Makalah Perkuliahan Metodologi Penelitian
Ananda Putri Arinova & Daniel Sugama Stephanus
PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG
2014
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap perubahan harga Saham (Return Saham) Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sample. Sample yang diambil sebanyak 11 dari 16 populasi perusahaan. Penganalisaan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi berganda.
Kata-kata kunci: Earning per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to
Equity Ratio (DER), return saham
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar Modal merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Pasar Modal di Indonesia memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional terutama untuk pemupukan modal dan mobilisasi dana. Selain itu kehadiran pasar modal di Indonesia membuat banyak investor ingin menanamkan modal pada perusahaan. Salah satu perusahaan yang cukup besar dan banyak diminati baru-baru ini adalah perusahaan Food and Beverages dikarenakan besarnya permintaan akan kebutuhan makanan dan minuman. Banyaknya permintaan akan kebutuhan makanan dan minuman mengakibatkan emiten-emiten perusahaan Food and Baverage ini membutuhkan dana eksternal yang berasal dari pasar modal (Husnan, 1998). Pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan yang memberikan jasa untuk menghubungkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak di sektor produktif yang membutuhkan dana. Investor memiliiki hak dalam kepemilikan perusahaan tanpa harus terlibat langsung dalam perusahaan sebaliknya pihak perusahaan atau emiten memperoleh alternatif sumber dana tanpa menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan (Marzuki, 1994). Investasi dalam bentuk saham merupakan investasi yang beresiko, karena itu untuk menarik pemodal ditawarkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan investasi lainnya yang memiliki resiko lebih rendah (Kompas.com).
Harapan dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh tingkat return (pengembalian) sebesar-besarnya dengan resiko tertentu. Return saham adalah hasil dari sebuah investasi yang dilakukan oleh investor yang menanamkan modalnya pada instrumen saham. Return tersebut dapat berupa capital gain dan dividen dari investasi pada saham dan pendapatan bunga dari investasi pada surat hutang. Return tersebut menjadi indikator untuk meningkatkan kemakmuran (wealth) para investor (Suharli, 2004). Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar tingkat pengembalian investasi mereka (Suharli, 2005). Salah satu informasi yang penting untuk diperhatikan oleh investor dalam melakukan transaksi jual beli saham adalah harga saham itu sendiri. Tingkat keuntungan perusahaan akan mempengaruhi harga saham, semakin tinggi tingkat keuntungkan, maka semakin tinggi harga saham.
Menurut Koetin ( 1992) semakin banyak investor yang ingin membeli saham pada suatu perusahaan dan untuk menyimpan saham tersebut maka harganya akan semakin naik dan sebaliknya jika semakin banyak investor yang ingin menjual saham, harganya akan semakin menurun. Untuk melakukan prediksi harga saham terdapat suatu pendekatan yaitu analisis fundamental berdasarkan kinerja perusahaan dan analisi tehknikal dengan menganalisis harga saham berdasarkan iformasi yang terkait dengan kondisi perdagangan saham, flutuasi kurs dan volume transaksi di masa lalu . Laporan keuangan adalah salah
satu alat juga yang dapat digunakan investor untuk melihat stamina yang dimiliki perusahaan namun laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit itulah yang biasanya digunakan para investor guna alat bantu untuk pengambilan keputusan. Analisis fundamental merupakan salah satu alat analisis yang disukai oleh para analis sekuritas karena penggunaanya yang praktis tidak terlalu rumit dan mudah untuk dipahami dan juga didasari oleh informasi akuntansi. Husnan (2003) mengemukakan bahwa analisis fundamental mendasarkan pola pikir perilaku harga saham ditentukan oleh perubahan-perubahan variasi perilaku variabel-variabel dasar kinerja perusahaan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa harga saham tersebut ditentukan oleh nilai perusahaan. Halim (2003) mendukung dari pernyataan tersebut bahwa memang harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan. Jika kinerja dari perusahaan baik itu akan mengakibatkan nilai usaha juga akan tinggi sehingga investorpun akan mulai melirik perusahaan tersebut dan naiklah harga salam bila banyak peminat saham dari perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan dapat dipastikan dalam kondisi baik atau buruk dengan melakukan analisis rasio. Sedangkan untuk salah satu analisis yang digunakan untuk menganalisis jinerja keuangan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. (Munawir, 2004) Analisis rasio juga menyediakan indikator yang dapat mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas, pendapatan, pemanfaatan asset dan kewajiban perusahaan.
Dipilihnya perusahaan food and beverages sebagai objek penelitian ini merupakan salah satu bentuk perusahaan yang cukup berkembang pesat saat (Sulistyo, 2006). Selain itu, perusahaan food and beverages menjadi salah satu perusahaan yang memegang peranan penting dalam kebutuhan masyarakat. Dengan tingginya minat kebutuhan konsumen, semakin besar pula persaingan dalam dunia bisnis ini. Meskipun kondisi ekonomi di Indonesia saat ini tidak terlalu bagus, permintaan pasar akan kebutuhan makanan dan minuman ini tidak berpengaruh sedikitpun (Puspita, 2010). Informasi EPS suatu perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Apabila Earning per Share (EPS) perusahaan tinggi akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Dharmastuti, 2004) sedangkan Return on Equity (ROE) adalah perbandingan yang terjadi antara laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa banyaknya keuntungan saham yang menjadi hak sendiri. Semakin besar ROE berarti semakin optimalnya penggunaan modal sendiri suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dan peningkatan laba berarti terjadinya pertumbuhan yang bersifat progresif.
Rasio solvabilitas yang sering dikaitkan dengan return saham yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini adalh merupakan rasio pembanding antara total ekuitas dan hutang yang dimiliki perusahaan. Rasio ini untuk menunjukkan seberapa mampukah perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Debt to Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja peruasahaan dan menyebabkan operasiasi dan depresiasi harga saham. Semakin besar Debt to Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas.
Peneliti akan membahas berpengaruhkan EPS, ROE dan DER terhadap return saham dari perusahaan food and baverages. serta adanya penelitian terdahulu yang saling bertentangan anatara satu dengan yang lainnya , dengan demikian memperkuat diajukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis pada saham kelompok industri food and beverages. Karena hal tersebut penulis membuat Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap perubahan harga Saham (Return Saham) Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang penelitian yang telah di uraikan di atas, Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Kondisi kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER pada perusahaan food and beverages periode 2010–2013?
Kondisi return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013?
Pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013 secara simultan?
Pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013 secara parsial?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui Kondisi kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013.
Mengetahui Kondisi return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013.
Mengetahui Pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013 secara simultan.
Mengetahui Pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013 secara parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan pemikiran dan peningkatan pengetahuan penulis mengenai analisis arus kas perusahaan, dan merupakan media pembandingan antara teori yang telah diperoleh dari literatur dan perkuliahan dengan aplikasinya pada perusahaan tempat diadakan penelitian.
1.4.2 Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan wawasan serta bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
1.4.3 Bagi Perusahaan yang diteliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan nantinya dalam mengambil kebijakan manajemen khususnya yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.
1.4.4 Investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mempertimbangkan keputusan investasinya di pasar modal.
Bagi Pihak lainnya
Menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan tentang investasi saham, EPS, ROE dan DER yang dimiliki perusahaan.
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal menurut para ahli Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Menurut Fakhruddin (2008:33), pasar modal adalah:
“Suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diterbitkan dan diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi. Sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.”
Menurut Rusdin (2008:1) Pengertian Pasar Modal yaitu:
“Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.”
