PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (RETURN SAHAM) PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013

Makalah Perkuliahan Metodologi Penelitian
Ananda Putri Arinova & Daniel Sugama Stephanus
PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG
2014

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap perubahan harga Saham (Return Saham) Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sample. Sample yang diambil sebanyak 11 dari 16 populasi perusahaan. Penganalisaan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi berganda.
Kata-kata kunci: Earning per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to
Equity Ratio (DER), return saham

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pasar Modal merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Pasar Modal di Indonesia memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional terutama untuk pemupukan modal dan mobilisasi dana. Selain itu kehadiran pasar modal di Indonesia membuat banyak investor ingin menanamkan modal pada perusahaan. Salah satu perusahaan yang cukup besar dan banyak diminati baru-baru ini adalah perusahaan Food and Beverages dikarenakan besarnya permintaan akan kebutuhan makanan dan minuman. Banyaknya permintaan akan kebutuhan makanan dan minuman mengakibatkan emiten-emiten perusahaan Food and Baverage ini membutuhkan dana eksternal yang berasal dari pasar modal (Husnan, 1998). Pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan yang memberikan jasa untuk menghubungkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak di sektor produktif yang membutuhkan dana. Investor memiliiki hak dalam kepemilikan perusahaan tanpa harus terlibat langsung dalam perusahaan sebaliknya pihak perusahaan atau emiten memperoleh alternatif sumber dana tanpa menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan (Marzuki, 1994). Investasi dalam bentuk saham merupakan investasi yang beresiko, karena itu untuk menarik pemodal ditawarkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan investasi lainnya yang memiliki resiko lebih rendah (Kompas.com).
Harapan dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh tingkat return (pengembalian) sebesar-besarnya dengan resiko tertentu. Return saham adalah hasil dari sebuah investasi yang dilakukan oleh investor yang menanamkan modalnya pada instrumen saham. Return tersebut dapat berupa capital gain dan dividen dari investasi pada saham dan pendapatan bunga dari investasi pada surat hutang. Return tersebut menjadi indikator untuk meningkatkan kemakmuran (wealth) para investor (Suharli, 2004). Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar tingkat pengembalian investasi mereka (Suharli, 2005). Salah satu informasi yang penting untuk diperhatikan oleh investor dalam melakukan transaksi jual beli saham adalah harga saham itu sendiri. Tingkat keuntungan perusahaan akan mempengaruhi harga saham, semakin tinggi tingkat keuntungkan, maka semakin tinggi harga saham.
Menurut Koetin ( 1992) semakin banyak investor yang ingin membeli saham pada suatu perusahaan dan untuk menyimpan saham tersebut maka harganya akan semakin naik dan sebaliknya jika semakin banyak investor yang ingin menjual saham, harganya akan semakin menurun. Untuk melakukan prediksi harga saham terdapat suatu pendekatan yaitu analisis fundamental berdasarkan kinerja perusahaan dan analisi tehknikal dengan menganalisis harga saham berdasarkan iformasi yang terkait dengan kondisi perdagangan saham, flutuasi kurs dan volume transaksi di masa lalu . Laporan keuangan adalah salah
satu alat juga yang dapat digunakan investor untuk melihat stamina yang dimiliki perusahaan namun laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit itulah yang biasanya digunakan para investor guna alat bantu untuk pengambilan keputusan. Analisis fundamental merupakan salah satu alat analisis yang disukai oleh para analis sekuritas karena penggunaanya yang praktis tidak terlalu rumit dan mudah untuk dipahami dan juga didasari oleh informasi akuntansi. Husnan (2003) mengemukakan bahwa analisis fundamental mendasarkan pola pikir perilaku harga saham ditentukan oleh perubahan-perubahan variasi perilaku variabel-variabel dasar kinerja perusahaan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa harga saham tersebut ditentukan oleh nilai perusahaan. Halim (2003) mendukung dari pernyataan tersebut bahwa memang harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan. Jika kinerja dari perusahaan baik itu akan mengakibatkan nilai usaha juga akan tinggi sehingga investorpun akan mulai melirik perusahaan tersebut dan naiklah harga salam bila banyak peminat saham dari perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan dapat dipastikan dalam kondisi baik atau buruk dengan melakukan analisis rasio. Sedangkan untuk salah satu analisis yang digunakan untuk menganalisis jinerja keuangan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. (Munawir, 2004) Analisis rasio juga menyediakan indikator yang dapat mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas, pendapatan, pemanfaatan asset dan kewajiban perusahaan.
Dipilihnya perusahaan food and beverages sebagai objek penelitian ini merupakan salah satu bentuk perusahaan yang cukup berkembang pesat saat (Sulistyo, 2006). Selain itu, perusahaan food and beverages menjadi salah satu perusahaan yang memegang peranan penting dalam kebutuhan masyarakat. Dengan tingginya minat kebutuhan konsumen, semakin besar pula persaingan dalam dunia bisnis ini. Meskipun kondisi ekonomi di Indonesia saat ini tidak terlalu bagus, permintaan pasar akan kebutuhan makanan dan minuman ini tidak berpengaruh sedikitpun (Puspita, 2010). Informasi EPS suatu perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Apabila Earning per Share (EPS) perusahaan tinggi akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Dharmastuti, 2004) sedangkan Return on Equity (ROE) adalah perbandingan yang terjadi antara laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa banyaknya keuntungan saham yang menjadi hak sendiri. Semakin besar ROE berarti semakin optimalnya penggunaan modal sendiri suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dan peningkatan laba berarti terjadinya pertumbuhan yang bersifat progresif.
Rasio solvabilitas yang sering dikaitkan dengan return saham yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini adalh merupakan rasio pembanding antara total ekuitas dan hutang yang dimiliki perusahaan. Rasio ini untuk menunjukkan seberapa mampukah perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Debt to Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja peruasahaan dan menyebabkan operasiasi dan depresiasi harga saham. Semakin besar Debt to Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas.
Peneliti akan membahas berpengaruhkan EPS, ROE dan DER terhadap return saham dari perusahaan food and baverages. serta adanya penelitian terdahulu yang saling bertentangan anatara satu dengan yang lainnya , dengan demikian memperkuat diajukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis pada saham kelompok industri food and beverages. Karena hal tersebut penulis membuat Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap perubahan harga Saham (Return Saham) Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang penelitian yang telah di uraikan di atas, Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Kondisi kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER pada perusahaan food and beverages periode 2010–2013?
Kondisi return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013?
Pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013 secara simultan?
Pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013 secara parsial?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui Kondisi kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013.
Mengetahui Kondisi return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013.
Mengetahui Pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013 secara simultan.
Mengetahui Pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages periode 2010-2013 secara parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan pemikiran dan peningkatan pengetahuan penulis mengenai analisis arus kas perusahaan, dan merupakan media pembandingan antara teori yang telah diperoleh dari literatur dan perkuliahan dengan aplikasinya pada perusahaan tempat diadakan penelitian.
1.4.2 Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan wawasan serta bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
1.4.3 Bagi Perusahaan yang diteliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan nantinya dalam mengambil kebijakan manajemen khususnya yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.
1.4.4 Investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mempertimbangkan keputusan investasinya di pasar modal.
Bagi Pihak lainnya
Menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan tentang investasi saham, EPS, ROE dan DER yang dimiliki perusahaan.

LANDASAN TEORI

2.1 Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal menurut para ahli Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Menurut Fakhruddin (2008:33), pasar modal adalah:
“Suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diterbitkan dan diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi. Sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.”
Menurut Rusdin (2008:1) Pengertian Pasar Modal yaitu:
“Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.”
Maka simpulan yang didapat dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut ialah bahwa pasar modal adalah tempat bagi penjual dan pembeli untuk memperdagangkan instrumen pasar modal hingga terbentuknya permintaan dan penawaran atas efek. Pasar modal di Indonesia memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional terutama untuk pemupukan modal dan mobilisasi dana.
Fungsi pasar modal, pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Laporan Keuangan
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (….) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan, dan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Kemudian, pengertian di dalam standar akuntansi keuangan, Laporan keuangan adalah merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan keuangan lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti sebagai laporan arus kas), catatan, laporan keuangan lain, dan materi penjelasan yang bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Myer dan Munawir (….) laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu berupa neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau rugi-laba. Namun, dewasa ini sudah menjadi kebiasaan bagi perusahaan untuk menambah daftar ketiga, yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan. Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
Menurut Munawir (….)laporan keuangan bersifat historis dan menyeluruh sebagai suatu laporan kemajuan (progress report). Selain itu, dikatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta-fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accountung convention and postulate), serta pendapat pribadi (personal judgement).
Pada umumnya, laporan keuangan itu terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, serta laporan perubahan modal, tetapi dalam praktik keseharian sering pula diikut sertakan kelompok lain yang sifatnya membantu memperoleh penjelasan, seperti laporan sumber dan penggunaan kas atau arus kas, laporan biaya produksi, dan lain-lain. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat berkomunikasi dengan pihak-pihak berkepentingan dengan data keuangan perusahaan, dan karena itulah sering juga disebut sebagai language of business.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan berdasarkan persamaan akuntansi terdiri dari lima laporan, yaitu:
Neraca (Balance Sheet) Laporan yang mencatat secara sistematis mengenai dari mana perusahaan mendapatkan uang dan bagaimana perusahaan menggunakan uang tersebut dalam satu periode.
Laporan Laba/Rugi (Income Statement) Laporan yang menyajikan hasil usaha perusahaan yang meliputi pendapatan dan biaya (beban) yang dikeluarkan sebagai akibat dari pencapaian tujuan dalam suatu periode tertentu.
Laporan Perubahan Modal/Laba Ditahan (Statement of Owners Equity)
Laporan yang memuat tentang saldo awal dan akhir laba ditahan dalam Neraca untuk menunjukkan suatu analisa perubahan besarnya laba selama jangka waktu tertentu.
Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan yang memperlihat aliran kas selama periode tertentu, serta memberikan informasi terhadap sumber-sumber kas serta penggunaan kas dari setiap kegiatan dalam periode yang dicakup.
Catatan atas Laporan Keuangan adlah Catatan atas laporan keuangan memuat keterangan-keterangan yang menjelaskan mengenai empat laporan diatas.
Analisis Laporan Keuangan
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Djarwanto (….), Analisis laporan keuangan adalah merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang di ambil akan menjadi lebih baik.
Menurut Prastowo (….), Analisis laporan keuangan adalah suatu proses membedah – bedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya. Penelaahan mendalam terhadap masing-masing komponen dan hubungan di antara komponen-komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri.
Menurut Soemarso (2006:430), Analisis laporan keuangan adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (….), Analisis laporan keuangan adalah analisis terhadap neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya untuk mengetahui gambaran tentang posisi keuangan dan perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan.
Analisis Laporan Keuangan merupakan alat informasi untuk membantu para manajemen dalam mengambil keputusan. Bagi manajemen, perlu dalam rangka mengetahui efisiensi pendayagunaan sumber daya. Bagi bankir, ini sangat penting dalam rangka pemberian kredit baik kredit jangka pendek yang melihat likuiditas perusahaan atau kredit jangka panjang yang menganalisis arus kas. Juga pemilik mencoba melihat profitabilitas dari usahanya dan juga penting mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Demikian juga calon investor akan mencoba menganalisis “trend” dari penjualan, juga kontinuitas dunia usaha serta profitabilitas terhadap komoditi yang akan diinvestasikan.
Kinerja Keuangan
Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan adalah suatu penentuan dari ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan dari suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto,2003). Menurut Jumingan (2006:239) “Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi, maupun aspek sumber daya manusianya”. Menurut Fahmi (2006:63) mengutip dari Bastian (….) “Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusanskema strategis (strategic planning) suatu organisasi”. Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut Jumingan (2006:239) “Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indicator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas”. Menurut Sutrisno (2010:53) “Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut”.
Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli bahwa kinerja keuangan itu merupakan prestasi kerja yang dihasilkan oleh perusahaan guna menghasilkan pendapatan laba. Prestasi kerja bisa berupa perwujudan dari tujuan, visi misi dan juga sumber daya manusianya. Serta kinerja keuangan juga dapa disebutkan sebagai prestasi atau hasil yang dicapai oleh perusahaan mengenai Laporan keuangan perusahaan dan informasi-informasi yang membantu pihak tertentu dalam pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pertanggung jawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun untuk mengatur besarnya tanggung jawab sekaligus mengukur prestasi keuangan perusahaan sangatlah susah dikarenakan pengukuran itu terbagi atas dua yaitu mudah dan susah jadi tidak semua pengukuran itu mudah untuk diterapkan (Sucipto,2003).
harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya (Resmi,2002). Secara umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri dari beberapa rasio, misalnya rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas. Hasil dari rasio ini akan memperlihatkan kinerja perusahaan apakah perusahaan mampu memberikan kontribusi maksimal untuk menghasilkan laba tiap tahun dan seberapa mampu perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya. Hal tersebut dapat meningkatkan keinginan investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan food and beverages yang sedang berkembang pesat sehingga akan meningkat pula return saham perusahaan.
Alat-alat Penilaian Kinerja Keuangan
Pada dasarnya, pengukuran kinerja perusahaan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori (Helfert dalam Pradhono dan Christiawan, 2004:142), yaitu:
Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit Termasuk dalam kategori ini adalah Earning Per Share (EPS), Return On Investment (ROI), Return On Assets (ROA), Return On Capital Employed (ROCE) dan Return On Equity (ROE).
Cash Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas operasi (operating cash flow). Termasuk dalam kategori ini adalah Free Cash Flow, Cash Flow Return On Gross Investment (ROGI), Cash Flow Return On Investment (CFROI), Total Shareholder Return (TSR), dan Total Business Return (TBR)
Value Measures, yang mendasarkan kinerja pada nilai manajemen (value based management), termasuk dalam kategori ini adalah Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Cash Value Added (CVA), dan Shareholder Value (SHV).
Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan
Menurut Sucipto (2003) penilaian kinerja keuangan dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal – hal sebagai berikut:
Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisian melalui pemitivasian karyawan secara maksimum. Dalam mengelola perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang dan didalam proses tersebut dinamakan planning.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian. Penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan yang dinilai berdasarkan kinerjanya.
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. Jika manajemen puncak tidak mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, sulit bagi manajemen untuk mengevaluasi dan memilih program pelatihan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan.
Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. Dalam organisasi perusahaan, manajemen atas mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada manajemen dibawah mereka.
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Hasil pengukuran tersebut juga dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang ditentukan mereka dikatakan berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode. Namun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen bagi periode kedepan.
Analisis Rasio Keuangan
Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut para Ahli dan para pakar Adalah sebagai berikut ini:
Menurut Foster (1968) analisis laporan keuangan adalah mempelajari hubungan – hubungan di dalam suatu set laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecendrungan – kecendrungan dari hubungan ini sepanjang waktu.
Menurut Munawir (2010) analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Harahap (2010) analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang memunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2001), analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.
Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan
Rasio Likuiditas
Pengertian Rasio Likuiditas
Menurut Subramanyam (2010), rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan-kemampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio likuiditas membandingkan antara aktiva lancar terhadap kewajiban lancar karena biasanya perusahaan membayar kewajiban lancarnya menggunakan aktiva lancar seperti kas.
Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio likuiditas, antara lain:
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek tanpa memperhitungkan sediaan.
Untuk mengukur atau membandingkanantara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Untuk mengukur seberapa besar perputaran kas.
Sebagai Alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya.
Sebagai alat bagi pihak luar terutama yang berkepentingan terhadap perusahaan dalam menilai kemampuan perusahaan agar dapat meningkatkan saling percaya.
Jenis-jenis Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas terdiri dari 11 macam rasio.
Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Subramanyam (2010), rasio lancar mengukur ketersediaan asset untuk memenuhi kewajiban lancar juga sebagai penyangga kerugian bila terjadi penurunan aktiva lancar.
Menurut Brealey (2012), rasio lancar yang menandakan terjadinya masalah. Perusahaan yang menambah utangnya akan mengalami peningkatan kewajiban lancar dan penurunan rasio lancar. Semakin meningkatnya rasio lancar perusahaan belum tentu merupakan kondisi perusahaan baik karena peningkatnya aktiva lancar. Peningkatan aktiva lancar berupa persediaan yang berlebihan menandakan bahwa perusahaan tidak memiliki cadangan dana yang cukup. Semakin besar rasio ini berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya menggunakan aktiva lancarnya meningkat.
Rasio Lancar=(Aktiva lancar)/(Kewajiban lancar)………………………….(1)
Modal Kerja
Modal kerja mengindikasikan apakah perusahaan mempunyai cadangan dana. Modal kerja terdiri dari aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Semakin besar rasio ini berarti peningkatan aktiva lancar lebih besar daripada peningkatan kewajiban lancar. Aktiva lancar perusahaan lebih besar berarti perusahaan mempunyai cadangan dana yang cukup guna membayar kewajiban jangka pendeknya.
Modal Kerja = Aktiva lancar – Kewajiban lancar…………………..(2)
Rasio Cepat (Quick Asset Ratio)
Menurut Munawir (2006), rasio cepat mengukur aktiva lancar dikurangi persediaan terhadap kewajiban lancar. Terkadang perusahaan juga memasukkan biaya dibayar dimuka pada sisi aktiva lancar.
Menurut Situmorang (2007), rasio cepat merupakan kemampuan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar. Semakin besar rasio ini berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya menggunakan kas, sekuritas dan piutang meningkat.
Rasio Cepat=(Kas+Sekuritas+Piutang)/(Kewajiban lancar)……………….(3)
Rasio Kas (Cash Ratio)
Menurut Brealey (2012), aset terliquid perusahaan adalah kas dan sekuritas. Rasio kas yang rendah mungkin tidak menjadi masalah jika perusahaan dapat meminjam dalam waktu yang singkat tidak peduli apakah perusahaan meminjam dari bank atau perusahaan mempunyai kreditur yang sudah mempercayai perusahaan.
Menurut Munawir (2000), rasio kas mengukur seberapa besar cadangan kas yang tersedia untuk membayar utang. Semakin besar rasio ini menandakan bahwa semakin besar pula cadangan dana yang dimiliki perusahaan sehingga kewajiban jangka pendek perusahaan beserta bunga utang selalu dapat dibayar sesuai tanggal jatuh tempo.
Rasio Kas=(Kas+Sekuritas)/(Kewajiban lancar)………………………………(4)
Perioda Penagihan Piutang
Perioda penagihan piutang membandingkan antara rata-rata piutang dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar piutang yang terjadi di perusahaan dengan penjualan yang terjadi. Semakin besar perioda penagihan piutang menandakan bahwa perusahaan semakin mudah menagih piutang.
Perioda Penagihan Piutang=(Rata-rata Piutang x 360)/Penjualan……………….(5)
Perputaran Persediaan
Menurut Brealey (2012), rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengamati tingkat perusahaan mampu memutar persediaannya.
Menurut Situmorang (2007), perputaran persediaan merupakan kemampuan yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu perioda tertentu. Rasio perputaran persediaan membandingkan antara harga pokok penjualan etrhadap rata-rata persediaan. Semakin kecil perputaran eprsediaan menandakan bahwa perusahaan kurang mampu memutar persediaannya dalam penjualan perusahaan.
Perputaran Persediaan=(Harga Pokok Penjualan)/(Rata-rata Persediaan)……(6)
Jumlah hari untuk menjual Persediaan
Menurut Brealey (2012), rasio jumlah hari untuk menjual persediaan digunakan manajer untuk melihat berapa banyak hari penjualan direpresentasikan oleh persediaan. Rasio jumlah hari untuk menjual persediaan dapat menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai cukup banyak eprsediaan untuk mempertahankan penjualan selama hari yang dihasilkan. Semakin besar jumlah hari untuk menjual persediaan menandakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menjual persediaan semakin meningkat. Hal ini berarti bahwa persediaan yang berada di gudang terus mengalami perputaran masuk dan keluar.
Jumlah hari untuk menjual Persediaan=(Rata-rata Persediaan x 360)/(Harga Pokok Penjualan)…………………(7)
Perputaran Utang Lancar
Rasio perputaran utang lancar membandingkan antara pembelian terhadap rata-rata utang lancar. Rasio perputaran utang lancar digunakan untuk mengukur keefisienan perusahaan dalam menggunakan utang lancar dalam melakukan pembelian. Semakin kecil perputaran utang lancar menandakan bahwa perusahaan dalam menggunakan utang lancarnya kurang efisien di dalam pembelian.
Perputaran Utang Lancar=Pembelian/(Rata-rata Utang Lancar)……………….(8)
Jumlah hari Pembelian pada Utang Usaha
Menurut Subramanyam (2010), rasio ini digunakan untuk mengukur rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam melunasi atau membayar kewajiban pada pemasoknya. Jumlah hari pembelian pada utang usaha yang semakin lama dapat mengindikasikan bahwa rata-rata waktu yang digunakan perusahaan untuk melunasi kewajiban juga semakin lama, sehingga makin lama perioda pembayaran, makin besar modal pemasok yang digunakan.
Jumlah hari Pembelian pada Utang Usaha=(Utang Lancar x 360)/Pembelian………………………(9)
Rasio Arus Kas terhadap Utang Lancar
Rasio ini membandingkan antara arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi terhadap utang lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menandakan bahwa kemampuan perusahaan melunasi utang lancarnya menggunakan arus kas operasi semakin bagus.
Rasio Arus Kas terhadap Utang Lancar=(Arus Kas Operasi)/(Utang Lancar)…………………………(10)
Siklus Operasi
Siklus Operasi merupakan total dari jumlah ahri untuk menjual persediaan ditambah perioda penagihan piutang yang digunakan untuk menghitung rata-rata waktu yang digunakan perusahaan untuk menjual persediaan dan menagih piutang usahanya. Siklus operasi perusahaan yang semakin cepat menandakan bahwa kelikuidan perusahaan semakin baik karena perusahaan hanya memperlukan waktu yang singkat dalam mengubah persediaan menjadi kas atau piutang usaha dan mengubah penjualan menjadi kas.
Siklus Operasi = Jumlah hari untuk menjual Persediaan + Perioda Penagihan Piutang……………………………………………………………(11)
2.5.2.2 Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas
Pengertian Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas
Menurut Subramanyam (2005), rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
Menurut Brealey (2012), rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat solvabilitas yang ditanggung perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan sering disebut sebagai ukuran leverage perusahaan dimana yang dimaksud adalah leverage keuangan. Makin besar leverage keuangan perusahaan, makin besar risiko perusahaan dan makin besar pula potensi perolehan laba perusahaan.
Tujuan dan Manfaat Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio struktur modal dan solvabilitas, antara lain:
Untuk menilai dan mengetahui kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.
Untuk menilai dan mengetahui kemampuan perusahaan memebuhi kewajiban yang bersifat tetap.
Untuk menilai dan mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
Untuk menilai dan mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
Untuk menilai dan mengetahui seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Untuk menilai dan mengetahui atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
Untuk menilai dan mengetahui berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
Jenis-jenis Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas
Rasio struktur modal dan solvabilitas terdiri dari 9 macam rasio.
Rasio Total Utang
Menurut Brealey (2007), rasio total utang memiliki arti seberapa besar persentase utang dalam pendanaan perusahaan dalam informasi tentang perlindungan terhadap kreditor dari kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar utang beserta bunganya. Rasio total utang membandingkan antara total utang terhadap total aktiva. Semakin kecil rasio total utang menandakan bahwa total utang yang dimiliki lebih kecil dibandingkan dengan total aktiva. Kondisi ini dapat dikatakan baik bagi perusahaan karena memiliki utang yang kecil.
Rasio Total Utang=(Total Utang)/(Total Aktiva)………………………….(12)
Rasio Total Utang terhadap Ekuitas
Menurut Subramanyam (2005), rasio total utang terhadap ekuitas menunjukkan struktur modal perusahaan yaitu seberapa besar pendanaan oleh kreditor untuk setiap entitas.
Menurut Warren (2005), rasio total utang terhadap ekuitas ini juga memberikan informasi tentang marjin pengaman bagi kreditor sebagai ukuran perusahaan mampu melunasi utang beserta bunganya dan juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan meskipun dalam kondisi buruk sekalipun. Rasio total utang terhadap ekuitas membandingkan antara total kewajiban terhadap ekuitas pemegang saham.
Semakin kecil rasio total utang terhadap ekuitas menandakan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan utang.
Rasio Total Kewajiban terhadap Ekuitas=(Total Kewajiban)/(Ekuitas Pemegang Saham)……………………..(13)
Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
Menurut Subramanyam (2005), rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas menunjukkan struktur permodalan suatu perusahaan yaitu seberapa besar pendanaan oleh kreditor untuk setiap entitas.
Menurut Warren (2005), rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas memberikan informasi tentang margin pengaman bagi kreditor sebagai ukuran perusahaan mampu melunasi utang beserta bunganya dan juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan meskipun dalam kondisi buruk sekalipun. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian utang jangka panjang dilihat dari ekuitas perusahaan. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas yang semakin kecil menandakan bahwa tingkat pengembalian utang jangka panjang yang ditinjau dari ekuitas rendah.
Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas=(Kewajiban Jangka Panjang)/(Ekuitas Pemegang Saham)………………(14)
Kelipatan Bunga yang dihasilkan (Timed Interest Earned)
Kelipatan bunga yang dihasilkan membandingkan antara laba perusahaan sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan beban bunga yang terjadi. Nilai dari kelipatan bunga yang dihasilkan yang semakin besar menunjukkan bahwa laba perusahaan dari tahun ke tahun semakin membaik guna menutup beban bunga yang terjadi.
Menurut Warren (2005) semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah risiko bahwa pembayaran bunga tidak dapat dilakukan ketika pendapatan menurun, atau dengan kata lain semakin besar rasio ini semakin besar keyakinan bahwa pembayaran bunga dapat dilakukan.
Kelipatan Bunga yang dihasilkan=(Laba sebelum Bunga dan Pajak)/(Beban Bunga)…………(15)
Rasio Laba terhadap Beban Tetap
Nilai rasio ini yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa pemenuhan beban tetap menggunakan laba yang dihasilkan sangat besar. Selain itu, hal ini berarti perusahaan tidak akan kesulitan dalam membayar beban gaji, beban pajak dan beban tetap lainnya. Rasio ini membandingkan antara laba yang tersedia untuk beban tetap dengan beban tetap.
Rasio Laba terhadap Beban Tetap=(Laba yang tersedia untuk Beban Tetap)/(Beban Tetap)…………………(16)
Rasio Arus Kas terhadap Beban Tetap
Nilai rasio ini yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa pemenuhan beban tetap menggunakan arus kas operasi sebelum pajak tersedia untuk beban tetap sangat besar. Selain itu, hal ini berarti perusahaan tidak akan kesulitan dalam membayar beban gaji, beban pajak dan beban tetap lainnya. Rasio ini membandingkan antara arus kas operasi tersedia untuk beban tetap dengan beban tetap.
Rasio Arus Kas terhadap Beban Tetap=(Arus Kas Operasi sebelum Pajak tersedia untuk Beban Tetap)/(Beban Tetap)……(17)
Rasio Pengungkit Keuangan
Rasio pengungkit keuangan membandingkan antara total aktiva terhadap ekuitas pemegang saham. Semakin kecil rasio pengungkit keuangan yang dihasilkan maka ekuitas yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan total aktiva yang berarti sumber pendanaan aktiva perusahaan menggunakan ekuitas. Sebaliknya, bila nilai rasio ini meningkat berarti sumber pendanaan perusahaan dari ekuitas sedikit tetapi lebih banyak menggunakan utang atau dapat disimpulkan perusahaan ingin melebarkan sayap dengan mendanai dengan utang yang diambil.
Rasio Pengungkit Keuangan=(Total Aktiva)/(Ekuitas Pemegang Saham)………………(18)
Altman Z-score
Menurut Subramanyam (2008), rasio ini digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan atau kondisi financial distress perusahaan. Kondisi financial distress terkait dengan operasi jangka panjang dan ukuran solvabilitas perusahaan. Altman Z-score ini menggunakan teknik analisis statistik untuk menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi linier dari beberapa variabel penjelas. Hasil perhitungan Altman z-score kurang dari 1,23 menandakan bahwa perusahaan bangkrut, antara 1,23 sampai 2,9 grey area yang berarti perusahaan tidak dapat dikategorikan bangkrut atau sehat dan lebih dari 2,9 berarti perusahaan tergolong sehat.
Altman Z-score = 0,717 (Modal Kerja / Total Aset) + 0,847 (Laba Ditahan / Total Aset) + 3,107 (Laba sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset) + 0,42 (Ekuitas Pemegang Saham / Total Utang) +0,998 (Pendapatan / Total Aset) …………………………..(19)

