanaan.

2Teori Kebijakan Publik

Menurut Thomas Dye kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah, mengapa suatu kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan, walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.

Anderson (1975): Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Definisi kebijakan publik menurut Anderson dapat diklasifikasikan sebagai proses management, dimana didalamnya terdapat fase serangkaian kerja pejabat publik (Drs. Hessel Nogi S. Tangkilisan, MSi, “Teori dan Konsep Kebijakan Publik” dalam Kebijakan Publik yang Membumi, konsep, strategi dan kasus, Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI, 2003, hal 2). Ketika pemerintah benar-benar berindak untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat. Definisi ini juga dapat diklasifikasikan sebagai decision making ketika kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif ( tindakan pemerintah mengenai segal sesuatu masalah ) atau negatif ( keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu ).

Woll (1966): Kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Aminullah dalam Muhammadi (2001: 371 – 372): Untuk memahami kedudukan dan peran yang strategis dari pemerintah sebagai public actor, terkait dengan kebijakan publik maka diperlukan pemahaman bahwa untuk mengaktualisasinya diperlukan suatu kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyat.

Talidzuhu Ndraha: kebijakan berasal dari terjemahan kata policy, yang mempunyai arti sebagai pilihan terbaik dalam batas-batas kompetensi actor dan lembaga yang bersangkutan dan secara formal mengikat. William N. Dunn: Analisis Kebijakan (Policy Analysis) dalam arti historis yang paling luas merupakan suatu pendekatan terhadap pemecahan masalah sosial dimulai pada satu tonggak sejarah ketika pengetahuan secara sadar digali untuk dimungkinkan dilakukannya pengujian secara eksplisit dan reflektif kemungkinan menghubungkan pengetahuan dan tindakan.

Easton (1969): Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. Definisi kebijakan publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pejabat publik. Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk melakukan tindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik, sehingga definisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi pemerintah.

Bill Jenkins: Kebijakan publik adalah suatu keputusan berdasarkan hubungan kegiatan yang dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan dan mendapat hasil berdasarkan pertimbangan situasi tertentu.

Heclo (1972): istilah kebijakan secara luas, yakni sebagai rangkaian tindakan pemerintah atau tidak bertindaknya pemerintah atas sesuatu masalah. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision making yaitu apa yang dipilih oleh pemerintah untuk mengatasi suatu masalah publik, baik dengan cara melakukan suatu tindakan maupun untuk tidak melakukan suatu tindakan.

Teori kebutuhan manusia

Menurut Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut:

Bernapas secara normal.

Makan dan minum yang cukup.

Eliminasi (buang air besar dan kecil).

Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan.

Tidur dan istirahat.

Memilih pakaian yang tepat.

Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan menycsuaikan pakaian yang dikenakan dan memodifIkasi lingkungan.

Menjaga kebersihan diri dan penampilan.

Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain.

Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.

Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan.

Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup.

Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.

Belajar, mencmukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Menurut Jean Waston membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 2 peringkat utama, yaitu :

kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs)

kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs)

Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow (dalam Potter dan Perry, 1997) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut:

Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.

Kebutuhan rasa aman dan perlindungan: perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.

Perlindungan fisik, perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup: Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dan lingkungan, dan sebagainya.

Perlindungan psikologis, perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.

Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa pcrcaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mcncapai potensi diri sepenuhnya.

Gardner Murpy menggambarkan kebutuhan itu atas empat kategori, yang terdiri dari Kebutuhan dasar yang berkaitan bagian-bagian penting tubuh misalnya kebutuhan untuk makan, minum, udara, dan sejenisnya. Kebutuhan akan kegiatan, meliputi kebutuhan untuk tetap bergerak. Kebutuhan sensorik yang meliputi kebutuhan untuk warna, suara, ritme, kebutuhan yang berorientasi terhadap lingkungan dan sejenisnya. Kebutuhan untuk menolak sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti rasa sakit, ancaman, ketakutan, dan sejenisnya.

Sedangkan Erich Fromm mengidentifikasi kebutuhan manusia itu berasal dari kondisi keadaannya, yang meliputi:

Keterhubungan versus narcissisme

Transenden-creativitas versus penghancuran

Kekeluargaan versus non kekelargaan

Rasa identitas-individualitas versus konformitas kelompok

Kebutuhan pengabdian rasional versus irrasional

Kebutuhan dasar manusia menurut Knowles yang dapat dijadikan konsep dasar untuk pengembangan program pembelajaran pendidikan non formal, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kebutuhan fisik. Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling mudah dilihat. Dalam hubungan dengan pendidikan, maka kebutuhan itu meliputi kebutuhan untuk melihat, mendengar, beristirahat.

Kebutuhan bertumbuh. Menurut para ahli psikologi dan psikiatri kebutuhan untuk pertumbuhan dan berkembang merupakan kebutuhan yang paling dasar dan universal. Hal ini terlihat pada anak-anak adanya dorongan untuk belajar berbicara, merangkak, berjalan dan tumbuh dengan berbagai cara..

Kebutuhan akan keselamatan; kebutuhan akan keselamatan mencakup keselamatan fisik dan psikologik seperti perlindungan atas ancaman harga diri..

Kebutuhan akan pengalaman baru; sementara manusia mencari keselamatan, mereka juga menciptakan ketegangan dalam bentuk petualangan yang mengasyikkan dan penuh risiko.

Kebutuhan untuk dikasihi; semua orang ingin disukai, meskipun cara yang ditempuh untuk mencapainya kadang-kadang menunjukkan dorongan yang bertentangan.

Kebutuhan untuk dikenal; setiap manusia merasa perlu untuk dihargai, dipuji dan dihormati oleh orang lain.

Teori Penjualan

IAI dalam SAK No 23 paragraf 2 (2009) menyatakan, “Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau lainnya.”

Definisi penjualan menurut Mulyadi (2008:202), “Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.”

Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan karena jika aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan baik maka secara langsung dapat merugikan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena sasaran penjualan yang diharapkan tidak tercapai dan pendapatan pun akan berkurang.

Pengertian penjualan menurut Henry Simamora dalam buku “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa “Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa”. (2000;24)

Pengertian penjualan menurut Chairul Marom dalam buku “Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang” menyatakan bahwa “Penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagai usaha pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur”.(2002;28)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.

Menurut Sulistiyowati (2010:270) penjualan adalah “Pendapatan yang berasal dari penjualan produk perusahaan, disajikan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.”

Menurut Sugiono, Soenarno dan Kusumawati (2010:133) “ Penjualan bersih merupakan selisih antara penjualan baik yang dilakukan secara tunai maupun kredit dengan retur penjualan dan potongan penjualan.” Penjualan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

Penjualan kredit, yaitu penjualan yang pembayaran dilakukan di kemudian hari dalam jangka waktu yang telah ditetapkan setelah barang diterima oleh customer. Penjualan kredit inilah yang menimbulkan piutang dagang, sehingga penjualan tidak dapat dipisahkan dari timbulnya piutang usaha.

Penjualan tunai, yaitu penjualan yang pembayarannya dilakukan secara langsung saat terjadinya transaksi.

Klasifikasi Transaksi Penjualan

Ada beberapa macam transaksi penjualan menurut La Midjan (2001;170) dalam bukunya “Sistem Informasi Akuntansi 1” dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Penjualan Tunai

Penjualan Kredit

Penjualan Tender

Penjualan Ekspor

Penjualan Konsinyasi

Penjualan Grosir”

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

Penjualan  Tunai

Adalah penjualan yang bersifat cash dan carry pada umumnya terjadi secara  kontan dan dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan dianggap kontan.

Penjualan Kredit

Adalah penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan.

Penjualan Tender

Adalah penjualan ynag dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memegangkan tender selain harus memenuhi berbagai prosedur.

Penjualan Ekspor

Adalah penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri yang mengimpor barang tersebut.

Penjualan Konsinyasi

Adalah penjualan yang dilakukan secara titipan kepada pembeli yang juga sebagai penjual.

Penjualan Grosir

Adalah penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang grosir atau eceran.

Dokumen-Dokumen Penjualan

Dokumen-dokumen penjualan menurut La Midjan (2001;183) dalam bukunya yang berjudul “Sistem Informasi Akuntansi 1” antara lain sebagai berikut:

Order Penjualan Barang (Sales Order)

Nota Penjualan Barang

Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)

Faktur Penjualan (Invoice)

Surat pengiriman Barang (Shipping Slip)

Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

Order Penjualan Barang (Sales Order)

Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.

Nota Penjualan Barang

Merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen bagi pelanggan.

Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)

Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.

Faktur Penjualan (Invoice)

Adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah tagihannya.

Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)

Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Dapat disimpulkan bahwa dokumen-dokumen penjualan terdiri dari: Order Penjualan Barang, Nota Penjualan Barang, Perintah Penyerahan Barang, Faktur Penjualan, Surat Pengiriman Barang dan  Jurnal Penjualan.

Bagian-Bagian Penjualan

Menurut Krismiaji (2002;275) dalam bukunya “Sistem Informasi Akntansi” menyatakan bahwa bagian-bagian penjualan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

Bagian Penjualan

Bagian Kredit

Bagian Gudang

Bagian Pengiriman

Bagian Penagihan”

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

Bagian Penjualan

Adalah bagian penjualan menerima surat pesanan dari pihak pembeli dan membuat surat order penjualan atas dasar surat pesanan tersebut.

Bagian Kredit

Adalah atas dasar surat pesanan dari pembeli yang diterima dibagian penjualan, bagian ini memeriksa data kredit pelanggan yang selanjutnya memberikan persetujuan terhadap surat pesanan tersebut dan memeriksannya ke bagian gudang.

Bagian Gudang

Adalah bagian gudang yang bertugas untuk menyimpan persediaan baran dagangan serta mempersiapkan barang dagangan yang akan dikirim kepada pembeli.

Bagian Pengiriman

Adalah bagian ini mengeluarkan surat order penjualan dan kemudian membuat nota pengiriman atas barang yang dipesan.

Bagian Penagihan

Adalah bagian ini bertugas untuk membuat faktur penjualan dan kemudian didistribusikan kepada:

Rangkap pertama (asli) diberikan kepada pelanggan

Rangkap kedua diberikan kepada bagian piutang

Rangkap ketiga diarsipkan brdasarkan nomor urut bersamaam dengan surat order penjualan

Dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian penjualan terdiri dari: Bagian Penjualan, Bagian Kredit, Bagian Gudang, Bagian Pengiriman, dan Bagian Penagihan.

Tujuan Penjualan

Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut Basu Swastha (2005;404) dalam bukunya “Manajemen Penjualan”,  yaitu:

Mencapai volume penjualan tertentu.

Mendapat laba tertentu.

Menunjang pertumbuhan perusahaan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan,  mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang pertumbuhan suatu  perusahaan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan

Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Basu Swastha (2005;406) dalam buku “Manajemen Penjualan”  antara lain sebagai berikut:

Kondisi dan Kemampuan Penjual

Kondisi Pasar

Modal

Kondisi Organisasi Perusahaan

Faktor-Faktor Lain.

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

Kondisi dan Kemampuan Penjual

Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah  penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual adalah:

Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan

Harga produk atau jasa

Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman

Kondisi Pasar

Pasar sebagai kelompok penbelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.

Modal

Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya.

Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang yang ahli dibidang penjualan.

Faktor-faktor lain

Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan, yaitu: kondisi dan kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan, dan faktor-faktor lain.

Proses Penjualan

Menurut Basu Swastha (2005;410) dalam buku “Manajemen Penjualan” menyebutkan beberapa tahapan penjualan, yaitu:

Persiapan Sebelum Penjualan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang di tuju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan.

Penentuan Lokasi Pembeli Potensial

Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan.

Pendekatan Pendahuluan

Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan pembeli, kesukaan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.

Melakukan Penjualan

Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon pembeli, kemudian diusahakan untuk menarik daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada pembeli.

Pelayanan Sesudah Penjualan

Dalam tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan proses penjualan bermula dari persiapan sebelum penjualan, penentuan lokasi pembeli potensial, pendekatan pendahuluan, melakukan penjualan, dan berakhir pada pelayanan sesudah penjualan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Pengertian metodologi penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun pendapat Husein Umar (2003:303) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut: “Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perbedaan sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro.

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak lepas dari ilmu tentang penelitian yang sudah dicoba dan diatur menurut aturan serta urutan secara menyeluruh dan sistematis. Adapun pengertian penelitian menurut I Made Wiratha (2006:76), adalah sebagai berikut “Penelitian didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.”

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahan, diperlukan metode yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahan. Adapun pengertian dari metode menurut Wiratha (2006:77), adalah sebagai berikut “Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.”

Sedangkan pengertian dari metode Penelitian menurut Wiratha (2006:77), adalah sebagai berikut “Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.”

Berdasarkan dari pengertian di atas, maka metode penelitian adalah teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah yang kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang diinginkan.

Pengertian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif, menurut Donmoyer (….) dalam Given, 2008: 713), adalah pendekatan pendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk numerik daripada naratif.

Menurut Cooper & Schindler (2006: 229), riset kuantitatif mencoba melakukan pengukuran yang akurat ter-hadap sesuatu. Penelitian kuantitatif sering dipandang sebagai antitesis atau lawan dari penelitian kualitatif, walau sebenarnya pembedaan kualitatif-kuantitatif tersebut agak menyesatkan. Donmoyer beralasan, banyak peneliti kuantitatif tertarik mempelajari aspek-aspek kualitatif dari fenomena. Mereka melakukan kuantifikasi gradasi kualitas menjadi skala-skala numerik yang memungkinkan analisis statistik.

Menurut Sugiyono, (2003:14) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain:

Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar.

Populasi dan sample

Sugiyono (1997 : 57) memberikan pengertian bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Nazir (1983 : 372) mengatakan bahwa populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Sedangkan Nawawi (1985 :141) menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.

Sedangkan riduwan dan tita lestari (1997:3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.

Arikunto (1998 :117) mengatakan bahwa :’sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.” Sugiyono (1997 :57)memberikan pengertian bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.

Populasi yang diambil oleh penulis adalah semua penerimaan bersih yang diterima oleh UD. Podomoro. Sedangkan sample yang diambil adalah 15 hari sebelum dan sesudah kenaikkan bahan bakar minyak (BBM).

Jenis dan sumber data

Sumber data yang diambil oleh penulis didapat dari hasil wawancara dengan pemilik UD. Podomoro itu sendiri. Jenis data yang diambil oleh penulis adalah primer dan sekunder. Karena wawancara yang dilakukan oleh penulis melalui 2 cara yaitu tatap muka secara langsung dan wawancara melalui telepon.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah Wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk lebih mendalami responden secara spesifik yang dapat dilakukan dengan tatap muka ataupun komuikasi menggunakan alat bantu komunikasi. Sugiyono (2013:194) mengemukakan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Terdapat 2 macam wawancara , yaitu Wawancara Terstruktur  digunakan teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara, selain membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Teknik wawancara yang dipakai oleh penulis adalah wawancara tidak terstruktur.

Variabel Penelitian

Menurut Best (….) yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu penelitian. Sedang Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Dari kedua pengerian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang kan diteliti. Variable dalam penelitian penulis adalah:

Penerimaan pendapatan UD. Podomoro

Pengumuman kenaikan bahan bakar minyak

15 hari sebelum dan seudah kenaikan bahan bakar minyak

Metode Analisis Data

Metode analisis yang dipakai oleh penulis adalah metode kuantitatif dengan menggunakan uji normalitas dan uji t yaitu paired sampel t – test. Karena dara yang dipakai oleh penulis adalah data perbedaan penerimaan pendapatan sebelum dan sesudah kenaikan bahan bakar minyak pada UD. Podomoro.