Maka simpulan yang didapat dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut ialah bahwa pasar modal adalah tempat bagi penjual dan pembeli untuk memperdagangkan instrumen pasar modal hingga terbentuknya permintaan dan penawaran atas efek. Pasar modal di Indonesia memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional terutama untuk pemupukan modal dan mobilisasi dana.
Fungsi pasar modal, pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Laporan Keuangan
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (….) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan, dan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Kemudian, pengertian di dalam standar akuntansi keuangan, Laporan keuangan adalah merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan keuangan lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti sebagai laporan arus kas), catatan, laporan keuangan lain, dan materi penjelasan yang bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Myer dan Munawir (….) laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu berupa neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau rugi-laba. Namun, dewasa ini sudah menjadi kebiasaan bagi perusahaan untuk menambah daftar ketiga, yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan. Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
Menurut Munawir (….)laporan keuangan bersifat historis dan menyeluruh sebagai suatu laporan kemajuan (progress report). Selain itu, dikatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta-fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accountung convention and postulate), serta pendapat pribadi (personal judgement).
Pada umumnya, laporan keuangan itu terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, serta laporan perubahan modal, tetapi dalam praktik keseharian sering pula diikut sertakan kelompok lain yang sifatnya membantu memperoleh penjelasan, seperti laporan sumber dan penggunaan kas atau arus kas, laporan biaya produksi, dan lain-lain. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat berkomunikasi dengan pihak-pihak berkepentingan dengan data keuangan perusahaan, dan karena itulah sering juga disebut sebagai language of business.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan berdasarkan persamaan akuntansi terdiri dari lima laporan, yaitu:
Neraca (Balance Sheet) Laporan yang mencatat secara sistematis mengenai dari mana perusahaan mendapatkan uang dan bagaimana perusahaan menggunakan uang tersebut dalam satu periode.
Laporan Laba/Rugi (Income Statement) Laporan yang menyajikan hasil usaha perusahaan yang meliputi pendapatan dan biaya (beban) yang dikeluarkan sebagai akibat dari pencapaian tujuan dalam suatu periode tertentu.
Laporan Perubahan Modal/Laba Ditahan (Statement of Owners Equity)
Laporan yang memuat tentang saldo awal dan akhir laba ditahan dalam Neraca untuk menunjukkan suatu analisa perubahan besarnya laba selama jangka waktu tertentu.
Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan yang memperlihat aliran kas selama periode tertentu, serta memberikan informasi terhadap sumber-sumber kas serta penggunaan kas dari setiap kegiatan dalam periode yang dicakup.
Catatan atas Laporan Keuangan adlah Catatan atas laporan keuangan memuat keterangan-keterangan yang menjelaskan mengenai empat laporan diatas.
Analisis Laporan Keuangan
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Djarwanto (….), Analisis laporan keuangan adalah merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang di ambil akan menjadi lebih baik.
Menurut Prastowo (….), Analisis laporan keuangan adalah suatu proses membedah – bedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya. Penelaahan mendalam terhadap masing-masing komponen dan hubungan di antara komponen-komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri.
Menurut Soemarso (2006:430), Analisis laporan keuangan adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (….), Analisis laporan keuangan adalah analisis terhadap neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya untuk mengetahui gambaran tentang posisi keuangan dan perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan.
Analisis Laporan Keuangan merupakan alat informasi untuk membantu para manajemen dalam mengambil keputusan. Bagi manajemen, perlu dalam rangka mengetahui efisiensi pendayagunaan sumber daya. Bagi bankir, ini sangat penting dalam rangka pemberian kredit baik kredit jangka pendek yang melihat likuiditas perusahaan atau kredit jangka panjang yang menganalisis arus kas. Juga pemilik mencoba melihat profitabilitas dari usahanya dan juga penting mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Demikian juga calon investor akan mencoba menganalisis “trend” dari penjualan, juga kontinuitas dunia usaha serta profitabilitas terhadap komoditi yang akan diinvestasikan.
Kinerja Keuangan
Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan adalah suatu penentuan dari ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan dari suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto,2003). Menurut Jumingan (2006:239) “Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi, maupun aspek sumber daya manusianya”. Menurut Fahmi (2006:63) mengutip dari Bastian (….) “Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusanskema strategis (strategic planning) suatu organisasi”. Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut Jumingan (2006:239) “Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indicator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas”. Menurut Sutrisno (2010:53) “Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut”.
Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli bahwa kinerja keuangan itu merupakan prestasi kerja yang dihasilkan oleh perusahaan guna menghasilkan pendapatan laba. Prestasi kerja bisa berupa perwujudan dari tujuan, visi misi dan juga sumber daya manusianya. Serta kinerja keuangan juga dapa disebutkan sebagai prestasi atau hasil yang dicapai oleh perusahaan mengenai Laporan keuangan perusahaan dan informasi-informasi yang membantu pihak tertentu dalam pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pertanggung jawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun untuk mengatur besarnya tanggung jawab sekaligus mengukur prestasi keuangan perusahaan sangatlah susah dikarenakan pengukuran itu terbagi atas dua yaitu mudah dan susah jadi tidak semua pengukuran itu mudah untuk diterapkan (Sucipto,2003).
harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya (Resmi,2002). Secara umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri dari beberapa rasio, misalnya rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas. Hasil dari rasio ini akan memperlihatkan kinerja perusahaan apakah perusahaan mampu memberikan kontribusi maksimal untuk menghasilkan laba tiap tahun dan seberapa mampu perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya. Hal tersebut dapat meningkatkan keinginan investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan food and beverages yang sedang berkembang pesat sehingga akan meningkat pula return saham perusahaan.
Alat-alat Penilaian Kinerja Keuangan
Pada dasarnya, pengukuran kinerja perusahaan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori (Helfert dalam Pradhono dan Christiawan, 2004:142), yaitu:
Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit Termasuk dalam kategori ini adalah Earning Per Share (EPS), Return On Investment (ROI), Return On Assets (ROA), Return On Capital Employed (ROCE) dan Return On Equity (ROE).
Cash Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas operasi (operating cash flow). Termasuk dalam kategori ini adalah Free Cash Flow, Cash Flow Return On Gross Investment (ROGI), Cash Flow Return On Investment (CFROI), Total Shareholder Return (TSR), dan Total Business Return (TBR)
Value Measures, yang mendasarkan kinerja pada nilai manajemen (value based management), termasuk dalam kategori ini adalah Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Cash Value Added (CVA), dan Shareholder Value (SHV).
Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan
Menurut Sucipto (2003) penilaian kinerja keuangan dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal – hal sebagai berikut:
Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisian melalui pemitivasian karyawan secara maksimum. Dalam mengelola perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang dan didalam proses tersebut dinamakan planning.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian. Penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan yang dinilai berdasarkan kinerjanya.
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. Jika manajemen puncak tidak mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, sulit bagi manajemen untuk mengevaluasi dan memilih program pelatihan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan.
Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. Dalam organisasi perusahaan, manajemen atas mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada manajemen dibawah mereka.
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Hasil pengukuran tersebut juga dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang ditentukan mereka dikatakan berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode. Namun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen bagi periode kedepan.
Analisis Rasio Keuangan
Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut para Ahli dan para pakar Adalah sebagai berikut ini:
Menurut Foster (1968) analisis laporan keuangan adalah mempelajari hubungan – hubungan di dalam suatu set laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecendrungan – kecendrungan dari hubungan ini sepanjang waktu.
