FANNY RASTITI & DANIEL SUGAMA STEPHANUS
ARTIKEL MATA KULIAH EKONOMETRIKA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG
2014
ABSTRAKSI
Investasi dalam bentuk saham, seorang investor harus memperhatikan kinerja perusahaan yang diinvestasikan. Dalam menilai kinerja suatu perusahaan investor dapat menggunakan beberapa alat ukur, antara lain adalah Earning Per Share (EPS), Operating Cash Flow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Refined Economic Value Added (REVA). Beberapa ukuran tersebut diduga dapat memprediksi besar kecilnya Rate of Return (ROR) dari sebuah saham. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh baik secara simultan maupun parsial antara EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA terhadap ROR saham.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA terhadap RORsaham perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI baik secara parsial maupun secara simultan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan sub sektor yang terdaftar di BEI dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Dengan adanya karakteristik penyampelan yang ada didapatkan sampel dalam penelitian yaitu sebanyak 7 perusahaan. Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian dilakukan dengan cara dokumentasi laporan keuangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) atau website perusahaan dan diolah menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat uji statistik SPSS 20.0. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada pengaruh EPS, OCF, EVA MVA dan REVA secara simultan terhadap ROR. Juga tidak ada pengaruh EPS, OCF, EVA MVA dan REVA secara parsial terhadap ROR
Katakata Kunci: Earning per Share (EPS), Operating Cash Flow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Refined Economic Value Added (REVA), Rate of Return (ROR) Saham.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan dalam bidang farmasi di Indonesia terlihat sangat ketat mengenai peraturan dalam perannya sebagai fungsi kesehatan yang sangat berpengaruh. Industri farmasi ini memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Menurut Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pertumbuhan industri farmasi Indonesia rata-rata mencapai 13 persen per tahun selama tahun 2006-2011. Total angka penjualan sektor farmasi tahun 2010 sebesar Rp 38,5 triliun meningkat menjadi Rp 43,1 triliun pada 2011.
Persaingan antar perusahaan farmasi cukup sengit, dikarenakan pada era sekarang, timbul banyak obat-obat herbal yang menarik banyak konsumen yang para konsumen tersebut ingin mendapat pengobatan yang alami dan bebas bahan kimia. Hal tersebut membuat para perusahaan farmasi di Indonesia berlomba-lomba agar dapat menarik perhatian konsumen terhadap produk yang mereka jual dan produksi.
Namun investor tentunya dalam menilai suatu perusahaan, tidak hanya melihat laporan keuangan dan besarnya laba atau besarnya dividen yang dibagikan. Beberapa pertimbangan perlu dipikirkan oleh para investor untuk dapat mengambil keputusan investasi yang benar sehingga tidak melakukan kesalahan dalam opsi investasi.
Perusahaan dinilai baik tidak hanya laba yang tinggi, namun perusahaan dinilai baik jika memiliki kinerja yang bagus didalamnya baik itu dalam hal pengelolaan operasional perusahaan maupun pemanfaatan dan pengembalian modal yang baik. Sehingga perusahaan harus dapat menjalankan keduanya itu, agar investor dapat memiliki kepercayaan untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Dalam menilai tingkat pengembalian modal para pemegang saham dalam bentuk saham pada suatu perusahaan, dapat dinilai dengan menghitung Rate of Return (ROR) saham yang ditanamkan pada perusahaan tersebut.
Dari segi operasional perusahaan, dapat dinilai dari bagaimana perusahaan mengelola kas nya dalam operasional perusahaan. Sehingga untuk melihat hal tersebut, penulis ingin menghitung Operating Cash Flow (OCF) Perusahaan. Tentu pengelolaan kas ini dalam perusahaan, dapat berpengaruh pada laba perusahaan. Namun kebijakan perusahaan dalam membagikan labanya kepada para pemegang saham tentu perlu diperhitungkan. Dalam hal ini dapat dihitung dari Earning Per Share (EPS).
Perusahaan yang memiliki kinerja baik merupakan perusahaan yang dapat menciptakan nilai dengan memanfaatkan struktur permodalannya dengan baik. Yang dimaksud disini adalah dapat menghasilkan pengembalian yang lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkannya termasuk di dalamnya biaya modal. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperkenalkan sebuah metoda baru yang bertujuan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dari penciptaan nilai yang dilakukan perusahaan, yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Dalam perhitungan EVA, biaya modal merupakan variabel yang mencerminkan tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Namun EVA menghitung capital menggunakan book value, sehingga penulis ingin menambahkan satu formula lagi yaitu Refined Economic Value Added (REVA) yang menghitung capital menggunakan market value.
Sehingga penulis ingin menarik judul “ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), OPERATIONAL CASH FLOW (OCF), ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), MARKET VALUE ADDED (MVA) DAN REFINED ECONOMIC VALUE ADDED (REVA) TERHADAP RATE OF RETURN SAHAM (ROR) PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BUESA EFEK INDONESIA (BEI)”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang ada di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah terdapat pengaruh Earning Per Share (EPS), Operational Cash Flow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Refined Economic Value Added (REVA) secara simultan terhadap Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga tahun 2013?
2. Apakah terdapat pengaruh Earning Per Share (EPS), Operational Cash Flow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Refined Economic Value Added (REVA) secara parsial terhadap Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga tahun 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis pengaruh Earning Per Share (EPS), Operational Cash Flow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Refined Economic Value Added (REVA) secara simultan terhadap Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga tahun 2013.
2. Untuk menganalisis pengaruh Earning Per Share (EPS), Operational Cash Flow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Refined Economic Value Added (REVA) secara parsial terhadap Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ada di dalam penelitian ini adalah sebagi berikut.
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh Earning Per Share (EPS), Operational Cash Flow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Refined Economic Value Added (REVA) secara parsial terhadap Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga tahun 2013
2. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi referensi terbaru perusahaan, sehingga dapat menilai perusahaan lebih baik dari beberapa variabel yang mempengaruhi Rate of Return Saham untuk 5 tahun terakhir dari tahun 2009 hingga 2013.
3. Bagi Para Investor
Investor dapat melihat Rate of Return Saham yang mereka tanamkan dari beberapa sisi, tidak hanya dari segi laba maupun harga saham saja. Namun beberapa variabel independen yang dapat mempengaruhi Rate of Return Saham.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin menganalisis variabelvariabel yang berpengaruh terhadap Rate of Return Saham.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Investasi
Menurut Sunariyah (2003) investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan berjangka waktu baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh orang perorang atau lembaga yang mempunyai kelebihan dana. Pihak yang menanamkan dana disebut investor. Menurut Halim (2005) secara umum investasi dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Real Assets, yaitu investasi dalam bentuk aktiva berwujud atau nyata, seperti investasi untuk kendaraan dan properti.
2. Financial Assets, yaitu investasi dalam bentuk aktiva finansial, atau produk-produk keuangan, seperti; obligasi, dan deposito.
Kepemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah institusi atau perusahan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu investasi langsung (direct investing) dan investasi tidak langsung. Investasi langsung diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu perusahaan yang telah go public. Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang memunyai prestasi aktiva-aktiva keuangan dari perusahan lain. Perusahaan investor (investor company) berfungsi sebagai perantara (Jogiyanto, 2000).
2.2 Pasar Modal
Secara format pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham), baik yang diterbitkan oleh Pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Pengertian efek menurut Keppres No. 60 tahun 1998 adalah setiap surat saham, obligasi atau bukti lainnya termasuk sertifikat atau surat pengganti dan bukti sementara dari surat-surat tersebut, bukti keuntungan dan surat-surat jaminan, opsi atau obligasi, atau bukti penyertaan dalam modal atas pinjaman laiinya serta setiap alat yang lazim dikenal sebagai efek. Sedangkan menurut Keppres No. 53 tahun 1990, efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, warrants, opsi atau setiap derivative dari efek atau setiap instrument yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek.
Adapun defini pasar modal menurut Husnan (2001) adalah pasa untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh Pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Jadi pasar modal merupakan tempat bertemunya berbagai pihak yang menawarkan dan membutuhkan dana.
2.3 Return Saham
Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto (2000 : 143) membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan bersifat tidak pasti.