Tahapan-tahapan Penelitian

Penulis menentukan judul yang akan dipakai dan diteliti oleh penulis

Penulis mengajukan surat permohonan untuk dapat melakukan wawancara dengan pemilik UD. Podomoro

Penulis melakukan janji untuk wawancara dengan pemilik UD. Podomoro

Penulis melakukan wawancara dengan pemilik UD. Podomoro

Penulis meneliti data yang telah didapat menggunakan program spss

Penulis melakukan hipotesis dan menganalisis data yang telah didapat

Penulis membuat laporan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/8530/3/BAB%202%20-%2007401241045.pdf

Imron, Ali. 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html

ANALISIS PERBANDINGAN INDEKS PRESTASO SEMESTER (IPS) MAHASISWA AKUNTANSI ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS MA CHUNG SEBELUM DAN SESTELAH PENINGKATAN STANDAR NILAI

ROSALINA MARTEKA SIDARTA & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

ARTIKEL EKONOMETRIKA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

ABSTRAK

Standar nilai pada setiap universitas memiliki tujuan yang positif yaitu adalah untuk  menghasilkan bibit-bibit yang berkualitas agar kelak pada saat memasuki dunia kerja dapat merealisasikan apa yang telah diperoleh saat duduk dibangku perkuliahan. Standar nilai mempengaruhi bagaimana Indeks Prestasi Semester para mahasiswa. Dalam mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan pada Indeks Prestasi Semester (IPS) Mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai menggunakan Uji Normalitas yaitu One Sample T-Test dan Paired Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah peningkatan standar nilai.

Kata-kata Kunci: Mahasiswa, Universitas, Indeks Prestasi Semester(IPS), One Sample T-Test, Paired Sample T-Test.

  1. PENDAHULUAN
    1.       Latar Belakang

Pada era globalisasi yang semakin maju ini, nilai akademik menjadi salah satu hal terpenting dalam pendidikan, nilai akademik itu sendiri menjadi salah satu indikator kelulusan baik bagi para pelajar maupun mahasiswa. Nilai akademik mempengaruhi bagaimana biasanya orang menilai tentang kecerdasan dari seseorang dengan kata lain, seseorang ini dapat meraih sebuah prestasi akademik. Prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam beberapa indikator yaitu berupa nilai raport, indeks prestasi, angka kelulusan, predikat kelulusan, serta waktu tempuh pendidikan (Azwar, 1996).

Saat ini, banyak universitas yang bersaing ketat dalam melakukan pengrekrutan dan penyeleksian calon mahasiswa-mahasiswi yang akan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Setiap universitas pastilah akan memilih calon mahasiswa-mahasiswi yang memiliki nilai akademik diatas rata-rata, berpotensi dalam segala bidang dan berprestasi baik dalam bidang akademik maupun prestasi non akademik.

Penyeleksian mahasiswa-mahasiswi dilakukan karena dapat membantu universitas semakin terlihat begitu berkualitas karena memiliki banyak mahasiswa-mahasiswi yang berprestasi. Menurut Hamalik (1994: 45) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Pada dasarnya setiap universitas pasti memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dimana kelebihan yang dimiliki tersebut dapat memberikan daya tarik untuk memikat para calon mahasiswa-mahasiswi tersebut  untuk mendaftarkan diri ke universitas tersebut.

Setiap universitas akan memberikan proses belajar mengajar dimana mahasiswa-mahasiswi ini merasa belajar itu menyenangkan dan mahasiswa-mahasiswi ini termotivasi untuk lebih giat lagi dalam memperolehkan pembelajaran yang lebih baik karena mereka ingin dapat memperolehkan kepuasan akan prestasi dari diri mahasiswa tersebut. Band (….) dalam Nasution (2005) mengatakan bahwa kepuasan tercapai ketika kualitas memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan konsumen.

Salah satu cara untuk dapat melahirkan mahasiswa-mahasiswi yang berkualitas yaitu dengan cara membuat sebuah standar nilai yang tinggi, karena dengan memiliki standar nilai yang tinggi, mahasiswa-mahasiswi ini akan menjadi seseorang yang terlatih dan siap untuk menghadapi bagaimana kehidupan dunia kerja di luar sana. Dengan adanya penerapan standar nilai yang tinggi, mahasiswa-mahasiswi yang menjadi lulusan dari universitas yang menerapkan hal ini, membuat mahasiswa-mahasiswi ini dapat berkreatifitas dan berkarya di dunia kerja nanti. Kluckhohn (….) dalam Mulyana (2004:1) mengatakan Nilai adalah konsepsi dari apa yang diinginkan, yang memengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antar dan tujuan akhir.  

Dalam hal ini, Universitas Ma Chung yang berlokasi di daerah Malang, merupakan salah satu universitas yang menerapkan standar nilai yang tinggi bagi mahasiswa-mahasiswinya. Di Universitas Ma Chung ini, mahasiswa-mahasiswi yang meraih nilai akademik rentang nilai 95-100 baru memperolehkan nilai dengan grade A. Sedangkan dilihat dari rentang nilai di universitas lain nilai 80 mahasiswa telah meraih nilai dengan grade A. Perbedaan rentang nilai setiap universitas ini sangat mempengaruhi bagaimana kualitas dari setiap lulusan mahasiswa-mahasiswi dari sebuah universitas tertentu. Menurut Triguno (1997: 76), kualitas adalah suatu standart yang harus dicapai oleh seseorang atau sekelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dah hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa.

Universitas Ma Chung melakukan penerapan standar nilai yang tinggi ini memiliki tujuan yang positif bagi mahasiswa-mahasiswinya. Dengan adanya penerapan standar nilai yang tinggi ini, Universitas Ma Chung berharap dan menginginkan bahwa mahasiswa-mahasiswi mereka dapat menjadi lulusan-lulusan yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang bagus. Selain itu juga menjadikan setiap lulusan mahasiswa-mahasiswi dari Universitas Ma Chung ini memiliki potensi yang benar-benar baik dan profesional karena telah dilatih untuk belajar memperolehkan nilai yang berada di atas rata-rata bila dibandingkan dengan universitas lainnya yang ada di daerah Malang dan sekitarnya.

Tidak hanya dosen yang memiliki potensi yang baik dan berkualitas, di Universitas Ma Chung juga memberikan fasilitas yang memadai untuk proses belajar mengajar yaitu materi kuliah yang memadai, metode perkuliahan yang bervariasi, lingkungan yang nyaman, kelas yang nyaman dan lain sebagainya yang dapat menambah semangat belajar dari mahasiswa-mahasiswi Universitas Ma Chung dalam melakukan proses belajar mengajar. Menurut Slameto (2003:2),  belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

 Dengan adanya penerapan standar nilai yang tinggi di universitas ini, mahasiswa-mahasiswi dapat memotivasi mahasiswa-mahasiswi ini untuk lebih giat dalam belajar, sehingga mereka dapat meraih sebuah prestasi yaitu memperolehkan nilai yang diatas rata-rata. Faktor terpenting yang dapat meningkatkan mutu pendidikan tinggi mahasiswa-mahasiswi disebuah universitas adalah layanan dosen dan pengelola perguruan tinggi tersebut kepada mahasiswa.

Penelitian ini didukung dengan kenyataan yang ada di Universitas Ma Chung, dimana dosen yang mengajar di universitas ini, memberikan proses belajar mengajar yang cukup bervariasi dan mampu membuat mahasiswa-mahasiswi termotivasi untuk belajar untuk lebih baik lagi, tidak hanya dengan kualitas dosen saja, namun dengan cara meningkatkan standar nilai akademik dari Universitas Ma Chung. Di universitas Ma Chung ini untuk memperolehkan nilai dengan grade A, mahasiswa-mahasiswi harus mampu memperolehkan nilai dengan rentang 95-100 pada setiap mata kuliah yang telah mahasisiswa-mahasiswi pilih, karena dengan cara menerapkan standar nilai yang tinggi, setiap mahasiswa yang melakukan proses belajar di universitas ini dapat terpacuh untuk memperolehkan nilai dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas rata-rata dan membuat setiap lulusan dari Universitas Ma Chung ini sebagai terobosan lulusan mahasiswa-mahasiswi yang memang memiliki kualitas yang tinggi dan mampu mengapresiasikan pelajaran yang telah didapat di Universitas Ma Chung pada saat mahasiswa-mahasiswi ini memasuki dunia kerja.

Untuk mengetahui bagaimana perbandingan Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai, maka dari itu penulis menulis judul “Analisis Perbandingan Indeks Prestasi Semester (IPS) Mahasiswa Akuntansi Angkatan 2012 Universitas Ma Chung Sebelum dan Setelah Peningkatan Standar Nilai”. Penulis akan meneliti masalah ini karena ingin mengetahui bagaimana perbandingan Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai.

1.2      Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang sudah ada, maka rumusan masalah dalam penelitian  ini adalah sebagai berikut:

  1. Apakah ada perbedaan Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai?
    1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui perbedaan dari Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai.
    1. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Bagi Universitas

Dengan adanya sebuah penerapan standar nilai yang tinggi maka universitas ini dapat membuat sebuah terobosan baru untuk melahirkan lulusan mahasiswa-mahasiswi yang berkualitas tidak hanya memiliki nilai yang diatas rata-rata, namun mampu memberikan usaha yang terbaik saat mahasiswa-mahasiswi ini telah masuk dalam dunia kerja dengan mampu mengapresiasikan segala aspek yang telah mahasiswa-mahasiswi dapatkan saat berada dalam jenjang pendidikan. Sehingga memiliki nilai positif bagi universitas tersebut, karena setiap lulusan mahasiswa-mahasiswi tersebut memiliki nilai yang tinggi dan saat mahasiswa ini bekerja, nama almamater dari universitas tidak akan hilang dari jati diri setiap mahasiswa-mahasiswi ini.

  • Bagi Dosen

Dosen lebih termotivasi lagi dalam memberikan jasa yang berkualitas dalam proses belajar mengajar supaya dapat menghasil lulusan yang lebih baik lagi pada setiap tahun ajaran.

  • Bagi Mahasiswa

Lebih mengembangkan lagi potensi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat termotivasi untuk semakin berkembang dan dapat menjadi salah satu terobosan dari sebuah uuniversitas yang ternama dengan nilai yang memuaskan.

  • Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui bagaimana pengaruh sebuah standar nilai yang tinggi terhadap Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa.

  • Bagi Pembaca
  • Dapat memberikan sebuah pedoman bahwa standar nilai yang tinggi di Universitas Ma Chung dapat memberikan pengaruh yang positif, sehingga pembaca memperoleh sebuah referensi universitas mana yang akan dituju untuk menjadi sebuah sarana memperolehkan sebuah proses belajar mengajar yang berkualitas dan mendidik mahasiswa-mahasiswi untuk semakin maju dan berkembang.
  • Pembaca mengetahui strategi yang dilakukan universitas dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang berpotensi dan berkualitas.

2.  LANDASAN TEORI

2.1 Teori-Teori

2.1.1 Perilaku

Dalam usaha untuk memotivasi diri untuk dapat giat dalam proses belajar, diperlukannya usaha dari diri supaya kegiatan belajar dapat terealisasikan, usaha dalam diri yang dimaksud adalah perilaku dari setiap individu itu sendiri dalam proses memotivasi diri untuk giat belajar.

2.1.1.1  Pengertian Perilaku

       Perilaku  manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Soekidjo, 2003). Skinner (1983), seorang ahli psikologi dalam Soekidjo Notoadmodjo (2005), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berikut merupakan definisi perilaku sebagai hasil dari konstruksi teori-teori dan riset, yaitu:

(a)   Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan karena sesuatu hal;

(b)   Perilaku ditunjukan ke arah sasaran tertentu;

(c)   Perilaku yang dapat diobservasi dapat diukur;

(d) Perilaku yang tidak langsung dapat di observasi (contoh berpikir,  melaksanakan persepsi) juga penting dalam rangka mencapai tujuan-tujuan;

(e)   Perilaku dimotivasi.

Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons. Respons dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

(a) Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang timbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Misalnya cahaya terang menyebabkan mata tertutup. Respons ini mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih;

(b) Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Misalnya apabila petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya, maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

(1) Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain; (2) Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang menimbulkan reaksi atau respon terhadap stimulus.

2.1.1.2 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh  melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2002) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

(a) Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek terlebih dahulu);

(b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus;

(c) Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya;

(d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru;

(e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.1.3 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan presdisposisi tindakan atau perilaku.

Selain itu, menurut Soekidjo (….), Allport (….) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

(a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek;

(b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek;

(c) Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

(a) Menerima (Receiving), subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek;

(b) Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut;

(c) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah;

(d) Bertanggung Jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Soekidjo, 2003).

2.1.2    Motivasi

Dalam setiap proses belajar, setiap orang pasti mencoba untuk memotivasi dirinya supaya orang tersebut dalap berhasil dalam proses belajarnya. Motivasi dalam belajar memiliki peranan penting dalam meraih sebuah prestasi, dimana dengan adanya sebuah motivasi dalam belajar, akan mendorong seseorang dapat meraih sebuah prestasi dengan belajar yang giat.

2.1.2.1 Pengertian Motivasi

Kata motif merupakan sebuah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya penggerak  dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman, 2003: 73). Berelzon dan Steiner (….) dalam Sobur (2011:267) mengemukakan bahwa motivasi adalah: is an inner state that energizer, activates, or moves (hence ‘motivation’), and that directs or channels behavior toward goals” adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan, atau yang menggerakan, sehingga disebut ‘penggerakan’ atau ‘motivasi’, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan.”

Eysenck, dkk., (….) merumuskan motivasi itu sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas dan konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan  konsep konsep lain seperti minat, konsep diri,sikap dan sebagainya (Slameto, 2010:170). Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Purwanto, 2007:61). Menurut Mc. Donald (….), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2003: 73).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu daya penggerak didalam diri seseorang yang memberikan suatu kekuatan dalam diri orang tersebut, yang membuat orang tersebut giat dalam melakukan sesuatu agar tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan.

2.1.2.2 Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi (Sardiman, 2003:  86) yaitu:

(1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, ada dua motif yaitu:

(a) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir;

(b) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari;

(2) Motivasi menurut pembagiaan dari Woodworth dan Marquis (….) dalam Sardiman (2003) ada tiga macam yaitu:

(a) Motif atau kebutuhan organis misalnya kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain;

(b) Motof-motif darurat misalnya menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya;

(c) Motif-motif objektif;

(3) Motivasi jasmani dan rohani,

(a) Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya; (b) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat;

(4) Motivasi intrisik dan ekstrinsik,

(a) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu;

(b) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar (Sardiman, 2003: 90).

Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang motif-motif yang ada pada setiap individu. Adapun motivasi yang berkaitan dengan mata pelajaran bahasa arab adalah motivasi ekstrinsik, dimana motivasi ini membutuhkan rangsangan atau dorongan dari luar misalnya, media, baik media visual, audio, maupun audio visual serta buku-buku yang dapat menimbulkan dan memberikan inspirasi dan ransangan dalam belajar.

Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah adalah memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman (Djmarah dan Zain, 2002:168). Dari kutipan di atas, maka penulis dapat menjelaskan bahwa nilai adalah suatu simbol dari hasil aktifitas anak  didik. Dalam memberi nilai ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang  bervariasi. Pemberian angka kepada  anak didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.

Hadiah adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa. Pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi.

Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang. Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan.

Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran  dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru. Mengetahui Hasil adalah rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya.

2.1.2.3 Fungsi Motivasi

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2003: 85) yaitu :

(a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;

(b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya;

(c) Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatanapa yang harus    dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

2.1.2.4             Teori tentang Motivasi

Teori tentang motivasi ini ada tiga macam, yaitu teori instink, teori fisiologis dan teori psikoanalitik. Ketiga teori ini mendukung seseorang dalam memotivasi dirinya dalam proses belajar mengajar. Teori Instink merupakan setiap tindakan manusia diasumsikan seperti jenis animal/binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkaitan dengan instink atau pembawaan. Dalam memberikan respon terhadap adanya kebutuhan seolah olah tanpa dipelajari. Tokoh teori ini adalah Mc. Dougall (….).