Menurut Munawir (2010) analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Harahap (2010) analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang memunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2001), analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.
Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan
Rasio Likuiditas
Pengertian Rasio Likuiditas
Menurut Subramanyam (2010), rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan-kemampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio likuiditas membandingkan antara aktiva lancar terhadap kewajiban lancar karena biasanya perusahaan membayar kewajiban lancarnya menggunakan aktiva lancar seperti kas.
Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio likuiditas, antara lain:
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek tanpa memperhitungkan sediaan.
Untuk mengukur atau membandingkanantara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Untuk mengukur seberapa besar perputaran kas.
Sebagai Alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya.
Sebagai alat bagi pihak luar terutama yang berkepentingan terhadap perusahaan dalam menilai kemampuan perusahaan agar dapat meningkatkan saling percaya.
Jenis-jenis Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas terdiri dari 11 macam rasio.
Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Subramanyam (2010), rasio lancar mengukur ketersediaan asset untuk memenuhi kewajiban lancar juga sebagai penyangga kerugian bila terjadi penurunan aktiva lancar.
Menurut Brealey (2012), rasio lancar yang menandakan terjadinya masalah. Perusahaan yang menambah utangnya akan mengalami peningkatan kewajiban lancar dan penurunan rasio lancar. Semakin meningkatnya rasio lancar perusahaan belum tentu merupakan kondisi perusahaan baik karena peningkatnya aktiva lancar. Peningkatan aktiva lancar berupa persediaan yang berlebihan menandakan bahwa perusahaan tidak memiliki cadangan dana yang cukup. Semakin besar rasio ini berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya menggunakan aktiva lancarnya meningkat.
Rasio Lancar=(Aktiva lancar)/(Kewajiban lancar)………………………….(1)
Modal Kerja
Modal kerja mengindikasikan apakah perusahaan mempunyai cadangan dana. Modal kerja terdiri dari aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Semakin besar rasio ini berarti peningkatan aktiva lancar lebih besar daripada peningkatan kewajiban lancar. Aktiva lancar perusahaan lebih besar berarti perusahaan mempunyai cadangan dana yang cukup guna membayar kewajiban jangka pendeknya.
Modal Kerja = Aktiva lancar – Kewajiban lancar…………………..(2)
Rasio Cepat (Quick Asset Ratio)
Menurut Munawir (2006), rasio cepat mengukur aktiva lancar dikurangi persediaan terhadap kewajiban lancar. Terkadang perusahaan juga memasukkan biaya dibayar dimuka pada sisi aktiva lancar.
Menurut Situmorang (2007), rasio cepat merupakan kemampuan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar. Semakin besar rasio ini berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya menggunakan kas, sekuritas dan piutang meningkat.
Rasio Cepat=(Kas+Sekuritas+Piutang)/(Kewajiban lancar)……………….(3)
Rasio Kas (Cash Ratio)
Menurut Brealey (2012), aset terliquid perusahaan adalah kas dan sekuritas. Rasio kas yang rendah mungkin tidak menjadi masalah jika perusahaan dapat meminjam dalam waktu yang singkat tidak peduli apakah perusahaan meminjam dari bank atau perusahaan mempunyai kreditur yang sudah mempercayai perusahaan.
Menurut Munawir (2000), rasio kas mengukur seberapa besar cadangan kas yang tersedia untuk membayar utang. Semakin besar rasio ini menandakan bahwa semakin besar pula cadangan dana yang dimiliki perusahaan sehingga kewajiban jangka pendek perusahaan beserta bunga utang selalu dapat dibayar sesuai tanggal jatuh tempo.
Rasio Kas=(Kas+Sekuritas)/(Kewajiban lancar)………………………………(4)
Perioda Penagihan Piutang
Perioda penagihan piutang membandingkan antara rata-rata piutang dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar piutang yang terjadi di perusahaan dengan penjualan yang terjadi. Semakin besar perioda penagihan piutang menandakan bahwa perusahaan semakin mudah menagih piutang.
Perioda Penagihan Piutang=(Rata-rata Piutang x 360)/Penjualan……………….(5)
Perputaran Persediaan
Menurut Brealey (2012), rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengamati tingkat perusahaan mampu memutar persediaannya.
Menurut Situmorang (2007), perputaran persediaan merupakan kemampuan yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu perioda tertentu. Rasio perputaran persediaan membandingkan antara harga pokok penjualan etrhadap rata-rata persediaan. Semakin kecil perputaran eprsediaan menandakan bahwa perusahaan kurang mampu memutar persediaannya dalam penjualan perusahaan.
Perputaran Persediaan=(Harga Pokok Penjualan)/(Rata-rata Persediaan)……(6)
Jumlah hari untuk menjual Persediaan
Menurut Brealey (2012), rasio jumlah hari untuk menjual persediaan digunakan manajer untuk melihat berapa banyak hari penjualan direpresentasikan oleh persediaan. Rasio jumlah hari untuk menjual persediaan dapat menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai cukup banyak eprsediaan untuk mempertahankan penjualan selama hari yang dihasilkan. Semakin besar jumlah hari untuk menjual persediaan menandakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menjual persediaan semakin meningkat. Hal ini berarti bahwa persediaan yang berada di gudang terus mengalami perputaran masuk dan keluar.
Jumlah hari untuk menjual Persediaan=(Rata-rata Persediaan x 360)/(Harga Pokok Penjualan)…………………(7)
Perputaran Utang Lancar
Rasio perputaran utang lancar membandingkan antara pembelian terhadap rata-rata utang lancar. Rasio perputaran utang lancar digunakan untuk mengukur keefisienan perusahaan dalam menggunakan utang lancar dalam melakukan pembelian. Semakin kecil perputaran utang lancar menandakan bahwa perusahaan dalam menggunakan utang lancarnya kurang efisien di dalam pembelian.
Perputaran Utang Lancar=Pembelian/(Rata-rata Utang Lancar)……………….(8)
Jumlah hari Pembelian pada Utang Usaha
Menurut Subramanyam (2010), rasio ini digunakan untuk mengukur rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam melunasi atau membayar kewajiban pada pemasoknya. Jumlah hari pembelian pada utang usaha yang semakin lama dapat mengindikasikan bahwa rata-rata waktu yang digunakan perusahaan untuk melunasi kewajiban juga semakin lama, sehingga makin lama perioda pembayaran, makin besar modal pemasok yang digunakan.
Jumlah hari Pembelian pada Utang Usaha=(Utang Lancar x 360)/Pembelian………………………(9)
Rasio Arus Kas terhadap Utang Lancar
Rasio ini membandingkan antara arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi terhadap utang lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menandakan bahwa kemampuan perusahaan melunasi utang lancarnya menggunakan arus kas operasi semakin bagus.
Rasio Arus Kas terhadap Utang Lancar=(Arus Kas Operasi)/(Utang Lancar)…………………………(10)
Siklus Operasi
Siklus Operasi merupakan total dari jumlah ahri untuk menjual persediaan ditambah perioda penagihan piutang yang digunakan untuk menghitung rata-rata waktu yang digunakan perusahaan untuk menjual persediaan dan menagih piutang usahanya. Siklus operasi perusahaan yang semakin cepat menandakan bahwa kelikuidan perusahaan semakin baik karena perusahaan hanya memperlukan waktu yang singkat dalam mengubah persediaan menjadi kas atau piutang usaha dan mengubah penjualan menjadi kas.