Rate of Return adalah tingkat pengembalian saham atau investasi yang dilakukan. Komposisi penghitungan rate of return saham terdiri dari capital gain (loss) dan dividen. Capital gain (loss) merupakan selisih laba/rugi yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham relatif lebih tinggi atau rendah dibandingkan harga saham perioda sebelumnya. Sedangkan dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan pada perioda tertentu sesuai dengan keputusan manajemen. Dividen yang merupakan yield bisa berupa angka nol (0) dan positif (+).
Untuk menghitung rate of return digunakan rumus sebagai berikut,
( ) …………………………………………………………………..(1)
Keterangan:
Pt = Harga saham sekarang
P t-1 = Harga saham periode lalu
Dt = Dividen yang dibayarkan sekarang
atau dengan rumus berikut :
[ ( ) ( ) ] ……………………………………(2)
Keterangan:
D.YD = Dividen Yield
KHS = Kenaikan harga pasar saham dibandingkan dengan harga pembeliannya.
H.S = Harga Saham
Dapat juga dihitung sebagai berikut :
[ ( ) ] …………………………………………………(3)
Keterangan:
ROR = tingkat pengembalian investasi
P1 = harga sekuritas pada akhir periode 1
P0 = harga sekuritas pada awal periode 0
Div = dividen yang dibayarkan selama perioda tersebut.
2.4 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio adalah suatu metoda untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2001:37).Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami apa yang perlu dilakukan sehubungan dengan informasi yang berasal keuangan yang sifatnya terbatas.
Muhammad dan Halim (1996), membagi rasio keuangan menjadi lima kelompok. Pembagian rasio keuangan tersebut karena terdapat perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai oleh pihak internal (manajemen) dengan pihak eksternal, antara lain adalah pemerintah, kreditor, dan investor. Kelima analisis rasio tersebut secara umum digunakan untuk mengetahui gambaran prospek dan risiko yang akan dihadapi perusahaan di masa mendatang. Kelima faktor tersebut akan mempengaruhi ekspektasi pemakai laporan keuangan terhadap perusahaan di masa mendatang. Lima kelompok rasio keuangan tersebut adalah:
1. Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan.
2. Rasio Aktivitas, merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan. Dengan kata lain, rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
3. Rasio Solvabilitas, merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas mengukur likuiditas perusahaan untuk jangka panjang, fokus dari rasio solvabilitas adalah pada sisi kanan neraca. Apabila total hutang lebih besar daripada total aset, maka perusahaan dikatakan tidak solvabel. Ada beberapa macam rasio solvabilitas, antara lain rasio total hutang terhadap total aset, rasio time interest earned, dan rasio fixed charges coverage.
4. Rasio Profitabilitas, merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Bagi investor jangka panjang, rasio profitabilitas dapat digunakan untuk melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Rasio profitabilitas akan dibahas tersendiri, karena merupakan bagian dari penelitian.
5. Rasio Pasar, merupakan rasio yang membandingkan harga pasar terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio pasar lebih banyak dilihat berdasarkan sudut pandang investor atau calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini. Ada beberapa macam rasio pasar, antara lain PER (Price Earning Ratio), dividend yield, dan pembayaran dividen (dividend payout).
2.4.1 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kamampuan perusahaan menghasilkan laba, baik dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada atau modal sendiri, dan juga menjadi alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan semua sumber daya perusahaan yang ada dalam kegiatan operasional sehari-hari. Muhammad dan Halim (1996), mendefinisikan rasio profitabilitas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator,yaitu:
1. Net Profit Margin(NPM)
Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bersih dengan tingkat penjualan yang dapat dicapai dalam satu perioda.Keuntungan bersih yang dihasilkan merupakan laba sebelum bunga dan pajak atau Earnings Before Interest and Tax(EBIT). Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Net Profit Margin = EBIT / Penjualan x 100 % …………………………….. (4)
2. Return on Assets(ROA)
Return on Assetsyang juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.Laba yang dihasilkan merupakan laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earnings Before Interest and Tax). Rumus yang digunakan adalah :
Return on Assets= EBIT / Total Aktiva x 100% …………………………….. (5)
3. Return on Equity(ROE)
Rasio ROE mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu.ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Return on Equity = Laba Bersih / Modal Saham ……………………………. (6)
4. Return on Investment(ROI)
Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ROI adalah laba bersih setelah pajak atau Earnings After Tax(EAT). Formula yang digunakan untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut:
Return on Investment = EAT / Total Aktiva ………………………………….. (7)
5. Earning Per Share (EPS)
Keuntungan perlembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang merupakan angka dasar yang diperlukan dalam menentukan harga saham.Earning Per Share atau laba perlembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bersihsetelah pajak atau EAT (Earnings After Tax).
Earning Per Share = EAT / Jumlah lembar saham yang beredar……… (8)
2.5 Aliran Kas (Cashflow)
Menurut Sutrisno (2000), kegiatan investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan diharapkan akan tertutupi oleh penerimaan–penerimaan yang direncanakan diperoleh di masa yang akan datang. Penerimaan-penerimaan tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang akan diperoleh atas investasi yang bersangkutan. Keuntungan atau laba yang akan digunakan untuk menutup investasi tersebut mengandung dua pengertian yaitu yang pertama adalah laba akuntansi, yaitu laba yang terdapat dalam laporan keuangan yang disusun oleh bagian akuntansi, yang dapat dilihat dari laba pada Laporan Laba-Rugi, serta yang kedua adalah laba tunai, yaitu laba yang berupa aliran kas atau cash flow.
Cash flow yang berhubungan dengan sebuah kegiatan investasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Initial cashflow, yaitu aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran-pengeluaran kas untuk keperluan investasi, seperti pengeluaran kas untuk pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin, pembelian peralatan lain, pembelian kendaraan, dan pengeluaran kas lain dalam rangka mendapatkan aktiva tetap. Termasuk dalam initial cashflow adalah kebutuhan dana yang akan digunakan untuk modal kerja. Initial cashflow biasanya dikeluarkan pada saat pendirian investasi.
2. Operational cashflow (OCF), yaitu aliran kas yang akan dipergunakan untuk menutup investasi. Operational cashflow biasanya diterima setiap tahun selama usia investasi, dan berupa aliran kas bersih. Operational cashflowjuga sering disebut sebagai cashflow saja. Dengan demikian, operational cashflow dapat dihitung dengan menambahkan laba akuntansi (EAT) dengan penyusutan.
Operational Cashflow = EAT + penyusutan …………………………………. (9)
3. Terminal cashflow, yaitu aliran kas yang diterima sebagai akibat habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi. Apabila proyek investasi habis umur ekonomisnya biasanya masih ada penerimaan kas, misalnya dari penjualan aktiva tetap yang masih bisa digunakan, juga dana yang digunakan sebagai modal kerja. Oleh karena itu yang termasuk dalam kelompok terminal cashflow adalah nilai residu dan modal kerja.Nilai residu adalah taksiran harga jual aktiva tetap bila usia ekonomis proyek habis. Sedangkan modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001), laporan aliran kas dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori aktivitas utama, yaitu:
1. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Pengungkapan dari aktivitas investasi perlu dipisahkan untuk mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan aliran kas masa depan.
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.Pengungkapan secara terpisah dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan dengan tujuan untuk memprediksi klaim terhadap aliran kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.
Dalam PSAK No 2 paragraf 12 dijelaskan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar perusahaan. Informasi mengenai arus kas historis bersama dengan informasi lain berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. (IAI, 2001).
2.6 Economic Value Added (EVA)
Menurut Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan (2002: 249), Economic Value Added (EVA) merupakan jumlah uang bukan rasio yang diperoleh dengan mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba bersih operasi (net operating profit). Menurut Amin Widjaja Tunggal (2001: 1), metode Economic Value Added (EVA) di Indonesia dikenal dengan metode Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI) merupakan suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan, bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Economic Value Added (EVA) merupakan tolok ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal (Young & O’Byrne, 2001: 831).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan konsep yang mengukur atau menciptakan nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangkan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan biaya modal yang timbul sebagai akibat dari investasi yang dilakukan.
Keunggulan Economic Value Added (EVA) menurut Mulia (2002: 133), yaitu:
1. Memfokuskan pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
2. Memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil yang dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan pada nilai buku.
3. Perhitungan Economic Value Added (EVA) digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding, seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
4. Digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus kepada karyawan terutama divisi yang memberikan nilai tambah lebih.