Teori Fisiologis, teori ini juga disebutnya “behavior theoris” menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada tindakan pada manusia itu berakar pada usaha usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organic atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman, udara, dan lain lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, struggle for survival.

Teori Psikoanalitik, teori ini mirip dengan instink, tetapi lebih ditekankan pada unsur unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokon dari teori ini adalah Fraud (Sardiman, 2003:83).

2.1.3      Pengambilan Keputusan

Dalam setiap pengambilan keputusan pasti ada maksud tertentu didalamnya. Salah satu maksud dari pengambilan keputusan adalah untuk memotivasi mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari apa yang ada di Universitas Ma Chung, dimana universitas ini mengambil keputusan untuk meningkatkan mutu pendidikan setiap mahasiswanya dengan menaikkan grade bagi setiap mahasiswa yang belajar di universitas tersebut.

2.1.3.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Keputusan merupakan suatu hasil atau solusi dari sebuah pemecahan suatu masalah yang dihadapi. Keputusan merupakan hasul dari proses pemikiran yang berupa pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif yang digunkan untuk memecahkan sebuah masalah. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang memiliki bobot dan dapat diterima oleh semua pihak yang bersangkutan. Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan  pengertian tentang “pengambilan keputusan”.

Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam hal ini arti pengambilan keputusan, misalnya Terry, mendefinisikan pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih. Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah: “suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengambilan keputusan adalah keputusan diambil dengan sengaja dan merupakan keputusan bersama tanpa adanya salah satu pihak yang merasa dirugikan, memilih alternatif yang benar-benar tepat untuk pengambilan keputusan tersebut.

2.1.3.2 Dasar Pengambilan Keputusan

Dasar pengambilan keputusan ini ada beberapa macam, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan intuisi, pengambilan keputusan rasional, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman serta pengambilan keputusan berdasarkan wewenang. Kelima dasar keputusan ini saling berhubungan satu dengan yang lain untuk membuat nilai dari sebuah keputusan tersebut dapat menjadi sebuah keputusan yang benar.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi yaitu keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu:

(a) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan;

(b) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.

Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.

Pengambilan Keputusan Rasional merupakan keputusan yang bersifat rasional  berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta, ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data.

Dengan demikian, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman, sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip pengambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang, banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

2.1.3.3 Proses Pengambilan Keputusan

Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Proses pengambilan keputusan meliputi:

(a) Identifikasi masalah, dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu organisasi;

(b) Pengumpulan dan penganalisis data, Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada;

(c) Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya.

Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik.

Perkiraan itu terdiri dari berbagai macam pengertian diantaranya adalah: (a) Perkiraan dalam arti Proyeksi, Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara kronologis;

(b) Perkiraan dalam arti prediksi, Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat;

(c) Perkiraan dalam arti konjeksi, Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan;

(d) Pemilihan salah satu alternatif terbaik, pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya;

(e) Pelaksanaan keputusan, dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain;

(f) Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan, setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat.

2.2       Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didukung dengan adanya penelitian terdahulu dimana penelitian yang berjudul “Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa melalui Penerapan Problem-Based Learning” oleh Muhson (2009) dalam Jurnal Pendidikan Volume 39, Nomor 2, November 2009, Hal. 171-182 ini memiliki tujuan agar mahasiswa memahami konsep dan prosedur statistika dan mampu menerapkannya untuk menganalisis permasalahan pendidikan ekonomi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Think Pair, Share, Fish Bone, Diagram Venn, Positive Minus Interesting, dan Graphic Organizers. Hasil dari penelitian ini sendiri adalah guru mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar berpikir melalui berbagai mata pelajaran artinya guru bukan mengajarkan berpikir pada siswa (teaching of thinking) tetapi melalui pembelajaran siswa diajak  untuk berpikir.

2.3       Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang peneliti kemukakan sebagai landasan pengujian untuk penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ho: Terdapat perbedaan antara Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai.

 Ha: Tidak terdapat perbedaan antara Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai.

2.4       Rerangka Teori

Dari ketiga uraian teori di atas yaitu peranan pada setiap teori sangatlah penting dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Motivasi, perilaku dan pengambilan keputusan memiliki sebuah hubungan yang erat dalam sebuah proses meraih sebuah prestasi. Dari uraian yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa dalam setiap proses atau aktifitas perilaku seseorang sangat berperan penting dalam memotivasi dirinya untuk melakukan segala hal termasuk dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan, seseorang harus mampu mengendalikan perilakunya dan mampu untuk memotivasi dirinya untuk dapat melakukan sebuah tindakan yang nantinya akan menghasilkan sebuah keputusan yang baik dan benar.

Text Box: Perilaku setiap mahasiswa dalam proses pembelajaran
Text Box: Motivasi Motivasi dari diri mahasiswa
Pengambilan sebuah keputusan
Prestasi
dari diri mahasiswa
Text Box: Pengambilan sebuah keputusan
Text Box: Prestasi

                                                           Gambar 1 Rerangka Teori

3.  METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Bila dilihat dari tujuannya penelitian ini termasuk penelitian korelasi karena bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode kuantitatif mempunyai keunggulan dari sisi efisiensi. Analisis kuantitatif bekerja menggunakan sampel untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Selain dari sisi sampel, untuk hal-hal tertentu metode kuantitatif memberikan penjelasan yang lebih tepat terhadap fakta yang dihadapi. Bahkan pada penelitian tertentu memang harus menggunakan metode kuantitatif, alasannya karena metode ini sudah pasti. Apapun latar belakang bidang studi yang akan dijalankan, dapat menggunakan metode kuantitatif dengan baik, karena metode kuantitatif telah banyak digunakan secara luas pada bidang ilmu, seperti ilmu-ilmu teknik, ilmu-ilmu kesehatan, ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu pendidikan, dan psikologi.

Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Metode kuantitatif menyelidiki pengaruh dan hubungan antar variabel, menggunakan populasi dan sampel, menggunakan angka sebagai data lalu dianalisa, dan tingkat hasil yang signifikan melalui metode-metode seperti statistik.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan unit dari semua individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2010:117) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari populasi yang ada dalam penelitian tersebut diambillah sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2010:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 

Pengambilan sampel dari suatu penelitian dilakukan dengan cara metoda purposive sampling yang merupakan metoda pengambilan sampel dengan maksud tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data Indeks Prestasi Semester (IPS) dari semester 1 hingga semester 4 pada Mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 di Universitas Ma Chung. Berikut ini adalah data dari Indeks Prestasi Semester (IPS) yang digunakan oleh peneliti.

NONAMA MAHASISWAINDEKS PRESTASI SEMESTER
IPS 1IPS 2
1Agie Ayu Lestari3.623.49
2Albertina Widiana Sentyaji3.753.54
3Ananda Putri Arinova2.843.07
4Christian Aditya Rahardjo2.82.97
5Cindy Claudia Handoko2.823.02
6Cindy Marcellia  Sudjoko3.573.25
7Dhevin Nina Dheritd2.882.88
8Dyah Ayu Sridharma Pratiwi2.682.83
9Edbert Sumampouw2.542.21
10Edward Jovi Setiaji3.753.62
11Fanny Rastiti3.473.48
12Feliani Anggraeni2.783.06
13Felisia Magdalena Siauta3.23.16
14Fellicia Novianti Soesilo3.043.1
15Fidelia Fiona Krishna3.113.25
16Fikri Syahrizal Davi3.53.28
17Friskylia Maria Firmiani Agus2.72.98
18Gunawan Santoso3.423.5
19Ian Pradipta Wijaya3.423.37
20Ibnu Ma`ruf Nugroho3.433.38
21Ika Caesarina Erdianti2.962.97
22Ina Prameswari2.613.01
23Irawati Puspo2.443.01
24Jelika Wisye Toisuta2.463.34
25Jessica Novia Kristanti3.53.26
26Jonathan Kurnia Pratama3.373.15
27Kesia Siska Amelia3.533.41
28Kevin3.843.59
29Lavenia Sulistyo3.733.64
30Lithani Tamariska2.973.15

Tabel 1. Data Indeks Prestasi Semester.

3.3 Data Penelitian

 3.3.1 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data sekunder. Data ini diperolehkan dari dukomen arsip dari Universitas Ma Chung.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Dimana metode ini merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berupa arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan ada sebagai berikut:

a. Indeks Prestasi Semester

Merupakan nilai prestasi yang diperoleh oleh mahasiswa pada setiap semesternya.

b. Standar Nilai Akademik

Merupakan suatu ukuran standar yang digunakan sebagai standar nilai kelulusan bagi mahasiswa.

3.5 Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengujian dengan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS)16.0. Uji normalitas dilakukan dengan alat uji Kolmogorov Smirnov, dimana bila nilai signifikansi lebih kecil daripada 0.05, maka data terdistribusi normal. Uji normalitas ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah data Indeks Prestasi Semester (IPS) Mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai terdistribusi normal atau tidak.

Bila data Indeks Prestasi Semester (IPS) telah terdistribusi normal, maka penelitian selanjutnya menggunakan alat uji One Sample T-Test. Hasil dari uji ini menunjukkan data telah terdistribusi normal. Selanjutnya, peneliti menggunakan Uji Paired Samples Test, dimana uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara Indeks Prestasi Semester (IPS) Mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai.

3.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menguji hipotesis pertama, yaitu terdapat perbedaan Indeks Prestasi Semester (IPS) Mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai, maka digunakan alat uji One Sample T-Test itu melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Hipotesis statistik pengujian yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

Ho: x= x̄

Ha: x ≠ x̄

Jika thitung ≤ ttabel atau Sig. > 0.05, maka Ho diterima. Jika thitung > ttabel atau Sig. < 0.05, maka Ho ditolak dengan kata lain Ha diterima.

b. untuk menguji apakah ada perbedaan Indeks Prestasi Semester (IPS) Mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai, maka digunakan uji Paired Sample T-Test. Hipotesis statistik untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:

Ho: μsebelum – μsesudah = 0                  

Ha: μsebelum – μsesudah ≠ 0

Jika Sig. > 0.05, maka maka Hoditerima atau Ha ditolak. Jika Sig. < 0.05, maka Haditolak atau Ho diterima.

3.7 Tahapan Penelitian

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengolah data dalam penelitian ini, yaitu:

a. Mengolah data berupa Indeks Prestasi Semester (IPS) Mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

b. Mengelompokkan data Indeks Prestasi Semester 1 dan semester 2 dirata-rata (sebelum peningkatan standar nilai) dan Indeks Prestasi Semester 3 dan semester 4 dirata-rata (setelah peningkatan standar nilai), dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

c. Melakukan uji normalitas data Indeks Prestasi Semester (IPS) dengan menggunakan program SPSS 16.0.

d. Melakukan uji hipotesis dengan uji One Sample T-Test pada program SPSS 16.0.

e. Melakukan uji hipotesis dengan uji Paired Sample T-Test pada program SPSS 16.0.

4.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian One Sample T-Test dan Paired Samples T-Test

Pada tabel Descriptive Statistics, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 Indeks Prestasi Semester (IPS) Mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma chung. Rata-rata pada IPS 1 yaitu 3.1577 dan rata-rata pada IPS 2 adalah 3.1990.

Tabel 2. Uji Normalitas One Sample T-Test

Pada tabel One Sample T-Test, nilai dari asymp. Sig. (2-Tailed) lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0,41 dan 0,776 sehingga data terdistribusi normal. Dalam hal ini menyatakan bahwa dari kedua IPS ini memiliki perbedaan yang signifikan.

Tabel 3. Paired Sample T-Test

Pada output  tabel Paired Samples Statistics dapat dilihat rata-rataIPS 1 (Indeks Prestasi Semester sebelum peningkatan standar nilai) dan IPS 2 (Indeks Prestasi Semester setelah peningkatan standar nilai) yaitu IPS 1 dengan rata-rata 3.1577 dan IPS 2 dengan rata-rata 3.1990. N menunjukkan banyaknya data yaitu sebelum dan setelah peningkatan standar nilai sebanyak 30 sampel. Pada standard Deviasi  yang menunjukkan keheterogenan yang terjadi dalam data sebelum dan sesudah peningkatan standar nilai adalah 0,43079 dan 0.29720 dan standard error of mean sebelum dan setelah peningkatan standar nilai adalah 0.7865 dan 0.05426, dimana standard error of mean  ini menggambarkan rata-rata sampel terhadap rata-rata dari rata-rata keseluruhan kemungkinan sampel.

Pada output tabel Paired Samples, menunjukkan apakah ada hubungan antara rata-rata Indeks Prestasi Semester sebelum dan setelah peningkatan standar nilai. Terlihat bahwa nilai Sign adalah 0.408 (40,8%), lebih besar dari 0.05 (5%) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan sebelum dan setelah peningkatan standar nilai. Dapat juga dilihat kekuatan korelasinya menunjukkan kolerasi yang lumayan tinggi yaitu 0.786.

5.  PENUTUP

5.1 Simpulan, Keterbatasan dan Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang menggunakan alat uji One Sample T-Test dan Paired Samples T-Test memperoleh hasil yaitu tidak adanya perbedaan yang signifikan pada Indeks Prestasi Semester (IPS) Mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan setelah peningkatan standar nilai.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah  penelitian ini hanya menggunakan uji One Sample T-Test dan Uji Paired Samples T-Test saja, karena penelitian ini hanya ingin mengetahui apakah ada beda antara Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa akuntansi angkatan 2012 Universitas Ma Chung sebelum dan sesudah peningkatan standar nilai. Untuk penelitian selanjutnya, disaran lebih memperdalam lagi dalam melakukan penelitian ini dengan menggunakan uji yang lebih mendalam lagi, salah satunya dengan alat uji Regresi.

DAFTAR PUSTAKA

Anselm, Strauss & Juliet Corbin (2003). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

A.M. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali.

Azwar.1996.Pengantar Administrasi Kesehatan.Jakarta: Binarupa Aksara.

Bloom. Dalam Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Corey, Gerald. 1986. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Cetakan pertama. Terjemahan E. Koswara. Bandung : Eresco.

Creswell, John W. (1994), Research Design: Qualitative and Quantitative Approach. California: Sage Publication.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligences. New York: Basic Books Harper Collins Publ. Inc.

Gibson, James L, John M. Ivancevich dan James H. Donnelly Jr,2000.Organizations: Behaviour, Structure and Process, McGraw-Hill Companies Inc, Boston.

Hamzah B.Uno,2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jilid I. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.

Hasibuan, M. (2003). Organisasi dan motivasi, Jakarta : PT.Bumi Aksara.

J.S Badudu.2003.Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia,Jakarta : Kompas.

McShane, Steven L.,Von Glinow, dan Mary Ann. 2008. Organizational Behavior. USA: McG Raw Hill-International.

Moleong, Lexy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya.

Moss, Sylvia dan Tubbs, L. Stewart. (2000). Human Communication : Prinsip – Prinsip Dasar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo.2002.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Cetakan Kedua.PT. Rineka Cipta.

Riduwan. (2004), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta Bandung.

Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siahaan, Parlindungan, 2005, Materi dan Soal-Soal Kewarganegaraan Semester Gasal SMA/MA Kelas XI, Media Profesional .

Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3. STIE YKPN. Yogyakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Strauss, Anselm & Juliet Corbin, 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002,  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal.263.

Stake,  R.  E.  (1995).  The  Art  of  Case  Study  Reserach.  Thousands Oaks,  CA: SAGE.

Sudjana Nana. 2004. Landasan Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumardi.(1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Ulfatin,  N.  (2013),   Metode  Penelitian  Kualitatif  di  Bidang   Pendidikan:Teori dan Aplikasinya, Malang, Bayumedia Publishing.

Wiyono, Slamet. (2006). Managemen Potensi Diri. Jakarta: PT Grasindo.