Siklus Operasi = Jumlah hari untuk menjual Persediaan + Perioda Penagihan Piutang……………………………………………………………(11)
2.5.2.2 Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas
Pengertian Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas
Menurut Subramanyam (2005), rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
Menurut Brealey (2012), rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat solvabilitas yang ditanggung perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan sering disebut sebagai ukuran leverage perusahaan dimana yang dimaksud adalah leverage keuangan. Makin besar leverage keuangan perusahaan, makin besar risiko perusahaan dan makin besar pula potensi perolehan laba perusahaan.
Tujuan dan Manfaat Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio struktur modal dan solvabilitas, antara lain:
Untuk menilai dan mengetahui kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.
Untuk menilai dan mengetahui kemampuan perusahaan memebuhi kewajiban yang bersifat tetap.
Untuk menilai dan mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
Untuk menilai dan mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
Untuk menilai dan mengetahui seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Untuk menilai dan mengetahui atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
Untuk menilai dan mengetahui berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
Jenis-jenis Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas
Rasio struktur modal dan solvabilitas terdiri dari 9 macam rasio.
Rasio Total Utang
Menurut Brealey (2007), rasio total utang memiliki arti seberapa besar persentase utang dalam pendanaan perusahaan dalam informasi tentang perlindungan terhadap kreditor dari kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar utang beserta bunganya. Rasio total utang membandingkan antara total utang terhadap total aktiva. Semakin kecil rasio total utang menandakan bahwa total utang yang dimiliki lebih kecil dibandingkan dengan total aktiva. Kondisi ini dapat dikatakan baik bagi perusahaan karena memiliki utang yang kecil.
Rasio Total Utang=(Total Utang)/(Total Aktiva)………………………….(12)
Rasio Total Utang terhadap Ekuitas
Menurut Subramanyam (2005), rasio total utang terhadap ekuitas menunjukkan struktur modal perusahaan yaitu seberapa besar pendanaan oleh kreditor untuk setiap entitas.
Menurut Warren (2005), rasio total utang terhadap ekuitas ini juga memberikan informasi tentang marjin pengaman bagi kreditor sebagai ukuran perusahaan mampu melunasi utang beserta bunganya dan juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan meskipun dalam kondisi buruk sekalipun. Rasio total utang terhadap ekuitas membandingkan antara total kewajiban terhadap ekuitas pemegang saham.
Semakin kecil rasio total utang terhadap ekuitas menandakan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan utang.
Rasio Total Kewajiban terhadap Ekuitas=(Total Kewajiban)/(Ekuitas Pemegang Saham)……………………..(13)
Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
Menurut Subramanyam (2005), rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas menunjukkan struktur permodalan suatu perusahaan yaitu seberapa besar pendanaan oleh kreditor untuk setiap entitas.
Menurut Warren (2005), rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas memberikan informasi tentang margin pengaman bagi kreditor sebagai ukuran perusahaan mampu melunasi utang beserta bunganya dan juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan meskipun dalam kondisi buruk sekalipun. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian utang jangka panjang dilihat dari ekuitas perusahaan. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas yang semakin kecil menandakan bahwa tingkat pengembalian utang jangka panjang yang ditinjau dari ekuitas rendah.
Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas=(Kewajiban Jangka Panjang)/(Ekuitas Pemegang Saham)………………(14)
Kelipatan Bunga yang dihasilkan (Timed Interest Earned)
Kelipatan bunga yang dihasilkan membandingkan antara laba perusahaan sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan beban bunga yang terjadi. Nilai dari kelipatan bunga yang dihasilkan yang semakin besar menunjukkan bahwa laba perusahaan dari tahun ke tahun semakin membaik guna menutup beban bunga yang terjadi.
Menurut Warren (2005) semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah risiko bahwa pembayaran bunga tidak dapat dilakukan ketika pendapatan menurun, atau dengan kata lain semakin besar rasio ini semakin besar keyakinan bahwa pembayaran bunga dapat dilakukan.
Kelipatan Bunga yang dihasilkan=(Laba sebelum Bunga dan Pajak)/(Beban Bunga)…………(15)
Rasio Laba terhadap Beban Tetap
Nilai rasio ini yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa pemenuhan beban tetap menggunakan laba yang dihasilkan sangat besar. Selain itu, hal ini berarti perusahaan tidak akan kesulitan dalam membayar beban gaji, beban pajak dan beban tetap lainnya. Rasio ini membandingkan antara laba yang tersedia untuk beban tetap dengan beban tetap.
Rasio Laba terhadap Beban Tetap=(Laba yang tersedia untuk Beban Tetap)/(Beban Tetap)…………………(16)
Rasio Arus Kas terhadap Beban Tetap
Nilai rasio ini yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa pemenuhan beban tetap menggunakan arus kas operasi sebelum pajak tersedia untuk beban tetap sangat besar. Selain itu, hal ini berarti perusahaan tidak akan kesulitan dalam membayar beban gaji, beban pajak dan beban tetap lainnya. Rasio ini membandingkan antara arus kas operasi tersedia untuk beban tetap dengan beban tetap.
Rasio Arus Kas terhadap Beban Tetap=(Arus Kas Operasi sebelum Pajak tersedia untuk Beban Tetap)/(Beban Tetap)……(17)
Rasio Pengungkit Keuangan
Rasio pengungkit keuangan membandingkan antara total aktiva terhadap ekuitas pemegang saham. Semakin kecil rasio pengungkit keuangan yang dihasilkan maka ekuitas yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan total aktiva yang berarti sumber pendanaan aktiva perusahaan menggunakan ekuitas. Sebaliknya, bila nilai rasio ini meningkat berarti sumber pendanaan perusahaan dari ekuitas sedikit tetapi lebih banyak menggunakan utang atau dapat disimpulkan perusahaan ingin melebarkan sayap dengan mendanai dengan utang yang diambil.
Rasio Pengungkit Keuangan=(Total Aktiva)/(Ekuitas Pemegang Saham)………………(18)
Altman Z-score
Menurut Subramanyam (2008), rasio ini digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan atau kondisi financial distress perusahaan. Kondisi financial distress terkait dengan operasi jangka panjang dan ukuran solvabilitas perusahaan. Altman Z-score ini menggunakan teknik analisis statistik untuk menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi linier dari beberapa variabel penjelas. Hasil perhitungan Altman z-score kurang dari 1,23 menandakan bahwa perusahaan bangkrut, antara 1,23 sampai 2,9 grey area yang berarti perusahaan tidak dapat dikategorikan bangkrut atau sehat dan lebih dari 2,9 berarti perusahaan tergolong sehat.
Altman Z-score = 0,717 (Modal Kerja / Total Aset) + 0,847 (Laba Ditahan / Total Aset) + 3,107 (Laba sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset) + 0,42 (Ekuitas Pemegang Saham / Total Utang) +0,998 (Pendapatan / Total Aset) …………………………..(19)
Indeks Pengungkit Keuangan
Rasio ini membandingkan antara Pengembalian atas Ekuitas Biasa terhadap Return on Asset. Semakin besar rasio ini berarti pengembalian atas ekuitas biasa semakin meningkat karena perusahaan mampu memanfaatkan return on asset sebaik-baiknya.
Indeks Pengungkit Keuangan=(Pengembalian atas Ekuitas Biasa)/(Return on Asset)……(20)
Rasio Profitabilitas
Pengertian Rasio Profitabilitas
Menurut Brealey (2012), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan.
Menurut Warren (2005), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba karena kemampuan setiap perusahaan untuk menghasilkan laba berbeda-beda. Rasio profitabilitas berfokus pada hubungan antara hasil oeprasi, seperti laporan income statement dan sumber daya lain yang tersedia bagi perusahaan.
Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio profitabilitas, antara lain:
Mengukur atau menghitung laba yang dihasilkan.
Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Mengukur produktivitas perusahaan dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri, dan lain-lain.
Mengetahui besarnya tingkat laba.
Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri, dan manfaat lainnya.
Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas terdiri dari 8 macam rasio.
Margin Laba Kotor
Rasio ini mengukur tingkat kefisiensian pengendalian harga pokok penjualan, hal ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam melakukan proses produksi secara efisien. Margin laba kotor menunjukkan tingkat pengembalian laba kotor oleh perusahaan. Rasio ini membandingkan antara laba kotor dengan penjualan. Jika margin perunit produk rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaingnya. Margin laba kotor yang rendah juga menandakan bahwa penjualan yang didapatkan lebih kecil dibandingkan dengan harga pokok penjualan dan sebaliknya. Dengan penjualan yang rendah, laba yang didapatkan perusahaan juga akan rendah.
Margin Laba Kotor=(Laba Kotor)/Penjualan………………………………….(21)
Laba Kotor=Penjualan-Harga Pokok Penjualan….(22)
Harga Pokok Penjualan=Persediaan Awal+Pembelian Bersih-Persediaan Akhir………………………….(23)
Margin Laba Operasi
Margin laba operasi membandingkan antara laba operasi terhadap penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba operasi yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan penjualan. Margin laba operasi menunjukkan tingkat pengembalian laba atas beban-beban perusahaan. Margin laba operasi yang rendah menandakan laba operasi yang lebih rendah dibandingkan penjualan dan sebaliknya. Laba operasi yang rendah menandakan bahwa beban usaha, pendapatan operasi lainnya dan beban operasi lainnya yang dapat mengurangi laba kotor cenderung lebih besar dari laba kotor perusahaan yang berarti bahwa kinerja perusahaan menurun.
Margin Laba Operasi=(Laba Operasi)/Penjualan……………………(24)
Margin Laba Bersih
Margin laba bersih membandingkan antara laba bersih terhadap penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan penjualan. Margin laba operasi menunjukkan tingkat pengembalian laba bersih setelah dikurangi beban pajak dan beban bunga perusahaan. Margin laba bersih yang menurun menandakan bahwa laba bersih yang diterima lebih rendah dibandingkan penjualan dan sebaliknya. Jika margin laba bersih perusahaan terus menerus menurun dan tidak ada tindakan dari perusahaan untuk membuat peningkatan maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Margin Laba Bersih=(Laba Bersih)/Penjualan…………………………(25)
Margin Laba sebelum Pajak
Margin laba sebelum pajak membandingkan antara laba sebelum pajak terhadap penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba sebelum pajak yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan penjualan. Margin laba sebelum pajak menunjukkan tingkat pengembalian laba sebelum pajak perusahaan. Menurunnya margin laba sebelum pajak menandakan bahwa laba sebelum pajak yang didapatkan perusahaan lebih kecil dibandingkan penjualan dan sebaliknya. Laba sebelum pajak yang kecil dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti beban-beban yang dimiliki perusahaan yang besar dibandingkan dengan penjualan.
Margin Laba sebelum Pajak=(Laba sebelum Pajak)/Penjualan……(26)
Laba per Saham Dasar
Rasio laba per saham dasar membandingkan antara laba bersih dikurangi deviden saham preferen terhadap jumlah saham yang beredar. Rasio laba per saham dasar menunjukkan seberapa besar laba yang diperoleh per saham. Semakin kecil laba yang didapatkan per saham maka investor akan semakin berhati-hati dalam membeli saham perusahaan tersebut dan sebaliknya.semakin besar laba per lembar saham menandakan bahwa laba yang didapat lebih besar sehingga laba masing-masing saham ikut meningkat.
Laba per Saham Dasar=(Laba Bersih-Dividen Saham Preferen)/(Jumlah Saham Beredar)………………..(27)
Nilai Buku per Saham
Nilai buku per saham membandingkan antara ekuitas pemegang saham dikurangi dividen saham preferen terhadap jumlah saham beredar. Nilai buku per saham menunjukan jumlah ekuitas yang dihasilkan dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai rasio nilai buku per saham menunjukkan semakin besar nilai ekuitas pemegang saham yang didapatkan.
Nilai Buku per Saham=(Ekuitas-Dividen Saham Preferen)/(Jumlah Saham Beredar)……(28)
Tingkat Bunga Efektif
Tingkat bunga efektif membandingkan antara total beban bunga yang terjadi dengan rata-rata pinjaman berbunga. Semakin kecil nilai rasio ini membuktikan bahwa beban bunga yang terjadi semakin menurun nominalnya terhadap rata-rata pinjaman yang dilakukan perusahaan.
Tingkat Bunga Efektif=(Total Beban Bunga yang terjadi)/(Rata-rata Pinjaman Berbunga)……….(29)
Rasio Arus Kas Operasi terhadap Laba
Rasio arus kas operasi membandingkan antara arus kas oeprasi terhadap laba bersih. Rasio arus kas operasi terhadap laba menunjukkan berapa banyak arus kas yang diperoleh dari laba yang diperoleh perusahaan. Semakin kecil rasio arus kas operasi terhadap laba menandakan bahwa arus kas operasi semakin kecil dibandingkan dengan laba bersih perusahaan.
Rasio Arus Kas Operasi terhadap Laba=(Arus Kas Operasi)/(Laba Bersih)…………………………..(30)
Rasio Penggunaan Aset dan Efisiensinya
Pengertian Rasio Penggunaan Aset dan Efisiensinya
Menurut Brealey (2012), rasio efisiensi merupakan rasio tingkat perputaran asset atau rasio penjualan terhadap asset yang memperlihatkan seberapa baik aset perusahaa digunakan.
Menurut Brealy (2007), rasio efisiensi digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan telah mengelola asetnya. Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur keefektifan perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada. Semua rasi aktivitas melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva.
Tujuan dan Manfaat Rasio Penggunaan Aset dan Efisiensinya.
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio penggunaan aset dan efisiensinya, antara lain:
Untuk mengukur beberapa lama penagihan piuutang selama satu periode.
Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang.Untuk mengetahui berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.
Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode.Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
Digunakan untuk mengukur penjualan terhadap penggunaaan semua aktiva perusahaan.
Jenis-jenis Rasio Penggunaan Aset dan Efisiensinya
Rasio penggunaan aset dan efisiensinya terdiri dari 9 macam rasio.
Perputaran kas
Rasio perputaran kas membandingkan antara penjualan terhadap rata-rata saldo kas dan setara kas. Rasio perputaran kas digunakan untuk melihat seberapa efektif menggunakan kas dalam penjualan. Rasio perputaran kas membandingkan antara penjualan terhadap rata-rata saldo kas dan setara kas. Semakin besar perputaran kas menandakan bahwa perusahaan mampu menggunakan kas dan setara kas yang dimiliki secara efektif dalam penjualan dan sebaliknya.
Perputaran Kas=Penjualan/(Rata-rata Saldo Kas dan Setara Kas)………………..(31)
Perputaran Piutang
Menurut Warren (2005), rasio perputaran piutang digunakan untuk menilai tingkat keefisienan manajemen dalam manajemen piutang dimana rasio ini memiliki arti bahwa terjadi perputaran piutang yang semakin cepat. Rasio perputaran piutang membandingkan antara penjualan terhadap rata-rata piutang. Semakin kecil perputaran piutang menandakan bahwa perusahaan kurang efektif dalam memanfaatkan piutang.