5. Pengaplikasian yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung, dan mudah digunakan sehingga merupaka salah satu pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
Keunggulan Economic Value Added (EVA) menurut Wibowo (2005: 33), yaitu:
1. Sebagai ukuran kinerja masa lampau tidak mampu memprediksi dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.
2. Sifat pengukurannya jangka pendek sehingga manajemen cenderung tidak ingin berinvestasi jangka panjang, karena dapat mengakibatkan penurunan nilai Economic Value Added (EVA) pada periode yang bersangkutan serta mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa depan.
3. Mengabaikan kinerja non-keuangan yang sebenarnya dapat meningkatkan kinerja keuangan.
4. Penggunaan Economic Value Added (EVA) untuk mengevaluasi kinerja keuangan mungkin tidak tepat untuk beberapa perusahaan tertentu, misalkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi seperti pada sektor teknologi.
5. Tidak dapat diterapkan pada masa inflasi.
6. Sulit menentukan besarnya biaya modal secara obyektif.
7. Tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan Economic ValueAdded (EVA) secara akurat.
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya proses penciptaan nilai suatu perusahaan, yaitu :
1. Jika Economic Value Added (EVA) > 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) positif, yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
2. Jika Economic Value Added (EVA) = 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) menunjukkan posisi impas atau break event point, berarti tidak ada nilai tambah ekonomis, tetapi perusahaan mampu membayarkan semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditur.
3. Jika Economic Value Added (EVA) < 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) negatif, yang menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
Perhitungan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) sebagai berikut (Dwitayanti, 2005: 62) :
1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
……………………………………………………….(10)
2. Invested Capital
……..(11)
3. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang dengan Pendekatan Weighted Average Cost of Capital (WACC)
[( )( ) ( )]………………………………………(12)
Keterangan :
Tingkat Modal dari Utang (D) = (Total Utang ÷ Total Utang dan Ekuitas) x 100%
Cost of Debt (rd) = (Beban Bunga ÷ Total Utang) x 100%
Cost of Equity (re) = (Laba Bersih Setelah Pajak ÷ Total Ekuitas) x 100%
Total Modal dari Ekuitas (E) = (Total Ekuitas ÷ Total Utang dan Ekuitas) x 100%
Tingkat Pajak (Tax) = (Beban Pajak ÷ Laba Bersih Sebelum Pajak) x 100%
4. Perhitungan Capital Charges
Capital Charges = Invested Capital ∗WACC…………………………………….(13)
5. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
EVA = NOPAT −Capital Charges……………………………………………………..(14)
2.7 Market Value Added (MVA)
Menurut Steward (dalam Rahayu, 2007: 32), Market Value Added (MVA) suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA) bertambah. Peningkatan Market Value Added (MVA) dapat dilakukan dengan cara meningkatkan Economic Value Added (EVA) yang merupakan pengukuran internal kinerja operasional tahunan, dengan demikian Economic Value Added (EVA) mempunyai hubungan yang kuat dengan Market Value Added (MVA).
Indikator yang digunakan untuk mengukur Market Value Added (MVA) menururt Young dan O’Byrne (2001: 27), yaitu :
1. Jika Market Value Added (MVA) > 0, bernilai positif, perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.
2. Jika Market Value Added (MVA) < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.
Persamaan dari Market Value Added (MVA), sebagai berikut (Young dan O’Byrne 2001: 26)
MVA = (Nilai pasar − Nilai nominal per lembar saham) * Jumlah saham………(15)
2.8 Hubungan Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA)
MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang.MVA adalah Economic Value Added yang dihasilkan kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-present valuekan (Mirza dkk, 1999).
MVA merupakan pengukur kinerja eksternal, dan hanya dapat diukur jika perusahaan telah go public, dimana MVAcenderung memberikan penilaian yang lebih besar dari tambahan kekayaan investasi yang sesungguhnya berdasarkan harga saham di pasaran.
2.9 Refined Economic Value Added (REVA)
REVA merupakan suatu konsep pengukuran kinerja yang merupakan upaya perbaikan dari EVA. Konsep REVA ini akan dibandingkan dengan beberapa alat pengukuran kinerja lainnya seperti EVA sendiri dan ROE sebagai alat pengukur kinerja yang saat ini dengan mengkaitkannya dengan tingkat return saham.
Konsep REVA diciptakan dengan maksud memperbaiki EVA yang dianggap memiliki kekurangan. Konsep REVA ini sebagaimana juga EVA mendasarkan pengukuran shareholders value dan risk dan return dari modal yang diinvestasikan. Perbedaan REVA dan EVA adalah bahwa REVA memasukkan factor NPV of current dan Future Investment Opportunities (Bacidore et el, 1997) bahwa “The Components of Value”.
REVA merupakan upaya perbaikan terhadap EVA yang dianggap tidak memperhitungkan opportunity cost. EVA telah menunjukkan economic book value dari perusahaan, namun tetap tidak memperhitungkan nilai total dari perusahaan karena tidak memasukkan nilai dari future opportunities. Jadi untuk menghasilkan nilai bagi para investornya, operating profit pada akhir perioda harus melebihi jumlah dana yang diinvestasikan berdasarkan pada market value dari aset.
Apabila EVA menggunakan capital dalam book value, maka REVA menggunakan capital dalam bentuk market value.
Berikut rumus perhitungan REVA :
∗ ( )………………………………………………………(16)
Keterangan :
NOPAT = Net Operating After Tax pada akhir perioda t
Mv.t = Market value equity plus book value of total debt dikurangi non interest bearing current liabilities pada awal perioda
C* = WACC
2.10 Kerangka Pemikir
Gambar 2.1 Kerangka Pemikir
2.11 Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti (Tahun) – Variabel Penelitian – Metoda Analisis – Simpulan
Dodd dan Chen (1996) Dependen: returnsaham, Independen: EVA, ROI, EPS, dan ROE – Regresi – ROI, EPS, ROE, dan EVA memunyai pengaruh terhadap return saham. Dan yang paling besar pengaruhnya adalah ROI dibandingkan EVA.
Lehn dan Makhija (1996) – Dependen: Return Saham, Independen: ROE, ROI, ROS, EVA, MVA – Regresi – ROE, ROI, ROS, EVA, MVA menunjukkan hubungan yang positif dengan balikan saham, hubungan EVA dengan balikan saham memunyai hubungan yang lebih tinggi.
Wibowo (2005) Dependen: Return saham, Independen: ROA, ROE, EVA – Regresi – Rasio profitabilitas dan EVA tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan
Rahayu (2007) – Dependen: Return saham, Independen: EVA dan MVA – Regresi – EVA dan MVA secara simultan tidak berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial baik EVA maupun MVA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Marshal (2010) – Dependen: Return saham, Independen: EVA, MVA, dan OCF – Regresi – EVA, OCF, dan MVA tidak memiliki pengaruh yg signifikan terhadap return saham, EVA memiliki arah pengaruh negatif sedangakan OCF dan MVA memiliki arah pengaruh positif. Hal tersebut menunjukkan apabila MVA meningkat, ROR juga meningkat. Secara simultan EVA, MVA, dan OCF tidak berpengaruh terhadap ROR.
Andreas (2011) – Dependen: Return saham, Independen: EPS, OCF, EVA, dan MVA – Regresi – Secara simultan EPS, OCF, EVA dan MVA berpengaruh signifikan terhadap ROR perusahaan LQ 45. Secara parsial variabel MVA memiliki pengaruh positif yang signifikan secara statistik terhadap ROR perusahaan LQ 45.
Sumber: Data Olahan, 2014
Kontribusi dalam penelitian ini adalah jika penelitian sebelumnya menggunakan hanya 4 variabel independen, maka penelitian menambahkan satu variabel dependen lagi yaitu REVA. Dikarenakan dalam skripsi Andreas (2011) pada bab V nya menyarankan untuk menambahkan satu variabel independen lagi yaitu REVA.