Indeks Pengungkit Keuangan
Rasio ini membandingkan antara Pengembalian atas Ekuitas Biasa terhadap Return on Asset. Semakin besar rasio ini berarti pengembalian atas ekuitas biasa semakin meningkat karena perusahaan mampu memanfaatkan return on asset sebaik-baiknya.
Indeks Pengungkit Keuangan=(Pengembalian atas Ekuitas Biasa)/(Return on Asset)……(20)
Rasio Profitabilitas
Pengertian Rasio Profitabilitas
Menurut Brealey (2012), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan.
Menurut Warren (2005), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba karena kemampuan setiap perusahaan untuk menghasilkan laba berbeda-beda. Rasio profitabilitas berfokus pada hubungan antara hasil oeprasi, seperti laporan income statement dan sumber daya lain yang tersedia bagi perusahaan.
Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio profitabilitas, antara lain:
Mengukur atau menghitung laba yang dihasilkan.
Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Mengukur produktivitas perusahaan dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri, dan lain-lain.
Mengetahui besarnya tingkat laba.
Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri, dan manfaat lainnya.
Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas terdiri dari 8 macam rasio.
Margin Laba Kotor
Rasio ini mengukur tingkat kefisiensian pengendalian harga pokok penjualan, hal ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam melakukan proses produksi secara efisien. Margin laba kotor menunjukkan tingkat pengembalian laba kotor oleh perusahaan. Rasio ini membandingkan antara laba kotor dengan penjualan. Jika margin perunit produk rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaingnya. Margin laba kotor yang rendah juga menandakan bahwa penjualan yang didapatkan lebih kecil dibandingkan dengan harga pokok penjualan dan sebaliknya. Dengan penjualan yang rendah, laba yang didapatkan perusahaan juga akan rendah.
Margin Laba Kotor=(Laba Kotor)/Penjualan………………………………….(21)
Laba Kotor=Penjualan-Harga Pokok Penjualan….(22)
Harga Pokok Penjualan=Persediaan Awal+Pembelian Bersih-Persediaan Akhir………………………….(23)
Margin Laba Operasi
Margin laba operasi membandingkan antara laba operasi terhadap penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba operasi yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan penjualan. Margin laba operasi menunjukkan tingkat pengembalian laba atas beban-beban perusahaan. Margin laba operasi yang rendah menandakan laba operasi yang lebih rendah dibandingkan penjualan dan sebaliknya. Laba operasi yang rendah menandakan bahwa beban usaha, pendapatan operasi lainnya dan beban operasi lainnya yang dapat mengurangi laba kotor cenderung lebih besar dari laba kotor perusahaan yang berarti bahwa kinerja perusahaan menurun.
Margin Laba Operasi=(Laba Operasi)/Penjualan……………………(24)
Margin Laba Bersih
Margin laba bersih membandingkan antara laba bersih terhadap penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan penjualan. Margin laba operasi menunjukkan tingkat pengembalian laba bersih setelah dikurangi beban pajak dan beban bunga perusahaan. Margin laba bersih yang menurun menandakan bahwa laba bersih yang diterima lebih rendah dibandingkan penjualan dan sebaliknya. Jika margin laba bersih perusahaan terus menerus menurun dan tidak ada tindakan dari perusahaan untuk membuat peningkatan maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Margin Laba Bersih=(Laba Bersih)/Penjualan…………………………(25)
Margin Laba sebelum Pajak
Margin laba sebelum pajak membandingkan antara laba sebelum pajak terhadap penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba sebelum pajak yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan penjualan. Margin laba sebelum pajak menunjukkan tingkat pengembalian laba sebelum pajak perusahaan. Menurunnya margin laba sebelum pajak menandakan bahwa laba sebelum pajak yang didapatkan perusahaan lebih kecil dibandingkan penjualan dan sebaliknya. Laba sebelum pajak yang kecil dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti beban-beban yang dimiliki perusahaan yang besar dibandingkan dengan penjualan.
Margin Laba sebelum Pajak=(Laba sebelum Pajak)/Penjualan……(26)
Laba per Saham Dasar
Rasio laba per saham dasar membandingkan antara laba bersih dikurangi deviden saham preferen terhadap jumlah saham yang beredar. Rasio laba per saham dasar menunjukkan seberapa besar laba yang diperoleh per saham. Semakin kecil laba yang didapatkan per saham maka investor akan semakin berhati-hati dalam membeli saham perusahaan tersebut dan sebaliknya.semakin besar laba per lembar saham menandakan bahwa laba yang didapat lebih besar sehingga laba masing-masing saham ikut meningkat.
Laba per Saham Dasar=(Laba Bersih-Dividen Saham Preferen)/(Jumlah Saham Beredar)………………..(27)
Nilai Buku per Saham
Nilai buku per saham membandingkan antara ekuitas pemegang saham dikurangi dividen saham preferen terhadap jumlah saham beredar. Nilai buku per saham menunjukan jumlah ekuitas yang dihasilkan dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai rasio nilai buku per saham menunjukkan semakin besar nilai ekuitas pemegang saham yang didapatkan.
Nilai Buku per Saham=(Ekuitas-Dividen Saham Preferen)/(Jumlah Saham Beredar)……(28)
Tingkat Bunga Efektif
Tingkat bunga efektif membandingkan antara total beban bunga yang terjadi dengan rata-rata pinjaman berbunga. Semakin kecil nilai rasio ini membuktikan bahwa beban bunga yang terjadi semakin menurun nominalnya terhadap rata-rata pinjaman yang dilakukan perusahaan.
Tingkat Bunga Efektif=(Total Beban Bunga yang terjadi)/(Rata-rata Pinjaman Berbunga)……….(29)
Rasio Arus Kas Operasi terhadap Laba
Rasio arus kas operasi membandingkan antara arus kas oeprasi terhadap laba bersih. Rasio arus kas operasi terhadap laba menunjukkan berapa banyak arus kas yang diperoleh dari laba yang diperoleh perusahaan. Semakin kecil rasio arus kas operasi terhadap laba menandakan bahwa arus kas operasi semakin kecil dibandingkan dengan laba bersih perusahaan.
Rasio Arus Kas Operasi terhadap Laba=(Arus Kas Operasi)/(Laba Bersih)…………………………..(30)
Rasio Penggunaan Aset dan Efisiensinya
Pengertian Rasio Penggunaan Aset dan Efisiensinya
Menurut Brealey (2012), rasio efisiensi merupakan rasio tingkat perputaran asset atau rasio penjualan terhadap asset yang memperlihatkan seberapa baik aset perusahaa digunakan.
Menurut Brealy (2007), rasio efisiensi digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan telah mengelola asetnya. Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur keefektifan perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada. Semua rasi aktivitas melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva.
Tujuan dan Manfaat Rasio Penggunaan Aset dan Efisiensinya.
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio penggunaan aset dan efisiensinya, antara lain:
Untuk mengukur beberapa lama penagihan piuutang selama satu periode.
Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang.Untuk mengetahui berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.
Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode.Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
Digunakan untuk mengukur penjualan terhadap penggunaaan semua aktiva perusahaan.
Jenis-jenis Rasio Penggunaan Aset dan Efisiensinya
Rasio penggunaan aset dan efisiensinya terdiri dari 9 macam rasio.
Perputaran kas
Rasio perputaran kas membandingkan antara penjualan terhadap rata-rata saldo kas dan setara kas. Rasio perputaran kas digunakan untuk melihat seberapa efektif menggunakan kas dalam penjualan. Rasio perputaran kas membandingkan antara penjualan terhadap rata-rata saldo kas dan setara kas. Semakin besar perputaran kas menandakan bahwa perusahaan mampu menggunakan kas dan setara kas yang dimiliki secara efektif dalam penjualan dan sebaliknya.
Perputaran Kas=Penjualan/(Rata-rata Saldo Kas dan Setara Kas)………………..(31)
Perputaran Piutang
Menurut Warren (2005), rasio perputaran piutang digunakan untuk menilai tingkat keefisienan manajemen dalam manajemen piutang dimana rasio ini memiliki arti bahwa terjadi perputaran piutang yang semakin cepat. Rasio perputaran piutang membandingkan antara penjualan terhadap rata-rata piutang. Semakin kecil perputaran piutang menandakan bahwa perusahaan kurang efektif dalam memanfaatkan piutang.
Perputaran Piutang=Penjualan/(Piutang Rata-rata)……………(32)
Jumlah hari Penjualan dalam Piutang
Menurut Subramanyam (2010), rasio jumlah hari penjualan dalam piutang digunakan untuk mengukur jumlah hari yang dibutuhkan, secara rata-rata untuk menagih piutang berdasarkan saldo akhir piutang. Jumlah hari penjualan dalam piutang membandingkan antara piutang perusahaan dengan penjualan dalam hari yang didapatkan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar piutang dibandingkan dengan penjualan dalam hari. Semakin besar rasio ini menandakan bahwa piutang usaha yang dimiliki lebih besar daripada penjualan perusahaan setiap harinya. Semakin besarnya rasio ini tidak menjamin perusahaan dalam kondisi yang baik karena nilai piutang yang besar menjadikan piutang yang tidak terbayarkan akan menjadi besar.
Jumlah hari Penjualan dalam Piutang=(Piutang Usaha x 360)/Penjualan…………………….(33)
Rasio Penjualan terhadap Persediaan
Rasio penjualan terhadap persediaan digunakan untuk menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan persediaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin besar nilai rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan persediaannnya secara efisien di dalam penjualan dan sebaliknya.
Rasio Penjualan terdapap Persediaan=Penjualan/(Rata-rata Persediaan)…………………(34)
Jumlah Hari Penjualan dalam Persediaan
Menurut Brealey (2012), rasio jumlah hari penjualan persediaan digunakan manajer untuk melihat berapa banyak hari penjualan direpresentasikan oleh persediaan. Rasio jumlah hari penjualan persediaan dapat menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai cukup banyak eprsediaan untuk mempertahankan penjualan selama hari yang dihasilkan. Semakin besar jumlah hari penjualan persediaan menandakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menjual persediaan semakin meningkat. Hal ini berarti bahwa persediaan yang berada di gudang terus mengalami perputaran masuk dan keluar.
Jumlah hari Penjualan dalam Persediaan=(Persediaan x 360)/(Harga Pokok Penjualan)…………………(35)
Perputaran Modal Kerja Bersih
Rasio perputaran modal kerja bersih membandingkan antara penjualan dengan rata-rata modal kerja. Rasio perputaran modal kerja digunakan untuk melihat keefektifan perusahaan menggunakan modal kerja dalam penjualan. Semakin tinggi perputaran modal kerja menandakan bahwa semakin efektif perusahaan menggunakan modal kerja dalam penjualan.
Perputaran Modal Kerja=Penjualan/(Rata-rata Modal Kerja)…………………(36)
Perputaran Aktiva
Menurut Situmorang (2007), rasio perputaran aktiva manggambarkan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang dapat diputar atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan.
Menurut Brealey (2012), rasio perputaran aktiva memerlihatkan seberapa baik aset perusahaan digunakan. Semakin kecil rasio perputaran aktiva menandakan bahwa aset perusahaan yang digunakan dalam penjualan kurang efektif.
Perputaran Aktiva=Penjualan/(Rata-rata Total Aktiva)………(37)
Perputaran Utang Lancar
Rasio perputaran utang lancar membandingkan antara penjualan terhadap rata-rata utang lancar. Rasio perputaran utang lancar digunakan untuk mengukur keefisienan perusahaan dalam menggunakan utang lancar dalam penjualan. Semakin kecil perputaran utang lancar menandakan bahwa perusahaan dalam menggunakan utang lancarnya kurang efisien di dalam penjualan.
Perputaran Utang Lancar=Penjualan/(Rata-rata Utang Lancar)………………(38)
Perputaran Aktiva Tetap
Rasio perputaran aktiva tetap membandingkan penjualan terhadapan rata-rata aktiva tetap. Rasio perputaran aktiva tetap digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan aktiva tetap dalam penjualan. Semakin menurun perputaran aktiva tetap menandakan bahwa perusahaan kurang mampu menggunakan aktiva tetapnya secara efisien dalam penjualannya.
Perputaran Aktiva Tetap=Penjualan/(Rata-rata Aktiva Tetap)……………….(39)
2.5.2.5 Rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan
Pengertian Rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan
Rasio tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan modal yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. Pengembalian yang dilakukan perusahaan melalui laba yang dihasilkan perusahaan.
Tujuan dan Manfaat Rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan, antara lain:
Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang bersangkutan.
Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Jenis-jenis Rasio Tingkat Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan
Rasio tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan terdiri dari 7 macam rasio.
Return on Equity (ROE)
Return on Equity membandingkan antara laba bersih terhadap rata-rata total ekuitas. Return on Equity memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau sering disebut rentabilitas usaha. Semakin besar ROE yang dihasilkan maka tingkat pengembalian atas ekuitas akan semakin besar.
ROE=(Laba Bersih)/(Rata-rata Total Ekuitas)…………………………(40)
Return on Asset (ROA)
Menurut Brealey (2012) tingkat pengembalian aset yang tinggi tidak selalu berarti bahwa perusahaan dapat membeli aset yang sama saat ini dan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Tingkat pengembalian yang rendah juga tidak mengimplikasikan bahwa aset dapat digunakan dengan baik di tempat lain. Rasio ini membandingkan antara laba bersih ditambah beban bunga dengan rata-rata total aktiva perusahaan. Semakin besar ROA yang dihasilkan maka hal tersebut menandakan bahwa perusahaan semakin mampu memanfaatkan aktivanya untuk mendapatkan laba.
ROA=(Laba bersih+Beban Bunga (1-Tarif Pajak)+Hak Minoritas)/(Rata-rata Total Ativa)…………(41)
Pengembalian atas Ekuitas Biasa (ROCE)
Menurut Subramanyam (2010), rasio ini digunakan untuk melihat tingkat pengembalian atas ekuitas biasa dengan menggunakan laba bersuh seteleh dikurangi dividen saham preferen. Nilai ROCE yang semakin besar menandakan bahwa perusahaan semakin mampu untuk menghasilkan tingkat pengembalian atas ekuitasnya saham biasa semakin baik.
ROCE= (Laba Bersih – Dividen Saham Preferen)/(Rata-rata Ekuitas Pemegang Saham Biasa)……………………..(42)
Pertumbuhan Ekuitas
Rasio ini membandingkan antara laba bersih dikurangi dividen yang dibayarkan dengan ekuitas biasa rata-rata. Rasio ini berguna untuk melihat tingkat pertumbuhan perusahaan berdasarkan pada laba dan pengembalian yang diperoleh dari laba ditahan. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan bahwa pengembalian perusahaan semakin baik dan potensi perusahaan di masa depan juga semakin bagus.
Pertumbuhan Ekuitas=(Laba Bersih-Dividen yang Dibayarkan)/(Ekuitas Biasa Rata-rata)……………..(43)
Pertumbuhan Ekuitas Berkelanjutan
Pertumbuhan ekuitas berkelanjutan merupakan perhitungan dari pengembalian atas ekuitas biasa dikali tingkap pembayaran dividen. Nilai pertumbuhan ekuitas berkelanjutan yang semakin meningkat menunjukkan bahwa perusahaan semakin profitabel dan perusahaan berpotensi besar di masa yang akan datang.
Pertumbuhan ekuitas berkelanjutan = ROCE (1 x tingkat pembayaran dividen)…………………………………………………..(44)
Tingkat Pembayaran Dividen
Menurut Subramanyam (2010), rasio ini menunjukkan proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen. Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian perusahaan karena presentase laba yang dibagi sebagai dividen akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar rasio ini menandakan bahwa pengembalian atas investasi dalam bentuk dividen yang dibagikan semakin meningkat jumlahnya.
Tingkat Pembayaran Dividen=(Dividen Tunai)/(Laba Bersih)………(45)
Tingkat Pajak Efektif
Tingkat pajak efektif membandingkan antara beban pajak dengan laba sebelum pajak. Tingkat pajak efektik digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan karena besarnya pajak dapat mengurangi laba. Apabila pajak perusahaan semakin kecil maka profitabilitas perusahaan mengalami peningkatan. Semakin kecil nilai rasio ini menandakan bahwa jumlah beban pajak perusahaan kecil sehingga pengurangan laba terhadap beban bunga tidak terlalu banyak yang mengakibatkan pengembalian investasi meningkat.
Tingkat Pajak Efektif=(Beban Pajak)/(Laba sebelum Pajak)…………(46)
2.5.2.6 Rasio Pasar
Pengertian Rasio Pasar
Menurut Brigham (2004), rasio pasar menunjukkan hubungan antara harga saham dari perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku dari saham. Rasio ini dapat memberikan informasi kepada manajemen perusahaan tentang bagaimana penilaian investor di pasar terhadap performa perusahaan di masa lalu dan juga prospek perusahaan di masa depan. Rasio ini akan baik apabila rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas perusahaan baik yang menyebabkan harga saham dari perusahaan meningkat.
Tujuan dan Manfaat Rasio Pasar
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio pasar, antara lain:
Mengetahui harga saham perusahaan dihargai terlalu murah (underprice) atau terlalu mahal (overprice) di pasar.
Untuk mengetahui laba per saham dasar yang diperoleh.
Untuk mengetahui dividen tunai yang diperoleh per lembar saham.
Jenis-jenis Rasio Pasar
Rasio pasar terdiri dari 4 macam rasio.
Rasio Harga Saham terhadap Laba (Price to Earnings Ratio/PER)
Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan PER
untuk mengukur apakah suatu saham underpriced atau overpriced. PER adalah suatu rasio sederhana yang diperoleh dengan membagi harga pasar suatu saham dengan laba per saham. Besarnya deviden yang dibayar perusahaan tergantung kepada besarnya laba per saham dan rasio pembayaran deviden, yang menunjukkan bagian laba yang dibagikan sebagai deviden.
PER=(Harga per Saham)/(Laba per Saham)…………………………………….(47)
Rasio Harga Saham Terhadap Nilai Buku
Rasio ini membandingkan antara harga pasar saham biasa dengan nilia buku saham biasa. Rasio ini menunjukkan bagaimana para investor di pasar menilai perusahaan. Semakin besar nilai rasio ini berarti penilaian investor terhadap perusahaan semakin baik. Rasio ini menunjukkan adanya hubungan yang esensial antara nilai buku saham biasa dengan harga yang di pasar untuk saham biasa tersebut.
Harga Saham terhadap Nilai Buku=(Harga per Saham Biasa)/(Nilai Buku Saham Biasa)…………………(48)
Imbalan Hasil Laba
Rasio ini membandingkan antara laba per saham dasar dengan harga per saham dasar. Rasio imbalan hasil laba digunakan oleh investor untuk melihat laba yang didapatkan dari saham yang dibeli pada suatu perusahaan.
Imbalan Hasil Laba=(Laba per Saham Dasar)/(Harga per Saham Dasar)……………….………………….(49)
Imbalan Hasil Dividen
Imbalan Hasil Dividen saham membagi antara dividen tunai tahunan terhadap harga pasar per saham biasa. Semakin tinggi dividen tunai tahunan per lembar saham biasa maka investor semakin senang karena tingkat pengembalian per lembar saham biasa menjadi semakin tinggi.
Imbalan Hasil Dividen=(Dividen Tunai Tahunan)/(Harga Pasar per Saham Biasa)…………(50)
Rasio Yang digunakan dalam Penelitian
Rasio keuangan yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari EPS, ROE, dan DER :
Earning per Share (EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar. EPS merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham (Darmadji dan Fakhuddin, 2006). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
…………………………(51)
Return on Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten) dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE ini sering sebagai rentabilitas modal sendiri. ROE juga merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan binis yang dijalani (Sugiono, 2010).Rumus ROE sebagai berikut :
…………………………………….(52)
Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Rasio ini dihitung sebagai berikut (Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, 2006). Rumus DER sebagai berikut :
…………………………………..(53)
Saham
Pengertian Saham
Untuk memperoleh modal, perusahaan menerima setoran dari para investor. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang diserahkan kepada pihak-pihak yang menyetorkan modal. Pemilik perusahaan merupakan pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Pengertian saham menurut Rusdin (2008:68) yaitu “Sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”. Sedangkan menurut Hendy M. Fakhruddin (2008:175) saham adalah “Bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan”. Dari uraian pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan, dimana dengan dimilikinya saham tersebut maka investor akan mendapatkan keuntungan.
Perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen (Hin, 2008).
Saham biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka menanggung risiko dan mendapatkan keuntungan. Pada saat kondisi perusahaan
jelek, mereka tidak menerima dividen. Dan sebaliknya, pada saat kondisi perusahaan baik, mereka dapat memperoleh dividen yang lebih besar bahkan saham bonus. Pemegang saham biasa ini memiliki hak suara dalam RUPS (rapat
umum pemegang saham) dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa akan membagi sisa aset perusahaan setelah dikurangi bagian pemegang saham preferen.
Saham Preferen (prefered Stock)
Saham preferen ini mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran dividen dibanding saham biasa. Pemegang saham preferen akan memperoleh hak untuk
memperoleh dividen yang tetap (fixed rate) setiap tahunnya. Jika perusahaan pada
suatu tahun tidak mampu membagikan dividen, maka hak dividen pemegang saham preferen akan diakumulasikan. Bila perusahaan jatuh bangkrut dan dilikuidasi, pemegang saham preferen akan mendapatkan pembayaran dari sisa-sisa aset perusahaan sebelum pemegang saham biasa.
Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi.Investor dalam melakukan investasi dalam bentuk saham akan selalu memperhitungkan hasil atas saham (return) yang dimilkinya, investor tersebut akan memperoleh dua bentuk hasil dari investasi atas saham itu sendiri, yaitu berupa dividen. Return menurut Jogiyanto (2003) dapat dibedakan menjadi:
1) Return Realisasi (realized return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data historis, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa mendatang. Perhitungan return realisasi disini menggunakan return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Adapaun rumus return realisasi menurut Jogiyanto (2003) adalah :
………………………………………………………….(54)
Keterangan :
Ri = return saham
Pt = harga saham pada saat t
Pt-1 = harga saham pada saat t-1
Dt = dividen kas pada saat periode
2) Return Ekspektasi (Expected Return)
Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan dua analisis yaitu:
Pendekatan peramalan
Perhitungan pendekatan ini menggunakan pemisahan untuk masa depan,
yaitu kondisi yang diduga dan probabilitas yang diperkirakan terjadi sebagai
berikut (Jogiyanto, 2003).
Pendekatan historis
Pendekatan ini yaitu return actual yang telah terjadi dimasa lalu yang merupakan rata-rata return yang telah terjadi Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa return abnormal (abnormal return) merupakan selisih antara return ekspektasi dan return realisasi. Tujuan corporate finance adalah memaksimalkan nilai perusahaan.
2.8 Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dan metode verifikatif. Pengertian dari metode deskriptif menurut Sugiyono (2005:21) “Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”
Sedangkan pengertian dari metode deskriptif analisis menurut Moh. Nazir (2003:71), adalah “Penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.”
Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian yang dilakukan adalah dengan metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis. Sedangkan metode verifikatif adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis ditolak atau diterima.
3.2 Metode Penentuan Sample
Penelitian ini mengambil Sampel sebanyak 11 perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI serta memiliki saham aktif selama tahun 2010-2013 dari total keseluruhan perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI sebanyak 16 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Samplin.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dengan cara mengunduh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu http://www.idx.co.id melalui media internet untuk memperoleh laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Selain itu data juga didapatkan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3.4 Metode Analisis
Setelah dilakukan pengumpulan data dan data telah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data berdasarkan metode yang dipilih untuk penilaian data.
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah analisis statistik parametrik berdasarkan data yang diperoleh. Analisis statistik parametrik yang digunakan yaitu analisis korelasi dan analisis regresi linier berganda (Multiple linier Regression dan Correlation analysis). Analisis regresi gunanya untuk menyelidiki hubungan dari sebab dan akibat variable-variable yang dijelaskan variable dependen dan variable independen. Sedangkan analisis korelasi tujuan utamanya adalah mengukur kuat lemahnya serta derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih.
3.5 Uji Instrumen Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya.
Uji Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137). Menurut Djaali dan Pudji (2008), Validitas dibagi menjadi tiga macam yaitu, Validitas isi, Validitas Konstruk, dan Validitas Empiris.
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
3.6 Uji Hipotesis
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis analisis statistik parametrik berdasarkan data yang diperoleh. Analisis statistik parametrik yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda (Multiple linier Regression dan Correlation analysis). dilakukan pegolahan data dengan cara menyusun data dan disesuaikan dengan variabel yang akan diteliti. Untuk menguji data, dilakukan pengujian secara verifikatif untuk menghitung apakah terdapat pengaruh EPS, ROE, dan DER terhadap return saham pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013.
Pengumpulan data dilakukan dengan Studi Pustaka dan juga di Bursa Efek Indonesia untuk melihat perusahaan yang bergerak dibidang food and beverages periode 2010-2013.
3.7 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda, untuk memperoleh
penulisan yang akurat diperlukan pengujian dengan asumsi klasik yaitu :
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji distribusi normal pada variabel residual dalam model regresi. Data yang baik yang dapat dipakai dalam suatu penelitian adalah data yang telah terdistribusi secara normal. Pengujian normalitas data secara analisis dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Secara multivarian pengujian normalitas data digunakan dengan nilai signifikansi di atas =5% atau 0,05 (Ghozali, 2006).
Kriteria pengujian menggunakan pengujian Kolgomorove-Smirnov sebagai berikut:
Angka Signifikansi (Sig) > 0,05 maka data terdistribusi secara normal
Angka Signifikansi (Sig) < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas ditujukan untuk lebih mengetahui adanya hubungan yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Adapun cara pendeteksiannya adalah jika multikolinieritas tinggi, mungkin memperoleh R2 yang tinggi tetapi tidak satu pun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang signifikan atau penting secara statistik. Caranya dengan melihat tolerance value dari variance inflation fantor (VIF). Bila nilai tolerance value < 0,1 atau VIF untuk variabel bebas >10, maka terjadi multikolinieritas. (Hair et al, 1992).
Uji Autikorelasi
Dalam menggambarkan nilai residu time series, diharapkan diperoleh nilai residu yang terdistribusi secara random di sekitar rata-rata sebesar nol. Kondisi dimana nilai residu tidak independen satu sama lain dan tidak terdistribusi secara random dalam suatu deret waktu disebut sebagai kondisi autokorelasi. Untuk mengukur sampai sejauh mana terdapat korelasi serial (autokorelasi) dalam residu, dipergunakan statistik Durbin-Watson (DW test). Keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan ketentuan sebagai berikut (Algifari, 1997), jika angka DW:
Kurang dari 1,10 = Ada autokorelasi
1,10 s/d 1,54 = Tanpa kesimpulan
1,55 s/d 2,46 = Tidak ada autokorelasi
2,46 s/d 2,90 = Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,91 = Ada autokorelasi
3.8 Pengujuan Hipotesis
2.8.1 Pengujian Hipotesis Simultan
Uji hipotesis simultan dilakukan dengan uji statistik F yang bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel X1, X2, X3 secara simultan terhadap variabel Y signifikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Merumuskan Hipotesis Nol
H0 : R1 = R2 = R3= 0 dimana variable EPS (X1), ROE (X2), DER (X3) tidak berpengaruh secara simultan terhadap return saham (Y) pada perusahaan food amd beverages.
Ha : R1 = R2= R3 = 0 : dimana paling tidak ada salah satu dari variabel EPS (X1), ROE (X2), DER (X3) tidak berpengaruh secara simultan terhadap return saham (Y) pada perusahaan food and beverages.
3.9 Menentukan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikansi yang diambil untuk penulisan ini adalah 5% dengan
derajat kebebasan df = n – k -1, untuk menentukan nilai F tabel sebagai batas
daerah penerimaan dan penolakan H0. Dengan tingkat signifikansi sebesar
5% dinilai cukup untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang
diteliti dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan di
dalam suatu penulisan.
Menghitung nilai F hitung untuk mengetahui apakah variabel-variabel
koefisien korelasi signifikan atau tidak. Untuk mencari F hitung dengan
rumus:
Keterangan:
F hitung = Nilai F yang dihitung
R = Nilai koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel bebas (independent)
n = Jumlah sampel

DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Dan Ridwan. 2006. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi Dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.
Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi. Edisi pertama. BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Amrin, Abdullah. 2009. Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Cetakan Kelima. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Brealey, Myers dan Marcus. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan, edisi kelima (Yelvi Andri Zaimur), Jakarta: Erlangga.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan ke IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
IAI. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Buku II. Jakarta: Salemba Empat.
Khodijah, Siti. 2010. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia (Skripsi). Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Jogjakarta.
Permana, Sudaryat. 2009. Bikin Perusahaan itu Gampang. Jakarta: Med Press.
Raharjo, Susilo. 2005. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham pada Peusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Resmi, Siti. 2002. “Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Harga Saham (Studi pada 25 Emiten 4 Rasio Keuangan di BEJ”. Yogyakarta. Vol 6 September 2002.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan 4. Bandung:
Alfabeta.
Soerinawati, Wiwiek. 2003. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham pada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Bursa Efek Jakarta (Tesis). Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiono, Arief dan Untung Edy. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sulistyo, Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Warren, Reeve dan Fess. 2005. Pengantar Akuntansi, edisi keduapuluh satu, Salemba Empat, Jakarta.
Weston dan Copeland. 1999. Manajemen Keuangan, edisi kesepuluh, Erlangga, Jakarta.
Wild, John J; K.R. Subramanyam; Robert f. Hasley. 2008. Financial Statement Analysis. Edisi 8. Mc Graw Hill Education. USA.
Wild, John J; K.R. Subramanyam; Robert f. Hasley. 2008. Financial Statement Analysis. Edisi 10. Mc Graw Hill Education. USA.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30945/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggar 20 Desember 2014)
http://www.idx.co.id/id (diakses pada tanggar 20 Desember 2014)
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0800998_chapterii.pdf (diakses pada tanggar 20 Desember 2014)

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) PADA SAHAM PERUSAHAAN SUB SEKTOR ROKOK SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERLAKUAN  GAMBAR PERINGATAN BAHAYA MEROKOK PADA KEMASAN ROKOK TAHUN 2014

MAKALAH MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

AGIE AYU LESTARI & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara penghasil tembakau. Indonesia juga memiliki jumlah perokok aktif yang tergolong tinggi. Baru-baru ini pada tanggal 24 Juni 2014, pemerintah melakukan pemberlakuan  gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok. Tujuan dari peraturan ini adalah untuk mengurangi tingkat konsumsi rokok masyarakat Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian kualntitatif, event study yang berisi tentang pengujian abnormal return dan trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014 di Indonesia. Penelitian ini ingin melihat apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari yahoo.finance.com untuk mengetahui perbedaan antara 5 hari sebelum pemberlakuan dan 5 hari sesudah pemberlakuan.

Kata-kata kunci: abnormal return, dan trading volume activity (TVA), uji beda, saham rokok

  1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal saat ini banyak digunakan oleh berbagai pihak, baik termasuk didalamnya perusahaan maupun untuk melakukan transaksi jual beli saham yang dianggap memiliki tingkat pengembalian (return) yang cukup menjanjikan. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa fungsi pasar modal di dalam suatu negara adalah sangat vital karena pasar modal adalah suatu tempat yang dapat menjembatani pertemuan antara emiten yang sedang membutuhkan tambahan modal untuk melakukan ekspansi usahanya dengan para investor yang memiliki dana untuk diinvestasikannya. Dengan menimbang semakin pentingnya peran suatu pasar modal dalam perekonomian dan mengingat adanya profil risiko (risk profile) di dalam suatu investasi yang tidak dapat dihilangkan, maka sebelum dilakukan suatu investasi perlu dilakukan studi secara mendalam mengenai emiten yang akan dijadikan tujuan tempat investasi dana investor.

Indonesia merupakan negara penghasil tembakau, banyak perusahaan internasional maupun nasional yang bergerak dalah industri rokok. Perusahaan ini mengedarkan saham untuk di perdagangkan di Indonesia. Saham rokok merupakan salah satu saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham perusahaan rokok. Emiten dari saham rokok ini seperti PT. Gudang Garam Tbk, PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT. Bentoel International Investama Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi harga saham seperti faktor internal perusahan (pembagian dividen, kinerja, pergantian direksi, dan lain-lain) dan faktor eksternal perusahaan (kebijakan pemerintah, politik, isu hokum, dan sebagainya) (Alwi, 2008). Di Indonesia banyak isu-isu di masyarakat yang dapat mempengaruhi harga saham rokok.

Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbukan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Menurut WHO, pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau akan menjadi masalah kesehatan utama terbesar dan menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahunnya. 70% angka kematian akibat tembakau tersebut terjadi di Asia karena pesatnya peningkatan penggunaan tembakau disbanding wilayah lain. Khusus di Indonesia, WHO memperkitrakan konsumsi tembakau menjadi penyebab meningkatnya angka kematian sekitar 4%-7,9% sejak tahun 1990 hingga 2000. 70% penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Dilihat dari sisi rumah tangga, 57% memiliki anggota yang merokok, jadi hampir semua orang Indonesia menjadi perokok pasif (Sriamin, 2006).

Pemerintah Indonesia terus melakukan cara untuk dapat mengurangi jumlah konsumsi rokok di Indonesia. Mengingat Indonesia juga merupakan salah satu penghasil tembakau di dunia. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 109/2012 mengenai pengendalian tembakau yang diturunkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 28 Tahun 2013 tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau ini efektif dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2014 (sumber: http://www.gresnews.com/berita/sosial/1630246-ada-asing-dibalik-kewajiban-pemasangan-gambar-seram-di-bungkus-rokok/).

Peraturan pemerintah ini tentu akan dapat mempengaruhi tindakan investor dalam melakukan transaksi pasar modal. Reaksi investor menurut Jogiyanto (2009) dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Adapun reaksi investor beragam atas sebuah informasi. Informasi yang memberikan keyakinan atas prospek perusahaan yang bagus di masa yang akan datang akan direspon dengan peningkatan harga saham.

Volume perdagangan saham juga merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya reaksi pasar terhadap suatu peristiwa tertentu, untuk melihat pengaruh pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap volume perdagangan saham dilihat dari aktivitas perdagangan saham yang bersangkutan yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). Trading Volume Activity (TVA) merupakan perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Untuk mengetahui apakah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dapat mempengaruhi volume perdagangan saham maka digunakan pengujian dengan uji beda dua rata-rata, yaitu rata-rata TVA sebelum pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan rata-rata TVA sesudah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok. Bila terdapat perbedaan yang signifikan maka berarti pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok berpengaruh terhadap volume perdagangan saham.

Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014 pada saham sub sektor rokok. Sehingga, peneliti mengangkat judul “Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) pada Saham Perusahaan Sub Sektor Rokok Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan Gambar Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok Tahun 2014”.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, muncul rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah adanya pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014.

Apakah terdapat trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah adanya pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin peneliti capai dari penelitian ini adalah:

Untuk dapat menegtahui dan menjelaskan perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah adanya pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014.

Untuk dapat menegtahui dan menjelaskan trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah adanya pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1.4.1 Para Pelaku Pasar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan tentang dampak pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap return saham pada saham sub sektor rokok, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan keputusan investasi yang akan datang.

1.4.2 Para Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan rujukan bagi penelitian berikutnya tentang event study pemberlakuan peraturan peemrintah.

1.4.3 Peneliti

Merupakan kesempatan untuk belajar lebih banyak dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima dalam proses perkuliahan dibandingkan dengan kenyataan yang diterapkan di lapangan. Mampu untuk mengkaji dan mengambil kesimpulan untuk menggambarkan dampak pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap abnormal return dan TVA pada saham sub sektor rokok.

  • LANDASAN TEORI

2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

“Investasi adalah pengeluaran untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang dengan tujuan untuk menghasilkan keluaran barang atau jasa agar dapat diperoleh manfaat yang lebih besar dimasa yang akan datang, selama dua tahun atau lebih” (Haming dan Basalamah, 2003).

Mulyadi (2001) menyatakan bahwa “Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut pada dasarnya investasi merupakan penanaman modal pada masa sekarang dengan tujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan dari modal yang ditanamkan tersebut di masa yang akan datang dan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.

2.1.2      Tujuan Investasi

                Tujuan seseorang melakukan investasi menurut Tandelilin (2010) adalah sebagai berikut.

a)            Seseorang berkeinginan untuk memiliki kehidupan yang lebik baik di masa depan. Oleh karena itu, sebagian pendapatan yang diterima saat ini digunakan untuk investasi, sehingga keuntungan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa depan.

b)            Tekanan inflasi dapat berkurang melalui investasi yang dilakukan, sehingga seseorang dapat terhindar dari risiko penurunan nilai kekayaan akibat pengaruh inflasi.

c)            Beberapa negara mengeluarkan kebijakan yang bertujuan untuk mendorong masyarakat melakukan investasi melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada mereka yang berinvestasi pada bidang tertentu, sehingga dapat menghemat pajak yang dibayarkan.

2.1.3      Bentuk-Bentuk Investasi

Setelah memahami pengertian dari investasi, maka sebelum melakukan investasi perusahaan harus dapat memilih bentuk investasi yang sesuai dengan yangdibutuhkan untuk rencana investasi. Adapun bentuk investasi ada bererapa bentuk.

Menurut Riyanto (2001) biasanya perusahaan dalam melakukan investasi ada beberapa bentuk. Bentuk-bentuk investasi itu antara lain:

a. Investasi Penggantian (Replacement)

b. Investasi penambahankapasitas/Perluasan (Expansion)

c. Investasi penambahan jenis produk baru (New Product Activities)

d. Investasi lain-lain

Sedangkan Jogiyanto (1998) membagi investasi keuangan menjadi dua, yaitu:

a)            Investasi langsung

Investasi ini dilakukan dengan cara pembelian aset keuangan yang diperdagangkan di pasar modal (capital market), pasar uang (money market), atau pasar turunan (derivative market). Dalam pasar modal, instrumen yang diperdangkan berupa surat berharga pendapatan tetap dan saham. Berbeda dengan aset yang diperdagangkan di pasar uang yang memiliki risiko kecil dengan jatuh tempo yang pendek dan tingkat likuidasi yang tinggi, seperti treasury bill. Sedangkan opsi dan future contract diperdagangkan di pasar turunan.

b)            Investasi tidak langsung

Investasi ini dilakukan dengan cara pembelian surat berharga di perusahaan investasi yang menyediakan jasa keuangan dengan cara penjualan sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke portofolio.