Perputaran Piutang=Penjualan/(Piutang Rata-rata)……………(32)
Jumlah hari Penjualan dalam Piutang
Menurut Subramanyam (2010), rasio jumlah hari penjualan dalam piutang digunakan untuk mengukur jumlah hari yang dibutuhkan, secara rata-rata untuk menagih piutang berdasarkan saldo akhir piutang. Jumlah hari penjualan dalam piutang membandingkan antara piutang perusahaan dengan penjualan dalam hari yang didapatkan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar piutang dibandingkan dengan penjualan dalam hari. Semakin besar rasio ini menandakan bahwa piutang usaha yang dimiliki lebih besar daripada penjualan perusahaan setiap harinya. Semakin besarnya rasio ini tidak menjamin perusahaan dalam kondisi yang baik karena nilai piutang yang besar menjadikan piutang yang tidak terbayarkan akan menjadi besar.
Jumlah hari Penjualan dalam Piutang=(Piutang Usaha x 360)/Penjualan…………………….(33)
Rasio Penjualan terhadap Persediaan
Rasio penjualan terhadap persediaan digunakan untuk menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan persediaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin besar nilai rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan persediaannnya secara efisien di dalam penjualan dan sebaliknya.
Rasio Penjualan terdapap Persediaan=Penjualan/(Rata-rata Persediaan)…………………(34)
Jumlah Hari Penjualan dalam Persediaan
Menurut Brealey (2012), rasio jumlah hari penjualan persediaan digunakan manajer untuk melihat berapa banyak hari penjualan direpresentasikan oleh persediaan. Rasio jumlah hari penjualan persediaan dapat menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai cukup banyak eprsediaan untuk mempertahankan penjualan selama hari yang dihasilkan. Semakin besar jumlah hari penjualan persediaan menandakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menjual persediaan semakin meningkat. Hal ini berarti bahwa persediaan yang berada di gudang terus mengalami perputaran masuk dan keluar.
Jumlah hari Penjualan dalam Persediaan=(Persediaan x 360)/(Harga Pokok Penjualan)…………………(35)
Perputaran Modal Kerja Bersih
Rasio perputaran modal kerja bersih membandingkan antara penjualan dengan rata-rata modal kerja. Rasio perputaran modal kerja digunakan untuk melihat keefektifan perusahaan menggunakan modal kerja dalam penjualan. Semakin tinggi perputaran modal kerja menandakan bahwa semakin efektif perusahaan menggunakan modal kerja dalam penjualan.
Perputaran Modal Kerja=Penjualan/(Rata-rata Modal Kerja)…………………(36)
Perputaran Aktiva
Menurut Situmorang (2007), rasio perputaran aktiva manggambarkan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang dapat diputar atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan.
Menurut Brealey (2012), rasio perputaran aktiva memerlihatkan seberapa baik aset perusahaan digunakan. Semakin kecil rasio perputaran aktiva menandakan bahwa aset perusahaan yang digunakan dalam penjualan kurang efektif.
Perputaran Aktiva=Penjualan/(Rata-rata Total Aktiva)………(37)
Perputaran Utang Lancar
Rasio perputaran utang lancar membandingkan antara penjualan terhadap rata-rata utang lancar. Rasio perputaran utang lancar digunakan untuk mengukur keefisienan perusahaan dalam menggunakan utang lancar dalam penjualan. Semakin kecil perputaran utang lancar menandakan bahwa perusahaan dalam menggunakan utang lancarnya kurang efisien di dalam penjualan.
Perputaran Utang Lancar=Penjualan/(Rata-rata Utang Lancar)………………(38)
Perputaran Aktiva Tetap
Rasio perputaran aktiva tetap membandingkan penjualan terhadapan rata-rata aktiva tetap. Rasio perputaran aktiva tetap digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan aktiva tetap dalam penjualan. Semakin menurun perputaran aktiva tetap menandakan bahwa perusahaan kurang mampu menggunakan aktiva tetapnya secara efisien dalam penjualannya.
Perputaran Aktiva Tetap=Penjualan/(Rata-rata Aktiva Tetap)……………….(39)
2.5.2.5 Rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan
Pengertian Rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan
Rasio tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan modal yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. Pengembalian yang dilakukan perusahaan melalui laba yang dihasilkan perusahaan.
Tujuan dan Manfaat Rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan, antara lain:
Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang bersangkutan.
Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Jenis-jenis Rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan
Rasio tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan terdiri dari 7 macam rasio.
Return on Equity (ROE)
Return on Equity membandingkan antara laba bersih terhadap rata-rata total ekuitas. Return on Equity memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau sering disebut rentabilitas usaha. Semakin besar ROE yang dihasilkan maka tingkat pengembalian atas ekuitas akan semakin besar.
ROE=(Laba Bersih)/(Rata-rata Total Ekuitas)…………………………(40)
Return on Asset (ROA)
Menurut Brealey (2012) tingkat pengembalian aset yang tinggi tidak selalu berarti bahwa perusahaan dapat membeli aset yang sama saat ini dan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Tingkat pengembalian yang rendah juga tidak mengimplikasikan bahwa aset dapat digunakan dengan baik di tempat lain. Rasio ini membandingkan antara laba bersih ditambah beban bunga dengan rata-rata total aktiva perusahaan. Semakin besar ROA yang dihasilkan maka hal tersebut menandakan bahwa perusahaan semakin mampu memanfaatkan aktivanya untuk mendapatkan laba.
ROA=(Laba bersih+Beban Bunga (1-Tarif Pajak)+Hak Minoritas)/(Rata-rata Total Ativa)…………(41)
Pengembalian atas Ekuitas Biasa (ROCE)
Menurut Subramanyam (2010), rasio ini digunakan untuk melihat tingkat pengembalian atas ekuitas biasa dengan menggunakan laba bersuh seteleh dikurangi dividen saham preferen. Nilai ROCE yang semakin besar menandakan bahwa perusahaan semakin mampu untuk menghasilkan tingkat pengembalian atas ekuitasnya saham biasa semakin baik.
ROCE= (Laba Bersih – Dividen Saham Preferen)/(Rata-rata Ekuitas Pemegang Saham Biasa)……………………..(42)
Pertumbuhan Ekuitas
Rasio ini membandingkan antara laba bersih dikurangi dividen yang dibayarkan dengan ekuitas biasa rata-rata. Rasio ini berguna untuk melihat tingkat pertumbuhan perusahaan berdasarkan pada laba dan pengembalian yang diperoleh dari laba ditahan. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan bahwa pengembalian perusahaan semakin baik dan potensi perusahaan di masa depan juga semakin bagus.
Pertumbuhan Ekuitas=(Laba Bersih-Dividen yang Dibayarkan)/(Ekuitas Biasa Rata-rata)……………..(43)
Pertumbuhan Ekuitas Berkelanjutan
Pertumbuhan ekuitas berkelanjutan merupakan perhitungan dari pengembalian atas ekuitas biasa dikali tingkap pembayaran dividen. Nilai pertumbuhan ekuitas berkelanjutan yang semakin meningkat menunjukkan bahwa perusahaan semakin profitabel dan perusahaan berpotensi besar di masa yang akan datang.