Winkel 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

ANALISIS PERBEDAAN SEBELUM DAN SETELAH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK PADA PENERIMAAN PENDAPATAN UD. PODOMORO NONGKOJAJAR

SANDRA CICILIA ERKANAWATI & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

ARTIKEL EKONOMETRIK

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG  –  KABUPATEN MALANG

2014

1.      PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini secara otomatis akan diikuti oleh kenaikan harga pada barang dan jasa yang ada di seluruh masyarakat Indonesia seluruh kota yang ada di Indonesia. Kenaikan harga barang dan jasa ini juga menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mempersulit perekonomian masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap dan masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah.

Apabila terjadi kenaikan harga BBM di negara ini, maka hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi, 2009:291). Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu.

Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang sebagai akibat permintaan dari masyarakat yang juga mengalami penurunan. Harga barang dan jasa menjadi melonjak sebagai akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun, dan sebaliknya  jika harga barang turun, jumlah barang yang diminta akan bertambah” (Jaka, 2007:58).

Masalah lain yang muncul sebagai akibat dari kenaikan harga BBM adalah kekhawatiran akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi karena dampak kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang mengalami kenaikan. Kondisi perekonomian Indonesia juga akan mengalami masalah. Daya beli pada masyarakat juga akan mengalami penurunan, munculnya pengangguran baru, dan sebagainya.

BBM adalah unsur vital dalam proses produksi dan distribusi barang. Sehingga secara pasti memengaruhi harga barang dan jasa. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan atau peningkatan sehingga juga akan mempengaruhi semakin besarnya biaya hidup yang dikeluarkan dengan penerimaan pendapatan yang tetap dan pada penerimaan pendapatan yang mengalami fluktuasi karena pendapatan yang tidak menetu pada setiap harinya dan hal ini terjadi pada pedagang mulai dari pedagang menengah ke atas sampai dengan pedagang menengah ke bawah.

Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai  “Perbedaan Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Penerimaan Pendapatan Pada UD. Podomoro”.

  1. Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro. Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

  1. Apa dampak kenaikan harga BBM terhadap penerimaan pendapatan UD. Podomoro?
  2. Bagaimana dampak kenaikan harga BBM terhadap penerimaan pendapatan UD. Podomoro ?
    1. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang ada pada rumusan masalah yang ada di atas, secara garis besar tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai dampak dari kenaikan harga BBM. Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar dapat mengetahui secara jelas mengenai:

  1. Dampak dari kenaikan harga BBM, baik itu dampak positif maupun dampak negatifnya.
  2. Dapat mengetahui mengenai dampak kenaikan harga BBM terhadap penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro
    1. Manfaat penelitian

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaaan atau manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai pengembangan ilmu, sesuai dengan masalah  yang dibahas dalam makalah ini. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

  1. Penulis

Seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah yang dibahas dalam makalah ini;

  • Pembaca

Makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan sumber informasi dalam menambah wawasan pembaca.

2. LANDASAN TEORI

2.1      Teori Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, kata inflasi sering muncul, terutama jika dalam pembahasan mengenai ilmu ekonomi makro. Begitu juga dalam masalah keuangan dan perbankan. Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai turunnya atau melemahnya nilai mata uang akibat banyaknya jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata inflasimemiliki arti kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang (Depdiknas, 2005:423).

Menurut Jaka (2007:113), Inflasi adalah suatu gejala ekonomi dimana terjadi kemerosotan nilai uang karena banyaknya uang yang beredar atau suatu keadaan yang menyatakan terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan menunjukan suatu proses turunnya nilai uang secara continue.

Pendapat lain menyatakan bahwa inflasi adalah  proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus  berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Samuelson, 1986:292). Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik (Samuelson, 1986:293).

Ada beberapa pengertian inflasi yang disampaikan para ahli. Menurut Lehner (….), inflasi adalah keadaan saat terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Ahli yang lain, yaitu Ackley (….) memberi pengertian inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Sedangkan menurut Boediono (….) menyatakan bahwa inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain.

Dalam definisi lain, inflasi merupakan proses saat terjadinya kenaikan harga barang-barang dan jasa-jasa secara menyeluruh dalam satu periode tertentu, biasanya dalam satu tahun. Inflasi terjadi ketika harga mengalami kenaikan, sementara nilai uang mengalami penurunan. Inflasi juga dapat diartikan  sebagai proses menurunnya nilai mata uang yang diakibatkan karena jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibandingkan jumlah barang dan jasa yang tersedia. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.

2.1.1     Pengertian Perekonomian

Sebelum membahas perekonomian, perlu dibahas mengenai ilmu ekonomi. Menurut Samuelson (1986:5) mengatakan, Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih dan menggunakan sumberdaya yang langka dan yang memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian menyalurkannya – baik saat ini maupun dimasa depan – kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat.

Sementara secara etimologi, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Oikos,yang berarti rumah tangga, dan Nomos, yang berarti aturan. Jadi ekonomi secara bahasa adalah aturan rumah tangga (Jaka, 2007:96). Secara istilah ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari berbagai tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi diartikan sebagai ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (Depdiknas, 2005:287). Sementara perekonomian diartikan sebagai tindakan (aturan atau cara) berekonomi (Depdiknas, 2005:287). Dalam suatu Negara, ekonomi merupakan suatu tata kehidupan yang sangat penting. Perekonomian di suatu Negara merupakan suatu system yang digunakan oleh pemerintah untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

2.1.2       Jenis-Jenis  Inflasi

A.        Berdasarkan Tingkat Keparahan

  1. Inflasi ringan (creeping inflation)

Besarnya inflasi ini di bawah 10% dalam setahun.

  • Inflasi sedang

Besarnya inflasi antara 10% – 30% setahun.

  • Inflasi berat

Besarnya inflasi antara 30% – 100%.

  • Hiperinflasi

Besarnya inflasi ini di atas 100% dalam setahun.

  • Berdasarkan Sumbernya
  • Importer Inflation

Inflasi ini berasal atau bersumber dari luar negeri, yang terjadi karena adanya kecenderungan kenaikan barang-barang di luar negeri.

  • Domestic Inflation

Inflasi ini berasal atau bersumber dari dalam negeri sendiri, yang akan memengaruhi pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Domestic inflation terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga mengalami kenaikan.

  • Berdasarkan Penyebabnya
  • Demand Full Inflation

Inflasi yang timbul karena adanya kenaikan yang sangat tinggi terhadap permintaan barang dan jasa.

  • Cost Push Inflation

Inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa, bukan karena adanya ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran.

Selain demand full inflation dan cost push inflation, ada beberapa jenis inflasi jika dilihat dari faktor penyebabnya, yaitu:

  1. Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi tarikan permintaan terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. 

  • Inflasi Dorongan Biaya

Inflasi dorongan biaya terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi proses produksi dari suatu perusahaan. 

  • Inflasi Struktural

Inflasi struktural terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.

2.1.3        Penyebab terjadinya inflasi

Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik. Selain itu, inflasi juga diakibatkan oleh:

  1. Pengeluaran pemerintah lebih banyak dari permintaan
  2. Adanya tuntutan upah yang tinggi
  3. Adanya lonjakan permintaan barang-barang dan jasa-jasa
  4. Adanya kenaikan dalam biaya produksi.

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan distribusi (kurangnya produksi (product or service) juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) sepertikebijakan fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur dan regulasi.

Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan hargafaktor produksi meningkat.

Inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment, dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan dan penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi, bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi, aksi spekulasi (penimbunan), sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Jika dihubungkan dengan kenaikan harga BBM, inflasi yang terjadi disebabkan oleh adanya tekanan dalam proses produksi dan distribusi. Para produsen akan mengurangi jumlah barang yang akan diproduksi atas pertimbangan biaya produksi yang melonjak. Kalaupun proses produksi tetap lancar, proses distribusi lah yang akan menghambatnya. Akibat dari kenaikan harga BBM biaya atau ongkos untuk mendistribusikan barang hasil produksi akan mengalami kenaikan.

2.1.4        Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi.

Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif, yaitu : 

  1. Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru.

Dikenal oleh masyarakat luas adalah Bahan Bakar Gas (BBG). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.

  • Pembangunan Nasional akan lebih pesat

Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN  yang awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.

  • Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.

  • Mengurangi Pencemaran Udara

Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.

b.     Dampak negatif dari kenaikan BBM adalah sebagai berikut :

  1. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar.
  2. Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)
  3. Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan, beban transportasi dll.
  4. Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus.
  5. Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran. Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.
  6. Inflasi. Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.

2.1.5        Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Inflasi dan Perekonomian

Jika terjadi kenaikan harga BBM, maka akan terjadi inflasi. Terjadinya inflasi ini tidak dapat dihindari karena bahan bakar, dalam hal ini premium, merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat, dan merupakan jenis barang komplementer. Meskipun ada berbagai cara untuk mengganti penggunaan BBM, tapi BBM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

Inflasi akan terjadi karena apabila subsidi BBM dicabut, harga BBM akan naik. Masyarakat mengurangi pembelian BBM. Uang tidak tersalurkan ke pemerintah tapi tetap banyak beredar di masyarakat. Jika harga BBM naik, harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan pula. Terutama dalam biaya produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah “Cost Push Inflation”. Karena inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya produksi. Ini jika inflasi dilihat berdasarkan penyebabnya. Sementara jika dilihat berdasarkan sumbernya, yang akan terjadi adalah “Domestic Inflation”, sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri.

Kenaikan harga BBM akan membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi. Biasanya kenaikan BBM akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya distribusi dan menaikan juga inflasi. Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli merosot, kerena penghasilan masyarakat yang tetap.  Ujungnya perekonomian akan stagnan dan tingkat kesejahteraan terganggu.

Di sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling parah adalah semakin sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan produksinya sesuai dengan kenaikan harga serta penurunan permintaan barang. Hal-hal di atas terjadi jika harga BBM dinaikkan, Bagaimana jika tidak? Subsidi pemerintah terhadap BBM akan semakin meningkat juga. Meskipun negara kita merupakan penghasil minyak, dalam kenyataannya untuk memproduksi BBM kita masih membutuhkan impor bahan baku minyak juga.

Dengan tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan pemerintah juga semakin besar. Untuk menutupi sumber subsidi, salah satunya adalah kenaikan pendapatan ekspor. Karena kenaikan harga minyak dunia juga mendorong naiknya harga ekspor komoditas tertentu. Seperti kelapa sawit, karena minyak sawit mentah (CPO) merupakan subsidi minyak bumi. Income dari naiknya harga CPO tidak akan sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk subsidi minyak.

2.1.6        Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional

Kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya inflasi. Dampak dari terjadinya inflasi terhadap perekonomian nasional adalah sebagai berikut:

  • Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat
  •  Inflasi dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat
  • Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri ataukaryawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Sementara dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan dan ada juga yang diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan para kreditur. Sementara golongan masyarakat yang diuntungkan adalah kaum spekulan, para pedagang dan industriawan, dan para debitur.

Inflasi dapat dikatakan sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah negara atau daerah. Yang mana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen (IHK). Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan disisi lain juga memengaruhi besarnya produksi dari suatu barang dan jasa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita – cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Federick (….) sebagaimana dikutip Agustino (2008: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Wahab (2008) mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk memahami istilah kebijakan, Wahab (2008: 40-50) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut:

  1. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan
  2. Kebijakan sebenarnya tidak serta  merta dapat dibedakan dari administrasi
  3. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan
  4. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan
  5. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai
  6. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun implicit
  7. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu
  8. Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang bersifat intra organisasi
  9. Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-lembaga pemerintah Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Menurut Winarno (2007: 15), istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia” , “kebijakan ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang debirokartisasi dan deregulasi.

Namun baik Wahab maupun Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan dengan istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang-undang, ketentuanketentuan, standar, proposal dan grand design (Suharno, 2009: 11).

Islamy (….) sebagaimana dikutip Suandi (2010: 12) kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan.  Policy  diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan  wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturanaturan yang ada didalamnya.

Anderson (….) sebagaimana dikutip Islamy (2009: 17) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern” (Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson (….) ini menurut Winarno (2007: 18) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara kebijakan (policy) dengan keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.

Rose (….) sebagaimana dikutip Winarno (2007: 17) juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensikonsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

Menurut  Lasswell (1970) kebijakan adalah sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected program of goals values and practices).

Menurut  Anderson (1979) kebijakan adalah serangkaian tindakan yang memunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or matter of concern).

Menurut  Heclo (1977) kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.

Menurut  Eulau (1977) kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan oleh tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang membuat dan melaksanakan kebijakan.

Menurut  Taya (1976) kebijakan adalah suatu taktik atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

Menurut  Friedrik (1963) kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.

Menurut  Budiardjo (1988) kebijakan adalah sekumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut  Good (1959) kebijakan adalah sebuah pertimbangan yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang bersifat umum dan memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan demi tercapainya tujuan.

Menurut  Indrafachrudi (1984) kebijakan adalah suatu ketentuan pokok yang menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi atau pengelolaan.

Menurut Friedrich (….), Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut PBB (….), Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman (untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

Menurut KBBI (….), Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan sebagainya).

Menurut Mustopadidjaja (….), Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam (1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.

Menurut Abidin (….), kebijakan secara umum menurut dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu:

  1. Kebijakan umum atau publik yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.
  2. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-undang.
  3. Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan pelaksanaan.

2.2.1 Teori Kebijakan Publik

Menurut Dye (….), kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah, mengapa suatu kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan, walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.

Anderson (1975): Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Definisi kebijakan publik menurut Anderson (….) dapat diklasifikasikan sebagai proses management, dimana didalamnya terdapat fase serangkaian kerja pejabat publik (Tangkilisan, 2003 2). Ketika pemerintah benar-benar berindak untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat. Definisi ini juga dapat diklasifikasikan sebagai decision making ketika kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif (tindakan pemerintah mengenai segal sesuatu masalah) atau negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

Woll (1966) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Aminullah (….) dalam Muhammadi (2001: 371 – 372) menyatakan Untuk memahami kedudukan dan peran yang strategis dari pemerintah sebagai public actor, terkait dengan kebijakan publik maka diperlukan pemahaman bahwa untuk mengaktualisasinya diperlukan suatu kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyat.

Ndraha (….) menyatakan kebijakan berasal dari terjemahan kata policy, yang memunyai arti sebagai pilihan terbaik dalam batas-batas kompetensi actor dan lembaga yang bersangkutan dan secara formal mengikat. Dunn (….)menyatakan Analisis Kebijakan (Policy Analysis) dalam arti historis yang paling luas merupakan suatu pendekatan terhadap pemecahan masalah sosial dimulai pada satu tonggak sejarah ketika pengetahuan secara sadar digali untuk dimungkinkan dilakukannya pengujian secara eksplisit dan reflektif kemungkinan menghubungkan pengetahuan dan tindakan.

Easton (1969) menyatakan Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. Definisi kebijakan publik menurut Easton (….) ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pejabat publik. Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk melakukan tindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik, sehingga definisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi pemerintah.

Jenkins (….)menyatakan Kebijakan publik adalah suatu keputusan berdasarkan hubungan kegiatan yang dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan dan mendapat hasil berdasarkan pertimbangan situasi tertentu.

Heclo (1972) menyatakan istilah kebijakan secara luas, yakni sebagai rangkaian tindakan pemerintah atau tidak bertindaknya pemerintah atas sesuatu masalah. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision making yaitu apa yang dipilih oleh pemerintah untuk mengatasi suatu masalah publik, baik dengan cara melakukan suatu tindakan maupun untuk tidak melakukan suatu tindakan.