2.1.4 Dasar Keputusan Investasi

Tandelilin (2010) menjelaskan bahwa keputusan investasi yang dilakukan memiliki dasar pertimbangan sebagai berikut.

a)            Return

Seseorang melakukan investasi untuk memperoleh keuntungan (return). Return harapan merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan investor di masa depan, sedangkan return aktual merupakan tingkat pengembalian yang sudah diterima investor.

Jogiyanto (2009), return saham dibagi menjadi 2, yaitu return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi adalah pengembalian yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan return ekspektasi dan risiko di masa depan. Rumus dari return realisasi adalah sebagai berikut:

Ri = (Pt – Pt-1 + D) / Pt-1 ……………………………………………(1)

Keterangan:

Ri: Return saham

Pt: Harga saham saat t

Pt-1: Harga saham saat t-1

D: Dividen

Sedangkan return ekspektasi adalah pengembalian yang diharapkan akan diterima investor di masa depan. Dengan kata lain, return ekspektasi merupakan return yang belum terjadi. Rumus dari return ekspektasi adalah sebagai berikut.

E(Ri) = Σ(Rij . Pj) ……………………………………………………(2)

Keterangan:

E(Ri): Expected return

Rij: Return saham

Pj: Probabilitas

b) Risiko

Risiko muncul dari selisih return harapan dengan return aktual. Maka, risiko dapat diartikan sebagai return aktual lebih rendah daripada return minimum yang diharapkan atau return yang disyarakatkan atau required date of return (Tandelilin, 2010).

Jogiyanto (2010) membagi risiko menjadi 2, yaitu:

Risiko tidak sistematis

adalah risiko pada suatu saham tertentu yang dapat dihindari atau diminimalkan dengan cara diversifikasi. Risiko yang termasuk dalam risiko ini adalah risiko kegagalan yang disebabkan oleh kondisi internal perusahaan, risiko kredit atau keuangan, dan risiko manajemen. Rumus dari risiko tidak sistematis adalah sebagai berikut:

σei2 = σi2 – βi2σm2…………………………………..………………(3)

Keterangan:

σei2: Risiko tidak sistematis

σi2: Varian residu

βi2: Beta saham

σm2: Varian pasar

Risiko sistematis

adalah risiko yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham tanpa terkecuali. Risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor yang memengaruhi harga saham secara serentak dan tidak dapat dihindari oleh investor dengan cara diversifikasi. Rumus dari risiko sistematis adalah sebagai berikut.

βi = σim / σm2…………………………………………………………(4)

Keterangan:

βi:  Beta saham

σim: Kovarian return antara saham I dengan pasar

σm2: Varian return pasar

c)            Hubungan tingkat risiko dan return harapan

Hubungan tingkat risiko dan return harapan ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut:

Gambar 1. Hubungan tingkat risiko dan return harapan

http://4.bp.blogspot.com/-HiQHCOcx6N4/U4MXVyW6WBI/AAAAAAAAAeo/ICVRcBoTN-A/s1600/1.+risikio+return.jpg

Sumber: Tandelilin (2010)

Pada gambar di atas, garis vertikal menunjukkan besarnya tingkat return harapan dari setiap aset keuangan, sedangkan garis horizontal menunjukkan risiko yang dihadapi investor. Titik RF menunjukkan tingkat return bebas risiko (risk-free rate) dalam artian investasi dengan tingkat return harapan senilai RF memiliki risiko sebesar nol. Risiko terendah dimiliki oleh obligasi pemerintah dengan tingkat return harapan yang rendah juga. Berbeda dengan kontrak berjangka seperti futures yang memiliki risiko yang tinggi dengan return harapan yang tinggi juga. Maka, hubungan tingkat risiko dan return harapan bersifat searah dan linear dalam artian semakin tinggi risiko yang dihadapi, maka semakin tinggi juga return harapan investor.

Pasar Modal

Pengertian Pasar Modal

Definisi pasar modal menurut Elton dan Grubber (1995:14): “Capital market securities include instruments with maturities greater than one year and those with no designated maturity at all”.

Sedangkan menurut Husnan (2003) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Jadi pasar modal merupakan tempat untuk menjual dan membeli berbagai instrument keuangan, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, swasta dan pihak lainnya.

Jenis Pasar Modal

Tandelilin (2010) menjelaskan bahwa pasar modal di Indonesia terdiri dari 2 pasar, yaitu:

Pasar perdana (primary market)

Perusahaan menjual saham atau obligasi pertama kali pada pasar perdana yang disebut sebagai penawaran umum pasar perdana atau initial public offering (IPO). Ciri-ciri pasar perdana menurut Jogiyanto (2009) adalah transaksi terjadi di luar bursa, harga efek sudah ditentukan, tidak ada transaction fee, investor langsung ke penjamin atau agen penjual, dan jangka waktu pasar biasanya tiga hari.

Pasar sekunder (secondary market)

Setelah perusahaan melakukan penawaran efek di pasar perdana, perusahaan dapat mencatatkan efek tersebut di pasar sekunder agar dapat diperdagangkan antar investor. Hubungan perdagangan efek yang terjadi pada pasar ini adalah antar investor, tanpa melibatkan emiten. Ciri-ciri pasar sekunder menurut Jogiyanto (2009) adalah efek harus tercatat di bursa, harga efek ditentukan berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan, perusahaan perantara efek mengenakan transaction fee kepada investor yang membeli atau menjual, perdagangan efek harus melalui perantara efek, dan pasar diselenggarakan secara terus menerus.

Pasar Modal yang Efisien

Pengertian Pasar Modal yang Efisien

Suatu pasar modal dikatakan efisien secara internasional apabila harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Pengertian efisiensi secara informasional disini adalah merupakan efisiensi eksternal seperti yang dimaksudkan oleh West (1975) dalam Husnan (1992) yaitu menunjukkan bahwa pasar berada dalam keseimbangan sehingga keputusan perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia di pasar tidak bisa memberikan tingkat keuntungan di atas tingkat keseimbangan.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2009), pasar modal yang efisien ditunjukkan oleh reaksi pasar yang cepat dan akurat dalam pencapaian harga keseimbangan baru yang benar-benar mencerminkan informasi yang tersedia. Tidak ada kemungkinan investor mendapatkan abnormal return dalam kondisi normal dengan menggunakan informasi tersebut. Jadi, ketika suatu informasi diberikan kepada masyarakat, maka informasi tersebut akan tercemin dalam harga saham dalam waktu penundaan yang paling minimum.

Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwa pasar modal yang efisien adalah ketika informasi di pasar yang diterima oleh investor mencerminkan harga pasar saham yang ada.

2.3.2 Syarat-syarat Efisiensi Pasar Modal

Tandelilin (2010) menjelaskan bahwa pasar yang efisien tercapai bila memenuhi empat syarat, yaitu:

a)            Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dengan cara menganalisis, menilai, dan melakukan perdagangan saham. Selain itu, mereka merupakan price taker, sehingga tindakan dari satu investor tidak dapat memengaruhi harga saham.

b)            Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang murah dan mudah.

c)            Informasi yang terjadi bersifat acak.

d)            Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi yang baru, sehingga harga saham akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sesungguhnya akibat informasi tersebut.

Signaling Theory

Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Sedangkan menurut Wolk, et al. (2001) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

Anomali Pasar Modal

Menurut Jones (1996) anomali pasar adalah teknik-teknik atau strategi-strategi yang berlawanan atau bertentangan dengan konsep pasar modal yang efisien dan penyebab kejadian tersebut tidak dapat dijelaskan dengan mudah.  Anomali menyebabkan pergerakan pasar terstruktur pada waktu tertentu, sehingga menimbulkan pola pergerakan return yang dapat diprediksi oleh para investor untuk menghasilkan abnormal return yang lebih tinggi. Jones (1996) (dalam Jogiyanto, 2000) mendefinisikan anomali pasar (market anomaly) sebagai teknik atau strategi yang tampaknya bertentangan dengan pasar efisien.

Abnormal Return

Abnormal return merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Suatu informasi dapat dikatakan mempunyai nilai guna bagi investor apabila informasi tersebut memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar modal (Jogiyanto, 2009). Aspek kepercayaan (belief) dari investor merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam pasar saham. Oleh sebab itu, suatu announcement/disclosure akan ditanggapi oleh investor dengan beragam.

Jogiyanto (2009) mendefinisikan abnormal return sebagai selisih antara actual return dan expected return. Abnormal return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan abnormal return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Studi peristiwa menganalisis abnormal return dari sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Actual Return atau return sesungguhnya yang terjadi pada waktu ke-t, merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya.

Brown & Warner (1985) dalam Tandelilin (2010) menyatakan bahwa terdapat tiga model untuk menghitung return tak normal, yaitu:

Mean-Adjusted Model

Jika pasar bersifat efisien dan return saham bervariasi secara acak di sekitar nilai sesungguhnya, maka rata-rata return saham yang dihitung dari perioda sebelumnya dapat digunakan sebagai return harapan. Jika return harian digunakan, maka dapat dikurangkan rata-rata return harian dari return harian aktual untuk memeroleh return tak normal. Rumus dari Mean-Adjusted Model adalah sebagai berikut.

ARi,t = Ri,t – Ṝi………………………………………………………….….… (5)

Keterangan:

ARi,t: return tak normal saham i pada hari t

Ri,t : return aktual saham i pada t hari

i : rata-rata return saham i setelah sekian hari sebelum hari t

Market-Adjusted Model

Pergerakan saham sering dihubungkan dengan pergerakan bersama dalam pasar. Return tak normal dihitung dengan menghilangkan pengaruh pasar terhadap return harian saham. Rumus dari Market-Adjusted Model adalah sebagai berikut.

ARi,t = Ri,t – RM,t……………………………………………………….….… (6)

Keterangan:

ARi,t            : return tak normal saham i pada hari t

Ri,t                                        : return aktual saham i pada t hari

RM,t             : return pasar pada hari t

Market Model

Cara ini menggambarkan hubungan antara saham dengan pasar dalam persamaan regresi linear sederhana antara return saham dengan return pasar. Rumus dari Market Model adalah sebagai berikut.

Ri = α1 + βiRM + ei…………………………………………………….….… (7)

Keterangan:

Ri: return saham i

α1 : intersep dalam regresi untuk saham i

βi : koefisien regresi yang menyatakan slope garis regresi

RM : return pasar

ei : kekeliruan regresi

Trading Volume Activities (TVA)

Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan volume perdagangan saham dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang semakin kuat akan kondisi yang bullish (Neni dan Mahendra, 2004).

Volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat apakah saham yang dibeli tersebut merupakan saham yang aktif diperdagangkan di pasar (Neni dan Mahendra, 2004). Saham yang aktif perdagangannya sudah pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume yang besar akan menghasilkan return saham yang tinggi (Tharun, 2000).

Menurut Husnan, dkk (1996) mengukur kegiatan perdagangan saham yang dilihat melalui indikator TVA digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai laporan keuangan informatif dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan perdagangan di atas keputusan perdagangan normal. Sedangkan menurut Neni dan Mahendra (2004), perubahan volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi oleh investor. TVA merupakan instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter perubahan volume perdagangan saham (Sri Fatmawati dan Marwan Asri, 1999).

Ditinjau dari fungsinya Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu variasi dari event study. Hasil perhitungan TVA mencerminkan perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar dalam suatu periode tertentu. Jadi, TVA diukur dengan formulasi sebagai berikut (Foster, 1986 dalam Husnan, dkk, 1996):

 ………….………. (8)

Event Study

Menurut Mackinlay (1977), event study adalah bagaimana mengukur pengaruh suatu peristiwa tertentu terhadap suatu nilai perusahaan. Kegunaan event study adalah memberikan rasionalitas di dalam pasar bahwa efek suatu peristiwa akan segera dengan cepat terefleksikan pada harga suatu surat berharga di pasar modal. Sedangkan Jogiyanto (2005), menyatakan event study merupakan study yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang infomasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Menurut Peterson (1998), event study adalah suatu pengamatan mengenai harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu.

Dengan adanya pengumuman yang mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan dengan menggunakan pengukuran abnormal return, sehingga dapat dikatakan bahwa pengumuman yang memiliki kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar dan sebaliknya (Sant dan Ferris, 1994).

Hubungan antara Pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap Abnormal Return dan TVA

Aksi yang dilakukan oleh pemerintah berupa pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dapat ditafsirkan sebagai sinyal yang diberikan oleh perusahaan tentang adanya prospek yang kurang baik dimasa yang datang, dimana harga saham dapat mempengaruhi keputusan investor dalam membeli saham perusahaan rokok. Abnormal return saham yang diperoleh setelah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terjadi penurunan, hal ini berakibat pada abnormal return yang diperoleh bernilai negatif karena actual return yang diperoleh lebih rendah dibanding expected return.

Volume perdagangan saham salah satu indikator yang digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap kejadian atau informasi yang berkaitan dengan suatu saham. Perubahan volume perdagangan diukur dengan aktivitas volume perdagangan saham yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). TVA merupakan perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Besar kecilnya perubahan rata-rata TVA antara sebelum dan sesudah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok merupakan ukuran besar kecilnya akibat yang ditimbulkan oleh adanya pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap volume perdagangan saham.

Penelitan Terdahulu

Belum ditemukan penelitian yang menggunakan event study pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap abnormal return dan volume perdagangan saham. Namum, peneliti menemukan penelitian lainnya yang juga menggunakan kebijakan pemerintah yaitu kenaikan harga BBM yang menggunakan variabel abnormal retun dan TVA.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2014) adalah tidak  terdapat  perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah  kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 2013. Hal ini menunjukan bahwa peristiwa  pengumuman kenaikan harga BBM tanggal 22 Juni 2013 tidak menimbulkan abnormal return. Selain itu, terdapat perbedaan yang  signifikan  antara Trading  Volume  Activity (TVA) sebelum dan sesudah kenaikan BBM. Hal ini menunjukan  bahwa peristiwa pengumuman kenaikan harga BBM tanggal 22 Juni 2013 memengaruhi voluma perdagangan.

Rerangka Berfikir

Gambar 2. Berangka Berfikir

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang peneliti kemukakan sebagai landasan pengujian untuk penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ha1: Terdapat perbedaan abnormal return secara signifikan di sekitar tanggal pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok pada tahun 2014.

Ha2: Terdapat perbedaan rata-rata Trading Volume Activity (TVA) secara signifikan sebelum dan sesudah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok pada tahun 2014.

  • METODA PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Ditinjau dari segi data dan analisis, penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan cara menganalisa data menggunakan angka-angka. Menurut Sugiyono (2003) penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pengujian hipotesis (hypothesis testing). Pengujian hipotesis menurut Sekaran (2003) adalah sebagai berikut.

“Studies that engage in hypothesis testing usually explain the nature of certain relationship or establish the differences among groups or the independence of two or more factors in a situation”.

Pengujian hipotesis bertujuan untuk memberikan pemahaman hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dengan lebih baik. Sifat dari penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu membandingkan abnormal return dan TVA, 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok.

Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2010:117), menjelaskan pengertian populasi sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

 Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh daftar perusahaan sub sektor konstruksi dan bangunan yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (go-public) pada tahun 2014.

Dari populasi dapat diambil sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2010:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metoda purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Kriteria saham-saham yang akan dilakukan penelitian untuk dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

Saham merupakan saham perusahaan yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia

Emiten merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor industri barang konsumsi

Emiten merupakan perusahaan yang bergerak dalam sub sektor rokok

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan sama dengan populasi penelitian. Adapun 4 saham yang terpilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1

Tabel 4 Perusahaan Sampel

No.KodeNama EmitenTanggal IPO
1GGRMGudang GaramTbk29 Agustus 1990
2HMSPHandjaya Mandala Sampoerna Tbk15 Agustus 1990
3RMBABentoel International Investama Tbk5 Maret 1990
4WIIMWismilak Inti Makmur Tbk18 Desember 2012

Sumber: Data Diolah

Data Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti angka, tabel, grafik, diagram, gambar dan lain-lain sehingga data tersebut lebih mudah dibaca bagi pihak yang membutuhkan (Umar, 2002). Untuk memperoleh data ini, peneliti memilih sumber data yaitu dari http://www.idx.co.id, http://www.sahamoke.com dan http://www.finance.yahoo.com.

Teknik Pengumpulan Data

Metoda dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Nawawi (2005) menjelaskan bahwa metoda dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan buku mengenai pendapat maupun dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.

Definisi Operasional Variabel

Sugiyono (2010) menyatakan bahwa variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel sebagai berikut:

a)            Pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok

Pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok merupakan salah satu kebijkan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia.

b)            Tanggal pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok

Merupakan tanggal yang menunjukkan pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok. Tanggal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 Juni 2014.

c)            Harga saham

Harga saham merupakan jumlah dana yang dibutuhkan oleh investor untuk membeli satu lembar saham perusahaan. Data harga saham menggunakan closing price pada tanggal pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok (t-5), dan (t+5).

d)            Return realisasi

Rumus return realisasi yang digunakan untuk menghitung abnormal return sesuai dengan formula (1).

e)            Abnormal Return

Variabel ini merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Abnormal return yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Market Adjusted Model. Rumus abnormal return yang digunakan sesuai dengan formula (5).

f)             Trading Volume Activity (TVA)

Variabel ini merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Rumus TVA yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan formula (7).

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data event study. Jogiyanto (2009) menjelaskan bahwa event study merupakan studi yang mempelajari bagaimana investor bereaksi terhadap suatu peristiwa yang dipublikasikan melalui pengumuman. Pada penelitian ini menggunakan pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014 sebagai informasi yang digunakan dalam studi peristiwa.

Pengujian ini menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 21.0. Ghozali (2011) menjelaskan bahwa uji normalitas dilakukan dengan alat uji Kolmogorov Smirnov. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah jika nilai signifikansi lebih kecil daripada 5%, maka data terdistribusi tidak normal, tetapi jika signikansi lebih besar daripada 5%, maka data terdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data abnormal return dan Trading Volume Activity terdistribusi normal atau tidak.

Bila data abnormal return terdistribusi normal, maka peneliti menggunakan alat uji One Sample t-Test. Namun, bila data tidak terdistribusi normal, maka peneliti menggunakan alat uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Bila data Trading Volume Activity terdistribusi normal, maka peneliti menggunakan alat uji Paired Sample t-Test. Namun, bila data tidak terdistribusi normal, maka peneliti menggunakan alat uji Wilcoxon Signed Ranks Test.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a)            Untuk menguji hipotesis pertama, yaitu terdapat perbedaan abnormal return secara signifikan di sekitar tanggal pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014, maka digunakan alat uji One Sample t-Test karena data terdistribusi normal. Bila data tidak terdistribusi normal, maka digunakan alat uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Hipotesis statistik pengujian yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

H10: μ sebelum – μ sesudah = 0

H1a: μ sebelum – μ sesudah ≠ 0

Jika t hitung ≤ t tabel atau Sig. > 0.05, maka H10 diterima. Jika t hitung > t tabel atau Sig. < 0.05, maka H10 ditolak.

b)            Untuk menguji hipotesis kedua, yaitu terdapat perbedaan rata-rata Trading Volume Activity (TVA) secara signifikan sebelum dan sesudah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014, maka digunakan alat uji Paired Sampe t-Test bila data terdistribusi normal. Namun, bila data tidak terdistribusi normal, maka digunakan alat uji Wilcoxon Signed Rank test. Hipotesis statistik untuk pengujian ini adalah sebagai berikut.

H20: μ sebelum – μ sesudah = 0

H2a: μ sebelum – μ sesudah ≠ 0

Jika Sig. > 0.05, maka maka H20 diterima. Jika Sig. < 0.05, maka H20 ditolak.

Tahapan Penelitian

Berikut merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Mengolah data berupa abnormal return dan Trading Volume Activity yang menjadi sampel penelitian dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Mengelompokkan data harga dan return harian saham tersebut berdasarkan lima hari sebelum pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014 (t-5), 1 hari pada saat pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014 (t0), dan lima hari setelah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tahun 2014 (t+5) dan melakukan perhitungan abnormal return dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Mengelompokkan data jumlah saham yang diperdagangkan dan jumlah saham yang beredar berdasarkan lima hari sebelum pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok (t-5) dan lima hari setelah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok (t+5) dan melakukan perhitungan Trading Volume Activity (TVA) dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Melakukan perhitungan rata-rata TVA berdasarkan lima hari sebelum pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok (t-5) dan lima hari setelah pemberlakuan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok (t+5) dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Menguji normalitas data abnormal return dan rata-rata TVA pada program SPSS 21.0.

Menguji hipotesis 1 dengan uji One Sample t-Test atau Wilcoxon Signed Ranks Test pada program SPSS 21.0.

Melakukan uji volatilitas pada rata-rata abnormal return dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Menguji hipotesis 2 dengan uji Paired Sample t-Test atau Wilcoxon Signed Ranks Test pada program SPSS 21.0.

Melakukan uji volatilitas pada rata-rata Trading Volume Activity dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

DAFTAR PUSTAKA

Elton, Edwin J., Gruber, Martin J_ 1995. Modern Portfolio Theory and Investment Analysis. 5th edition. John Wiley and Sons Inc.

Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada. University Press.

Haming, Murdifin dan Basalamah Salim. 2003. Studi Kelayakan Investasi: Proyek dan Bisnis. Jakrta: Penerbit PPM.

Husnan, Suad. 1992. “Efisiensi Pasar Modal Indonesia”. Jurnal Ekonomi Indonesia, April, hal. 24-34.

Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Thesis. Semarang: Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Dipenegoro.

Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (edisi keenam). Yogyakarta: Yogyakarta.

Jogiyanto. 2010. Studi Peristiwa: Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu Peristiwa (edisi pertama). Yogyakarta: Yogyakarta.

Jones, Kumen H. (1996). Introduction to Financial Accounting: A User of Perspective. Second edition. Instructor Edition. Prentice Hall. Engelwood Cliffs. New Jersey.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Neni Meidawati dan Mahendra Harimawan, 2004, Pengaruh Pemilihan Umum Legislatif Indonesia Tahun 2004 Terhadap Return Saham dan Volume Perdagangan Saham LQ-45 di PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 7, No. 1, hal. 89-101

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar pembelajara Perusahaan Yogyakarta: BPPE Yogyakarta.

Sriamin, lukman, Konsumsi Rokok yang Menggelisahkan 30 Juni 2006. http://himpsijaya.org/2006/06/30/konsumsi-rokok-yang-menggelisahkan/

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.