Pertumbuhan ekuitas berkelanjutan = ROCE (1 x tingkat pembayaran dividen)…………………………………………………..(44)
Tingkat Pembayaran Dividen
Menurut Subramanyam (2010), rasio ini menunjukkan proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen. Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian perusahaan karena presentase laba yang dibagi sebagai dividen akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar rasio ini menandakan bahwa pengembalian atas investasi dalam bentuk dividen yang dibagikan semakin meningkat jumlahnya.
Tingkat Pembayaran Dividen=(Dividen Tunai)/(Laba Bersih)………(45)
Tingkat Pajak Efektif
Tingkat pajak efektif membandingkan antara beban pajak dengan laba sebelum pajak. Tingkat pajak efektik digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan karena besarnya pajak dapat mengurangi laba. Apabila pajak perusahaan semakin kecil maka profitabilitas perusahaan mengalami peningkatan. Semakin kecil nilai rasio ini menandakan bahwa jumlah beban pajak perusahaan kecil sehingga pengurangan laba terhadap beban bunga tidak terlalu banyak yang mengakibatkan pengembalian investasi meningkat.
Tingkat Pajak Efektif=(Beban Pajak)/(Laba sebelum Pajak)…………(46)
2.5.2.6 Rasio Pasar
Pengertian Rasio Pasar
Menurut Brigham (2004), rasio pasar menunjukkan hubungan antara harga saham dari perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku dari saham. Rasio ini dapat memberikan informasi kepada manajemen perusahaan tentang bagaimana penilaian investor di pasar terhadap performa perusahaan di masa lalu dan juga prospek perusahaan di masa depan. Rasio ini akan baik apabila rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas perusahaan baik yang menyebabkan harga saham dari perusahaan meningkat.
Tujuan dan Manfaat Rasio Pasar
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio pasar, antara lain:
Mengetahui harga saham perusahaan dihargai terlalu murah (underprice) atau terlalu mahal (overprice) di pasar.
Untuk mengetahui laba per saham dasar yang diperoleh.
Untuk mengetahui dividen tunai yang diperoleh per lembar saham.
Jenis-jenis Rasio Pasar
Rasio pasar terdiri dari 4 macam rasio.
Rasio Harga Saham terhadap Laba (Price to Earnings Ratio/PER)
Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan PER
untuk mengukur apakah suatu saham underpriced atau overpriced. PER adalah suatu rasio sederhana yang diperoleh dengan membagi harga pasar suatu saham dengan laba per saham. Besarnya deviden yang dibayar perusahaan tergantung kepada besarnya laba per saham dan rasio pembayaran deviden, yang menunjukkan bagian laba yang dibagikan sebagai deviden.
PER=(Harga per Saham)/(Laba per Saham)…………………………………….(47)
Rasio Harga Saham Terhadap Nilai Buku
Rasio ini membandingkan antara harga pasar saham biasa dengan nilia buku saham biasa. Rasio ini menunjukkan bagaimana para investor di pasar menilai perusahaan. Semakin besar nilai rasio ini berarti penilaian investor terhadap perusahaan semakin baik. Rasio ini menunjukkan adanya hubungan yang esensial antara nilai buku saham biasa dengan harga yang di pasar untuk saham biasa tersebut.
Harga Saham terhadap Nilai Buku=(Harga per Saham Biasa)/(Nilai Buku Saham Biasa)…………………(48)
Imbalan Hasil Laba
Rasio ini membandingkan antara laba per saham dasar dengan harga per saham dasar. Rasio imbalan hasil laba digunakan oleh investor untuk melihat laba yang didapatkan dari saham yang dibeli pada suatu perusahaan.
Imbalan Hasil Laba=(Laba per Saham Dasar)/(Harga per Saham Dasar)……………….………………….(49)
Imbalan Hasil Dividen
Imbalan Hasil Dividen saham membagi antara dividen tunai tahunan terhadap harga pasar per saham biasa. Semakin tinggi dividen tunai tahunan per lembar saham biasa maka investor semakin senang karena tingkat pengembalian per lembar saham biasa menjadi semakin tinggi.
Imbalan Hasil Dividen=(Dividen Tunai Tahunan)/(Harga Pasar per Saham Biasa)…………(50)
Rasio Yang digunakan dalam Penelitian
Rasio keuangan yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari EPS, ROE, dan DER :
Earning per Share (EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar. EPS merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham (Darmadji dan Fakhuddin, 2006). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
…………………………(51)
Return on Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten) dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE ini sering sebagai rentabilitas modal sendiri. ROE juga merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan binis yang dijalani (Sugiono, 2010).Rumus ROE sebagai berikut :
…………………………………….(52)
Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Rasio ini dihitung sebagai berikut (Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, 2006). Rumus DER sebagai berikut :
…………………………………..(53)
Saham
Pengertian Saham
Untuk memperoleh modal, perusahaan menerima setoran dari para investor. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang diserahkan kepada pihak-pihak yang menyetorkan modal. Pemilik perusahaan merupakan pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Pengertian saham menurut Rusdin (2008:68) yaitu “Sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”. Sedangkan menurut Hendy M. Fakhruddin (2008:175) saham adalah “Bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan”. Dari uraian pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan, dimana dengan dimilikinya saham tersebut maka investor akan mendapatkan keuntungan.
Perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen (Hin, 2008).
Saham biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka menanggung risiko dan mendapatkan keuntungan. Pada saat kondisi perusahaan
jelek, mereka tidak menerima dividen. Dan sebaliknya, pada saat kondisi perusahaan baik, mereka dapat memperoleh dividen yang lebih besar bahkan saham bonus. Pemegang saham biasa ini memiliki hak suara dalam RUPS (rapat
umum pemegang saham) dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa akan membagi sisa aset perusahaan setelah dikurangi bagian pemegang saham preferen.
Saham Preferen (prefered Stock)
Saham preferen ini mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran dividen dibanding saham biasa. Pemegang saham preferen akan memperoleh hak untuk
memperoleh dividen yang tetap (fixed rate) setiap tahunnya. Jika perusahaan pada
suatu tahun tidak mampu membagikan dividen, maka hak dividen pemegang saham preferen akan diakumulasikan. Bila perusahaan jatuh bangkrut dan dilikuidasi, pemegang saham preferen akan mendapatkan pembayaran dari sisa-sisa aset perusahaan sebelum pemegang saham biasa.
Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi.Investor dalam melakukan investasi dalam bentuk saham akan selalu memperhitungkan hasil atas saham (return) yang dimilkinya, investor tersebut akan memperoleh dua bentuk hasil dari investasi atas saham itu sendiri, yaitu berupa dividen. Return menurut Jogiyanto (2003) dapat dibedakan menjadi:
1) Return Realisasi (realized return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data historis, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa mendatang. Perhitungan return realisasi disini menggunakan return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Adapaun rumus return realisasi menurut Jogiyanto (2003) adalah :
………………………………………………………….(54)
Keterangan :
Ri = return saham
Pt = harga saham pada saat t
Pt-1 = harga saham pada saat t-1
Dt = dividen kas pada saat periode
2) Return Ekspektasi (Expected Return)
Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan dua analisis yaitu:
Pendekatan peramalan
Perhitungan pendekatan ini menggunakan pemisahan untuk masa depan,
yaitu kondisi yang diduga dan probabilitas yang diperkirakan terjadi sebagai
berikut (Jogiyanto, 2003).
Pendekatan historis
Pendekatan ini yaitu return actual yang telah terjadi dimasa lalu yang merupakan rata-rata return yang telah terjadi Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa return abnormal (abnormal return) merupakan selisih antara return ekspektasi dan return realisasi. Tujuan corporate finance adalah memaksimalkan nilai perusahaan.