2.3      Teori kebutuhan manusia

Menurut Henderson (….) dalam Potter dan Perry (1997) membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut:

  1. Bernapas secara normal.
  2. Makan dan minum yang cukup.
  3. Eliminasi (buang air besar dan kecil).
  4. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan.
  5. Tidur dan istirahat.
  6. Memilih pakaian yang tepat.
  7. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan menycsuaikan pakaian yang dikenakan dan memodifIkasi lingkungan.
  8. Menjaga kebersihan diri dan penampilan.
  9. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain.
  10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.
  11. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan.
  12. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup.
  13. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.
  14. Belajar, mencmukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Menurut Waston (….), membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 2 peringkat utama, yaitu :

  1. kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs)
  2. kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs)

Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Maslow (….) dalam Potter dan Perry, (1997) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut:

  1. Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.
  2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan: perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
  3. Perlindungan fisik, perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup: Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dan lingkungan, dan sebagainya.
  4. Perlindungan psikologis, perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.
  5. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.
  6. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa pcrcaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
  7. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mcncapai potensi diri sepenuhnya.

Murpy (….) menggambarkan kebutuhan itu atas empat kategori, yang terdiri dari Kebutuhan dasar yang berkaitan bagian-bagian penting tubuh misalnya kebutuhan untuk makan, minum, udara, dan sejenisnya. Kebutuhan akan kegiatan, meliputi kebutuhan untuk tetap bergerak. Kebutuhan sensorik yang meliputi kebutuhan untuk warna, suara, ritme, kebutuhan yang berorientasi terhadap lingkungan dan sejenisnya. Kebutuhan untuk menolak sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti rasa sakit, ancaman, ketakutan, dan sejenisnya.

Sedangkan Fromm (….) mengidentifikasi kebutuhan manusia itu berasal dari kondisi keadaannya, yang meliputi:

  1. Keterhubungan versus narcissisme
  2. Transenden-creativitas versus penghancuran
  3. Kekeluargaan versus non kekelargaan
  4. Rasa identitas-individualitas versus konformitas kelompok
  5. Kebutuhan pengabdian rasional versus irrasional

Kebutuhan dasar manusia menurut Knowles (….) yang dapat dijadikan konsep dasar untuk pengembangan program pembelajaran pendidikan non formal, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Kebutuhan fisik. Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling mudah dilihat. Dalam hubungan dengan pendidikan, maka kebutuhan itu meliputi kebutuhan untuk melihat, mendengar, beristirahat.
  2. Kebutuhan bertumbuh. Menurut para ahli psikologi dan psikiatri kebutuhan untuk pertumbuhan dan berkembang merupakan kebutuhan yang paling dasar dan universal. Hal ini terlihat pada anak-anak adanya dorongan untuk belajar berbicara, merangkak, berjalan dan tumbuh dengan berbagai cara..
  3. Kebutuhan akan keselamatan; kebutuhan akan keselamatan mencakup keselamatan fisik dan psikologik seperti perlindungan atas ancaman harga diri..
  4. Kebutuhan akan pengalaman baru; sementara manusia mencari keselamatan, mereka juga menciptakan ketegangan dalam bentuk petualangan yang mengasyikkan dan penuh risiko.
  5. Kebutuhan untuk dikasihi; semua orang ingin disukai, meskipun cara yang ditempuh untuk mencapainya kadang-kadang menunjukkan dorongan yang bertentangan.
  6. Kebutuhan untuk dikenal; setiap manusia merasa perlu untuk dihargai, dipuji dan dihormati oleh orang lain.

2.4      Teori Penjualan

IAI dalam SAK No 23 paragraf 2 (2009) menyatakan, “Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau lainnya.”

Definisi penjualan menurut Mulyadi (2008:202), “Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.”

Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan karena jika aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan baik maka secara langsung dapat merugikan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena sasaran penjualan yang diharapkan tidak tercapai dan pendapatan pun akan berkurang.

Pengertian penjualan menurut Simamora (2000;24) dalam buku “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa “Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa”

Pengertian penjualan menurut Marom (2002;28) dalam buku “Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang” menyatakan bahwa “Penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagai usaha pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.

Menurut Sulistiyowati (2010:270) penjualan adalah “Pendapatan yang berasal dari penjualan produk perusahaan, disajikan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.”

Menurut Sugiono, Soenarno dan Kusumawati (2010:133) “ Penjualan bersih merupakan selisih antara penjualan baik yang dilakukan secara tunai maupun kredit dengan retur penjualan dan potongan penjualan.” Penjualan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

  • Penjualan kredit, yaitu penjualan yang pembayaran dilakukan di kemudian hari dalam jangka waktu yang telah ditetapkan setelah barang diterima oleh customer. Penjualan kredit inilah yang menimbulkan piutang dagang, sehingga penjualan tidak dapat dipisahkan dari timbulnya piutang usaha.
  • Penjualan tunai, yaitu penjualan yang pembayarannya dilakukan secara langsung saat terjadinya transaksi.

2.4.1 Klasifikasi Transaksi Penjualan

Ada beberapa macam transaksi penjualan menurut Midjan (2001: 170) dalam bukunya “Sistem Informasi Akuntansi” dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Penjualan Tunai
  2. Penjualan Kredit
  3. Penjualan Tender
  4. Penjualan Ekspor
  5. Penjualan Konsinyasi
  6. Penjualan Grosir”

Menurut pengertian di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Penjualan  Tunai

Penjualan yang bersifat cash dan carry pada umumnya terjadi secara  kontan dan dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan dianggap kontan.

  • Penjualan Kredit

Penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan.

  • Penjualan Tender

Penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memegangkan tender selain harus memenuhi berbagai prosedur.

  • Penjualan Ekspor

Penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri yang mengimpor barang tersebut.

  • Penjualan Konsinyasi

Penjualan yang dilakukan secara titipan kepada pembeli yang juga sebagai penjual.

  • Penjualan Grosir

Penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang grosir atau eceran.

2.4.2 Dokumen-Dokumen Penjualan

Dokumen-dokumen penjualan menurut Midjan (2001;183) dalam bukunya yang berjudul “Sistem Informasi Akuntansi” antara lain sebagai berikut:

  1. Order Penjualan Barang (Sales Order)
  2. Nota Penjualan Barang
  3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)
  4. Faktur Penjualan (Invoice)
  5. Surat pengiriman Barang (Shipping Slip)
  6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Menurut pengertian di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Order Penjualan Barang (Sales Order)

Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.

  1. Nota Penjualan Barang

Merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen bagi pelanggan.

  1. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)

Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.

  1. Faktur Penjualan (Invoice)

Adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah tagihannya.

  • Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)
  • Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Dapat disimpulkan bahwa dokumen-dokumen penjualan terdiri dari: Order Penjualan Barang, Nota Penjualan Barang, Perintah Penyerahan Barang, Faktur Penjualan, Surat Pengiriman Barang dan  Jurnal Penjualan.

2.4.3 Bagian-Bagian Penjualan

Menurut Krismiaji (2002: 275) dalam bukunya “Sistem Informasi Akntansi” menyatakan bahwa bagian-bagian penjualan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

  1. Bagian Penjualan
  2. Bagian Kredit
  3. Bagian Gudang
  4. Bagian Pengiriman
  5. Bagian Penagihan”

Menurut pengertian di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Bagian Penjualan

Bagian penjualan menerima surat pesanan dari pihak pembeli dan membuat surat order penjualan atas dasar surat pesanan tersebut.

  • Bagian Kredit

Berdasar surat pesanan dari pembeli yang diterima dibagian penjualan, bagian ini memeriksa data kredit pelanggan yang selanjutnya memberikan persetujuan terhadap surat pesanan tersebut dan memeriksannya ke bagian gudang.

  • Bagian Gudang

Bagian gudang yang bertugas untuk menyimpan persediaan baran dagangan serta mempersiapkan barang dagangan yang akan dikirim kepada pembeli.

  • Bagian Pengiriman

4. Bagian Pengiriman

Bagian ini mengeluarkan surat order penjualan dan kemudian membuat nota pengiriman atas barang yang dipesan.

  • Bagian Penagihan

Bagian ini bertugas untuk membuat faktur penjualan dan kemudian didistribusikan kepada:

  • Rangkap pertama (asli) diberikan kepada pelanggan
  • Rangkap kedua diberikan kepada bagian piutang
  • Rangkap ketiga diarsipkan brdasarkan nomor urut bersamaam dengan surat order penjualan

Dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian penjualan terdiri dari: Bagian Penjualan, Bagian Kredit, Bagian Gudang, Bagian Pengiriman, dan Bagian Penagihan.

2.4.4 Tujuan Penjualan

Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut Swastha (2005;404) dalam bukunya “Manajemen Penjualan”,  yaitu:

  1. Mencapai volume penjualan tertentu.
  2. Mendapat laba tertentu.
  3. Menunjang pertumbuhan perusahaan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan,  mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang pertumbuhan suatu  perusahaan.

2.4.5 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Penjualan

Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Swastha (2005;406) dalam buku “Manajemen Penjualan”  antara lain sebagai berikut:

  1. Kondisi dan Kemampuan Penjual
  2. Kondisi Pasar
  3. Modal
  4. Kondisi Organisasi Perusahaan
  5. Faktor-Faktor Lain.

Menurut pengertian di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Kondisi dan Kemampuan Penjual

Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah  penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual adalah:

  1. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan
  2. Harga produk atau jasa
  3. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman
  4. Kondisi Pasar

Pasar sebagai kelompok penbelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dan dapat pula memengaruhi kegiatan penjualannya.

  • Modal

Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya.

  • Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang yang ahli dibidang penjualan.

  • Faktor-faktor lain

Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan, yaitu: kondisi dan kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan, dan faktor-faktor lain.

2.4.6 Proses Penjualan

Menurut Swastha (2005: 410) dalam buku “Manajemen Penjualan” menyebutkan beberapa tahapan penjualan, yaitu:

  1. Persiapan Sebelum Penjualan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang di tuju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan.

  • Penentuan Lokasi Pembeli Potensial

Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan.

  • Pendekatan Pendahuluan

Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan pembeli, kesukaan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.

  • Melakukan Penjualan

Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon pembeli, kemudian diusahakan untuk menarik daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada pembeli.

  • Pelayanan Sesudah Penjualan

Dalam tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan proses penjualan bermula dari persiapan sebelum penjualan, penentuan lokasi pembeli potensial, pendekatan pendahuluan, melakukan penjualan, dan berakhir pada pelayanan sesudah penjualan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1    Pengertian metodologi penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun pendapat Umar (2003:303) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut: “Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perbedaan sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro.

3.2    Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak lepas dari ilmu tentang penelitian yang sudah dicoba dan diatur menurut aturan serta urutan secara menyeluruh dan sistematis. Adapun pengertian penelitian menurut Wiratha (2006:76), adalah sebagai berikut “Penelitian didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.”

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahan, diperlukan metode yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahan. Adapun pengertian dari metode menurut Wiratha (2006:77), adalah sebagai berikut “Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.”

Sedangkan pengertian dari metode Penelitian menurut Wiratha (2006:77), adalah sebagai berikut “Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.”

Berdasarkan dari pengertian di atas, maka metode penelitian adalah teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah yang kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang diinginkan.

3.3    Pengertian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif menurut Donmoyer (….) dalam Given (2008: 713) adalah pendekatan pendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menampilkan data dalam bentuk numerik daripada naratif.

Menurut Cooper & Schindler (2006: 229), riset kuantitatif mencoba melakukan pengukuran yang akurat ter-hadap sesuatu. Penelitian kuantitatif sering dipandang sebagai antitesis atau lawan dari penelitian kualitatif, walau sebenarnya pembedaan kualitatif-kuantitatif tersebut agak menyesatkan. Donmoyer (….) beralasan, banyak peneliti kuantitatif tertarik mempelajari aspek-aspek kualitatif dari fenomena. Mereka melakukan kuantifikasi gradasi kualitas menjadi skala-skala numerik yang memungkinkan analisis statistik.

Menurut Sugiyono, (2003:14) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain:

  • Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
  • Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar.

3.4    Populasi dan sampel

Sugiyono (1997: 57) memberikan pengertian bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Nazir (1983: 372) mengatakan bahwa populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Sedangkan Nawawi (1985: 141) menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.

Sedangkan Riduwan dan Lestari (1997:3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.

Arikunto (1998: 117) mengatakan bahwa :’sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.” Sugiyono (1997: 57)memberikan pengertian bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.

Populasi yang diambil oleh penulis adalah semua penerimaan bersih yang diterima oleh UD. Podomoro. Sedangkan sample yang diambil adalah 15 hari sebelum dan sesudah kenaikkan bahan bakar minyak (BBM).

3.5    Jenis dan sumber data

Sumber data yang diambil oleh penulis didapat dari hasil wawancara dengan pemilik UD. Podomoro itu sendiri. Jenis data yang diambil oleh penulis adalah primer dan sekunder. Karena wawancara yang dilakukan oleh penulis melalui 2 cara yaitu tatap muka secara langsung dan wawancara melalui telepon.

3.6    Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah Wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk lebih mendalami responden secara spesifik yang dapat dilakukan dengan tatap muka ataupun komuikasi menggunakan alat bantu komunikasi. Sugiyono (2013: 194) mengemukakan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Terdapat 2 macam wawancara, yaitu Wawancara Terstruktur  digunakan teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara, selain membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Teknik wawancara yang dipakai oleh penulis adalah wawancara tidak terstruktur.

3.7    Variabel Penelitian

Menurut Best (….) yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu penelitian. Sedang Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Dari kedua pengerian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang kan diteliti. Variable dalam penelitian penulis adalah :

  • Penerimaan pendapatan UD. Podomoro
  • Pengumuman kenaikan bahan bakar minyak
  • hari sebelum dan seudah kenaikan bahan bakar minyak

3.8    Metode Analisis Data

Metode analisis yang dipakai oleh penulis adalah metode kuantitatif dengan menggunakan uji normalitas dan uji t yaitu paired sampel t – test. Karena dara yang dipakai oleh penulis adalah data perbedaan penerimaan pendapatan sebelum dan sesudah kenaikan bahan bakar minyak pada UD. Podomoro.

3.9    Tahapan-tahapan Penelitian

  1. Penulis menentukan judul yang akan dipakai dan diteliti oleh penulis
  2. Penulis mengajukan surat permohonan untuk dapat melakukan wawancara dengan pemilik UD. Podomoro
  3. Penulis melakukan janji untuk wawancara dengan pemilik UD. Podomoro
  4. Penulis melakukan wawancara dengan pemilik UD. Podomoro
  5. Penulis meneliti data yang telah didapat menggunakan program spss
  6. Penulis melakukan hipotesis dan menganalisis data yang telah didapat
  7. Penulis membuat laporan penelitian.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1              Gambaran Umum dan Data Perusahaan

Perusahaan yang diteliti oleh penulis adalah sebuah toko yang cukup besar yang ada di Nongkojajar, pasuruan. Toko ini dipimpin oleh Bapak Didik Suryadi. Toko tersebut berdiri mulai tahun 1960 yang didirikan oleh ayah dari Bapak Didik yaitu Bapak Khasan. Penghasilan kotor yang didapat oleh UD. Podomoro jika pada saat sepi adalah Rp50.000.000, 00 dengan penghasilan bersih Rp3.000.000, 00. Demikian pula sebaliknya jika pada saat toko rame pada hari – hari pasar ada;lah sebesar Rp80.000.000, 00 dengan penghasilan bersih sebesar Rp3500.000,00.

4.2  Hasil Uji  Normalitas dan Paired Sampel T – Test

4.3              Pengujian Hipotesis Ho dan Ha

Ho: Secara signifikan tidak ada perbedaan penerimaan pendapatan per hari antara sebelum dan sesudah kenaikan BBM.

Ha: Secara signifikan ada perbedaan penerimaan pendapatan per hari antara sebelum dan sesudah kenaikan BBM.

Nilai Sig yang ada pada table Paired Samples Test adalah sebesar .019 sehingga dapat dikatakan apabila nilai sig kurang dari 5%. Karena sig < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya rata-rata penjualan sebelum dan sesudah kenaikan BBM adalah berbeda atau tidak sama. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kenaikan harga BBM memengaruhi secara signifikan penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro. Adanya faktor pembeda sebelum dan setelah kebijakan BBM dinaikkan, mempengaruhi penerimaan pendapatan secara signifikan yang diuji dengan uji one sample K-S dan paired t-test.