Tandelilin, Eduardus, 2010, Portofolio dan Invesatasi–Teori dan Aplikasi, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Tarun Chordia and Bhaskaran, 2000, Trading Volume and Cross Autocorrelation In Stock Return, The Journal of Finance, vol .4

Wolk, H.I., M.G. Tearney, dan J.L. Dodd. 2001. “Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach.” Fifth Edition. Ohio: South-Western College Publishing.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK. PERIODE 2009-2013

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK. PERIODE 2009-2013

Wiwin & Daniel Sugama Stephanus

Makalah Perkuliahan Manajemen Keuangan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN

MALANG

2014

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja keuangan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. melalui analisis rasio keuangan, analisis Common Size, analisis trend, dan analisis DuPont. Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan melakukan pengukuran terhadap rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Data dan informasi penelitian diperoleh dari website IDX. Hasil analisis yang telah dilakukan ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar menunjukkan kinerja PT. Wijaya Karya semakin baik dari tahun 2008-2013.

Kata-Kata Kunci: Analisis rasio keuangan, analisis Common Size, analisis trend,

analisis DuPont.

  1. PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

Secara berkala, setiap periode tertentu perusahaan akan

menerbitkan dan mengumumkan laporan keuangan perusahaan. Laporan

keuangan berguna bagi manajer, investor, calon investor, kreditur,

maupun pemerintah untuk mengetahui kondisi dan posisi terkini

mengenai keuangan perusahaan. Isi dari laporan keuangan adalah

beberapa jenis laporan dasar yang berisi rincian mengenai pos-pos

keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu. Selain itu, terdapat

pula catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan yang dianggap

perlu mengenai pos-pos keuangan tersebut.

Bagi     manajemen      perusahaan,     analisis laporan            keuangan

diperlukan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam suatu periode

dan mengetahui letak kelemahan dan kekuatan perusahaan. Hasil analisis

laporan keuangan menjadi dasar bagi perusahaan untuk melakukan

perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Selain itu, analisis laporan

keuangan juga menjadi alat untuk memprediksi masalah yang mungkin

timbul di masa depan, sehingga perusahaan dapat menyiapkan strategi

untuk menghindari masalah tersebut.

Bagi     investor,          laporan            keuangan         merupakan       bentuk

pertanggungjawaban perusahaan atas dana yang telah mereka tanamkan di perusahaan tersebut. Analisis laporan keuangan menjadi dasar

pertimbangan bagi investor dan calon investor untuk memulai atau

berhenti berinvestasi di suatu perusahaan. Selain menggambarkan kinerja

perusahaan dalam suatu periode, hasil analisis laporan keuangan juga

dapat digunakan untuk menjadi gambaran bagi investor mengenai

prospek investasi mereka di perusahaan tersebut di masa depan.

Pada dasarnya, calon investor akan memilih untuk menanamkan

dananya di perusahaan yang dinilai menguntungkan bagi mereka.

Investor maupun calon investor akan mempertimbangkan apakah

perusahaan menghasilkan tingkat pengembalian yang cukup tinggi.

Selain itu, pertimbangan lain seorang calon investor adalah besar atau

kecilnya resiko dalam berinvestasi di suatu perusahaan.

Analisis rasio untuk menilai kinerja perusahan terdiri dari 5 jenis,

yaitu analisis rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio

aktivitas, dan rasio pasar. Dari analisis rasio likuiditas, tergambar

kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancarnya. Dari analisis

rasio solvabilitas, tergambar kemampuan perusahaan memenuhi seluruh

kewajibannya.

Dari analisis rasio aktivitas, tergambar tingkat efektivitas

perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Dari

analisis rasio profitabilitas, tergambar kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba. Sedangkan dari analisis rasio pasar, tergambar

kemampuan manajemen perusahaan menciptakan nilai pasar, serta

kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya.

Hasil analisis rasio likuiditas dan solvabilitas dapat digunakan

untuk mempertimbangkan resiko investasi di suatu perusahaan. Hasil

analisis rasio aktivitas dan profitabilitas menggambarkan tingkat

pengembalian atas investasi. Sedangkan pada analisis rasio pasar,

tergambar kesesuaian nilai pasar dengan nilai perusahaan yang

sesungguhnya, yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat

pengembalian atas investasi yang telah ditanamkan serta resiko investasi.

1.2.      Rumusan Masalah

Bagaimana hasil penilaian kinerja PT. Wijaya Karya pada tahun 2009-

2013?

1.3.      Tujuan Penelitian

Mengetahui kinerja PT. Wijaya Karya pada tahun 2009-2013

berdasarkan analisis laporan keuangan perusahan.

  • LANDASAN TEORI

2.1.      Laporan Keuangan

Berdasarkan PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan

(Revisi 2009), definisi dari laporan keuangan adalah “suatu penyajian

terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

Menurut Kasmir (2010, p. 66), laporan keuangan adalah “laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam

suatu periode tertentu”. Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

adalah laporan terstruktur yang menggambarkan kondisi keuangan

entitas pada suatu periode.

Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai pos-pos

keuangan yang merupakan hasil siklus akuntansi suatu perusahaan dalam

periode tertentu. Laporan keuangan dapat digunakan oleh pihak internal

maupun eksternal perusahaan. Manajemen perusahaan, investor, calon

investor, kreditur, serta pemerintah menggunakan laporan keuangan

untuk mendapatkan informasi mengenai kinerja perusahaan.

Sebuah laporan keuangan tidak hanya dapat menunjukkan kinerja

perusahaan di masa lalu dan sekarang, namun juga dapat digunakan

untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. Laporan keuangan

perusahaan diterbitkan tiap periode tertentu, dimana periode penerbitan

tersebut dapat berbeda antara satu perusahaan dengan yang lainnya.

Sebuah perusahaan minimal membuat laporan keuangan sekali dalam 1

tahun (laporan keuangan tahunan), namun beberapa perusahaan

membuat laporan keuangan dalam periode 3 bulan atau 6 bulan sekali.

Sebuah laporan keuangan perusahaan dibuat melalui beberapa

tahapan akuntansi. Tahapan yang pertama adalah pengumpulan bukti-

bukti transaksi perusahaan. Selanjutnya, akuntan mencatat transaksi-

transaksi tersebut dalam jurnal umum. Setelah dicatat dalam jurnal,

akuntan melakukan pembuatan buku besar (ledger), kemudian barulah

laporan keuangan dibuat.

2.2.      Jenis Laporan Keuangan

Sebuah laporan keuangan perusahaan terdiri atas 4 laporan dasar

berikut:

·          Laporan Posisi Keuangan

Laporan keuangan ini dikenal juga dengan sebutan neraca. Laporan

posisi keuangan menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban,

dan ekuitas perusahaan pada suatu waktu tertentu.

·          Laporan Laba Rugi

Laporan ini menyediakan informasi mengenai laba, pendapatan yang

diperoleh, serta biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam periode

tertentu.

·          Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan ini berisi saldo awal dan saldo akhir ekuitas perusahaan

dalam suatu periode tertentu, beserta transaksi yang memicu

perubahan besarnya ekuitas tersebut.

·          Laporan Arus Kas

Laporan ini menyediakan informasi mengenai pendapatan dan

pengeluaran kas selama periode tertentu untuk kegiatan operasi,

investasi, dan pendanaan.

Selain 4 jenis laporan dasar di atas, biasanya dalam laporan

keuangan terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan

keuangan berisi penjelasan-penjelasan yang dirasa perlu mengenai pos-

pos keuangan dalam laporan dasar. Contoh isi dari catatan atas laporan

keuangan adalah mengenai kebijakan keuangan perusahaan atau proses

hukum yang sedang dijalani perusahaan.

2.3.      Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2010, p. 87), tujuan penyusunan laporan

keuangan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini;

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

3.         Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu;

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan;

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode;

7. Memberikan informasi tentang catatan – catatan atas laporan

keuangan;

8. Informasi keuangan lainnya.

2.4.      Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007, p. 43), analisis

adalah “penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb)

untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya”. Sedangkan menurut

Kasmir (2010, p. 66), laporan keuangan adalah “laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam

suatu periode tertentu”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan

keuangan adalah penyelidikan terhadap laporan yang menunjukkan

kondisi keuangan perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan

perusahaan yang sebenarnya.

Karena analisis laporan keuangan dapat menggambarkan posisi

dan kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya, maka dengan

informasi ini stakeholder perusahaan dapat melakukan pengambilan

keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan juga dapat digunakan

untuk membandingkan kondisi keuangan suatu perusahaan dengan

perusahaan lain, serta memprediksikan kondisi keuangan perusahaan di

masa depan. Dengan ini, calon investor dapat memilih perusahaan yang

tepat untuk menginvestasikan dananya.

2.5.      Analisis Rasio Keuangan untuk Penilaian Kinerja

Pada    akhir    periode            akuntansi,        setiap   perusahaan      akan

menerbitkan laporan keuangan. Untuk menilai kinerja perusahaan

beserta keberhasilan manajemen dalam menjalankan perusahaan, salah

satu cara yang dapat dilakukan adalah menganalisis rasio keuangan.

Rasio keuangan suatu perusahaan didapatkan setelah melakukan

perhitungan yang didasarkan pada data-data yang terdapat dalam laporan

keuangan.

Menurut Kasmir (2010, p. 94), analisis rasio keuangan

perusahaan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

·          Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya

bersumber dari neraca

·          Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang

hanya bersumber dari laporan laba rugi

·          Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua

sumber (data campuran) baik yang ada di neraca maupun dan di

laporan laba rugi.

2.6.      Jenis Rasio Keuangan

Jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menganalisis

kinerja suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio likuiditas

terdiri atas:

·          Rasio lancar, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan aset lancar.

·          Rasio cepat, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan aset lancar yang

lebih likuid.

·          Rasio kas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan kas dan setara

kas.

·          Rasio modal kerja bersih terhadap aset, yaitu rasio yang

menggambarkan perbandingan antara jumlah aset yang ada

dengan modal kerja bersih perusahaan.

b. Rasio solvabilitas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio solvabilitas

terdiri atas:

·          Rasio total kewajiban, yaitu rasio yang menunjukkan seberapa

besar aset perusahaan dibiayai oleh utang.

·          Rasio   kewajiban        terhadap          ekuitas,            yaitu    rasio     yang

menggambarkan          kemampuan     perusahaan      memenuhi

kewajibannya menggunakan ekuitas.

·          Rasio utang jangka panjang, yaitu rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan membayar utang jangka panjang.

·          Rasio tingkat kemampuan membayar bunga, yaitu rasio yang

menggambarkan kemampuan laba operasi perusahaan membayar

biaya bunga.

10

·          Rasio cakupan kas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan

laba operasi dan beban penyusutan perusahaan dalam membayar

biaya bunga.

c. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi perusahaan. Rasio aktivitas terdiri atas:

·          Rasio perputaran persediaan, yaitu rasio yang menunjukkan

berapa kali perputaran dana yang ditanamkan dalam inventory

dalam satu periode.

·          Rasio perputaran aset, yaitu rasio yang mengukur besarnya

penjualan yang diperoleh dari jumlah aset.

·          Rasio perputaran modal kerja bersih, yaitu rasio yang

mebandingkan modal kerja bersih perusahaan terhadap jumlah

aset yang dimilikinya.

·          Periode penagihan piutang, yaitu rasio yang menggambarkan

jumlah waktu (hari) yang dibutuhkan untuk penagihan piutang.

·          Periode penjualan persediaan, yaitu rasio yang menggambarkan

jumlah waktu (hari) yang dibutuhkan untuk menjual persediaan.

d. Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri atas:

·          Margin laba bersih, yaitu rasio yang menggambarkan besarnya

laba bersih yang diperoleh atas penjualan.

·          Margin laba operasi, yaitu rasio yang menggambarkan besarnya

laba operasi yang diperoleh atas penjualan.

·          ROA, yaitu rasio yang menggambarkan tingkat pengembalian

atas aset.

·          ROE, yaitu rasio yang menggambarkan tingkat pengembalian

atas ekuitas.

·          Rasio pembayaran dividen, yaitu rasio yang menunjukkan

besarnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa

atas laba yang diperoleh perusahaan.

·          Rasio saldo laba, yaitu rasio yang menunjukkan besarnya saldo

laba atas laba yang diperoleh perusahaan.

atau

·          Rasio pertumbuhan ekuitas dari saldo laba, yaitu rasio yang

menggambarkan tingkat pertumbuhan ekuitas atas adanya saldo

laba.

e. Rasio pasar, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan

manajemen perusahaan menciptakan nilai pasar, serta kemampuan

perusahaan mempertahankan posisi ekonominya. Rasio pasar terdiri

atas:

·          EPS (Earning Per Share) yaitu rasio yang menunjukkan besarnya

laba bersih per lembar saham biasa.

·          Rasio   harga   saham  terhadap          laba,     yaitu    rasio     yang

menggambarkan tingkat laba berdasarkan harga saham saat

dibeli.

2.7.      Analisis Common Size

Analisis Common Size dikenal juga dengan sebutan analisis

vertikal. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan pos

keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui kontribusi masing-masing pos keuangan terhadap jumlah

yang dijadikan patokan. Misalnya, dalam neraca, pos keuangan yang

menjadi patokan persentase 100% adalah jumlah aset, serta jumlah

kewajiban dan ekuitas.

2.8.      Analisis DuPont

Analisis DuPont merupakan analisis atas gabungan rasio aktivitas

dan margin laba terhadap penjualan. Hasil analisis ini dapat

menunjukkan   kemampuan     perusahaan      untuk   menghasilkan  laba

(profitabilitas perusahaan). Beberapa rasio yang digunakan dalam

analisis DuPont adalah rasio perputaran aset, margin laba bersih, ROA,

ROE, dan pengungkit aset.

  • GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1.      Profil Perusahaan

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. merupakan perusahaan

bergerak di sub sektor konstruksi & bangunan, sektor property dan real

estate di Indonesia. Pada awalnya, PT. Wijaya Karya bernama

Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja, dan dibentuk pada tahun

1960 dari nasionalisasi perusahaan Belanda yang bernama Naamloze

Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en

Co. Saat itu, WIKA bergerak dalam bidang instalasi listrik dan pipa air.

Pada tahun 1972, Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja

berubah nama menjadi PT. Wijaya Karya. Wijaya Karya tidak lagi hanya

bergerak dalam instalasi listrik dan pipa air, namun berkembang menjadi

kontraktor konstruksi. Pada tahun 1982, dibentuklah beberapa divisi baru

di WIKA, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan Gedung, Divisi

Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi

Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan.

Perkembangan usaha yang pesat membuat WIKA berani

mendirikan anak perusahaan untuk perluasan divisi. Pada tahun 1997,

WIKA mendirikan anak perusahaan yang diberi nama PT. Wijaya Karya

Beton. Kemudian pada tahun 2000, didirikanlah PT. Wijaya Karya

Realty dan PT Wijaya Karya Intrade.

15

WIKA melakukan IPO (Initial Public Offering) pada tanggal 27

Oktober 2007 di Bursa Efek Indonesia. Saat itu, WIKA menjual

sebanyak 28,46% sahamnya ke publik. Pada tahun 2008, WIKA

mendirikan anak perusahaan yang diberi nama PT Wijaya Karya

Gedung, serta mengakuisisi 70,08% saham PT. Catur Insan Pertiwi yang

kemudian diubah namanya menjadi PT. Wijaya Karya Insan Pertiwi.

Pada tahun 2013, WIKA mendirikan usaha yang bernama PT.

Prima Terminal Peti Kemas. Usaha tersebut merupakan hasil kerjasama

dengan PT. Pelindo I (Persero) dan PT. Hutama Karya (Persero). Selain

itu, pada tahun 2013, WIKA mengakuisisi saham PT. Sarana Karya

(Persero) yang sebelumnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia,

serta mendirikan usaha kerjasama PT. WIKA Kobe dan PT. WIKA

Krakatau Beton melalui anak perusahaan PT. WIKA Beton. Pada tahun

yang sama, WIKA juga melakukan pembelian kembali saham beredar

sebanyak 6.018.500 lembar saham dengan harga perolehan rata-rata Rp.

1.706,77.

3.2.      Kontak Perusahaan

Head Office

Telp.

Fax

Homepage

Email

: Jl. D.I. Panjaitan Kav. 9, Jakarta 13340, Indonesia

: (+62)21 8192808, 8508640, 8508650

: (+62)21 8191235, 8199713

: http://www.wika.co.id

: adwijaya@wika.co.id

16

3.3.      Visi dan Misi Perusahaan

Visi :

Menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering

Procurement dan Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia

Tenggara.

Misi:

·          Menyediakan produk dan jasa yang unggul dan terpadu di bidang

EPC dan Investasi untuk infrastruktur, gedung bertingkat, energi,

industrial plant, industri dan properti

·          Memenuhi harapan pemangku kepentingan utama

·          Menjalankan praktik etika bisnis untuk menjadi warga usaha yang

baik dan memelihara keberlanjutan perusahaan

·          Ekspansi strategis keluar negeri

·          Mengimplementasikan “best practices” dalam sistem manajemen

terpadu

3.4.      Struktur Organisasi Perusahaan

3.5.      Anak Perusahaan

·          PT. Wijaya Karya Beton

Merupakan anak perusahaan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang

didirikan pada tahun 1997 dan bergerak di bidang industri beton.

·          PT. Wijaya Karya Realty

Merupakan anak perusahaan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

bergerak di bidang pengembangan realty dan property.

·          PT. Wijaya Karya Industri & Konstruksi

Merupakan anak perusahaan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang

berasal dari penggabungan dua divisi, yaitu Divisi Produk Metal dan

Divisi Perdagangan.

·          PT. Wijaya Karya Rekayasa Konstruksi

Merupakan anak perusahaan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang

berdiri sejak tahun 2008 dan bergerak di bidang instalasi mekanikal

elektrikal proyek industri dan pembangkit tenaga listrik.

·          PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung

Merupakan anak perusahaan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang

berdiri  sejak tahun 2008 dan memiliki spesialisasi  dalam

pembangunan high rise building.

·          PT. Sarana Karya

Merupakan anak perusahaan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang

bergerak dalam bidang pertambangan aspal Buton.

  • PEMBAHASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

4.1.      Analisis Common Size

4.1.1. Analisis Common Size Neraca

 200820092010201120122013
ASET 
Aset Lancar 
Kas dan Setara Kas18.22%21.24%19.53%14.95%13.90%11.01%
Piutang Usaha:      
– Pihak Ketiga14.44%11.40%9.96%11.70%8.81%9.03%
– Pihak Berelasi3.56%3.90%4.35%4.20%3.42%2.71%
Piutang Retensi6.10%7.10%7.19%5.68%4.94%4.77%
Tagihan Bruto Pemberi Kerja12.25%11.30%14.87%12.60%13.43%15.58%
Pendapatan Yang Akan   Diterima    1.04%    2.15%    1.90%    0.33%    1.00%    0.54%
Piutang Lain-Lain1.49%1.34%1.12%0.84%0.60%0.41%
Persediaan23.39%18.32%10.86%10.49%10.38%8.88%
Uang Muka4.06%3.19%2.36%4.78%2.72%2.48%
Pajak Dibayar Dimuka3.53%3.97%2.89%1.95%2.68%3.87%
Biaya Dibayar Dimuka2.53%3.11%2.85%2.36%2.21%2.44%
Jaminan Usaha0.00%0.03%0.89%0.13%0.16%0.07%
Investasi Lain-Lain0.00%0.00%0.04%0.16%0.10%0.28%
Aset Real Estate0.00%0.00%0.00%0.00%0.37%0.49%
Bagian lancar dari Piutang   Sewa Jangka Panjang    0.00%    0.00%    0.00%    0.00%    1.04%    0.91%
Jumlah Aset Lancar 90.62%87.05%78.81%70.15%65.79%63.47%

41

Aset Tidak Lancar 
Investasi Pada Entitas   Asosiasi    0.34%    2.13%    2.35%    1.83%    1.58%    1.56%
Piutang Yang Jatuh Tempo   Diatas 1 (Satu) Tahun:      
– Piutang Usaha0.00%0.00%0.00%0.00%0.08%0.19%
– Piutang Retensi0.00%0.00%0.00%0.00%0.32%0.43%
Piutang sewa jangka panjang0.00%0.00%0.00%0.00%5.80%4.16%
Aset Real Estate:      
– Tanah Belum   Dikembangkan    0.37%    1.16%    1.11%    1.03%    0.64%    1.10%
– Persediaan Real Estate0.00%0.00%2.72%3.59%4.25%3.85%
Properti Investasi0.00%0.00%0.00%0.00%0.43%0.51%
Aset Tetap5.82%5.83%6.45%9.05%10.74%13.02%
Setoran Dana Kerja Sama   Operasi    1.64%    2.50%    6.91%    8.90%    9.28%    10.73%
Goodwill0.22%0.18%0.12%0.06%0.04%0.04%
Aset Lain-Lain0.99%0.93%1.19%5.01%0.60%0.57%
Aset Pajak Tangguhan0.00%0.22%0.34%0.39%0.44%0.37%
Jumlah Aset Tidak Lancar9.38%12.95%21.19%29.85%34.21%36.53%
JUMLAH ASET100.00%100.00%100.00%100.00%100.00%100.00%
 
LIABILITAS DAN   EKUITAS 
Liabilitas Jangka Pendek 
Pinjaman Jangka Pendek10.46%2.05%1.39%1.57%2.13%2.21%
Hutang Usaha:      
– Pihak Ketiga22.28%20.06%16.12%25.28%22.87%24.33%
– Pihak Berelasi0.37%1.04%3.30%0.18%0.34%0.20%
Hutang Lain-lain0.57%0.47%0.91%0.48%0.26%0.22%

42

Kewajiban Bruto Pemberi   Kerja    0.01%    0.32%    0.52%    0.61%    0.89%    1.11%
Hutang Pajak1.85%3.63%2.30%1.78%2.47%1.79%
Uang Muka Dari Pelanggan1.30%2.13%0.98%2.06%2.83%2.99%
Biaya Yang Masih Harus   Dibayar    14.20%    17.30%    21.40%    21.03%    18.34%    16.86%
Pendapatan Yang Diterima   Dimuka    11.30%    13.27%    11.02%    7.69%    8.79%    7.27%
Hutang Jangka Panjang Jatuh   Tempo Dalam Satu Tahun    0.41%    0.00%    0.00%    0.91%    0.79%    0.98%
Jumlah Liabilitas Jangka   Pendek    62.73%    60.27%    57.94%    61.60%    59.71%    57.95%
Liabilitas Jangka Panjang 
Kewajiban Pajak Tangguhan0.06%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%
Kewajiban Imbalan Pasca   Kerja    0.14%    0.21%    0.30%    0.29%    0.44%    0.67%
Uang Muka Proyek Jangka   Panjang    11.53%    10.83%    6.88%    8.43%    5.66%    5.67%
Pinjaman Jangka Menengah0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%3.70%
Pinjaman Jangka Panjang   setelah dikurangi bagian   jangka pendek        0.11%        0.00%        4.39%        3.02%        8.48%        6.39%
Jumlah Liabilitas Jangka   Panjang    11.84%    11.04%    11.57%    11.73%    14.57%    16.43%
JUMLAH LIABILITAS74.57%71.31%69.51%73.33%74.28%74.38%
 
Ekuitas 
Ekuitas yang dapat   diatribusikan kepada   pemilik entitas induk:      

43

Modal Saham10.13%10.26%9.55%7.24%5.54%4.87%
Modal Saham yang diperoleh   kembali    -0.22%    -0.31%    -0.28%    -0.21%    0.00%    -0.08%
Tambahan Modal Disetor9.80%9.90%9.58%7.35%6.86%5.67%
Perubahan ekuitas pada   Entitas Anak    0.00%    0.15%    0.14%    0.24%    0.21%    3.41%
Saldo Laba4.28%6.89%9.67%10.27%10.93%9.54%
Sub Jumlah23.99%26.89%28.66%24.89%23.54%23.41%
Kepentingan Non   Pengendali    1.43%    1.80%    1.83%    1.78%    2.18%    2.21%
JUMLAH EKUITAS25.43%28.69%30.49%26.67%25.72%25.62%
JUMLAH LIABILITAS   DAN EKUITAS    100.00%    100.00%    100.00%    100.00%    100.00%    100.00%

Pada tahun 2009, persentase aset terbanyak PT. Wijaya

Karya terdapat pada kas dan setara kas dengan nilai 21,24%.