2.11 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementar terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam kalimat pertanyaan, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang telah diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ha1: Terdapat pengaruh Earning Per Share (EPS), Operational Cashflow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Refined Economic Value Added (REVA) secara simultan terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Ha2 : Secara parsial terdapat pengaruh secara berikut
Ha2.1: Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H02.2: Operational Cashflow (OCF) tidak berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha2.2: Operational Cashflow (OCF) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H02.3: Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha2.3: Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H02.4: Market Value Added (MVA) tidak berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha2.4: Market Value Added (MVA) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H02.5: Refined Economic Value Added (REVA) tidak berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha2.5: Refined Economic Value Added (REVA) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. METODA PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metoda untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel ini diukur biasanya denan instrument-instrumen penelitian, sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Laporan akhir untuk penelitian ini pada umumnya memiliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, landasan teori, metoda penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan (Creswell, 2008). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan uji hipotesis, yang bertujuan untuk menjelaskan sifat-sifat dari suatu hubungan sebab akibat dan memahami hubungan yang ada di antara berbagai variabel (Sugiyono, 2010).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan dari populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita baik yang jumlahnya tak terhingga maupun jumlahnya yang berhingga. Di dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2013 sebanyak 10 perusahaan
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi yang telah dipilih (Sugiyono, 2010). Sampel yang diambil harus dapat merepresentasikan populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Beberapa pertimbangan sebagai sampel yang ditentukan oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan tersebut adalah perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2009, 2010, 2012, dan 2013.
2. Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan secara lengkap pada tahun 2009 hingga tahun 2013.
3. Perusahaan tersebut tidak melakukan delisting pada tahun 2009 hingga tahun 2013.
4. Perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian secara berturut-turut dari tahun 2009 hingga tahun 2013
3.2.3 Gambaran Obyek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 hingga tahun 2013 yang memiliki 10 perusahaan. Dari 10 perusahaan sub sektor farmasi terdapat 8 perusahaan yang memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2009 hingga tahun 2013, sementara 2 perusahaan tidak memiliki laporan keungan yang lengkap dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Dan perusahaan yang pernah mengalami rugi dari tahun 2009 hingga 2013 adalah 1 perusahaan. Jadi total perusahaan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 perusahaan sector farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2013.
Tabel 2. Rekapitulasi Obyek Penelitian
(1) Jumlah Perusahaan sub sektor sub sektor farmasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia – Perusahaan sub sektor farmasi yang laporan keuangannya tidak lengkap pada tahun 2009 hingga tahun 2013
(2) Perusahaan sub sektor farmasi yang pernah mengalami rugi dari tahun 2009 hingga tahun 2013
(3) Jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian 7
Sumber: Data diolah, 2014
Berikut ini merupakan daftar 7 perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2013.
Tabel 3. Daftar Sampel Perusahaan
No Kode Saham Nama Perusahaan
1 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk
2 KAEF PT Kimia Farma Tbk
3 KLBF PT Kalbe Farma Tbk
4 MERK PT Merck Tbk
5 PYFA PT Pyridam Farma Tbk
6 SQBB PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
7 TSPC PT Tempo Scan Pasifik Tbk
Sumber: http://www.idx.co.id
3.3 Data Penelitian
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data kuantitatif yang merupakan data yang dinyatakan dalam angka. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2010).
Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh (Indriantoro & Supomo, 2002). Sumber data di dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan perusahaan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2013. Data tersebut diperoleh dengan cara mendownload laporan keuangan perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2013. Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga berasala dari berbagai lieratur seperti penelitian lain, penelitian terdahulu, referensi pasar modal Indonesia, serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda dokumentasi. Metoda dokumentasi atau disebut juga metoda arsip yang memuat tentang kejadian di masa lalu (Indrianto & Supomo, 2002). Data sekunder pada penelitian ini diperoleh melalu Bursa Efek Indonesia yang berupa laporan keuangan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan. Tahap pengumpulan data dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan, yaitu melakukan studi kepustakaan dengan membaca buku yang berhubungan dengan penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan pengkajian data yang dibutuhkan yaitu mengenai jenis data yang dibutuhkan, dan gambaran cara mengolah data. Tahapan selanjutnya yaitu penelitian pokok yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang dibahas, serta memperbanyak sumber-sumber literature yang menunjang dalam penelitian ini.
3.4 Variabel dan Pengukuran Variabel
Variabel dependen pada peneletian adalah Rate of Return (ROR) sedangkan variable independennya meliputi Earning Per Share (EPS), Operational Cash Flow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Refined Economic Value Added (REVA)
3.4.1 Rate of Return (ROR)
Untuk menghitung Rate Of Return (ROR) digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
: Harga saham sekarang
: Harga saham perioda lalu
: Dividen yang dibayarkan sekarang
3.4.2 Earning Per Share (EPS)
EPS dihitung dengan membagi laba bersih atau Earning After Tax (EAT) dengan jumlah lembar saham. Formula yang digunakan untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut:
EPS = EAT / jumlah lembar saham
Keterangan:
EAT : Earning After Tax/Laba setelah pajak
3.4.3 Operational Cashflow (OCF)
Variabel Operational Cashflow diukur berdasarkan nilai Operational Cashflow yang tersaji dalam laporan aliran kas. Operational Cashflow dapat diformulasikan sebagai berikut:
OCF = EAT + penyusutan
Keterangan:
EAT : Earning After Tax/Laba setelah pajak
3.4.4 Economic Value Added (EVA)
Merupakan hasil pengurangan total biaya modal terhadap laba operasi setelah pajak. Biaya modal sendiri berupa cost of debt dan cost of equity. Economic Value Added dapat diformulasikan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – Capital Charges
Keterangan:
NOPAT = Net Profit After Tax (Laba Bersih Setelah Pajak)
3.4.5 Market Value Added (MVA)
Merupakan selisih antara nilai perusahaan (nilai pasar kapital) dengan nilai buku capital. Market Value Added dapat diformulasikan sebagai berikut:
MVA = (Nilai pasar − Nilai nominal per lembar saham) * Jumlah saham
3.4.6 Refined Economic Value Added (REVA)
Merupakan perbaikan terhadap EVA yang dianggap tidak memperhitungkan opportunity cost. Refined Economic Value Added dapat diformulasikan sebagai berikut:
∗ ( )
Keterangan :
NOPAT = Net Operating After Tax pada akhir perioda t
Mv.t = Market value equity plus book value of total debt dikurangi non
interest bearing current liabilities pada awal perioda
C* = WACC
3.5 Analisis Data
3.5.1 Analisis Data Deskriptif
Statistik deskriptif adalah menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik lokasi penelitian responden yang diteliti oleh peneliti. Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dan dimasukkan dalam tabulasi yang kemudian dideskriptifkan.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Agar data dapat dianalisis dan memberikan hasil yang representif, yang berarti tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang berarti terhadap koefisien regresi pada penelitian ini maka dilakukan uji asumsi klasik dengan menggunakan program SPSS.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik parametrik. Karena data yang berdistribusi normal merupakan syarat dilakukannya tes parametrik. Sedangkan untuk data yang tidak memunyai distribusi normal, maka analisisnya menggunakan tes non parametric.
Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profit data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data normal. Normal atau tidaknya berdasarkan patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita.
Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Selain itu, dapat digunakan uji statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S), bila nilai signifikasi pada tabel Kolmogrov- Smirnov <0,05 maka data terdistribusi normal (Ghozali, 2009)
3.5.2.2 Uji Mutikolinearitas
Tujuan digunakannya uji ini adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terdapat atau terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel independen (Ghozali, 2009). Pengujian multikolinearitas dilakukan dnegan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance mendekati 1 atau sama dengan nilai VIF<10
Beberapa cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009).
a. Menambah data penelitian.
b. Mengeluarkan variabel independen yang memiliki korelasi paling tinggi dari model regresi.
c. Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data).
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi atau terdapat ketidaksamaan varians dari rersidual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari nilai residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut dengan homokedastisitas. Dan jika varians berbeda dari satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya, maka disebut heteroskedastisitas (Sugiyono, 2009).
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residual SPRED. Jika ada pola-pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas, tetapi jika tidak ad pola yang jelas, serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Untuk memeriksa adanya autokorelasi, biasanya dilakukan uji statistik Durbin-Watson (DW). Nilai statistik hitung diatas dibandingkan dengan nilai teoritisnya, dan kriteria pengambilan kesimpulannya sebagai berikut (Gujarati, 2003).