5. PENUTUP

5.1              Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan seperti yang ada di atas maka penulis menarik kesimpulan apanila kebijakan yang diambil oleh pemerintah per tanggal 25 November 2014 dengan menaikkan harga bahan bakar minyak atau BBM memiliki dampak yang negative dan juga dampak positif. Menaikkan harga bahan bakar minyak merupakan langkah yang tepat jika dibandingkan dengan membatasi jumlah bahan bakar minyak yang sampai di tangan masyarakat. Karena pembatasan pada jumlah atau kuota bahan bakar minyak yang sampai di tangan masyarakat akan semakin mempersulit masyarakat dalam hal transportasi, dalam hal produksi, dalam hal distribusi, dalam hal harga produksi, harga penjualan yang meningkat tajam dan tidak terkendali. Langkah yang diambil oleh pemerintah cukup baik jika dibandingkan dengan pembatasan kuota BBM.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak hanya diambil sesaat saja namun pemerintah telah memikirkan hal tersebut secara matang. Karena BBM bersubsidi yang sampai pada masyarakat tidak hanya dinikmati oleh kalangan menengah ke bawah akan tetapi juga dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Dengan demikian jumlah BBM bersubsidi akan semakin membebani Anggaran Pengeluaran Belanja Negara atau APBN.

Kenaikan BBM juga memengaruhi harga barang dan jasa yang ada di masyarakat. Harga barang dan jasa yang naik membuat pedagang juga mengalami kesusahan karena dengan naiknya harga barang dan jasa maka dikhawatirkan penjualan akan semakin menurun.

Dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis adalah bahwa penerimaan pendapatan pada UD. Podomoro setelah kenaikan harga bahan bakar minyak adalah berbeda atau dapat dikatakan tidak sama dari pada sebelumnya.

Daftar pustaka

http://eprints.uny.ac.id/8530/3/BAB%202%20-%2007401241045.pdf

http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html

Imron, Ali. 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

PERBEDAAN PENJUALAN (DALAM UNIT) SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN PADA KINERJA KARYAWAN

TRI SETYA PUSPITA RENY & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

ARTIKEL EKONOMETRIKA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

ABSTRAK

Dalam suatu perusahaan terdapat faktor penentu keberhasilan perusahaan. Salah satu faktor terpenting keberhasilan perusahaan tersebut adalah kinerja karyawan. Kinerja karyawan juga perlu adanya motivasi agar kualitas yang dihasilkan lebih efisien, efektif dan berkompeten. Salah satu bentuk motivasi kinerja karyawan adalah dengan cara pelatihan kinerja. Dengan pelatihan kinerja maka akan berdamapak pula pada pertumbuhan dan kesuksesan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dalam penelitian ini menggunakan obyek Chizkek Lumer Malang yang memiliki tujuan dalam usahanya untuk mencapai penjualan yang semakin hari semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penjualan sebelum dan sesudah pelatihan tenaga kinerja. Untuk melihat perbedaan tersebut dilakukan dengan uji normalitas, uji One Sample t-Test dan uji volatilitas.

Kata-kata Kunci: Kinerja Karyawan, Motivasi, Pelatihan Kinerja, Variabel Penjualan, uji normalitas, uji One Sample t-Test dan uji volatilitas

1.  PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melaksanakan kegiatan, suatu perusahaan baik yang bekerja di bidang perdagangan, jasa maupun industri selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perlu diketahui, bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki, melainkan juga tergantung pada aspek kinerja karyawan. Faktor kinerja karyawan ini harus diperhatikan oleh perusahaan, terutama bila mengingat bahwa era perdagangan bebas akan segera dimulai, dimana iklim kompetisi yang dihadapi akan sangat berbeda. Hal ini memaksa setiap perusahaan harus dapat bekerja dengan lebih efisien, efektif dan produktif. Dengan adanya kompetisi tersebut, memacu tiap perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memberikan perhatian pada aspek kinerja karyawan. Jadi manusia dapat dipandang sebagai faktor penentu karena ditangan mansia segala inovasi akan dibentuk dan direalisasikan sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.

Dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, menurut Mangkunegara (2000:67) Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab. Fahmi, (2012:83) mengatakan bahwa Kinerja secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh organisasi atau perusahaan dalam operasionalnya. Sedangkan Rivai (2006:309) mengatakan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Adapun pengertian kinerja menurut Stephen Robbins yang diterjemahkan oleh Harbani Pasolong, Kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Pasolong, 2007:176). Menurut Kusnadi (2003;64) Kinerja merupakan setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau target tertentu. Kinerja juga merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja (Judith R. Gordon dalam Hadari Nawawi, 2006: 63). Kinerja atau sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian dan pengkajian yang lebih dalam, karena bagaimanapun juga manusialah yang akhirnya menentukan dan memprediksikan keberhasilan atau kegagalan suatu kebijaksanaan, strategi, maupun langkah-langkah kegiatan operasional yang siap dilaksanakan (Unarajan, 1996 dalam Djati dan Khusaini, 2003).

Torang (2012:118) mengatakan: “Kinerja merupakan kuantitas atau kualitas hasil kerja individu atau sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar oprasional prosedur kiteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi”

Kinerja karyawan merupakan prestasi kerja karyawan yang dinilai dari segi kualitas & kuantitas berdasarkan standar kerja yang ditentukan oleh pihak organisasi (Budi Setiyawan dan Waridin, 2006). Organisasi yang baik adalah organisasi yang berusaha meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, karena hal tersebut merupakan faktor kunci untuk meningkatkan kinerja karyawan (Reza, 2010).

Dengan penjelasan-penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja karyawan memegang peranan penting dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan agar dapat tumbuh berkembang mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan kinerja karyawan yang handal, berkompeten dan berkualitas. Karyawan yang berkuaitas tidak hanya memiliki pendidikan yang tinggi.

Untuk memperoleh karyawan yang berkualitas perlu adanya peningkatan kinerja karyawan. Peningkatan kinerja karyawan dapat ditingkatkan dengan cara memotivasi karyawan. Menurut Suwanto & Priansa (2011) Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Motivasi adalah alasan-alasan atau dorongan-dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu (Wursanto, 1984:131). Kreitner dan Kinicki (2001:378) mengatakan jika motivasi merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan. Sedangkan Wibowo (2010:378) mengatakan bahwa motivasi merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahakan prilaku pada pencapain tujuan atau gold directed behavior. Wibowo (2010:379) juga berpendapat bahwa motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan menjaga (maintain) prilaku manusia menunju pada pencapaian tujuan. Gibson (2013:165) menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengharahkan perilaku.

Sementara itu, menurut Winardi (1979:312) motivasi kerja merupakan keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan.

Motivasi sebagai kekuatan yang muncul dari dalam ataupun dari luar diri seseorang dan membangkitkan semangat serta ketekunan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan (Daft 2010:373). Motivasi adalah kemauan untuk memberikan upaya lebih untuk meraih tujuan organisasi, yang disebabkan oleh kemauan untuk memuaskan kebutuhan individual (Robbins, 1996: 198). Dengan motivasi yang tinggi akan menciptakan sebuah komitmen terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam menyelesaikan setiap pekerjaan (McNeese–Smith et al, 1995). Bentuk motivasi yang dapat digunakan menurut (Alex, 1980) dalam (Sigit:2010) salah satunya adalah pembinaan insentif terarah. Dengan kata lain melalui pengembangan karir dan disiplin kerja yang jelas contohnya seperti pelatihan tenaga kerja.

Dapat dilihat dari penjelasan-penjelasan tersebut bahwa kinerja karyawan sangat mempengaruhi pertumbuhan perusahaan. Kinerja karyawan juga membutuhkan adanya dorongan atau motivasi. Motivasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat menjadikan kinerja karyawan semakin meningkat. Motivasi yang diberikan perusahaan salah satunya adalah dengan cara pembinaan insentif terarah atau melakukan pelatihan kinerja karyawan.

Peneliti akan melakukan penelitian pada sebuah usaha yang bergerak dibidang dagang yaitu memproduksi kue keju atau yang sering dikenal dengan sebutan cheese cake. Usaha ini berdiri sejak bulan September 2013 berlokasikan di Jalan Mondoroko kota Malang. Walaupun umurnya yang terbilang masih muda (satu tahun) akan tetapi Chizkek Lumer Malang ini terbilang berkembang sangat cepat. Hal ini terlihat dari keuntungan penjualan dan output yang dihasilkan semakin hari semakin meningkat. Pada awalnya, usaha ini hanya memproduksi kue berjumlah puluhan saja. Namun, seiring dengan berjalannya waktu pemilik usaha ini selalu melakukan perbaikan dalam usahanya agar dapat meningkatkan jumlah produksi yang berdampak pada penjualan, mempertahankan kualitas dan lebih efisien serta efektif.

Bagi pemilik Chizkek Lumer Malang, kinerja karyawan merupakan salah satu aset serta faktor terpenting dalam pertumbuhan usahanya. Oleh karena itu ini pemilik usaha ini berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerja karyawan dengan cara memberikan pelatihan terhadap kinerja karyawan-karyawannya adanya pelatihan dengan tujuan agar dapat meningkatkan jumlah produksi yang berdampak pada penjualan, mempertahankan kualitas dan lebih efisien serta efektif sehingga dapat memberi kesan yang memuaskan bagi penikmat Chizkek Lumer. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menjadikan perbedaan penjualan yang diperoleh sbelum adanya motivasi kinerja karyawan yang salah satunya dalam bentuk pelatihan kinerja , sebagai bahan objek penelitian. Penelitian ini dituangkan dalam proposal yang berjudul: “PERBEDAAN PENJUALAN SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN KINERJA KARYAWAN CHIZKEK LUMER MALANG”.

Dalam penelitian ini selain didukung oleh kenyataan yang terjadi dalam usaha Chizkek Lumer Malang, juga didukung oleh beberapa jurnal tentang kinerja karyawan dan jurnal motivasi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:

a) Apakah dampak pelatihan kinerja karyawan terhadap penjualan (dalam unit) pada Chizkek Lumer Malang?

b) Apakah terdapat perbedaan penjualan (dalam unit) sebelum dan sesudah pelatihan kinerja karyawan pada Chizkek Lumer Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan di bahas dalam makalah ini:

a) Mengetahui dampak pelatihan kinerja karyawan terhadap penjualan (dalam unit) pada Chizkek Lumer Malang

b) Mengetahui perbedaan penjualan (dalam unit) sebelum dan sesudah pelatihan kinerja karyawan pada Chizkek Lumer Malang

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini:

a) Bagi penulis

Seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan pengetahuan serta jawban atas yang dibahas dalam makalah ini.

b) Pembaca

Makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan sumber informasi dalam menambah wawasan pembaca. 7

2.  LANDASAN TEORI

2.1 Teori Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Menurut Kusnadi (2003;64) Kinerja merupakan setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau target tertentu. Kinerja menurut Ruky yang dikutip oleh Mangkunegara (2010 : 6) adalah Suatu bentuk usaha kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi atau perusahaan untuk mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan. Armstrong mengatakan bahwa manajemen kinerja adalah cara untuk emberikan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan dari pada yang diberikan oleh pendekatan terdahulu yang terisolasi dan terkadang menggunakan skema penilaian kinerja yang tidak memadai (Cahyani, 2005).

Menurut Wibowo (2010) Kinerja memiliki makna yang lebih luas bukan hanya sebatas hasil kerja tetapi termasuk bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

2.1.2 Penilaian Kinerja

Sastrohadiwiryo (2001:235-236) memberikan uraian terhadap unsur-unsur yang harus dinilai dalam memberikan penilaian terhadap kinerja karyawan, yaitu :

a) Kesetiaan

Kesetiaan yang dimaksaudkan adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanaka, dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dengan skap dan perilaku tenaga kerja yang bersangkutan dalam kegiatan sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kesetiaan tenaga kerja terhadap perusahaan sangat berhubungan dengan pengabdiannya. Pengabdian yang dimaksud adalah sumbangan pikiran dan tenaga yang ikhlas dengan mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi.

b) Prestasi kerja

Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada umumya kerja seseorang tenga kerja antara lain dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan tenaga kerja yang bersangkutan.

c) Tanggung jawab.

Tanggung jawab adalah kesanggupan seseorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul risiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.

d) Ketaatan

Ketaatan adalah kesanggupan seseorang tenaga kerja untuk menaati segala ketetapan, peraturan perundaang-undangan dan peraturan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan perusahaan maupun pemerintah, baik secara tertulis maupun tak tertulis.

e) Kejujuran

Kejujuran adalah ketulusan hati seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta mampu untuk tidak menyalah-gunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

f) Kerjasama

Kerjasama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

g) Prakarsa

Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manajemen lininya.

h) Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kerja untuk meyakinkan orang lain (tenaga kerja lain) sehingga dapat dikerahkan secara maksimum untuk melaksanakan tugas pokok. Penilaian unsur kepemimpinan bagi tenaga kerja sebenarnya khusus diperuntukkan bagi tenaga kerja yang memiliki jabatan seluruh hierarki dalam perusahaan.

Hasibuan (2002:95-96) mengemukakan bahwa “Aspek-aspek yang dinilai kinerja mencakup kesetiaan, hasil kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan dan tanggung jawab.” Sedangkan Umar dalam Mangkunegara (2005:18) membagi aspek-aspek kinerja sebagai berikut, “Mutu pekerjaan, kejujuran karyawan, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, keandalan, pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan pemanfaatan waktu kerja.”

2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, (Tika, 2006) mengemukakan bahwa ada 4(empat) unsur-unsur yang. terdapat dalam kinerjaadalah hasil-hasil fungsi pekerjaan, faktor-faktor yangberpengaruh terhadap prestasi karyawan, pencapaiantujuan organisasi, dan periode waktu tertentu. Sedangkan pendapat lainnya mengutarakan bahwa kinerja pada individu juga disebut dengan job performance,work outcomes, task performance(Baron dan Greenberg, 1990).  

2.2 Teori Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

2.2.2 Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran akhir yaitu kepuasan kerja. Hasil penelitian Brahmasari (2008), membuktikan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Motivasi dapat berupa keuangan dan non keuangan yang akan berdampak pada kepuasan kerja (Teman, 2005). Motivasi adalah kemauan untuk memberikan upaya lebih untuk meraih tujuan organisasi, yang disebabkan oleh kemauan untuk memuaskan kebutuhan individual (Robbins, 1996: 198). Dengan motivasi yang tinggi akan menciptakan sebuah komitmen terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam menyelesaikan setiap pekerjaan (McNeese–Smith et al, 1995).

Selain itu, juga terdapat definisi atau pemahaman tentang motivasi menurut beberapa ahli:

Menurut Sarwoto (1983:135) mengatakan: “Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien.”

Manalung (1982:76) mengatakan: “Motivasi berarti sesuatu hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Jadi motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu”.

As’Ad (1995:45) mengatakan: “Motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan jiwa dan jasmani untuk berbuat mencapai tujuan, sehingga motivasi merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam pebuatannya itu mempunyai tujuan tertentu”.

2.2.3 Bentuk- bentuk Teori Motivasi

Berikut ini teorimotivasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

a) Teori Maslow

Abraham Maslow mengembangkan teori hirarki kebutuhan yang menghipotesiskan bahwa di dalam semua manusia ada suatu jenjang kelima kebutuhan:

Pertama, Kebutuhan Fisiologis yang merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan, minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.

Kedua, apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.

Ketiga, jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.  

Keempat, Kebutuhan Penghargaan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.

Kelima, Kebutuhan Aktualisasi diri yang merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.