Terjadi penurunan persentase persediaan sebesar 5,27% karena

jumlah persediaan mengalami penurunan. Pada tahun 2009,

persentase aset lancar terhadap jumlah aset adalah 87,05%,

sedangkan persentase aset tidak lancar terhadap jumlah aset

hanya sebesar 12,95%. Pada aset tidak lancar, persentase tertinggi

terdapat pada aset tetap, yaitu sebesar 5,83%. Persentase aset

tetap mengalami kenaikan sebesar 0,01% dari persentase tahun

sebelumnya.

Pada tahun 2009, jumlah liabilitas perusahaan lebih besar

daripada jumlah ekuitas. Persentase liabilitas perusahaan adalah

44

sebesar 71,31% dan persentase ekuitas adalah sebesar 28,69%.

Meskipun begitu, jumlah liabilitas mengalami penurunan karena

penurunan utang usaha dari pihak ketiga. Sedangkan ekuitas

mengalami       peningkatan     menjadi           28,69%            karena  adanya

peningkatan saldo laba menjadi 6,89%.

Pada tahun 2010, jumlah aset lancar perusahaan

mengalami penurunan karena menurunnya persentase kas dan

setara kas, serta persediaan. Penurunan nilai kas dan setara kas

disebabkan oleh pengalokasian kas untuk setoran dana kerjasama

operasi. Persentase nilai persediaan pun menurun secara

signifikan sebesar 7,46%. Sedangkan pada aset tidak lancar,

terjadi kenaikan persentase menjadi 21,19%. Persentase terbesar

aset tidak lancar tidak lagi pada nilai aset tetap, namun pada nilai

setoran dana kerjasama operasi.

Pada tahun 2010, liabilitas perusahaan mengalami

penurunan dan ekuitas mengalami peningkatan. Penurunan

liabilitas terjadi karena adanya penurunan persentase hutang

usaha dari pihak ketiga sebesar 4,14%. Sedangkan ekuitas

perusahaan mengalami sedikit peningkatan karena adanya

peningkatan saldo laba.

Pada tahun 2011, terjadi penurunan aset lancar sebesar

8,66%. Hal ini disebabkan oleh penurunan nilai kas dan setara

kas. Sedangkan pada aset tidak lancar, terjadi peningkatan

45

persentase karena adanya peningkatan persentase aset tetap.

Sebagian kas dan setara kas pada tahun 2011 dialokasikan untuk

pembelian aset tetap, sehingga persentase kas dan setara kas

mengalai penurunan.

Pada tahun 2011, persentase liabilitas masih lebih besar

dibandingkan dengan ekuitas. Persentase liabilitas mengalami

kenaikan          sebesar 3,82%  dari      tahun   sebelumnya     karena

peningkatan persentase hutang usaha kepada pihak ketiga.

Sedangkan ekuitas mengalami penurunan menjadi 26,67% karena

terjadi penurunan persentase modal saham sebesar 2,31%.

Pada tahun 2012, persentase aset lancar lebih besar

daripada aset tidak lancar dengan selisih persentase sebesar

31,58%.           Persentase       aset      lancar   mengalami       penurunan

dikarenakan adanya penurunan persentase kas dan setara kas,

serta piutang usaha kepada pihak ketiga. Pada aset tidak lancar,

terjadi kenaikan persentase akibat perusahaan yang sejak tahun

2012 ini memiliki piutang retensi.

Persentase liabilitas dan ekuitas WIKA pada tahun 2012

cenderung       tidak    mengalami       perubahan        yang    signifikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perubahan persentase

pada liabilitas dan ekuitas perusahaan hanyalah sebesar 0,95%.

Namun dalam nilai yang sebenarnya, terjadi peningkatan yang

46

signifikan pada liabilitas jangka pendek maupun jangka panjang

perusahaan.

Pada tahun 2013, terjadi penurunan pada persentase aset

lancar   perusahaan      yang    dikarenakan     adanya penurunan

persentase kas dan setara kas, serta persediaan. Kebalikan dari

aset lancar, aset tidak lancar mengalami kenaikan sebesar 2,32%

karena adanya kenaikan persentase pada aset tetap dan setoran

dana kerjasama operasi. Persentase aset paling besar terdapat

pada tagihan bruto pemberi kerja sebesar 15,58%.

Pada liabilitas dan ekuitas perusahaan pada tahun 2013,

terjadi perubahan persentase yang sangat tipis dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 0,10%. Meskipun

begitu, dalam laporan posisi keuangan, terjadi peningkatan

jumlah liabilitas dan ekuitas perusahaan. Peningkatan persentase

paling besar terjadi akibat adanya pinjaman jangka menengah

yang sebelumnya tidak ada.

4.1.2. Analisis Common Size Laporan Laba Rugi

 200820092010201120122013
PENJUALAN   BERSIH  100.00%   Beban Pokok   Penjualan 93.20%    100.00%     90.55%    100.00%     89.49%    100.00%     90.14%    100.00%     90.33%    100.00%     88.87%
LABA KOTOR       6.80%9.45%10.51%9.86%9.67%11.13%
BEBAN USAHA      

47

Beban Penjualan   Beban Umum dan   Administrasi0.04%     2.32%0.04%     2.40%0.06%     3.19%0.05%     2.68%0.12%     2.76%0.04%     3.05%
Jumlah Beban   Usaha      2.36%    2.44%    3.25%    2.73%    2.88%    3.09%
LABA OPERASI     4.44%7.01%7.26%7.13%6.79%8.04%
PENDAPATAN   (BEBAN) LAIN-   LAIN   Pendapatan Bunga   Laba (Rugi) Selisih   Kurs   Laba Penjualan   Aset Tetap   Pendapatan (Beban)   dari Pendanaan   Beban Penurunan   Nilai Piutang   Beban Penurunan   Nilai Aset &   Persediaan   Penurunan Nilai   Goodwill   Laba divestasi   Lain-lain Bersih          0.82%     0.40%     0.07%     -0.67%     -0.77%         0.00%     0.00%   0.00%   -0.33%          0.46%     0.02%     0.00%     -0.79%     -0.63%         -0.68%     -0.04%   0.00%   -0.43%          0.48%     -0.07%     0.00%     -0.16%     -0.57%         -0.12%     -0.04%   1.12%   -0.72%          0.44%     0.29%     0.00%     -0.20%     -0.42%         -0.11%     -0.03%   0.00%   -0.28%          0.37%     0.03%     0.00%     -0.37%     -0.18%         -0.05%     0.00%   0.00%   -0.18%          0.20%     -0.26%     0.00%     -0.54%     -0.71%         0.00%     0.00%   0.00%   -0.36%
Jumlah   Pendapatan   (Beban) Lain-Lain  -0.48%      -2.08%      -0.07%      -0.31%      -0.38%      -1.68%
Laba (Rugi) Pada   Ventura Bersama     -0.05%    0.34%    0.67%    1.31%    1.99%    2.20%
LABA SEBELUM   PAJAK   PENGHASILAN     3.91%      5.28%      7.86%      8.13%      8.41%      8.55%
PENGHASILAN      

48

(BEBAN) PAJAK   Pajak Kini   Pajak Final   Pajak Tidak   Final   Pajak Tangguhan   Jumlah   Penghasilan   (Beban) Pajak      0.00%     -1.11%   -0.14%         -1.25%      -1.88%     -0.57%   0.30%         -2.15%      -2.20%     -0.64%   0.15%         -2.69%      -2.41%     -0.81%   0.14%         -3.08%      -2.44%     -0.85%   0.16%         -3.12%      -2.40%     -0.88%   -0.02%         -3.30%
Laba Bersih   Sebelum Hak   Minoritas                2.66%      3.13%      5.17%      5.05%      5.28%      5.25%
Hak Minoritas Atas   Laba Anak   Perusahaan              0.28%      0.26%      0.44%      0.00%      0.00%      0.00%
LABA BERSIH       2.38%2.87%4.73%5.05%5.28%5.25%
PENDAPATAN   KOMPREHENSIF   LAIN   Selisih Kurs   Penjabaran Laporan   Surplus Revaluasi   Aset            0.00%     0.00%            0.00%     0.00%            0.00%     0.00%            0.01%     0.13%            0.00%     0.04%            0.00%     0.00%
Pendapatan   Komprehensif   Lain Setelah Pajak 0.00%      0.00%      0.00%      0.14%      0.04%      0.00%
LABA   KOMPREHENSIF  2.38%    2.87%    4.73%    5.19%    5.32%    5.25%
Laba Bersih Per     0.00000051%    0.00000083%    0.00000078%    0.00000079%    0.00000078%
Saham Dasar          0.00000041%

Pada tahun 2009, WIKA memperoleh laba bersih sebesar

2,87%. Terjadi peningkatan laba bersih dari tahun 2008 sebesar

49

0,49% dikarenakan penurunan persentase HPP. Penurunan

persentase HPP tersebut kemudian berdampak pada kenaikan

laba operasi, laba sebelum pajak penghasilan, dan laba bersih

perusahaan.

Pada tahun 2010, terjadi kenaikan persentase laba bersih

yang signifikan. Perusahaan mengalami peningkatan keuntungan

sebesar 1,89% karena penurunan persentase HPP yang juga

signifikan. Persentase beban lain-lain juga menurun secara

signifikan sebesar 2,01% sehingga mendukung kenaikan laba

bersih.

Pada tahun 2011, kembali terjadi peningkatan persentase

laba bersih perusahaan. Namun, besar kenaikan persentase laba

bersih tersebut tidak sebesar tahun sebelumnya yang mencapai

1,89%. Pada tahun ini, kenaikan persentase tersebut hanya

sebesar 0,32% karena adanya kenaikan persentase beban lain-

lain.

Pada tahun 2012, persentase laba bersih perusahaan

mengalami peningkatan sebesar 0,23%. Persentase laba bersih

WIKA pada tahun 2012 adalah sebesar 5,28%. Meskipun

persentase HPP meningkat, beban operasi mengalami penurunan

persentase        sebesar 0,52%  sehingga          berdampak      pada

meningkatnya laba bersih perusahaan.

50

Pada    tahun   2013,   terjadi  penurunan       laba      bersih

perusahaan sebesar 0,03%. Penurunan persentase laba bersih

terjadi akibat kenaikan persentase beban operasi dan beban lain-

lain. Persentase beban operasi mengalami kenaikan sebesar

0,21% dan persentase beban lain-lain mengalami kenaikan

sebesar 1,30%.

4.1.3. Analisis Common Size Laporan Arus Kas

 200820092010201120122013
ARUS KAS DARI   AKTIVITAS OPERASI   Penerimaan Kas dari   Pelanggan   Pembayaran Kepada   Pemasok   Pembayaran Kepada   Direksi dan Karyawan   Pembayaran Beban Usaha   dan Lainnya   Penerimaan Bunga Jasa   Giro   Pembayaran Bunga   Pinjaman   Pembayaran Pajak-pajak        –   1404.21%       1438.98%       23.14%       14.20%       -11.82%       9.69%   30.03%            766.05%   –   634.43%       -13.50%       -6.70%       3.43%       -5.83%   -9.02%            2534.30%   –   2275.74%       -60.46%       -32.08%       13.77%       -4.58%   -75.21%            908.12%       -765.30%       -17.46%       -7.16%       4.09%       -1.87%   -20.42%            2024.54%   –   1846.47%       -34.08%       -18.66%       7.63%       -9.32%   -23.63%            3892.39%   –   3590.97%       -80.73%       -43.07%       8.34%       -22.15%   -63.81%
Kas Bersih Diperoleh   dari (Digunakan untuk)    100.00%    100.00%    100.00%    100.00%    100.00%    100.00%

51

Aktivitas Operasi      
    ARUS KAS DARI   AKTIVITAS   INVESTASI   Penurunan (Kenaikan)   Jaminan Usaha   Pembelian Aset Tetap   Penambahan Properti   Investasi   Laba Divestasi Anak   Perusahaan   Penempatan Saham Pada   Entitas Asosiasi   Penurunan (Kenaikan)   Investasi Ventura   Bersama   Penurunan (Kenaikan)   Aset lain-lain   Penurunan (Kenaikan)   Investasi Lainnya                    -0.61%   103.18%       0.00%       0.00%       15.02%           -18.15%       0.00%       0.56%                    0.74%   19.11%       0.00%       0.00%       48.67%           12.15%       0.00%       19.34%                    13.07%   34.84%       0.00%       -8.81%       -0.58%           60.24%       0.00%       1.24%                    -5.90%   35.88%       0.00%       0.00%       0.52%           25.14%       43.07%       1.31%                    0.62%   46.40%       4.09%       0.00%       2.49%           8.27%       38.26%       -0.13%                    -1.37%   97.54%       2.70%       0.00%       4.18%           10.87%       -17.66%       3.75%
Kas Bersih Diperoleh   dari (Digunakan untuk)   Aktivitas Investasi        100.00%        100.00%        100.00%        100.00%        100.00%        100.00%
    ARUS KAS DARI   AKTIVITAS      

52

PENDANAAN   Kenaikan (Penurunan)   Pinjaman Bank   Pembelian Kembali   Obligasi   Pembelian Kembali   Saham yang Beredar   Setoran Modal   Setoran Modal Pihak Non   Pengendali   Perubahan Ekuitas pada   Entitas Anak   Pembayaran Dividen,   Program Kemitraan dan   Bina Lingkungan   Kenaikan (Penurunan)   dari Aktivitas Pendanaan   Lainnya        175.43%       -51.13%       -9.28%   0.00%       0.00%       0.00%           -16.66%           1.64%        92.05%       0.00%       2.04%   0.00%       0.00%       -1.70%           10.91%           -3.30%        110.16%       0.00%       0.00%   23.96%       0.00%       0.00%           -34.12%           0.00%    –   1496.06%       0.00%       0.00%   -306.00%       0.00%       0.00%           1902.06%           0.00%        91.32%       0.00%       0.00%   18.09%       5.39%       0.00%           -14.80%           0.00%        225.04%       0.00%       0.00%   -26.52%       14.34%       -31.43%           -81.42%           0.00%
Kas Bersih Diperoleh   dari (Digunakan untuk)   Aktivitas Pendanaan        100.00%        100.00%        100.00%        100.00%        100.00%        100.00%

Pada tahun 2009, penerimaan kas dari pelanggan

mengalami       kenaikan          dan      pembayaran     kepada pemasok

mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2008, sehingga

diperoleh arus kas dari aktivitas operasi. Pada arus kas dari

aktivitas investasi, persentase terbesar penggunaan kas bersih 53

digunakan untuk penempatan saham pada entitas asosiasi, yaitu

sebesar 48,67%. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas

pendanaan mengalami kenaikan karena adanya penurunan

pinjaman bank.

Pada tahun 2010, penerimaan kas dari pelanggan

mengalami penurunan, disertai dengan penurunan pembayaran

kepada pemasok. Arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi

pun jumlahnya menurun secara signifikan. Terjadi peningkatan

penggunaan kas bersih untuk aktivitas investasi. Kas bersih

tersebut digunakan untuk pembelian aset tetap. Persentase

pembelian aset tetap terhadap kas bersih yang digunakan untuk

aktivitas investasi adalah sebesar 34,84%. Pada aktivitas

pendanaan, di tahun sebelumnya perusahaan menggunakan kas

bersih untuk aktivitas tersebut, namun pada tahun ini, perusahaan

menghasilkan kas dari aktivitas pendanaan.

Pada tahun 2011, terjadi peningkatan yang signifikan atas

kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi akibat

peningkatan penerimaan kas dari pelanggan. Dari aktivitas

investasi, terdapat kenaikan penggunaan kas bersih yang

diakibatkan     oleh     kenaikan          aset      lain-lain.          Dari     aktivitas

pendanaan, berbeda dengan tahun sebelumnya dimana ada kas

yang diperoleh dari aktivitas pendanaan, pada tahun ini kas bersih

digunakan untuk aktivitas pendanaan. Terjadi penurunan 54

pinjaman bank yang cukup signifikan sehingga kas bersih

digunakan untuk aktivitas pendanaan.

Pada tahun 2012, terjadi penurunan kas yang diperoleh

dari aktivitas operasi. Penerimaan kas dari pelanggan memang

mengalami peningkatan yang tinggi, namun jumlah pembayaran

kepada pemasok meningkat lebih tinggi. Dari aktivitas investasi,

terjadi kenaikan jaminan usaha, kenaikan aset lain-lain, dan

pembelian aset tetap yang berakibat pada meningkatnya kas yang

digunakan untuk aktivitas investasi. Dari aktivitas pendanaan,

terjadi peningkatan yang signifikan pad akas yang dihasilkan oleh

aktivitas pendanaan. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan

pinjaman bank yang signifikan.

Pada tahun 2013, kembali terjadi penurunan atas kas yang

diperoleh dari aktivitas operasi. Penurunan kas tersebut terjadi

karena adanya peningkatan pembayaran-pembayaran yang harus

dilakukan perusahaan. Dari aktivitas investasi, terjadi penurunan

kas yang digunakan untuk aktivitas investasi yang disebabkan

oleh penurunan aset lain-lain dan pembelian aset tetap. Dari

aktivitas pendanaan, terjadi penurunan kas bersih yang diperoleh

dari aktivitas pendanaan karena adanya penurunan setoran modal

yang signifikan serta perubahan ekuitas pada entitas anak.

4.2. Analisis Tren

4.2.1. Analisis Tren Neraca

Dari tahun ke tahun, aset lancar mengalami tren

penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya kas dan setara kas,

serta persediaan yang menunjukkan tren penurunan. Titik

tertinggi kas dan setara kas terjadi pada tahun 2009, sedangkan

titik terendah persediaan terjadi pada tahun 2010.

Sejak tahun 2008 hingga 2013, persentase jumlah aset

tidak lancar terus mengalami kenaikan. Hal ini didukung oleh

kenaikan aset tetap yang memegang pengaruh paling besar

terhadap jumlah aset tidak lancar. Titik terendah persentase aset

tetap terjadi pada tahun 2009.

Liabilitas jangka pendek WIKA mengalami trend

penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2013. Meskipun begitu, pada

tahun 2011 terjadi kenaikan persentase liabilitas jangka pendek

yang sangat signifikan. Pengaruh terbesar terhadap persentase

jumlah liabilitas jangka pendek berasal dari utang usaha pihak

ketiga. Meskipun begitu, persentase utang usaha pihak ketiga

menunjukkan tren kenaikan pada tahun 2009 hingga 2013.

Pada tahun 2008 hingga 2013, liabilitas jangka panjang

menunjukkan tren kenaikan. Pengaruh terbesar liabilitas jangka

panjang berasal dari uang muka proyek jangka panjang.

Meskipun        begitu, uang    muka   proyek jangka  panjang

menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2009 hingga 2013.

Titik terendah uang muka proyek jangka panjang terjadi pada

tahun 2010.

Secara umum, persentase jumlah liabilitas perusahaan

menunjukkan tren kenaikan pada 2009 hingga 2013. Meskipun

begitu, kenaikan persentase jumlah liabilitas tidak terjadi setiap

tahun. Pada tahun 2008 hingga 2010, persentase jumlah liabilitas

terus mengalami penurunan, namun pada tahun 2010 hingga

2013, persentase jumlah liabilitas mengalami kenaikan.

Persentase jumlah ekuitas mengalami tren penurunan

pada tahun 2008 hingga 2013. Titik tertinggi persentase jumlah

ekuitas terjadi pada tahun 2010. Persentase jumlah ekuitas sangat

dipengaruhi oleh persentase modal saham, tambahan modal

disetor, dan saldo laba.

Modal saham dan tambahan modal disetor menunjukkan

tren penurunan dari 2008 hingga 2013. Namun, persentase saldo

laba menunjukkan tren kenaikan. Titik tertinggi persentase saldo

laba terjadi pada tahun 2012.

4.2.2. Analisis Tren Laporan Laba Rugi

Laba kotor perusahaan menunjukkan tren kenaikan dari

tahun ke tahun. Namun, penurunan persentase laba kotor terjadi

pada tahun 2011 dan 2012. Titik tertinggi persentase laba kotor

terjadi pada tahun 2013, sedangkan titik terendahnya terjadi pada

tahun 2008.

Laba operasi perusahaan menunjukkan tren kenaikan dari

tahun ke tahun. Namun, penurunan persentase laba operasi terjadi

pada tahun 2011 dan 2012. Titik tertinggi persentase laba kotor

terjadi pada tahun 2013, sedangkan titik terendahnya terjadi pada

tahun 2008.