1. Jika DW < dL maka terdapat autokorelasi positif
2. Jika DW > 4 – dL, maka terdapat autokorelasi. negatif
3. Jika dU < DW < 4 – dU, maka tidak terdapat autokorelasi.
4. Jika dL ≤ DW ≤ dU atau 4 – dU ≤ DW ≤ 4 – dL, uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti
3.5.3 Regresi Linear Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Sugiyono, 2010). Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
Y =α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5+e……………………………………..….(17)
Keterangan:
α: Konstanta
Y: Rate of Return Saham (ROR)
X1: Earning Per Share (EPS)
X2: Operational Cashflow (OCF)
X3: Economic Value Added (EVA)
X4: Market Value Added (MVA)
X5: Refined Economic Value Added (REVA)
3.5.4 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk memilih apa saja variabel independen yang memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Analisis sensitivitas ini menggunakan uji regresi berganda yang kemudian dipilih apa saja variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Setelah itu variabel yang signifikan tersebut diuji lagi dengan menggunakan regresi berganda untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel dependen (Santoso, 2010).
3.6 Uji Hipotesis
Hipotesis peneliti di dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
H01: Tidak terdapat pengaruh Earning Per Share (EPS), Operational Cashflow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Refined Economic Value Added (REVA) secara simultan terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha1: Terdapat pengaruh Earning Per Share (EPS), Operational Cashflow (OCF), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Refined Economic Value Added (REVA) secara simultan terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H02.1: Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha2.1: Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H02.2: Operational Cashflow (OCF) tidak berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha2.2: Operational Cashflow (OCF) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H02.3: Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha2.3: Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H02.4: Market Value Added (MVA) tidak berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha2.4: Market Value Added (MVA) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H02.5: Refined Economic Value Added (REVA) tidak berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha2.5: Refined Economic Value Added (REVA) berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR) pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.6.1 Uji F-Statistik
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel-variabel independen yang ada berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel independen (Ghozali, 2009). Uji ini digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh dari seluruh variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap vriabel independen Pada penelitian ini peneliti menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5%.
Tingkat signifikansi pada F tabel dapat dilihat pada tabel ANOVA. Dasar pengambilan dari signifikansi adalah sebagari berikut (Sugiyono, 2010).
1. Apabila probabilitas signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2. Apabila probabilitas signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
3.6.2 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinnya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara nol dan 1. Nilai R2 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011).
3.6.3 Uji t-statistik
Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5%. Apabila tingkat signifikansi di bawah tingkat error yaitu 5% maka variabel independen akan dinilai berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dan Ho ditolak. Dan sebaliknya apabila tingkat signifikansi di atas tingkat error yaitu 5% maka variabel independen akan dinilai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dan Ho diterima. Nilai t dan signifikansinya dapat dilihat pada tabel coefficient (Ghozali, 2011).
3.6.4 Uji r parsial
Uji r parsial digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Semakin besar nilai r parsial maka semakin besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Sebaliknya jika nilai r parsial semakin kecil maka semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Besarnya nilai r parsial dapat dilhat pada nilai beta standardized coefficient pada tabel coefficient dengan menggunakan program SPSS (Ghozali, 2011).
3.7 Tahapan-Tahapan Penelitian
Terdapat beberapa tahapan yang digunakan peneliti untuk menganalisis data, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Merumuskan Masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Penyusunan Model
4. Mengumpulkan data berupa laporan keuangan perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria purposive sampling.
5. Menghitung variabel dependen dan variabel independen sesuai dengan rumus yang telah ada.
6. Tabulasi data variabel independen dan variabel dependen menggunakan SPSS 20 for Windows.
7. Memproses data dengan analissi statistic deskriptif dan uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi) dengan menggunakan SPSS 20 for Windows.
8. Memroses data dengan analisis regresi linear berganda dengan bantuan SPSS 20 for Windows.
9. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 5%
10. Menarik kesimpulan untuk hipotesis 1 Untuk pengujian hipotesis 1, pengujian yang digunakan adalah uji F dan uji koefisien determinasi (R2). Uji F akan menghasilkan tingkat signifikansi dari hasil pengolahan data. Apabila tingkat signifikansi pada uji F lebih besar dari tingkat signifikansi yang diterapkan, maka Ho1 ditolak atau varibel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen secara simultan. Uji koefisien determinasi (R2) untuk melihat persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.
11. Menarik kesimpulan untuk hipotesis 2 Untuk pengujian hipotesis 2, pengujian yang digunakan adalah uji t dan uji r parsial. Uji t akan menghasilkan tingkat signifikansi dari hasil pengolahan data. Apabila tingkat signifikansi pada uji t lebih besar dari tingkat signifikansi yang diterapkan, maka Ho1 ditolak atau varibel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen secara parsial. Uji r parsial untuk melihat persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
12. Menganalisis hasil data dengan menggunakan SPSS 20 for Windows. Pada tahap ini data yang telah diolah dan dianalisis akan dideskripsikan ke dalam kata-kata dan selanjutnya hasil penelitian akan disbandingkan dengan teori dan penelitian terdahulu sebelum diambil kesimpulan.
13. Mengambil kesimpulan dari data yang telah dianalisis dan membuat ringkasan serta saran dari hasil penelitian.
4. PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI pada perioda 2009-2013. Berikut adalah beberapa perusahaannya yang digunakan dalam penelitian :
a. DVLA – PT Darya Varia Laboratoria Tbk
b. KAEF – PT Kimia Farma Tbk
c. KLBF – PT Kalbe Farma Tbk
d. MERK – PT Merck Tbk
e. PYFA – PT Pyridam Farma Tbk
f. SQBB – PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
g. TSPC – PT Tempo Scan Pasific Tbk
4.2 Data Perusahaan terkini
Data perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan 5 tahun terakhir terbaru yaitu dari tahun 2009 hingga 2013. Untuk laporan keuangan tahunan 2014 masih belum ada dikarenakan penelitian ini dilaksanakan disaat tahun 2014 berjalan.
4.3 Statistik Deskriptif
Hasil dari analisis statistic deskriptif pada variabel dependen dan independen dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Analisis Statitistik deskriptif variabel dependen dan independen Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
EPS 35 2840.3511 4808.36315 7.05 14822.09
OCF 35 421032511492.86 574269197143.905 9760294856 2174907573579
EVA 35 141809469680.01 241589389420.391 -92741333354 925435252695
MVA 35 5971299539782.20 11873841570248.941 -289957100095 50485661115997
REVA 35 -190615516004.09 642049652903.006 -3126756229961 525694748175
ROR 35 .5814 .62475 -.69 2.29
Sumber: Data Olahan, 2014
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif pada Variabel Dependen
Hasil dari analisis Statistik Deskriptif ada variabel dependen yaitu Rate of Return Saham (ROR) menunjukkan jumlah datanya sebesar 35. Kemudian ratarata dari Rate of Return Saham (ROR) adalah 0.5814 yang menunjukkan nilai rata-rata Rate of Return Saham (ROR) dari 7 perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Standar Deviation nya sebesar 0.62475 yang menunjukkan tingkat penyimpangan nilai Rate of Return Saham (ROR). Nilai tertinggi Rate of Return Saham (ROR) adalah 2,29 dan nilai terendahnya adalah -0,69.
4.3.2 Analisis Statistik Deskriptif pada Variabel Independen
Berikut adalah beberapa hasil analisis Statistik Deskriptif pada 5 (lima) variabel independen :
1. Earning Per Share (EPS)
Hasil dari analisis Statistik Deskriptif Earning Per Share (EPS) menunjukkan jumlah data sebesar 35. Kemudian rata-rata dari Earning Per Share (EPS) adalah 2.840,3511 yang menunjukkan nilai rata-rata EPS dari 7 perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Standar Deviation nya sebesar 4.808,36315 yang menunjukkan tingkat penyimpangan nilai EPS. Nilai tertinggi EPS adalah 14.822,09 dan nilai terendahnya adalah 7,05.
2. Operating Cash Flow (OCF)
Hasil dari analisis Statistik Deskriptif Operating Cash Flow (OCF) menunjukkan jumlah data sebesar 35. Kemudian rata-rata dari Operating Cash Flow (OCF) adalah 421.032.511.492,86 yang menunjukkan nilai rata-rata OCF dari 7 perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Standar Deviation nya sebesar 574.269.197.143,905 yang menunjukkan tingkat penyimpangan nilai OCF. Nilai tertinggi OCF adalah 2.174.907.573.579 dan nilai terendahnya adalah 9.760.294.856.