Teori Hirarki Kebutuhan oleh Maslow menjelaskan bahwa orang memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok.

b) Teori Kebutuhan oleh Mc. Clelland

Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi menurut Mc. Clelland. Seseorang dianggap mempunyai motivasi apabila dia mempunyai keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain. Mc. Clelland menjelaskan terdapat 3 (tiga) kebutuhan, yaitu :

(1) Kebutuhan akan prestasi yaitu dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sekses;

(2) Kebutuhan afiliasi yaitu hasrat untuk hubungan antarpribadi yang ramah dan karib. Dengan kata lain kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat;

(3) Kebutuhan kekuasaan yaitu kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.

c) Teori X dan Y dari Mc. Gregor

Teori motivasi dikembangkan oleh Douglas Mc. Gregor yang mengemukakan dua pandangan yang jelas berbeda mengenai perilaku manusia Ia telah merumuskan dua perbedaan dasar mengenai perilaku manusia. Kedua teori tersebut disebut teori X dan Y. Teori X merupakan pengandaian bahwa karyawan-karyawan tidak menyukai kerja, malas, tidak mengukai tanggung jawab, dan harus dipaksa agar berprestasi. Sedangkan, Teori Y menyatakan bahwa orang-orang sesungguhnya energik, berorientasi kepada perkembangan, memotivasi diri sendiri, dan tertarik untuk menjadi produktif. Griffin, (1998:260).

d) Teori Motivasi dari Herzberg

Herzberg mengklaim telah menemukan penjelasan dua faktor motivasi yaitu:

(1) Hygiene Factors, yang meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (Eksternal);

(2) Motivation Factors, yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan pertumbuhan dalam pekerjaan (Internal) (Koontz, 1990:123 dalam Alimuddin, 2012).

e) Teori ERG Aldefer

Teori Aldelfer merupakan teori motivasi yang mengatakan bahwa individu mempunyai kebutuhan tiga hirarki yaitu : eksistensi (E), keterkaitan (Relatedness) (R), dan pertumbuhan (Growth) (G). Teori ERG juga mengungkapkan bahwa sebagai tambahan terhadap proses kemajuan pemuasan juga proses pengurangan keputusan. Yaitu, jika seseorang terus-menerus terhambat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan menyebabkan individu tersebut mengarahkan pada upaya pengurangan karena menimbulkan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih rendah. Teori ERG Aldefer mengisyaratkan bahwa individu akan termotivasi untuk melakukan sesuatu guna memenuhi salah satu dari ketiga perangkat kebutuhan. Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari Maslow dan motivasion factors dari Herzberg (Koontz, 1990:121).

f) Teori Klasik

Teori motivasi ini diungkapkan oleh Frederick Taylor yang menyatakan bahwa pekerja hanya termotivasi semata-mata karena uang. Konsep ini menyatakan bahwa seseorang akan menurun semangat kerjanya bila upah yang diterima dirasa terlalu sedikit atau tidak sebanding dengan pekerjaan yang harus dilakukan (Griffin, 1998:259).

2.3 Rerangka Berpikir

Faktor-faktor Memengaruhi kinerja

  1. Kinerja Karyawan
  2. Motivasi
  3. Pelatihan Kinerja Karyawan

2.4 Penggabungan Teori

Penggabungan teori diatas adalah bahwa adanya hubungan yang sangat erat antara kinerja karyawan dengan motivasi. Motivasi tersebut dilakukan melalui beberapa cara. Salah satu cara tersebut adalah dengan melakukan pelatihan terhadap kinerja karyawan. Dengan adanya pelatihan kinerja karyawan, akan menciptakan suatu hasil kinerja yang lebih efektif, efisien, berkompeten dan menghasilkan sebuah prestasi. Sehingga, hal ini juga akan berdampak pada pertumbuhan perusahaan. Dengan motivasi yang dilakukan dengan cara pelatihan kerja dapat menciptakan atau memiliki kinerja karyawan yang handal sehingga perusahaan akan lebih mudah dan cepat dalam mencapai tujuannya.

3.  METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian adalah peneliyian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil produksi yang di hasilkan sebelum dan sesudah adanya pelatihan kinerja karyawan yang terjadi pada Chizkek Lumer Malang. Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiono, 2009: 14).

Danim (2005) mengemukakan pendapat jika penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya.

Menurut Emzir (2009:28), pendekatan Kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik. Sehingga dalam penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto:2006).

Sugiyono (2013:194) mengemukakan terdapat tiga pengumpulan data berdasarkan tekniknya yaitu wawancara, angket (kuisoner), dan observasi. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk lebih mendalami responden secara spesifik yang dapat dilakukan dengan tatap muka ataupun komuikasi menggunakan alat bantu komunikasi.

Sugiyono (2013:194) mengemukakan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara Terstruktur digunakan teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara, selain membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Kedua, dengan menggunakan Kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Ada pula prinsip penulisan angket yaitu: Isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan yang sudah lupa, pertanyaan tidak menggiring, panjang pertanyaan, urutan pertanyaan, prinsip pengukuran dan penampilan fisik angket.

Ketiga dengan cara observasi. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Apabila wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada obyek-obyek alam yang lain. Dari proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation. Observasi Berperanserta (participant observation), dalam observasi ini,peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Observasi Nonpartisipan, apabila dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpertisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka obervasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur. Observasi Terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Observasi Tidak Terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penjualan Chizkek Lumer Malang dari awal berdiri. Sampel dari penelitian ini adalah penjualan dalam jumlah unit sebelum dan sesudah terjadinya pelatihan kinerja karyawan.

3.3 Data Penelitian

3.3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah jenis kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer. Sumber data diperoleh dari narasumber, narasumber tersebut adalah pemilik Chizkek Lumer Malang.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan teknik wawancara. Sugiyono (2013:194) mengemukakan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur dengan teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Sugiyono (2010) menyatakan bahwa variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penjualan sebelum dan sesudah adanya pelatihan kinerja karyawan. Penjualan yang digunakan dalam penelitian ini dalam berbentuk unit.

3.5 Analisis Data

Metode analisis yang dipakai oleh penulis adalah metode kuantitatif dengan menggunakan uji normalitas dan uji t yaitu paired sampel t – test. Karena data yang dipakai oleh penulis adalah data perbedaan penjualan sebelum dan sesudah pelatihan kinerja karyawan pada usaha Chizkek Lumer Malang.

3.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang penliti gunakan adalah sebagai berikut:

Ho = Secara signifikan tidak terdapat perbedaan penjualan (dalam unit) antara sebelum dan sesudah adanya pelatihan kinerja karyawan.

Ha = Secara signifikan terdapat perbedaan penjualan (dalam unit) antara sebelum dan sesudah adanya pelatihan kinerja karyawan.

3.7 Tahapan Penelitian

Terdapat beberapa tahapan penelitian yaitu:

a) Menentukan topik dan obyek yang akan diteliti

b) Melakukan wawancara serta pengambilan data

c) Melakukan pengujian normalitas data yang diperoleh dengan SPSS IBM versi 21

d) Melakukan pengujian hipotesis dengan uji One Sample t-Test dengan SPSS IBM versi 21

e) Melakukan uji volatilitas dengan menggunakan Microsoft Excel 2007

4.  PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Chizkek Lumer Malang merupakan sebuah usaha yang bergerak dibidang perdagangan terutama dalam bidang produksi roti keju atau yang biasa dikenal dengan sebutan cheesecake yang didirikan oleh Ratna Fadhillah. Usaha ini memiliki rumah produksi di Jalan Mondoroko Singosari, Malang. Chizkek Lumer Malang berdiri pada bulan September 2013. Usianya yang masih terbilang muda yaitu kurang lebih 1 tahun ini, akan tetapi usaha ini dapat berkembang dengan cepat. Hal ini terlihat dari penghasilan atau produk yang dapat dihasilkan meningkat, rata-rata 500 box setiap hari. Varian rasa yang diproduksi sangat bermacam-macam, yaitu green tea, tiramisu, coklat, choco oreo, vanilla oreo, original, jeruk, strawberry, durian, blueberry dan rainbow. Harga dari 1 box adalah 30.000 hingga 40.000.

Dibalik kesuksesan usaha yang terbilang umurnya masih muda ini, pemilik Chizkek Lumer Malang mengakui bahwa keberhasilan yang diperoleh, salah satu faktor terpenting dalam keberhasilannya tidak lepas dari karyawan atau pegawainya. Chizkek Lumer Malang kini memiliki 14 orang karyawan. Dengan kerja keras dan kerjasamanya bersama karyawan, Chizkek Lumer Malang kini telah memiliki agen di beberapa kota seperti Malang, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Jayapura, Merauke, Samarinda, Banyuwangi, dan masih banyak lagi. Selain itu, kini Chizkek Lumer Malang juga dikirim ke negara Malaysia.

4.2 Hasil Penelitian

Berikut adalah data yang telah di dapatkan:

Tabel 1. Data Diperoleh

Tanggal Sebelum PelatihanProduksi Sebelum Pelatihan dalam unitProduksi Sesudah Pelatihan dalam unitTanggal Sesudah Pelatihan
27/01/201419732412/02/2014
28/01/201410742713/02/2014
29/01/201431437614/02/2014
30/01/201411928115/02/2014
31/01/201432415117/02/2014
01/02/201428644318/02/2014
03/02/201411357119/02/2014
04/02/201429654220/02/2014
05/02/201433068521/02/2014
06/02/20149334422/02/2014
07/02/201411730624/02/2014
08/02/20148421125/02/2014
10/02/201422418026/02/2014
11/02/201411928027/03/2014

Sumber: Data Diolah

Dari data yang diperoleh, maka dilakukan pengujian data tersebut. Untuk dapat menggunakan uji hipotesis menggunalan t-test, maka peneliti harus melakukan pengujian normalitas terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan syarat dari uji ini adalah data harus terdistribusi normal terlebih dahulu. Untuk menguji normalitas data tersebut, maka peneliti menggunakan alat uji One-Sample T-test dengan alat bantuan IBM SPSS versi 21. Hasil pengujian dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 1.2 Descriptive Statistic Descriptive Statistics
NMeanStd. DeviationMinimumMaximum
SEBELUM_PELATIHAN14194,5097,34184330
SESUDAH_PELATIHAN14365,79154,379151685
Tabel 1.3 One-Sample Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 
SEBELUM_PELATIHANSESUDAH_PELATIHAN 
N1414 
Normal ParametersMean194,50365,79 
Std. Deviation97,341154,379 
Most Extreme DifferencesAbsolute,281,128 
Positive,281,128 
Negative-,184-,087 
Kolmogorov-Smirnov Z1,051,477 
Asymp. Sig. (2-tailed),219,977 
a. Test distribution is Normal. 
b. Calculated from data.   

Dari penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa pada tabel descriptive statistic bahwa rata-rata penjualan sebelum adanya pelatihan kinerja adalah 194,50 atau 194 box per hari. Sedangkan rata-rata penjualan sesudah terjadinya pelatihan kinerja adalah 366 box per hari. Selain itu, dapat dilihat bahwa penjualan minimum sebelum adanya pelatihan adalah 84 box dan penjualan paling tinggi adalah 330 box per hari. Sedangkan pada saat sesudah terjadinya pelatihan kinerja dalam satu hari minimal dapat melakukan penjualan sebanyak 151 box dan penjualan tertingginya adalah 685 box per hari. Dapat dilihat pada tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test bahwa data telah terdistribusi normal hal ini terlihat dari pengujian normalitas nilai signifikan adalah 0,977, yang menandakan bahwa data tersebut terdistribusi normal, karena nilainya lebih besar dari critical value yaitu 5%. Selain itu, hasil data yang muncul dari SPSS juga menunjukkan pernyataan bahwa data terdistribusi normal. Oleh karena itu, data terbukti normalitasnya maka pengujian hipotesis dapat dilanjutkan. Pengujian hipotesis selanjutnya menggunakan alat uji paired sampel t-test yang juga dengan menggunakan alat bantu IBM SPSS versi 21, dengan variabel penjualan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Hasil dari penyajian data dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Paired Sample Test

 
Paired DifferencestdfSig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of the Difference
Upper
Pair 1SEBELUM_PELATIHAN – SESUDAH_PELATIHAN-79,090-4,01413,001

Dari alat uji statistik yaitu uji paired sample test diperoleh hasil atau nilai signifikansi senilai 0,001 atau kurang dari nilai critical value yaitu sebesar 5% yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa menolak Ho dan menerima Ha. Dapat diartikan melalui uji statistik tersebut, menunjukkan bahwa dengan adanya motivasi karyawan yang digunakan oleh pemilik Chizkek Lumer Malang yang salah satunya dilakukan dengan cara memberikan pelatihan kinerja karyawan menyebabkan terjadinya perbedaan yang signifikan terhadap output penjualan yang dihasilkan oleh karyawan Chizkek Lumer Malang juga.

Pengujian terakhir adalah menggunakan Uji Volatilitas. Hasil uji volatilitas dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 1.1 Penjualan Perunit

0 – 200  –  400  –  600  –  800

t-14  –  t-11  –  t-8  –  t-5  –  t-2  –  t+2  –  t+5  –  t+8  –  t+11  -t+14

Dari grafik diatas, dapat dilihat dari garis tren, garis tersebut menunjukkan garis tren yang naik atau mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan sebelum dan sesudah adanya pelatihan kinerja karyawan pada Chizkek Lumer Malang mengalami perbedaan yaitu berupa kenaikan. Kenaikan penjualan tersebut hingga berada pada angka penjualan 400 box setiap harinya.

4.3 Implikasi Penelitian

Kinerja merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Hal ini sesuai yang dijelaskan dalam teori kinerja, yaitu Menurut Kusnadi (2003;64) Kinerja merupakan setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau target tertentu.. Dalam mencapai tujuannya, kinerja memerlukan adanya motivasi, yang dijelaskan pada teori motivasi .

As’Ad (1995:45) mengatakan: “Motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan jiwa dan jasmani untuk berbuat mencapai tujuan, sehingga motivasi merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam pebuatannya itu mempunyai tujuan tertentu”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja membutuhkan motivasi. Motivasi kinerja tersebut dapat berupa bentuk pelatihan kinerja karyawan. Pelatihan kinerja karyawan merupakan salah satu bentuk motivasi yang dapat meningkatkan kinerja karyawan untuk menjadi lebih efisien, efektif dan berkompeten. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan perusahaan serta produk yang dihasilkan.

5.  PENUTUP

5.1 Simpulan

Data penjualan (dalam unit) diperoleh dari Chizkek Lumer Malang. Selanjutnya dilakukan pengujian pada data tersebut dengan menggunakan uji t-test. Untuk dapat menggunakan uji hipotesis menggunalan t-test, maka peneliti harus melakukan pengujian normalitas terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan syarat dari uji ini adalah data harus terdistribusi normal terlebih dahulu. Untuk menguji normalitas data tersebut, maka peneliti menggunakan alat uji One-Sample T-test dengan alat bantuan IBM SPSS versi 21. Dari penelitian ditemukan bahwa rata-rata penjualan sebelum adanya pelatihan kinerja adalah 194,50 atau 194 box per hari. Sedangkan rata-rata penjualan sesudah terjadinya pelatihan kinerja adalah 366 box per hari. Selain itu, dapat dilihat bahwa penjualan minimum sebelum adanya pelatihan adalah 84 box dan penjualan paling tinggi adalah 330 box per hari. Sedangkan pada saat sesudah terjadinya pelatihan kinerja dalam satu hari minimal dapat melakukan penjualan sebanyak 151 box dan penjualan tertingginya adalah 685 box per hari.

Dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test bahwa data telah dinyatakan terdistribusi normal hal ini terlihat dari pengujian normalitas nilai signifikan adalah 0,977, yang menandakan bahwa data tersebut terdistribusi normal, karena nilainya lebih besar dari critical value yaitu 5%. Selain itu, hasil data yang muncul dari SPSS juga menunjukkan pernyataan bahwa data terdistribusi normal. Oleh karena itu, data terbukti normalitasnya maka pengujian hipotesis dapat dilanjutkan. Pengujian hipotesis selanjutnya menggunakan alat uji paired sampel t-test yang juga dengan menggunakan alat bantu IBM SPSS versi 21, dengan variabel penjualan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Dari alat uji statistik yaitu uji paired sample test diperoleh hasil atau nilai signifikansi senilai 0,001 atau kurang dari nilai critical value yaitu sebesar 5% yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa menolak Ho dan menerima Ha. Dapat diartikan melalui uji statistik tersebut, menunjukkan bahwa dengan adanya motivasi karyawan yang digunakan oleh pemilik Chizkek Lumer Malang yang salah satunya dilakukan dengan cara memberikan pelatihan kinerja karyawan menyebabkan terjadinya perbedaan yang signifikan terhadap output penjualan yang dihasilkan oleh karyawan Chizkek Lumer Malang juga.

Terakhir menggunakan uji Volatilitas, dapat dilihat dari grafik yang dihasilkan garis tren tersebut menunjukkan garis tren yang naik atau mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan sebelum dan sesudah adanya pelatihan kinerja karyawan pada Chizkek Lumer Malang mengalami perbedaan yaitu berupa kenaikan. Kenaikan penjualan tersebut hingga berada pada angka penjualan 400 box setiap harinya.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini adalah hanya menggunakan sampel 28 data/hari dimana 14 hari sebelum adanya pelatihan kinerja karyawan dan 14 hari sesudah pelatihan kinerja karyawan. Hal ini disebabkan karena usia perusahaan yang masih muda.

5.3 Saran

Saran bagi penelitian selanjutnya adalah:

a) Memperbanyak sampel dengan cara menggunakan perusahaan sektor lain, sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat lebih digeneralisasikan.

b) Memperbanyak perioda waktu penelitian, sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi : Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta: 2006.

Domu, Ichdar : Bahan Kuliah Metodologi Penelitian, Program Studi Manajemen Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri Manado: 2009.

Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2009.

Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung: 2009.

Hasibuan, Malayu S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : PT. Refika Aditama.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2003. Perencanaan & Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Refika Aditama.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sastrohadiwiryo, Siswanto.2001. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Admministratif Dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Sayuti A. Jalaludin, 2012, “Pentingnya Operasional Prosedur Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Dalam Perusahaan”. Jurnal Ilmiah . Vol. IV No. 3

Rayadi, Juni 2012, “ Faktor Sumber Daya Manusia Yang Meningkatkan Kinerja Karyawan dan Perusahaan Di Kalbar”. Jurnal Ilmiah . Vol. 8 No. 2

Sumantri Bayu, Fariyanti Anna, Winandi Ratna, 2013, “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Usaha Wirausaha Wanita: Suatu Studi pada Industri Pangan Rumahan di Bogor”. Jurnal Ilmiah. Vol. 12 No. 3 34

UJI BEDA NILAI MATA KULIAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA PADA PROGRAM STUDI AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

ADELIA SUSANTO & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

ARTIKEL EKONOMETRIKA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji ada tidaknya perbedaan kinerja mahasiswa dalam nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya antara Program Studi Akuntansi dan Program Studi Manajemen angkatan tahun 2013. Pengujian dilakukan menggunakan analisis uji beda paired sample T-Test pada program SPSS.

Sampel yang digunakan adalah program studi yang telah mendapatkan mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Metoda pengumpulan data adalah metoda dokumentasi. Metoda analisis yang digunakan adalah analisis paired sample T-Test.

Hasil penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kinerja mahasiswa dalam nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya antara Program Studi Akuntansi dan Program Studi Manajemen.

Kata-kata Kunci: Uji beda, kinerja mahasiswa.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank adalah lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa yang seperti memberikan pinjaman lalu mengedarkan mata uang, melakukan pengawasan terhadap uang, serta bertindak sebagai penyimpanan benda-benda yang berharga untuk membiayai perusahaan dan lain-lain. Sektor industri perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak dikeluarkannya berbagai macam deregulasi oleh pemerintah pada tahun 1980 untuk menggerakkan industri perbankan, terutama dengan dikeluarkannya Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO’27 1988). Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah bank yang sangat besar.

Hingga saat ini bank sangat bermanfaat dalam kehidupan masyarakat dan hampir seluruh masyarakat menggunakan jasa bank. Maka dari itu, masyarakat terutama mahasiswa perlu mengetahui mengenai bank dan lembaga keuangan lainnya seperti asuransi dan leasing. Mahasiswa perlu mengetahui mengenai bank dan lembaga keuangan lainnya agar pengetahuan mahasiswa mengenai bank dan lembaga keuangan lainnya semakin luas. Pengetahuan ini juga bermanfaat untuk mahasiswa dan mahasiswi yang ingin bekerja di bank.

Universitas Ma Chung adalah salah satu universitas yang memberikan mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya pada para mahasiswa. Mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya adalah mata kuliah yang mengajarkan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat bank, suku bunga bank, dan hal-hal lain mengenai bank dan lembaga keuangan lainnya. Hal ini bertujuan agar para mahasiswa lebih memahami mengenai bank dan lembaga keuangan lainnya. Namun, tidak semua program studi mendapatkan mata kuliah tersebut. Program studi yang mendapatkan mata kuliah tersebut seperti Program Studi Akuntansi dan Manajemen.

Seperti yang telah diketahui bahwa setiap program studi memiliki karakteristik tersendiri. Maka dari itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji Beda Nilai Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya pada Program Studi Akuntansi dan Manajemen”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Apakah nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya pada Program Studi Akuntansi dan Manajemen semester 1 angkatan tahun 2013 memiliki perbedaan?

b. Bagaimana pembahasan dari hasil uji beda nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya pada Program Studi Akuntansi dan Manajemen semester 1 angkatan tahun 2013 yang telah dilakukan?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah sebelumnya, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut.

1. Untuk membuktikan perbedaan antara nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya pada Program Studi Akuntansi dan Manajemen.

2. Untuk mengetahui pembahasan mengenai hasil uji beda antara nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya pada Program Studi Akuntansi dan Manajemen.

1.4 Manfaat Penelitian

Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Penulis

Peneliti dapat mengetahui lebih luas mengenai perbedaan nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya yang dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Manajemen.

2. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi dan dapat menambah wawasan mengenai analisis uji beda nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya yang dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Manajemen.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pustaka dan dapat dijadikan bahan referensi bagi universitas.  

2. LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang relevan

Penelitian tindakan kelas saat ini berkembang dengan pesat. Banyak yang telah melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan pendidikan. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya adalah salah satu mata kuliah yang cukup penting untuk dipelajari oleh mahasiswa saat ini. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas antara Program Studi Manajemen dan Program Studi Akuntansi agar dapat mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja mahasiswa terhadap mata kuliah yang sama, namun dengan Program Studi yang berbeda.

2.2 Pendidikan

Pendidikan menurut kamus Bahasa Indonesia,kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa, definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga dapat secara otodidak. Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

2.3 Universitas

Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program akademik (S1, S2, dan S3) atau profesi (D1, D2, D3, D4, Sp. A, Sp. AK) yang terdiri dari beberapa fakultas. Masing-masing fakultas dalam universitas mempunyai jenis keilmuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Paling tidak dalam universitas mempunyai empat fakultas yang tidak terdiri dari satu jenis keilmuan saja. Salah satu fakultas adalah fakultas ekonomi dan bisnis dimana didalam fakultas tersebut terbagi menjadi beberapa program studi.

2.4 Kinerja Mahasiswa

Kinerja mahasiswa adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu proses pendidikan atau proses pembelajaran. Kinerja mahasiswa dapat diuji perbedaannya dengan menggunakan program SPSS. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan kinerja mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Program Studi Manajemen karena kinerja mahasiswa Program Studi Akuntansi dapat berbeda dengan mahasiswa Program Studi Manajemen. Maka dari itu, peneliti ingin membuktikan adanya perbedaan tersebut.

2.5 Hipotesis

Kinerja mahasiswa antar program studi dapat berbeda karena setiap mahasiswa memiliki karakteristik masing-masing. Maka, hipotesis dalam penelitian antara lain.

Ho: Diduga kinerja mahasiswa antara Program Studi Akuntansi tidak berbeda dengan kinerja mahasiswa Program Studi Manajemen dalam mata kuliah BLK

Ha: Diduga kinerja mahasiswa antara Program Studi Akuntansi berbeda dengan kinerja mahasiswa Program Studi Manajemen dalam mata kuliah BLK

2.6 Rerangka Pikir

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, kerangka teoritis dalam penelitian ini menggunakan teknik uji beda terhadap nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya pada Program Studi Akuntansi dan Manajemen angkatan tahun 2013 untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan nilai yang ada pada Prodi Akuntansi dan Manajemen angkatan tahun 2013.  

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan hypothesis testing. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memeroleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2003). Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menyajikan fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antara varibel serta menguji suatu teori. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif karena menggunakan uji hipotesis yang bertujuan untuk menjelaskan sifat-sifat dari hubungan sebab-akibat dan memahami hubungan diantara berbagai variabel.

3.2 Populasi dan Sampel

Guna memperoleh hasil penelitian yang diharapkan diperlukan data yang akan mendukung penelitian ini. Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah secara acak.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Ma Chung. Sedangkan sampel dari populasi tersebut dipilih dengan menggunakan kriteria sebagai berikut.

1. Mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.

2. Mahasiswa yang tidak mengulang mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.

Jumlah mahasiswa pada Program Studi Akuntansi angkatan tahun 2013 adalah sebanyak 59 mahasiswa. Sedangkan jumlah mahasiswa pada Program Studi Manajemen adalah sebanyak 143 mahasiswa. Sampel mahasiswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 mahasiswa dari Program Studi Akuntansi dan 15 mahasiswa dari Program Studi Manajemen.

Tabel 1. Mahasiswa Universitas Ma Chung

Jumlah mahasiswa Universitas Ma Chung Program Studi Akuntansi59 mahasiswa
Jumlah mahasiswa Universitas Ma Chung Program Studi Manajemen143 mahasiswa
Jumlah sampel mahasiswa Program Studi Akuntansi15 mahasiswa
Jumlah sampel mahasiswa Program Studi Manajemen15 mahasiswa

3.3 Data

Penelitian menggunakan sampel sebanyak 15 mahasiswa Universitas Ma Chung dari Program Studi Akuntansi dan 15 mahasiswa dari Program Studi Manajemen. Adapun nama mahasiswa yang terpilih adalah sebagai berikut.  

Tabel 2. Sampel Mahasiswa Akuntansi

Tabel 3. Sampel Mahasiswa Manajemen

3.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Akuntansi dan mahasiswa Program Studi Manajemen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai mahasiswa Program Studi Akuntansi dan nilai mahasiswa Program Studi Manajemen.

3.5 Model Penelitian

3.5.1 Statistik Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Mendeskripsikan gambaran umum dari setiap variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan adalah mean.

3.6 Alat Analisis

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak (Riduwan, 2006:132). Untuk menguji beda dibutuhkan data yang distribusinya normal atau mendekati normal. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis, akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov. Variabel-variabel independen akan diuji normalitasnya terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov adalah sebagai berikut.

a. Angka signifikansi (Sig.) > 0.05, maka data terdistribusi normal

b. Angka signifikansi (Sig.) < 0.05, maka data tidak berdistribusi secara normal

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis uji beda paired sample t test dengan bantuan pengolahan data oleh program SPSS 16 (Statistic Program for Social). Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari masing-masing variable independen berdasarkan variable dependen. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan tingkat signigikansi 5% adalah (Santoso, 2010).

a. Signifikansi t ≤ 0,05maka Ha diterima dan Ho ditolak.

b. Signifikansi t ≥ 0,05maka Ho diterima dan Ha ditolak.

4.  PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Pengujian statistic deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Mendeskripsikan gambaran umum dari setiap variable dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan adalah mean dari masing-masing variabel. Hasil analisis deskriptif dari uji beda yang terdiri dari Program StudiAkuntansi dan Program Studi Manajemen.

Tabel 4. Statistik Deskriptif

                                                    Mean
Akuntansi70.20
Manajemen28.93

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan hasil analisis statistik deskriptif pada setiap variabel penelitian adalah variabel Program Studi Akuntansi diperoleh nilai rata-rata (mean) mahasiswa yang dijadikan sample secara keseluruhan adalah 70.20 sedangkan nilai rata-rata (mean) mahasiswa yang dijadikan sampel pada variabel Program Studi Manajemen adalah 28.93.

4.2 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak (Riduwan, 2006:132). Untuk menguji beda dibutuhkan data yang distribusinya normal atau mendekati normal.

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas

                                                                               Asymp. Sig. (2 tailed)
Akuntansi.699
Manajemen.605

Data yang berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari tingkat Asymp. Sig. (2 tailed), apabila tingkat Asymp. Sig. (2 tailed) berada dibawah tingkat error yaitu 0.05 atau 5%, maka data yang ada tidak berdistribusi secara normal. Sebaliknya, apabila angka Asymp. Sig. (2 tailed) lebih besar dari 0.05 atau 5%, maka data berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas untuk masing-masing variabel independen sesuai dengan Tabel 5 menunjukkan angka Asymp. Sig. Akuntansi sebesar 0.699 atau 69.9% > 0.05 atau 5%, sehingga data dari Program Studi Akuntansi berdistribusi normal. Sedangkan angka Asymp. Sig. Manajemen sebesar 0.605 atau 60.5% > 0.05 atau 5%, sehingga data dari Program Studi Manajemen yang ada juga berdistribusi normal.

4.3 Uji Beda Paired Sample T-Test

Uji beda Paired Sample T-Test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara variabel independen berdasarkan variabel dependen yang ada.

Tabel 6. Hasil Uji t  

                                                                                 Signifikansi (2-tailed)
Akuntansi dan Manajemen.000

Nilai uji beda paired sample T-Test dapat dilihat dari tingkat signifikansinya, apabila tingkat signifikansinya berada dibawah tingkat error yaitu 0.05 atau 5%, maka antara variabel independen dinilai terdapat perbedaan berdasarkan variabel dependennya.

Hasil uji beda paired sample T-Test untuk masing-masing variabel independen yang berbeda berdasarkan variabel dependennya sesuai dengan Tabel 5 adalah nilai signifikansi uji beda paired sample T-Test pada Program Studi Akuntansi dan Program Studi Manajemen adalah sebesar 0.000 < 0.05, sehingga Ho ditolak. Jadi, kinerja mahasiswa antara Program Studi Akuntansi berbeda dengan kinerja mahasiswa Program Studi Manajemen dalam mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. 15

5.  PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya yang dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Manajemen memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil uji beda paired sample T-Test untuk masing-masing variabel independen yang berbeda berdasarkan variabel dependennya sesuai dengan Tabel 5 adalah nilai signifikansi uji beda paired sample T-Test pada Program Studi Akuntansi dan Program Studi Manajemen adalah sebesar 0.000 < 0.05, sehingga Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa kinerja mahasiswa antara Program Studi Akuntansi berbeda dengan kinerja mahasiswa Program Studi Manajemen dalam mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan karena sampel yang diambil hanya sebagian dari populasi yang ada. Sampel tidak diambil seluruhnya karena sampel yang akan diuji harus memenuhi beberapa kriteria yang ada. Sehingga hasil dari penelitian tidak dapat menggambarkan keseluruhan populasi.

5.3 Saran

Saran untuk peneliti selanjutnya adalah pengambilan sampel yang lebih luas agar dapat menggambarkan keseluruhan populasi.

DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/25/universitaspt-fakultas-dan-jurusanprodi-532057.html (diaksestanggal 20 Desember 2014)

Santoso, S. 2010. Statistic MultivariatKonsepdanAplikasidengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kelima. Bandung: Alfabetta.

Riduwan, 2007, Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penelitian, Cetakan Keempat. Bandung: Alfabetta.