Pendapatan (beban) lain-lain perusahaan menunjukkan

tren penurunan dari tahun 2008 hingga 2013. Namun, kenaikan

persentase pendapatan (beban) lain-lain yang signifikan terjadi

pada tahun 2010. Titik tertinggi persentase pendapatan (beban)

lain-lain terjadi pada tahun 2010, sedangkan titik terendahnya

terjadi pada tahun 2009.

Laba sebelum pajak penghasilan menunjukkan tren

kenaikan dari tahun ke tahun. Tidak terjadi penurunan laba

sebelum pajak penghasilan dari tahun 2008 hingga 2013. Titik

tertinggi persentase laba sebelum pajak penghasilan terjadi pada

tahun 2013, sedangkan titik terendahnya terjadi pada tahun 2008.

Jumlah penghasilan     (beban)            pajak    perusahaan

menunjukkan tren penurunan dari tahun 2008 hingga 2013. Tidak

terjadi kenaikan jumlah penghasilan pajak dari tahun 2008 hingga

2013. Titik tertinggi persentase penghasilan (beban) pajakterjadi

pada tahun 2008, sedangkan titik terendahnya terjadi pada tahun

2013.

Laba bersih menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke

tahun. Tidak terjadi penurunan laba bersih dari tahun 2008

hingga 2013. Titik tertinggi persentase laba sebelum pajak

penghasilan terjadi pada tahun 2012, sedangkan titik terendahnya

terjadi pada tahun 2008.

4.2.3. Analisis Tren Laporan Arus Kas

Penerimaan kas dari pelanggan menunjukkan tren

kenaikan. Pada tahun 2008, persentase penerimaan kas dari

pelanggan bernilai negatif disebabkan oleh angka pembanding,

yaitu kas yang diperoleh (digunakan untuk) aktivitas operasi yang

bernilai negatif. Titik terendah presentase penerimaan kas dari

pelanggan terjadi pada tahun 2008, sedangkan titik tertingginya

terjadi pada tahun 2013.

Pembayaran     kepada pemasok          menunjukkan   tren

penurunan. Pada tahun 2008, persentase pembayaran kepada

pemasok bernilai positif disebabkan oleh angka pembanding,

yaitu kas yang diperoleh (digunakan untuk) aktivitas operasi yang

bernilai negatif. Titik terendah presentase pembayaran kepada

pemasok terjadi pada tahun 2013, sedangkan titik tertingginya

terjadi pada tahun 2008.

Pembelian aset tetap yang mempengaruhi jumlah kas

yang digunakan untuk aktivitas investasi menunjukkan tren

kenaikan. Meskipun begitu, pada tahun 2009 terjadi penurunan

persentase pembelian aset tetap yang sangat signifikan. Titik

terendah presentase pembelian aset tetap terjadi pada tahun 2009,

sedangkan titik tertingginya terjadi pada tahun 2008.

Penurunan (kenaikan) investasi ventura bersama yang

mempengaruhi jumlah kas yang digunakan untuk aktivitas

investasi menunjukkan tren kenaikan. Pada tahun 2008,

persentase bernilai negatif karena terjadi penurunan investasi

ventura bersama. Pada tahun 2010, terjadi kenaikan persentase

penurunan (kenaikan) investasi ventura bersama yang sangat

signifikan. Titik terendah presentase penurunan (kenaikan)

investasi ventura bersama terjadi pada tahun 2008, sedangkan

titik tertingginya terjadi pada tahun 2010.

Kenaikan         (penurunan)     pinjaman          bank    yang

mempengaruhi jumlah kas yang diperoleh dari (digunakan untuk)

aktivitas pendanaan menunjukkan tren penurunan. Pada tahun

2011, persentase menurun secara signifikan karena pengaruh

angka pembanding, yaitu jumlah kas yang diperoleh dari

(digunakan untuk) aktivitas pendanaan. Titik terendah presentase

kenaikan (penurunan) pinjaman bank terjadi pada tahun 2011,

sedangkan titik tertingginya terjadi pada tahun 2013.

Pembayaran dividen, program kemitraan dan bina

lingkungan yang mempengaruhi jumlah kas yang diperoleh dari

(digunakan untuk) aktivitas pendanaan menunjukkan tren

kenaikan. Pada tahun 2011, persentase menurun secara signifikan

karena pengaruh angka pembanding, yaitu jumlah kas yang

diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas pendanaan. Titik

terendah presentase pembayaran dividen, program kemitraan dan

bina lingkungan terjadi pada tahun 2013, sedangkan titik

tertingginya terjadi pada tahun 2011.

4.3.      Analisis Rasio

4.3.1. Analisis Rasio Likuiditas

 200820092010201120122013
    1    Rasio LancarAset Lancar    1.44    1.44    1.36    1.14    1.10    1.10
Kewajiban   Lancar
 
        2        Rasio CepatKas +   sekuritas +   piutang        0.58        0.61        0.58        0.50        0.44        0.40
Kewajiban   Lancar  
 
      3      Rasio KasKas +   Sekuritas      0.29      0.35      0.34      0.24      0.23      0.19
Kewajiban   Lancar
 
    4  Modal Kerja Bersih   Terhadap AsetModal Kerja   Bersih  Rp   0.28  Rp   0.27  Rp   0.21  Rp   0.09  Rp   0.06  Rp   0.06
Jumlah Aset

Rasio lancar menggambarkan kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban lancar dengan aset lancar. WIKA

menunjukkan tren penurunan rasio lancar setiap tahunnya pada

periode 2008-2013. Manajemen perusahaan perlu memperhatikan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar

menggunakan aset lancar, karena nilai rasio ini terus mengalami

penurunan.

Rasio cepat menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan aset lancar yang

lebih likuid. Persediaan merupakan aset lancar yang masih

membutuhkan waktu cukup lama untuk diubah menjadi kas,

sehingga persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan rasio

cepat. Rasio cepat WIKA menunjukkan tren penurunan pada

periode 2008-2013. Nilai terendah rasio cepat WIKA terjadi pada

tahun 2013, dengan besaran nilai 0,40. Dapat disimpulkan bahwa

setiap tahunnya, kemampuan WIKA mengalami penurunan

kemampuan untuk memenuhi kewajiban lancarnya dengan aset

lancar yang lebih likuid.

Rasio kas mengalami fluktuasi nilai dalam periode 2008-

2013. Nilai terendah rasio kas terdapat pada tahun 2013 dengan

besar nilai rasio 0,19, sedangkan nilai tertingginya terdapat pada

tahun 2009 dengan besar nilai rasio 0,35. Dengan analisis tren,

ditemukan bahwa rasio kas mengalami tren penurunan. Oleh

karena itu, WIKA perlu meningkatkan kemampuan dalam

memenuhi kewajiban lancar dengan kas dan setara kas.

Rasio modal kerja bersih terhadap aset menggambarkan

perbandingan antara jumlah aset yang ada dengan modal kerja

bersih perusahaan. Pada periode 2008-2013, WIKA menunjukkan

tren penurunan setiap tahunnya. Titik terendah nilai rasio ini

terjadi pada tahun 2012 dan 2013, sedangkan titik tertingginya

terjadi pada tahun 2008.

Dengan menggunakan rasio likuiditas, dapat disimpulkan

bahwa sebagian rasio pada rasio likuiditas mengalami tren

penurunan. Hal ini tidak baik bagi perusahaan karena

dikhawatirkan bahwa di masa depan, perusahaan akan mengalami

kesulitan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya.

Sebagian besar rasio likuiditas justru menunjukkan titik terendah

pada tahun 2013.

74

4.3.2. Analisis Rasio Solvabilitas

 200820092010201120122013
  1Rasio Total   KewajibanJumlah Kewajiban  0.75  0.71  0.70  0.73  0.74  0.74
Jumlah Aset 
 
    2Rasio Utang   Terhadap   EkuitasUtang jangka   panjang    0.47    0.38    0.38    0.44    0.57    0.64
Jumlah Ekuitas 
 
      3  Rasio Utang   Jangka   PanjangUtang Jangka   Panjang      0.32      0.28      0.28      0.31      0.36      0.39
Utang jangka   panjang + ekuitas 
 
      4Tingkat   Kemampuan   Membayar   BungaEBIT      6.61      8.93      45.51      35.18      15.08      14.91
        Pembayaran Bunga
 
  5Rasio   Cakupan KasEBIT + Penyusutan  7.46  9.78  50.83  39.54  17.15  15.99
Pembayaran Bunga

Rasio total kewajiban menggambarkan seberapa besar

aset perusahaan dibiayai oleh utang. Pada perusahaan WIKA,

rasio total kewajiban mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Namun, perubahan nilai rasio total kewajiban tersebut tiap

tahun tidak signifikan. Nilai rasio total kewajiban tertinggi

terjadi pada tahun 2008, dan nilai terendahnya terjadi pada

tahun 2010. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2008,

penggunaan utang untuk pembiayaan aset PT. Wijaya Karya

mencapai titik tertingginya dalam periode 2008-2013.

Rasio kewajiban terhadap ekuitas menggambarkan

kemampuan     perusahaan      memenuhi        kewajibannya

menggunakan ekuitas. Pada periode 2008-2013, nilai rasio

kewajiban terhadap ekuitas WIKA mengalami fluktuasi. Nilai

rasio kewajiban terhadap ekuitas tertinggi terjadi pada tahun

2013, dan nilai terendahnya terjadi pada tahun 2009 dan

2010. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan tertinggi ekuitas

PT. Wijaya Karya dalam memenuhi kewajibannya terjadi

pada tahun 2013.

Rasio   utang   jangka  panjang            menggambarkan

kemampuan perusahaan membayar utang jangka panjangnya.

Pada periode 2008-2013, nilai rasio utang jangka panjang

juga mengalami fluktuasi, namun perbedaan nilai tersebut

tidak signifikan. Nilai rasio utang jangka panjang tertinggi

terjadi pada tahun 2012, dan nilai terendahnya terjadi pada

tahun 2009 dan 2010.

Rasio   tingkat kemampuan     membayar        bunga

menggambarkan          kemampuan     laba      operasi perusahaan

memenuhi biaya bunga yang ditimbulkan dari utang. Pada

periode 2008-2013, nilai rasio tingkat kemampuan membayar

bunga WIKA mengalami fluktuasi. Kemampuan tertinggi

WIKA untuk membayar bunga yang ditimbulkan oleh utang

terjadi pada tahun 2010, sedangkan kemampuan terendahnya

terjadi pada tahun 2008.

Rasio cakupan kas menggambarkan kemampuan laba

operasi dan beban penyusutan perusahaan dalam membayar

biaya bunga. Pada periode 2008-2013, nilai rasio cakupan kas

WIKA juga mengalami fluktuasi. Kemampuan tertinggi laba

operasi dan beban penyusutan WIKA untuk membayar bunga

77

yang ditimbulkan oleh utang terjadi pada tahun 2010,

sedangkan kemampuan terendahnya terjadi pada tahun 2008.

Dalam analisis rasio solvabilitas, beberapa rasio

antara lain rasio total kewajiban, rasio utang terhadap ekuitas,

serta rasio utang jangka panjang mengalami fluktuasi nilai

yang tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan

perusahaan memenuhi seluruh kewajibannya cenderung tidak

berubah dalam periode 2008-2013. Pada rasio cakupan kas

dan tingkat kemampuan membayar bunga, terjadi tren

kenaikan. Hal ini berarti kemampuan perusahaan untuk

membayar bunga yang ditimbulkan oleh adanya utang

semakin hari semakin baik.

4.3.3. Analisis Rasio Aktivitas

 200820092010201120122013
    1Rasio   Perputaran   PersediaanHPP    6.74    4.98    6.24    8.97    8.88    9.34
Rata-rata   Persediaan
 
    2Rasio   Perputaran   AsetPenjualan    1.32    1.15    1.00    1.06    1.02    1.01
Rata-rata Jumlah   Aset
 
3PerputaranModal Kerja0.290.350.340.240.230.19

78

 Modal   Kerja   BersihBersih      
    Jumlah Aset
 
      4  Periode   penagihan   piutangRata-rata   piutang      31.82      52.92      53.69      52.40      49.38      43.92
Rata-rata   penjualan harian
 
    5Periode   Penjualan   PersediaanRata-rata   persediaan    5.19    7.02    5.61    3.90    3.94    3.75
HPP/365

Rasio perputaran persediaan memberikan informasi

berapa kali perputaran dana yang ditanamkan dalam

inventory dalam satu periode. Pada periode 2008-2013, nilai

rasio perputaran persediaan WIKA mengalami fluktuasi.

Kemampuan tertinggi perputaran dana WIKA dalam bentuk

persediaan terjadi pada tahun 2013, sedangkan kemampuan

terendahnya terjadi pada tahun 2009.

Rasio perputaran aset menggambarkan besarnya

penjualan yang diperoleh dari jumlah aset. Pada periode

2008-2013, nilai rasio perputaran aset WIKA mengalami

fluktuasi. Kemampuan tertinggi perputaran aset WIKA terjadi

pada tahun 2008, sedangkan kemampuan terendahnya terjadi

pada tahun 2010.

Rasio perputaran modal kerja bersih membandingkan

modal kerja bersih perusahaan terhadap jumlah aset yang

dimilikinya. Pada periode 2008-2013, nilai rasio perputaran

modal kerja bersih WIKA mengalami fluktuasi. Kemampuan

tertinggi perputaran modal kerja bersih WIKA terjadi pada

tahun 2009, sedangkan kemampuan terendahnya terjadi pada

tahun 2013.

Periode penagihan piutang memberikan informasi

mengenai jumlah waktu (hari) yang dibutuhkan untuk

penagihan        piutang.           Pada    periode            2008-2013,      periode

penagihan piutang WIKA mengalami fluktuasi. Periode

penagihan piutang tercepat terjadi pada tahun 2008 dengan

waktu 32 hari, sedangkan periode penagihan piutang terlama

terjadi pada tahun 2010 dengan waktu 54 hari.

80

Periode penjualan persediaan memberikan informasi

mengenai jumlah waktu (hari) yang dibutuhkan untuk

menjual persediaan. Pada periode 2008-2013, periode

penjualan persediaan WIKA mengalami fluktuasi. Periode

penjualan persediaan tercepat terjadi pada tahun 2013 dengan

waktu 3,75 (4) hari, sedangkan periode penjualan persediaan

terlama terjadi pada tahun 2009 dengan waktu 7,02 (8) hari.

Secara umum, penurunan tren rasio perputaran aset

dan perputaran modal kerja bersih, serta kenaikan tren

periode            penagihan        piutang            berefek            tidak    baik     pada

perusahaan karena tingkat efektivitas perusahaan terus

menurun. Sementara itu, kenaikan tren rasio perputaran

persediaan dan penurunan tren periode penjualan persediaan

berefek baik bagi perusahaan karena menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin efektif.

4.3.4. Rasio Profitabilitas

 200820092010201120122013
  1Margin Laba   BersihLaba Bersih  0.02  0.03  0.05  0.05  0.05  0.05
Penjualan
 
    2  Margin Laba   OperasiLaba Bersih   + Bunga    0.04    0.07    0.07    0.07    0.07    0.08
Penjualan

81

  
      3      ROALaba bersih      0.03      0.03      0.05      0.05      0.05      0.05
Rata-rata   Jumlah   Aset
 
      4      ROELaba Bersih      0.06      0.10      0.11      0.14      0.15      0.17
Rata-rata   Jumlah   Ekuitas
 
    5Rasio   Pembayaran   DividenDividen    0.00022    0.00023    0.00019    0.00027    0.00022    0.00024
    Laba
 
    6  Rasio Saldo   Laba1 – Rasio   Pembayaran   Dividen    0.9998    0.9998    0.9998    0.9997     0.9998
0.9998
 
    7Pertumbuhan   Ekuitas dari   Saldo LabaRasio Saldo   laba    0.06    0.10    0.11    0.14    0.15    0.17
ROE

Margin laba bersih menggambarkan besarnya laba

bersih yang diperoleh atas penjualan. Pada periode 2008-

2013,   margin laba      bersih   WIKA menunjukkan tren

peningkatan. Artinya, tahun demi tahun, WIKA semakin

mampu meningkatkan besarnya laba bersih yang diperoleh

atas penjualannya. Margin laba bersih tertinggi terjadi pada

tahun 2010 hingga tahun 2013 dengan nilai 0,05, sedangkan

margin laba terendah terjadi pada tahun 2008 dengan nilai

0,02.

Margin laba operasi menggambarkan besarnya laba

operasi yang diperoleh atas penjualan. Pada periode 2008-

2013, margin laba operasi WIKA terus menunjukkan tren

peningkatan. Margin laba operasi tertinggi terjadi pada tahun

2013 dengan nilai 0,08, sedangkan margin laba terendah

terjadi pada tahun 2008 dengan nilai 0,04.

ROA (Return On Asset) menggambarkan tingkat

pengembalian (laba bersih) atas aset. ROA PT. Wijaya Karya

terus menunjukkan tren peningkatan pada periode 2008-2013.

ROA tertinggi terjadi pada tahun 2010 hingga 2013 dengan

nilai sebesar 0,05. Maksud dari nilai rasio sebesar 0,05

tersebut adalah setiap Rp.1 aset yang dimiliki perusahaan

mampu menghasilkan pengembalian berupa laba bersih

sebesar Rp. 0,05.

ROE (Return On Equity) menggambarkan tingkat

pengembalian (laba bersih) atas ekuitas. ROE PT. Wijaya

Karya terus menunjukkan tren peningkatan pada periode

2008-2013. ROE tertinggi terjadi pada tahun 2013 dengan

nilai sebesar 0,17. Maksud dari nilai rasio sebesar 0,17

tersebut adalah setiap Rp.1 ekuitas yang ditanamkan di

perusahaan, perusahaan mampu menghasilkan pengembalian

berupa laba bersih sebesar Rp. 0,17. Sedangkan nilai ROE

terendah WIKA terjadi pada tahun 2008 dengan besaran nilai

rasio 0,06.

Rasio pembayaran dividen menggambarkan besarnya

dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa atas

laba yang diperoleh perusahaan. Rasio pembayaran dividen

tertinggi yang dilakukan perusahaan adalah pada tahun 2011,

sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2010. Rasio

84

saldo laba menggambarkan besarnya saldo laba atas setiap

rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Rasio saldo laba

terendah di WIKA pada periode 2008-2013 terjadi pada tahun

2011 dengan nilai rasio sebesar 0,9997.

Rasio   pertumbuhan   ekuitas dari      saldo    laba

menggambarkan tingkat pertumbuhan ekuitas atas adanya

saldo laba. Pada periode 2008-2013, rasio pertumbuhan

ekuitas dari saldo laba tertinggi di WIKA terjadi pada tahun

2013. Sedangkan nilai rasio terendahnya terjadi pada tahun

2008 dengan nilai 0,06.

Secara umum, rasio profitabilitas menunjukkan tren

peningkatan. Peningkatan tren ini berakibat baik bagi

perusahaan      karena  kemampuan     perusahaan      untuk

menghasilkan laba semakin hari semakin baik. Dapat

disimpulkan     bahwa  WIKA telah    memiliki          tingkat

profitabilitas perusahaan yang baik.

4.3.5. Analisis Rasio Pasar

 200820092010201120122013
    1    EPSLaba Bersih    26.69    32.37    47.47    64.86    85.70    101.69
Jumlah Saham   Beredar
 

85

      2Rasio Harga   Saham   Terhadap   LabaHarga Per   Lembar Saham      3.75      3.09      2.11      1.54      1.17      0.98
    EPS 

EPS (Earning Per Share) memberikan informasi

mengenai besarnya laba bersih untuk tiap lembar saham

biasa. Pada 2008-2013, EPS PT. Wijaya Karya terus

mengalami peningkatan, sehingga laba bersih per lembar

saham perusahaan terus meningkat. EPS tertinggi WIKA

pada periode 2008-2013 terjadi pada tahun 2013.

Rasio harga saham terhadap laba menggambarkan

tingkat laba berdasarkan harga saham saat dibeli. Analisis

rasio ini akan menunjukkan kesesuaian harga saham dengan

nilai perusahaan yang sebenarnya. Rasio harga saham

terhadap laba PT. Wijaya Karya terus mengalami penurunan

setiap tahunnya, berarti tahun demi tahun, harga saham

WIKA semakin menggambarkan nilai perusahaan yang

sesungguhnya.

4.4.      Analisis DuPont

4.4.1. Analisis Horizontal DuPont

ROA mengukur profitabilitas dari jumlah aset, yaitu

besarnya laba bersih dan bunga yang dapat dihasilkan oleh setiap

rupiah aset. Karena ROA menggambarkan tingkat profitabilitas

perusahaan, maka tentunya investor akan menyukai nilai ROA

yang besar. PT. Wijaya Karya memiliki ROA yang terus

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Nilai ROA tertinggi

WIKA terdapat pada tahun 2013.

ROE mengukur profitabilitas dari jumlah ekuitas, yaitu

besarnya laba bersih terhadap setiap rupiah ekuitas perusahaan.

Investor lebih menyukai ROE yang besar karena tingkat

pengembalian yang diperoleh atas investasi yang mereka lakukan

semakin besar. PT. Wijaya Karya memiliki ROE yang

mengalami tren kenaikan pada periode 2008-2013. ROE tertinggi

perusahaan memiliki nilai tertinggi pada tahun 2013.

4.4.2. Analisis Vertikal DuPont

Pada setiap tahun dalam periode 2008-2013, nilai ROE

selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai ROA. Hal ini

menunjukkan   bahwa  kemampuan     ekuitas WIKA untuk

menghasilkan laba lebih besar daripada kemampuan aset untuk

menghasilkan laba. Selisih ROA dan ROE terbesar terdapat pada

tahun 2013, yaitu sebesar 13,71%.

  • PENUTUP

Hasil analisis common size menunjukkan bahwa PT. Wijaya

Karya memiliki persentase aset lancar yang cenderung terus menurun

setiap tahunnya. Perusahaan mendanai kegiatan usahanya menggunakan

utang, sehingga WIKA dapat dikatakan merupakan perusahaan leverage.

WIKA lebih banyak menggunakan utang jangka pendek dibandingkan

utang jangka panjang.

Pada neraca, jumlah ekuitas perusahaan sangat dipengaruhi oleh

modal saham, saldo laba, serta tambahan modal disetor. Dari laporan

laba rugi, besar laba bersih perusahaan mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Dari laporan arus kas pada periode 2008-2013, besar arus kas

yang berasal maupun digunakan untuk aktivitas operasi, investasi,

maupun pendanaan mengalami fluktuasi.