3. Economic Value Added (EVA)
Hasil dari analisis Statistik Deskriptif Economic Value Added (EVA) menunjukkan jumlah data sebesar 35. Kemudian rata-rata dari Economic Value Added (EVA) adalah 141.809.469.680,01 yang menunjukkan nilai rata-rata EVA dari 7 perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Standar Deviation nya sebesar 241.589.389.420,391 yang menunjukkan tingkat penyimpangan nilai EVA. Nilai tertinggi EVA adalah 925.435.252.695 dan nilai terendahnya adalah -92.741.333.354.
4. Market Value Added (MVA)
Hasil dari analisis Statistik Deskriptif Market Value Added (MVA) menunjukkan jumlah data sebesar 35. Kemudian rata-rata dari Market Value Added (MVA) adalah 5.971.299.539.782,20 yang menunjukkan nilai rata-rata MVA dari 7 perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Standar Deviation nya sebesar 11.873.841.570.248,941 yang menunjukkan tingkat penyimpangan nilai MVA. Nilai tertinggi MVA adalah 50.485.661.115.997 dan nilai terendahnya adalah -289.957.100.095.
5. Refined Economic Value Added (REVA)
Hasil dari analisis Statistik Deskriptif Refined Economic Value Added (REVA) menunjukkan jumlah data sebesar 35. Kemudian rata-rata dari Refined Economic Value Added (REVA) adalah -190.615.516.004,09 yang menunjukkan nilai rata-rata REVA dari 7 perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Standar Deviation nya sebesar 642.049.652.903,006 yang menunjukkan tingkat penyimpangan nilai REVA. Nilai tertinggi REVA adalah 525.694.748.175 dan nilai terendahnya adalah -3.126.756.229.961.
4.4 Uji Asumsi Klasik
4.4.1 Uji Normalitas
4.4.1.1 Uji Normalitas sebelum Transformasi Data
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas sebelum Transformasi Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
EPS OCF EVA MVA REVA ROR
N 35 35 35 35 35 35
Normal Parametersa,b
Mean 2840.3511
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute .426 .334 .303 .318 .363 .111
Positive .426 .334 .303 .318 .273 .111
Negative -.278 -.237 -.227 -.299 -.363 -.078
Kolmogorov-Smirnov Z 2.519 1.974 1.795 1.881 2.146 .654
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001 .003 .002 .000 .785
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Olahan, 2014
Dari hasil uji normalitas sebelum melakukan transformasi data, tabel Kolmogorov-Smirnov Z pada nilai Asymps, Sig. (2-tailed) nya menunjukkan ada 5 (lima) variabel yang tidak terdistribusi normal yaitu EPS (0,000), OCF (0,001), EVA (0,003), MVA (0,002) dan REVA (0,000) karena kelima variabel tersebut memiliki nilai <0,05. Sedangkan nilai Asymps, Sig. (2-tailed) pada variabel ROR memiliki nilai sebesar 0,785 yang berarti terdistribusi normal karena memiliki nilai >0,05. Sehingga untuk data yang tidak normal, harus dilakukan transformasi data dengan menggunakan log10.
4.4.1.2 Uji Normalitas sesudah Transformasi Data
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas sesudah Transformasi Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
EPS_1 OCF1 EVA1 MVA1 REVA1 ROR
N 35 35 26 24 15 35
Normal Parametersa,b
Mean 2.3330 11.2497 10.8832 12.3264 10.8076 .5814
Std. Deviation 1.11970 .63902 .81776 .98211 .47126 .62475
Most Extreme Differences
Absolute .262 .185 .189 .153 .165 .111
Positive .262 .126 .093 .080 .165 .111
Negative -.172 -.185 -.189 -.153 -.150 -.078
Kolmogorov-Smirnov Z 1.550 1.097 .964 .750 .639 .654
Asymp. Sig. (2-tailed) .016 .180 .311 .628 .808 .785
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Olahan, 2014
Dari hasil uji normalitas sesudah transformasi data, tabel Kolmogorov- Smirnov Z pada nilai Asymps, Sig. (2-tailed) nya menunjukkan ada 5 (lima) variabel yang terdistribusi normal, yaitu OCF1 (0,180), EVA1 (0,311), MVA1 (0,628), REVA1 (0,808) dan ROR (0,785) karena kelima variabel tersebut memiliki nilai >0,05. Sedangkan nilai Asymps, Sig. (2-tailed) pada variabel EPS_1 sebesar 0,016 dan data masih belum terdistribusi normal setelah dilakukan transformasi data. Sehingga untuk langkah selanjutnya harus dilakukan bootstrap untuk menormalkan data.
4.4.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Data Olahan, 2014
Dari hasil uji multikolinearitas sebelum bootstrap menunjukkan data yang terjangkit multikol ada 5 (lima) variabel. Karena nilai Tolerance pada EPS_1 (0,083), OCF1 (0,03), EVA1 (0,40), MVA1 (0,09) dan REVA1 (0,007) semuanya itu tidak mendekati 1 dan jauh dari 1. Dan nilai VIF nya EPS_1 (12,116), OCF1 (332,440), EVA1 (24,953), MVA1 (105,289) dan REVA1 (148,729) semuanya lebih dari 10 dan seharusnya nilai VIF ≤10. Karena pada uji normalitas masih terdapat variabel yang tidak normal maka dalam uji multikolinearitas juga harus dilakukan proses bootstrap.
4.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data Diolah, 2014
Dari hasil uji heteroskedastisitas diatas, pada nilai sig. nya yang terjangkit heteroskedastisitas adalah variabel EPS_1 (0,018), EVA1 (0,016) dan MVA1 (0,030) karena nilai sig. nya < 0,05. Yang tidak terjangkit heteroskedastisitas adalah OCF1 (0,276) dan REVA1 (0,075) karena nilai sig. nya > 0,05.
4.4.4 Uji Autokorelasi
Tabel 9. Hasil Uji Autokorelasi
Sumber : Data Diolah, 2014
Dari hasil uji autokorelasi diatas menunjukkan nilai D-W nya sebesar 2,310. Hasil tersebut menunjukkan data tidak terkena autokorelasi dikarenakan nilai D-W masih mendekati +2.
4.5 Uji Bootstrap
Karena data dalam penelitian ini tidak normal maka harus dilakukan pengujian menggunakan bootstrap untuk membuat data menjadi normal. Data yang telah melalui uji bootstrap akan langsung menjadi normal dan terbebas dari heteroskedastisitas, tetapi harus dilakukan pengujian ulang untuk multikolinearitas dan uji autokorelasi.
4.5.1 Uji Multikolinearitas setelah Uji Bootstrap
Tabel 10. Hasil Uji Multikolinearitas setelah melakukan Uji Bootstrap
Sumber : Data Diolah, 2014
Hasil dari uji Multikolinearitas setelah melakukan Uji Bootstrap masih terjangkit multikolinearitas. Karena nilai Tolerance pada EPS_1 (0,083), OCF1 (0,03), EVA1 (0,40), MVA1 (0,09) dan REVA1 (0,007) semuanya itu tidak mendekati 1 dan jauh dari 1. Dan nilai VIF nya EPS_1 (12,116), OCF1 (332,440), EVA1 (24,953), MVA1 (105,289) dan REVA1 (148,729) semuanya lebih dari 10 dan seharusnya nilai VIF ≤10. Sehingga solusi yang dilakukan adalah mengeluarkan variabel independen yang paling tinggi nilai VIF nya yaitu OCF1.
Tabel 11. Hasil Uji Multikolinearitas setelah Bootstrap dengan mengeluarkan variabel OCF1
Sumber : Data Olahan, 2014
Hasil dari uji Multikolinearitas setelah melakukan Uji Bootstrap dan mengeluarkan variabel independen yang paling tinggi VIF nya yaitu OCF1, 4 (empat) variabel tersebut sudah tidak terjangkit multikolinearitas. Dikarenakan nilai Tolerance nya EPS_1 (0,969), EVA1 (0,148), MVA1 (0,109) dan REVA1 (0,359) yaitu mendekati 1. Dan nilai VIF EPS_1 (1,436), EVA1 (0,148), MVA1 (0,109) dan REVA1 (0,359)
4.5.2 Uji Autokorelasi setelah Uji Bootstrap
Tabel 12. Hasil Uji Autokorelasi setelah melakukan Uji Bootstrap
Sumber: Data Diolah, 2014
Dari hasil uji autokorelasi setelah melakukan Uji Bootstrap memiliki nilai D-W sebesar 2,318 yang berarti tidak terkena autokorelasi dikarenakan nilai D-W masih mendekati +2.