2.8 Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dan metode verifikatif. Pengertian dari metode deskriptif menurut Sugiyono (2005:21) “Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”
Sedangkan pengertian dari metode deskriptif analisis menurut Moh. Nazir (2003:71), adalah “Penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.”
Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian yang dilakukan adalah dengan metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis. Sedangkan metode verifikatif adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis ditolak atau diterima.
3.2 Metode Penentuan Sample
Penelitian ini mengambil Sampel sebanyak 11 perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI serta memiliki saham aktif selama tahun 2010-2013 dari total keseluruhan perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI sebanyak 16 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Samplin.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dengan cara mengunduh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu http://www.idx.co.id melalui media internet untuk memperoleh laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Selain itu data juga didapatkan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3.4 Metode Analisis
Setelah dilakukan pengumpulan data dan data telah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data berdasarkan metode yang dipilih untuk penilaian data.
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah analisis statistik parametrik berdasarkan data yang diperoleh. Analisis statistik parametrik yang digunakan yaitu analisis korelasi dan analisis regresi linier berganda (Multiple linier Regression dan Correlation analysis). Analisis regresi gunanya untuk menyelidiki hubungan dari sebab dan akibat variable-variable yang dijelaskan variable dependen dan variable independen. Sedangkan analisis korelasi tujuan utamanya adalah mengukur kuat lemahnya serta derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih.
3.5 Uji Instrumen Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya.
Uji Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137). Menurut Djaali dan Pudji (2008), Validitas dibagi menjadi tiga macam yaitu, Validitas isi, Validitas Konstruk, dan Validitas Empiris.
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
3.6 Uji Hipotesis
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis analisis statistik parametrik berdasarkan data yang diperoleh. Analisis statistik parametrik yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda (Multiple linier Regression dan Correlation analysis). dilakukan pegolahan data dengan cara menyusun data dan disesuaikan dengan variabel yang akan diteliti. Untuk menguji data, dilakukan pengujian secara verifikatif untuk menghitung apakah terdapat pengaruh EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013.
Pengumpulan data dilakukan dengan Studi Pustaka dan juga di Bursa Efek Indonesia untuk melihat perusahaan yang bergerak dibidang food and beverages periode 2010-2013.
3.7 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda, untuk memperoleh
penulisan yang akurat diperlukan pengujian dengan asumsi klasik yaitu :
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji distribusi normal pada variabel residual dalam model regresi. Data yang baik yang dapat dipakai dalam suatu penelitian adalah data yang telah terdistribusi secara normal. Pengujian normalitas data secara analisis dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Secara multivarian pengujian normalitas data digunakan dengan nilai signifikansi di atas =5% atau 0,05 (Ghozali, 2006).
Kriteria pengujian menggunakan pengujian Kolgomorove-Smirnov sebagai berikut:
Angka Signifikansi (Sig) > 0,05 maka data terdistribusi secara normal
Angka Signifikansi (Sig) < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas ditujukan untuk lebih mengetahui adanya hubungan yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Adapun cara pendeteksiannya adalah jika multikolinieritas tinggi, mungkin memperoleh R2 yang tinggi tetapi tidak satu pun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang signifikan atau penting secara statistik. Caranya dengan melihat tolerance value dari variance inflation fantor (VIF). Bila nilai tolerance value < 0,1 atau VIF untuk variabel bebas >10, maka terjadi multikolinieritas. (Hair et al, 1992).
Uji Autikorelasi
Dalam menggambarkan nilai residu time series, diharapkan diperoleh nilai residu yang terdistribusi secara random di sekitar rata-rata sebesar nol. Kondisi dimana nilai residu tidak independen satu sama lain dan tidak terdistribusi secara random dalam suatu deret waktu disebut sebagai kondisi autokorelasi. Untuk mengukur sampai sejauh mana terdapat korelasi serial (autokorelasi) dalam residu, dipergunakan statistik Durbin-Watson (DW test). Keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan ketentuan sebagai berikut (Algifari, 1997), jika angka DW:
Kurang dari 1,10 = Ada autokorelasi
1,10 s/d 1,54 = Tanpa kesimpulan
1,55 s/d 2,46 = Tidak ada autokorelasi
2,46 s/d 2,90 = Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,91 = Ada autokorelasi
3.8 Pengujuan Hipotesis
2.8.1 Pengujian Hipotesis Simultan
Uji hipotesis simultan dilakukan dengan uji statistik F yang bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel X1, X2, X3 secara simultan terhadap variabel Y signifikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Merumuskan Hipotesis Nol
H0 : R1 = R2 = R3= 0 dimana variable EPS (X1), ROE (X2), DER (X3) tidak berpengaruh secara simultan terhadap return saham (Y) pada perusahaan food amd beverages.
Ha : R1 = R2= R3 = 0 : dimana paling tidak ada salah satu dari variabel EPS (X1), ROE (X2), DER (X3) tidak berpengaruh secara simultan terhadap return saham (Y) pada perusahaan food and beverages.
3.9 Menentukan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikansi yang diambil untuk penulisan ini adalah 5% dengan
derajat kebebasan df = n – k -1, untuk menentukan nilai F tabel sebagai batas
daerah penerimaan dan penolakan H0. Dengan tingkat signifikansi sebesar
5% dinilai cukup untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang
diteliti dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan di
dalam suatu penulisan.
Menghitung nilai F hitung untuk mengetahui apakah variabel-variabel
koefisien korelasi signifikan atau tidak. Untuk mencari F hitung dengan
rumus:
Keterangan:
F hitung = Nilai F yang dihitung
R = Nilai koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel bebas (independent)
n = Jumlah sampel
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Dan Ridwan. 2006. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi Dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.
Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi. Edisi pertama. BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Amrin, Abdullah. 2009. Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Cetakan Kelima. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Brealey, Myers dan Marcus. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan, edisi kelima (Yelvi Andri Zaimur), Jakarta: Erlangga.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan ke IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
IAI. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Buku II. Jakarta: Salemba Empat.
Khodijah, Siti. 2010. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia (Skripsi). Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Jogjakarta.
Permana, Sudaryat. 2009. Bikin Perusahaan itu Gampang. Jakarta: Med Press.
Raharjo, Susilo. 2005. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham pada Peusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Resmi, Siti. 2002. “Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Harga Saham (Studi pada 25 Emiten 4 Rasio Keuangan di BEJ”. Yogyakarta. Vol 6 September 2002.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan 4. Bandung:
Alfabeta.
Soerinawati, Wiwiek. 2003. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham pada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Bursa Efek Jakarta (Tesis). Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiono, Arief dan Untung Edy. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sulistyo, Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Warren, Reeve dan Fess. 2005. Pengantar Akuntansi, edisi keduapuluh satu, Salemba Empat, Jakarta.
Weston dan Copeland. 1999. Manajemen Keuangan, edisi kesepuluh, Erlangga, Jakarta.
Wild, John J; K.R. Subramanyam; Robert f. Hasley. 2008. Financial Statement Analysis. Edisi 8. Mc Graw Hill Education. USA.
Wild, John J; K.R. Subramanyam; Robert f. Hasley. 2008. Financial Statement Analysis. Edisi 10. Mc Graw Hill Education. USA.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30945/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggar 20 Desember 2014)
http://www.idx.co.id/id (diakses pada tanggar 20 Desember 2014)
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0800998_chapterii.pdf (diakses pada tanggar 20 Desember 2014)