4.6 Analisis Regresi Berganda
Koefisien untuk menentukan model regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Berganda
Sumber : Data Diolah, 2014
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dibentuk model regresi yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Y = -14,988 – 1,163EPS_1 + 0,174OCF1 + 0,317EVA1 + 0,249MVA1 + 0,907REVA1
Penjelasan terhadap persamaan regresi linier berganda tersebut adalah sebagai berikut.
a. Konstanta sebesar -14,988 menunjukkan jika variabel independen (EPS_1. OCF1, EVA1, MVA1, REVA1) bernilai 0 (nol), maka nilai Rate of Return Saham (ROR) sebesar -14,988.
b. Koefisien Regresi EPS_1 sebesar -1,163 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) nilai EPS_1 akan menurunkan nilai Rate of Return Saham sebesar 1,163.
c. Koefisien Regresi OCF1 sebesar 0,174 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) nilai OCF1 akan menaikkan nilai Rate of Return Saham sebesar 0,174.
d. Koefisien Regresi EVA1 sebesar 0,317 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) nilai EVA1 akan menaikkan nilai Rate of Return Saham sebesar 0,317.
e. Koefisien Regresi MVA1 sebesar 0,249 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) nilai MVA1 akan menaikkan nilai Rate of Return Saham sebesar 0,249.
f. Koefisien Regresi REVA1 sebesar 0,907 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) nilai REVA1 akan menaikkan nilai Rate of Return Saham sebesar 0,907.
4.7 Pengujian Hipotesis
4.7.1 Uji Statistik F
Hasil uji statistik F pada penelitian ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 14. Hasil Uji Statistik F
Sumber : Data Diolah, 2014
Dari hasil uji F diatas menunjukkan nilai Sig. nya sebesar 0,345 yaitu > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel independen (EPS_1, OCF1, EVA1, MVA1, REVA1) tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen nya (ROR). Sehingga dapat disimpulkan, hasil uji ini menunjukkan H01 diterima yang berarti tidak ada pengaruh EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA secara simultan terhadap ROR perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI dan menolah Ha1.
4.7.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil dari uji koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 15. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Sumber :Data Diolah, 2014
Untuk melihat besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen jika variabel dependen nya sebanyak 1 hingga 2 variabel maka nilai R Square yang dilihat. Namun karena variabel dependen yang digunakan disini sebanyak 5 (lima) maka untuk melihat besar pengaruhnya melihat di Adjusted R Square yaitu sebesar 0,741 atau 74,1 %. Sehingga dapat disimpulkan besar pengaruh EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA terhadap ROR yaitu sebesar 74,1%, sedangkan sisanya yaitu 25,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
4.7.3 Uji t
Hasil uji statistik t dan signifikasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 16. Hasil Uji t
Sumber : Data Diolah, 2014
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel coefficients yaitu pada nilai t dan siginifikansi (Sig), apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel berarti variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, sedangkan nilai signifikansi digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen dan dependen signifikan atau tidak. Bila nilai signifikansi di bawah 0,05 maka pengaruhnya signifikan. Hasil uji statistik pada masing-masing variabel adalAh sebagai berikut.
a. Hasil uji t pada EPS_1 nilai t hitung nya sebesar -0,508 dengan nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. nya
0,701 yaitu sig. > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh EPS_1 secara parsial terhadap Rate of Return Saham (ROR). Sehingga hasil penelitian ini menerima H02.1 dan menolah Ha2.1.
b. Hasil uji t pada OCF1 nilai t hitung nya sebesar 0,020 dengan nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. Nya 0,988 yaitu sig. > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh OCF1 secara parsial terhadap Rate of Return Saham (ROR). Sehingga hasil penelitian ini menerima H02.2 dan menolah Ha2.2.
c. Hasil uji t pada EVA1 nilai t hitung nya sebesar 0,270 dengan nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. nya 0,832 yaitu sig. > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh EVA1 secara parsial terhadap Rate of Return Saham (ROR). Sehingga hasil penelitian ini menerima H02.3 dan menolah Ha2.3.
d. Hasil uji t pada MVA1 nilai t hitung nya sebesar 0,067 dimana nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. nya 0,957 yaitu sig. > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh MVA1 secara parsial terhadap Rate of Return Saham (ROR). Sehingga hasil penelitian ini menerima H02.4 dan menolah Ha2.4.
e. Hasil uji t pada REVA1 nilai t hitung nya sebesar 0,259 dimana nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. nya 0,839 yaitu sig. > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh REVA1 secara parsial terhadap Rate of Return Saham (ROR). Sehingga hasil penelitian ini menerima H02.5 dan menolah Ha2.5.
4.7.4 Uji r parsial
Tabel 17. Hasil Uji r parsial
Sumber : Data Diolah, 2014
Dari hasil uji r parsial diatas, dapat dilihat pada nilai Standardized Coefficients (Beta). Berikut adalah analisis r parsial variabel independen terhadap variabel dependen.
a. Nilai Beta EPS_1 sebesar -0,367 menunjukkan bahwa 36,7% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh EPS_1. Namun nilai negatif tersebut menunjukkan bahwa EPS_1 memiliki pengaruh negatif terhadap ROR.
b. Nilai Beta OCF1 sebesar 0,074 menunjukkan bahwa 7,4% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh OCF1. Namun nilai positif tersebut menunjukkan bahwa OCF1 memiliki pengaruh positif terhadap ROR.
c. Nilai Beta EVA1 sebesar 0,281 menunjukkan bahwa 28,1% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh EVA1. Namun nilai positif tersebut menunjukkan bahwa EVA1 memiliki pengaruh positif terhadap ROR.
d. Nilai Beta MVA1 sebesar 0,144 menunjukkan bahwa 14,4% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh MVA1. Namun nilai positif tersebut menunjukkan bahwa MVA1 memiliki pengaruh positif terhadap ROR.
e. Nilai Beta REVA1 sebesar 0,656 menunjukkan bahwa 65,6% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh REVA1. Namun nilai positif tersebut menunjukkan bahwa REVA1 memiliki pengaruh positif terhadap ROR.
4.8 Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian ini ingin menguji 6 hipotesis yang terbagi dalam dua hipotesis besar yaitu pengaruh EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA secara simultan terhadap ROR serta pengaruh masing-masing variabel independen yaitu EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA secara parsial terhadap ROR.
Dalam uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas menunjukkan beberapa data variabel yang tidak terdistribusi normal. Kemudian mengatasi dengan menggunakan log10 untuk variabel yang tidak terdistribusi normal lalu diuji kembali. Setelah menggunakan log10, ada 1 variabel yang masih belum terdistribusi normal yaitu EPS. Untuk uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa terkjangkit keduanya. Sehingga dalam mengatasi hal tersbut, perlu dilakukan proses bootstrap serta mengeluarkan variabel independen yang nilai VIF lebih dari 10 dan yang paling tinggi berdasar dari hasil uji multikolinearitas. Jadi variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi hanya ada 4 variabel yaitu EPS, EVA, MVA dan REVA.
Untuk Hipotesis pertama dapat dilihat pada uji F. Dalam hasil uji F menunjukkan nilai Sig. nya sebesar 0,345 yaitu > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel independen (EPS_1, OCF1, EVA1, MVA1, REVA1) tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen nya (ROR).. Dan besar pengaruh EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA terhadap ROR adalah Adjusted R Square yaitu sebesar 0,741 atau 74,1 %. Sehingga dapat disimpulkan besar pengaruh EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA terhadap ROR yaitu sebesar 74,1%. Sehingga dapat disimpulkan, hasil uji ini menunjukkan H01 diterima yang berarti tidak ada pengaruh EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA secara simultan terhadap ROR perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI dan menolak Ha1
Untuk Hipotesis kedua dapat dilihat pada uji t dan uji r parsial. Berikut adalah penjelasan mengenai hasil uji t dan uji r parsial.
a. Hasil uji t pada EPS_1 nilai t hitung nya sebesar -0,508 dimana nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. nya 0,701 yaitu sig. > 0,05. Nilai Beta EPS_1 sebesar -0,367 menunjukkan bahwa 36,7% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh EPS_1. Namun nilai negatif tersebut menunjukkan bahwa EPS_1 memiliki pengaruh negatif terhadap ROR.
Hal ini menunjukkan bahwa EPS_1 tidak memiliki pengaruh secara signifikan dan berpengaruh negatif terhadap Rate of Return Saham (ROR). b. Hasil uji t pada OCF1 nilai t hitung nya sebesar 0,020 dengan nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. nya 0,988 yaitu sig. > 0,05. Nilai Beta OCF1 sebesar 0,074 menunjukkan bahwa 7,4% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh OCF1. Namun nilai positif tersebut menunjukkan bahwa OCF1 memiliki pengaruh positif terhadap ROR.
Hal ini menunjukkan bahwa OCF1 tidak memiliki pengaruh secara signifikan dan berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR). c. Hasil uji t pada EVA1 nilai t hitung nya sebesar 0,270 dimana nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. nya 0,832 yaitu sig. > 0,05. Nilai Beta EVA1 sebesar 0,281 menunjukkan bahwa 28,1% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh EVA1. Namun nilai positif tersebut menunjukkan bahwa EVA1 memiliki pengaruh positif terhadap ROR. Hal ini menunjukkan bahwa EVA1 tidak memiliki pengaruh secara signifikan dan berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR).
d. Hasil uji t pada MVA1 nilai t hitung nya sebesar 0,067 dengan nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. nya 0,957 yaitu sig. > 0,05. Nilai Beta MVA1 sebesar 0,144 menunjukkan bahwa 14,4% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh MVA1. Namun nilai positif tersebut menunjukkan bahwa MVA1 memiliki pengaruh positif terhadap ROR. Hal ini menunjukkan bahwa MVA1 tidak memiliki pengaruh secara signifikan dan berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR).
e. Hasil uji t pada REVA1 nilai t hitung nya sebesar 0,259 dengan nilai t tabelnya sebesar 1,691 yang berarti t hitung < t tabel. Dan nilai sig. nya 0,839 yaitu sig. > 0,05. Nilai Beta REVA1 sebesar 0,656 menunjukkan bahwa 65,6% dari Rate of Return Saham (ROR) perusahaan sub sektor farmasi mampu dijelaskan oleh REVA1. Namun nilai positif tersebut menunjukkan bahwa REVA1 memiliki pengaruh positif terhadap ROR.
Hal ini menunjukkan bahwa REVA1 tidak memiliki pengaruh secara signifikan dan berpengaruh positif terhadap Rate of Return Saham (ROR). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menyatakan EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA tidak memiliki pengaruh secara simultan maupun secara parsial terhadap ROR pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI dari tahun 2009 hingga 2013. Perbedaan dari penelitian sebelumnya, pada skripsi Andreas (2011) menghasilkan bahwa secara simultan EPS, OCF, EVA dan MVA berpengaruh signifikan terhadap ROR perusahaan LQ 45. Secara parsial variabel MVA memiliki pengaruh positif yang signifikan secara statistik terhadap ROR perusahaan LQ 45. Selain dari hasil penelitian yang berbeda, jika penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel independen yang terdiri dari EPS, OCF, EVA dan MVA maka penelitian kali ini menambahkan REVA. Dan perusahaan yang diteliti adalah perusahaan sub sektor yang terdaftar di BEI yaitu farmasi.
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA baik secara simultan maupun secara parsial terhadap variabel ROR pada perusahaan sub sektor farmasi dari tahun 2009 hingga 2013. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang ada maka pada penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA tidak berpengaruh signifikan terhadap ROR perusahaan sub sektor farmasi dari tahun 2009 hingga 2013.
2. Secara parsial variabel EPS memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan secara statistik terhadap ROR perusahaan sub sektor farmasi dari tahun 2009 hingga 2013.
3. Secara parsial variabel OCF memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap ROR perusahaan sub sektor farmasi dari tahun 2009 hingga 2013.
4. Secara parsial variabel EVA memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap ROR perusahaan sub sektor farmasi dari tahun 2009 hingga 2013.
5. Secara parsial variabel MVA memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap ROR perusahaan sub sektor farmasi dari tahun 2009 hingga 2013.
6. Secara parsial variabel REVA memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap ROR perusahaan sub sektor farmasi dari tahun 2009 hingga 2013.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian peneliti telah menetapkan beberapa batasan untuk penyampelan data dan hal tersebut yang menjadi keterbatasan penelitian. Berikut adalah batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian:
1. Penelitian hanya menganalisis pengaruh EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA sebagai variabel independen terhadap ROR.
2. Penelitian menggunakan data hanya pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 hingga.
3. Data penelitian hanya menggunakan data time series selama 5 tahun.
5.3 Saran
Berdasarkan batasan-batasan penelitian yang ada serta kesimpulan dalam penelitian, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi investor disarankan untuk melihat kinerja perusahaan yang baik tidak hanya dari laba, namun dari tingkat pengembalian saham seberapa besar.
Hal tersebut juga dapat diperhitungkan dari beberapa faktor, seperti EPS, OCF, EVA, MVA dan REVA sebelum menentukan investasi di pasar modal.
2. Bagi penelitian yang akan datang sebaiknya menambahakan beberapa variabel independen yang mempengaruhi Rate of Return Saham seperti IOS dan variabel fundamental lainnya. Selain itu dapat menambah perusahaan lainnya dan tidak hanya di sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI saja namun bisa dari sektor lainnya. Juga sebaiknya memperpanjang perioda pengamatan sehingga hasil penelitian akan lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
Bacidore, Jeffrey M, John A Boquist, Todd T Milbourn and Anjan V Thakor. May/June (1997). The Search for Best Financial Performance Measure. Financial Analyst Journal.
Creswell, John W. (2008). Educational Research. Planing, Conducting, and Evaluating Qualitative & Quantitative Approaches. London. Sage Publications.
Dwitayanti, Dwi. (2005). Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19.Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Govindarajan, Vijay dan Robert N. Anthony. (2002). Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi I. Jakarta: Salemba Empat.
Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Halim, Abdu. (2005). Analisis Investasi. Edisi ke-2. SaleLmba Empat. Jakarta.
Husnan, Suad. (2001). Dasar-dasar teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi ketiga, AMP YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2001). “ Standar Akuntansi Keuangan”. Salemba Empat.Jakarta.
Indriantoro, dan Supomo. (2002).Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta
Jogiyanto. (2007). Analisis Investasi dan Portofolio. Yogyakarta: BPFE
Mirza, Teuku dan Imbuh Sulistyarini. (1999). “Konsep Economic Value Added : Pendekatan Untuk Menentukan Nilai Riil Manajemen”. Usahawan No. 10 Tahun XXVIII.hal 37 – 40.
Muhammad, Hanafi M. dan Abdul Halim. (1996).“Analisis Laporan Keuangan”.UPP AMP YKPN.Yogyakarta.
Munawir, S. (2001). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
O’Byrne, F. Stephen dan S. David Young. (2001). Economic Value Added dan Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.
Rahayu, Mariana Sri. (2007). Analisis Pengaruh EVA dan MVA terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Santoso, S. (2010). Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PTElex Media Komputindo.
Sugiyono. (2009). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeda.
Sugiyono.(2010). MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung Alfabeta.
Sunariyah. (2003). Pengantar Pasar Modal. Cetakan Kedua. UPP AMK. Yogyakarta.
Sutrisno. (2000). Manajemen Keuangan : Teori, Konsep, dan Aplikasi. Ekonisia Yogyakarta.
T.W. Mulia. (2002). Penerapan Konsep EVA sebagai Added Aproach dari Analisis Rasio Keuangan untuk Mengukur Kinerja PT Gudang Garam Kediri. Jurnal Manajemen dan Akuntansi
Tunggal, Amin Widjaja.(2001). Memahami Konsep Economic Value Added (EVA) dan Value Based Management (VBM). Harvarindo.
Wibowo, Lucky Bani. (2005). Pengaruh EVA dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Return Pemegang Saham. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.