Hasil analisis rasio solvabilitas menunjukkan bahwa kemampuan

perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya sudah cukup baik,

namun hasil analisis rasio likuiditas menunjukkan bahwa kemampuan

perusahaan      memenuhi        kewajiban        jangka  pendeknya       mengalami

penurunan setiap tahunnnya. Hasil analisis rasio aktivitas juga

menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan

sudah cukup efektif, namun di masa depan keefektifan tersebut perlu

ditingkatkan lagi. Hasil analisis rasio pasar menunjukkan peningkatan

89

laba bersih atas tiap lembar saham setiap tahunnya, serta harga saham

perusahaan semakin sesuai dengan nilai perusahaan yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Prenada Media

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

(PSAK) No 1: Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Alwi, Hasan, dkk. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).

Jakarta: Balai Pustaka

Analisis Rasio & Anallisis Laporan Keuangan Perusahaan

Whildan P. & Daniel Sugama Stephanus
Makalah Manajemen Keuangan
Program Studi Akuntansi – Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Ma Chung – Kabupaten Malang
2014

Abstrak
Isi dari makalah ini membahas tentang bagaimana cara menganalisis suatu laporan keuangan dalam suatu perusahaan dalam jangka waktu5 tahun yaitu dari tahun 2006 –2012. Alat yang di gunakan menghitung berupa analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio pasar begitu juga adanya Common Zise yang berupa Horisontal dan Vertical untuk membantu dalam menganalisis suatu laporan keuangan perusahaan seperti yang saya ambil adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, ini semua juga bisa sebagai sumber orang yang akan berinvestasi kepada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk itu sendiri, di sini saya memberi gambaran kepada mahasiswa yang akan mendalami manajemen keuangan atau analisis keuangan.
Kata-kata kunci: Analisis Rasio, Common Size, Manajemen Keuangan

  1. PENDAHULUAN
    Setiap perusahaan selalu berusaha untuk tumbuh dan berkembang
    meningkatkan pendapatkan dan memaksimalkan laba juga menambah nilai dari
    perusahaan tersebut. Salah satunya dengan cara berinvestasi. Investasi yang
    dilakukan bisa berupa penggantian asset, melakukan ekspansi dengan cara
    menambah atau memperbanyak anak perusahaan. Sebuah perusahaan bila ingin
    melakukan investasi harus mempertimbangkan banyak hal agar tidak terjadi
    kesalahan yang merugikan perusahaan. Oleh karena itu, analisis rasio sangat di
    butuhkan untuk mengetahui perkemabangan suatu perusahaan. Pengetian Analisis
    rasio itu sendiri merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam
    analisis laporan financial. Hasil dan analisa ini merupakan dasar untuk dapat
    menintrepretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
    Rasio dapat dihitung berdasarkan financial statement yang telah tersedia
    yang terdiri dari Balance sheet atau neraca, yang menunjukkan posisi finansial
    perusahaan pada suatu saat.Income statement atau rugi-laba yang merupakan
    laporan operasi perusahaan selama periode tertentu. Tujuan dari analisis rasio
    adalah membantu manajer finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh
    perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya terbatas berasal dari
    financial statement. Analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi
    kepentingan internal perusahaan melainkan juga dari pihak luar. Dalam hal ini
    adalah calon investor atau kreditur yang akan menanamkan modal mereka dalam
    perusahaan melalui pasar modal dengan cara membeli saham perusahaan yang go
    public. Bagi manajer financial, dengan menghitung rasio-rasio tertentu akan
    memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh
    perusahaan dibidang finansial, sehingga dapat membuat keputusan-keputusan
    yang penting bagi kepentingan ada perusahaan untuk masa yang akan datang.
    Sedangkan bagi investor, atau calon pembeli saham merupakan bahan
    pertimbangan apakah menguntungkan untuk membeli saham perusahaan yang
    bersangkutan atau tidak.
  2. LANDASAN TEORI
    2.1 Laporan Keuangan
    Baridwan (….) menyatakan bahwa Laporan keuangan adalah merupakan
    ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan, dan transaksi-
    transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan.
    Kemudian, pengertian di dalam standar akuntansi keuangan, Laporan keuangan
    adalah merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan keuangan
    lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
    keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti sebagai laporan arus
    kas), catatan, laporan keuangan lain, dan materi penjelasan yang bagian integral
    dari laporan keuangan. Pada umumnya, laporan keuangan itu terdiri dari neraca,
    laporan laba-rugi, serta laporan perubahan modal, tetapi dalam praktik keseharian
    sering pula diikut sertakan kelompok lain yang sifatnya membantu memperoleh
    penjelasan, seperti laporan sumber dan penggunaan kas atau arus kas, laporan
    biaya produksi, dan lain-lain. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dipakai
    sebagai alat berkomunikasi dengan pihak-pihak berkepentingan dengan data
    keuangan perusahaan, dan karena itulah sering juga disebut sebagai language of business.
    Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa laporan keuangan merupakan hasil
    tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan
    terdiri dari empat laporan dasar, yaitu:
    • Neraca, menunjukkan posisi keuangan yang meliputi kekayaan, kewajiban
    serta modal pada waktu tertentu.
    • Laporan rugi-laba, menyajikan hasil usaha perusahaan yang meliputi
    pendapatan dan biaya (beban) yang dikeluarkan sebagai akibat dari
    pencapaian tujuan dalam suatu periode tertentu.
    • Laporan perubahan modal/laba ditahan, yang memuat tentang saldo awal
    dan akhir laba ditahan dalam Neraca untuk menunjukkan suatu analisa
    perubahan besarnya laba selama jangka waktu tertentu.
    • Laporan arus kas, memperlihat aliran kas selama periode tertentu, serta
    memberikan informasi terhadap sumber-sumber kas serta penggunaan kas
    dari setiap kegiatan dalam periode yang dicakup.
    2.2 Rasio Keuangan
    Menurut Weston (….), bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut:
  3. Rasio Likuiditas
    Jenis-jenis Rasio Likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk
    mengukur kemampuan yaitu:
    a. Rasio Lancar (Current Ratio)
    Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
    dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
    tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio lancar dapat pula
    dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of
    safety) suatu perusahaan.
    b. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
    Rasio ini juga disebut Rasio Cepat, merupakan rasio yang menunjukkan
    kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau
    utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
    memperhitungkan nilai persediaan (Inventory).
    c. Rasio Kas (Cash Ratio)
    Disamping kedua rasio yang sudah dibahas diatas, terkadang perusahaan
    juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar benar siap untuk
    digunakan untuk membayar utangnya. Artinya dalam hal ini perusahaan
    tidak perlu menunggu untuk menjual atau menagih utang lancar lainnya
    yaitu dengan menggunakan rasio lancar. Rasio kas merupakan alat yang
    digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
    membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari
    tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro
    atau tabungan bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio
    ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk
    membayar utang-utang jangka pendeknya.
    d. Ratio Perputaran Kas
    MenurutGill (….) ,rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat
    kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar
    tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk
    mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan
    biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Hasil perhitungan rasio
    perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut:
  4. Apabila rasio tagihan perputaran kas tinggi, ini berarti ketidak
    mampuan perusahaan dalam membayar tagihan.
  5. Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah dapat diartikan kas
    yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat
    sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas lebih sedikit.
    e. Inventory To Net Working Capital
    Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau
    membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal
    kerja perusahaan. Modal kerjatersebut terdiri dari pengurangan antara
    aktiva lancar dengan utang lancar.
  6. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
    Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
    mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Artinya, berapa besar beban
    utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam
    arti luar dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
    perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
    maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
    Jenis-jenis Rasio Solvabilitas yang dapat digunakan perusahaan untuk
    mengukur kemampuan yaitu:
    a. Total Uang Dibandingkan Dengan Total Aktiva (Total Debt to Assets Ratio)
    Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
    perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
    seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
    utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Semakin
    tinggi rasio ini maka pendanaan dengan utang semakin banyak. Maka
    semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman
    karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya
    dengan aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka
    semakin kecil perusahaan dibiayai utang.
    b. Total Uang Dibandingkan Dengan Rasio Utang (Total Debt to Equity Ratio)
    Rasio ini merupakan rasio yang digunakan manila utang dengan ekuitas.
    Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang
    termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini digunakan untuk
    mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik
    perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
    rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk pinjaman utang.
    c. Jumlah Kali Perolehan Bunga (Times Interest Erned Ratio)
    Rasio ini merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga.
    Rasio ini untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini juga
    diartikan sebagai alat ukur mengukur kemampuan perusahaan untuk
    membayar biaya bunga.
    Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan
    dapat bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh
    tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya apabila
    rasionya rendah semakin rendah pula kemampuan perusahaanuntuk
    membayar bunga dan biaya lainnya.
    d. Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio)
    Rasio ini merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal
    sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap
    rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan
    cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri
    yang disediakan oleh perusahaan.
    e. Lingkup Biaya Tetap (Fixed Charge Coverage)
    Rasio ini merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Ratio. Hanya
    saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan
    memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan
    kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga
    ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang.
    f. Lingkup Arus Kas (Cash Flow Charge)
  7. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
    Rasio aktivitas adalah rasio yang mrngukur efektivitas perusahaan dalam
    menggunakan atau memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.
    a. Perputaran Piutang (Receivables Turn Over)
    Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
    penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam
    dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
    b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
    Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
    berapa kali dana yang di tanamkan dalam persediaan ini berputar dalam
    satu periode. Rasio ini juga dapat menunjukkan berapa kali jumlah barang
    persediaan di ganti dalam satu tahun.
    Semakin tinggi rasio ini maka hal ini menunjukkan perusahaan bekerja
    semakin efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian juga
    sebaliknya, maka perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak
    produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk, hal ini akan
    mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah.
    c. Rata-Rata Jangka Waktu Penagihan/Perputaran Piutang (Average
    Collection Period)
    d. Rata – Rata Hari Persediaan/perputaran Persediaan (Average Days Inventory)
    e. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)
    Merupakan rasio yang digunakan untuk untuk mengukur berapa kali dana
    yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Dengan
    kata lain rasio ini untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan
    kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum.
    f. Perputaran Modal Kerja
    Rasio ini merupakan salah satu rasio yang mengukur atau menilai
    keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya
    seberapa banyak modal kerja berputar dalam satu periode.
    Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan perusahaan sedang
    kelebihan modal kerja. Sebaliknya perputaran modal kerja yang tinggi
    menunjukkan perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.
    g. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)
    Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran
    semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
    penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
  8. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
    Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
    mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas
    manajemen seatu perusahaan.
    a. Margin Laba Penjualan (Profit Margin On Sales)
    Rasio profit margin atas penjualan merupakan salah satu rasio yang
    digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan.
    Margin Laba Kotor, dapat digunakan untuk menentukan Harga Pokok Penjualan.
    Margin Laba Bersih, menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.
    b. Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment/ROI)
    ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
    yang digunakan dalam perusahaan. Juga merupakan suatu ukuran tentang
    efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
    c. Hasil Pengembalian Investasi (ROI) Dengan Pendekatan Du Pont
    Hasil Pengembalian Investasi seperti rumus diatas dapat juga dicari
    dengan menggunakan pendekatan Do Pont dengan rumus sebagai berikut :
    d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
    Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah
    pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan efisiensi
    penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya
    posisi pemilik perusahaan semakin kuat.
    e. Hasil Pengembalian Ekuitas (ROA) Dengan Pendekatan Du Pont
    Hasil Pengembalian Ekuitas seperti rumus diatas, dapat juga dicari dengan
    menggunakan pendekatan Do Pont dengan rumus sebagai berikut :
    f. Laba per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Commont Stock)
    Rasio ini disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur
    keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.
  9. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
    Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
    mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian
    dan sector usahanya.
    a. Pertumbuhan Penjualan
    b. Pertumbuhan Laba Bersih
    c. Pertumbuhan Pendapatan Per saham
    d. Pertumbuhan Dividen Per saham
  10. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
    Merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan menajemen dalam
    menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.
    a. Rasio Harga Saham Terhadap Pendapatan
    b. Rasio Nilai Pasar Saham Terhadap Nilai Buku
  11. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
    3.1 Data Perusahaan
    SMART adalah salah satu yang terbesar, publisitas yang terdaftar, perusahaan
    konsumen berbasis kelapa sawit terintegrasi di Indonesia yang berkomitmen
    untuk produksi minyak sawit berkelanjutan. didirikan pada tahun 1962,
    perkebunan kelapa SMART memiliki cakupan area total sekitar hampir 138,800
    hektar. SMART juga mengoperasikan 15 pabrik, empat pabrik kernel crushing
    dan empat kilang. SMART mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada
    tahun 1992.
    Kegiatan utama SMART adalah penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit,
    pengolahan tandan buah segar menjadi minyak mentah sawit dan inti sawit, dan
    penyulingan CPO menjadi produk bernilai tambah seperti minyak goreng,
    margarin dan shortening. selain minyak curah dan industrial, produk rafinasi
    SMART juga dipasarkan dengan beberapa merek dagang seperti Filma dan Kunci
    Mas. hari ini, merek ini telah diakui untuk kualitas tinggi, serta menguasai pangsa
    pasar yang signifikan di segmen masing-masing di Indonesia. SMART adalah
    anak perusahaan Golden Agri-Resources Ltd, yang merupakan salah satu telapak
    perusahaan berbasis terbesar di dunia yang tercatat di Bursa Singapura. SMART
    juga mengelola seluruh perkebunan kelapa sawit GAR, yang memiliki total lahan
    yang ditanami dari 471,500 hektar termasuk perkebunan di Indonesia, seperti di
    30 Juni 2014. Hubungan ini manfaat SMART dengan skala ekonomisnya dalam
    hal manajemen perkebunan, teknologi informasi, sumber bahan baku material,
    dan akses ke jaringan pemasaran yang luas domestik dan internasional.
    3.2 Struktur Organisasi
    SMART Bentuk struktur organisasi line(garis) berarti seorang manager memiliki wewenang langsung untuk mengambil keputusan sesuai dengan tugas dan bidang yang diberikan kepada manajer tersebut untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan bentuk organisasi staf menggambarkan unsur organisasi yang membantu orang-orang fungsional dalam usaha mereka secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan diterapkannya bentuk struktur
    organisasi line dan staf pada PT. SMART Tbk, Surabaya dapat memberikan dampak yang menguntungkan bagi perusahaan, yaitu :
    v Dapat menentukan tanggung jawab
    v Adanya disiplin kerja yang jauh lebih baik
    v Dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari para ahli
    v Adanya koordinasi yang lebih baik
    v Adanya kesatuan perintah
    v Dapat menempatkan para ahli di mana saja
    v Pegawai-pegawai staf dapat menjadi perantara pimpinan dan bagian-bagian lain
    v Tugas pimpinan menjadi lebih ringan
    v Staf dapat mendidik para pekerja yang berada di bawahnya.
    Di samping dampak positif seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
    penerapan organisasi linedan staf juga memiliki kekurangan, yaitu :
    v Kemungkinan dapat terjadi pertentangan antara staf dengan pejabat yang lain
    v Pekerja di tingkat bawah, sering lebih percaya kepada staf dibandingkan dengan pejabat di atasnya.
    Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka pembagian tugas dan tanggung jawab dari tiap bagian/departemen akan lebih jelas dan teratur.
  12. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN UNTUK PERFORMANCE APPRAISAL
    4.1 Common Zise Vertikal

Perbandingan Komposisi Aktiva

90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Aktiva Lancar

Jumlah Aktiva Tidak Lancar

Komposisi Aktiva Piutang usaha

0,9

0,8

0,7

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa –

setelah dikurangi penyisihan piutang

ragu-ragu sebesar Rp85.053 juta di tahun 2006
dan Rp84.275 juta di tahun 2005

Pihak ketiga – setelah dikurangi penyisihan

piutang ragu-ragu sebesar Rp699.736 juta

aktiva lancar pada PT SMART secara keseluruhan tidak stabil dan cenderung
untuk naik.aktiva tidak lancar pada PT SMART secara umum juga tidak stabil.
Tetapi tetap terjadi penurunan pada tahun 2011

Perbandingan dan Komposisi Kewajiban dan Ekuitas

120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Komposisi Kewajiban dan Ekuitas Pihak yang mempunyai hubungan istimewa

15%

10%

5%

0%

-5%

-10%

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pihak ketiga

Hutang bank jangka pendek

Hutang bank

Modal ditempatkan dan disetor penuh – satu saham Seri A

kewajiban lancar merupakan kewajiban perusahaan dalam mengembalikan
pinjaman kepada kreditur dalam jangka waktu tertentu.jika dilihat dari

keseluruhan jumlah kewajiban lancar dari tahun ke tahun semakin
menurun.kewajiban tidak lancar pada PT SMART terdiri dari beberapa kewajiban
jika dilihat dari beberapa utang yang dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 2006-
2009 mengalami peningkatan. Tetapi tahun 2010 mengalami penurunan dan
semakin menurun pada tahun 2012

Beban Pengurangan Penghasilan 500%
400%
300% Pemasaran
200% Jumlah Beban Usaha
100% Jumlah Beban Usaha
0% Beban lain-lain
-100%
-200% -300% -400%

Laba yang di terima dari pengurangan penghasilan dari tahun ke tahun semakin
meningkat meskipun ada fluktuasi.

250%

200%

150%

100%

50%

0%

-50%

LABA KOTOR

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

LABA SEBELUM PAJAK

merupakan perbandingan antara penjualan dengan beban pokok penjualan. Dalam
perolehan laba kotor cenderung mengalami penurunan.

250%

200%

150%

100%

50%

0%

-50%

Laba Perusahaan

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

LABA USAHA
LABA SEBELUM PAJAK
LABA BERSIH

Jika di lihat secara seksama bahwa setelah di temukan laba bersih yaitu hasil
pengurangan dari pendapatan, beban dan pajak, dapat di lihat bahwa setiap
tahunnya PT SMART penghasilannya meningkat.

4.2 Common Size Horisontal

4.000.000

2.000.000

0

-2.000.000

-4.000.000

-6.000.000

-8.000.000

-10.000.000

20000000 10000000 0
-10000000 -20000000 -30000000 -40000000 -50000000 -60000000 -70000000 -80000000
-90000000

Aktiva Lancar

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Aktiva Tidak Lancar

2006200720082009201020112012

Kas dan setara kas

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa –

setelah dikurangi penyisihan piutang

ragu-ragu sebesar Rp85.053 juta di tahun 2006

Aktiva tetap – setelah dikurangi akumulasi

penyusutan sebesar Rp45.043.380 juta di tahun
2006 dan Rp37.092.663 juta di tahun 2005
Aktiva tetap pola bagi hasil – setelah dikurangi

20.000.000

0

-20.000.000

-40.000.000

-60.000.000

-80.000.000

-100.000.000

-120.000.000

JUMLAH AKTIVA

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

JUMLAH AKTIVA

analisis horizontal ini merupakan analisis yang mengacu pada perolehan nilai
pada tahun sebelumnya yang dikurangkan oleh perolehan nilai pada tahun
sekarang. Jika dilihat pada aktiva perusahaan maka penggunaan aktiva lancar dan
tidak lancar sering mengalami fluktuasi tetapicenderung mengalami peningkatan.

6.000.000

4.000.000

2.000.000

0

-2.000.000

-4.000.000

-6.000.000

-8.000.000

Kewajiban Lancar

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Pihak ketiga

Hutang lain-lain

Hutang pajak

Beban yang masih harus dibayar
Hutang bank jangka pendek

Kewajiban Tidak Lancar 6.000.000
4.000.000 2.000.000
0
-2.000.000
-4.000.000 -6.000.000 -8.000.000 -10.000.000
-12.000.000

Kewajiban pajak tangguhan – bersih
Kewajiban sewa guna usaha
hubungan istimewa

Hutang bank

6000000

4000000

2000000

0

-2000000

-4000000

-6000000

Ekuitas

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Modal ditempatkan dan disetor penuh -satu saham Seri A

Dwiwarna dan 20.159.999.279 saham Seri B

Modal saham yang diperoleh kembali (118.376.500 lembar saham)

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

20.000.000

0

-20.000.000

-40.000.000

-60.000.000

-80.000.000

-100.000.000

-120.000.000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

kewajiban lancar pada PT SMART terdapat minus pada tahun 2008,2009, 2010
dan 2011. kewajiban lancar tertinggi pada tahun 2006. sedangkan pada kewajiban
lancar terdapat minus pada tahun 2009,2010 dan 2012. dan yang tertinggi pada tahun 2007.

10.000.000

0

-10.000.000

-20.000.000

-30.000.000

-40.000.000

-50.000.000

Laba Kotor

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pemasaran
Jumlah Beban Usaha
LABA SEBELUM PAJAK

10.000.000

0

-10.000.000

-20.000.000

-30.000.000

-40.000.000

-50.000.000

5.000.000

0

-5.000.000

-10.000.000

-15.000.000

-20.000.000

-25.000.000

Laba Usaha

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Laba Bersih

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Umum dan administrasi
Pemasaran

Jumlah Beban Usaha

LABA USAHA

LABA SEBELUM PAJAK Pajak tangguhan
LABA BERSIH

laba bersih merupakan keuntungan yang didapat oleh perusahaaan setelah
dikurangi leh beban-beban. Pada tahun 2011 merupakan perolehan laba paling
tinggi dari pada tahun – tahun sebelumnya.

2) Persentase

200%

150%

100%

50%

0%

-50%

-100%

-150%

0,4

0,2

0

-0,2

-0,4

-0,6

-0,8

-1

-1,2

Aktiva Lancar

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Aktiva Tidak Lancar

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Kas dan setara kas

dan Rp84.275 juta di tahun 2005

Pihak ketiga – setelah dikurangi penyisihan

piutang ragu-ragu sebesar Rp699.736 juta

Aktiva tetap – setelah dikurangi akumulasi

penyusutan sebesar Rp45.043.380 juta di tahun
2006 dan Rp37.092.663 juta di tahun 2005
Aktiva tetap pola bagi hasil – setelah dikurangi

20%

0%

-20%

-40%

-60%

-80%

-100%

-120%

JUMLAH AKTIVA

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

JUMLAH AKTIVA

pada analisis ini merupakan perbandingan selisih dengan perolehan nilai pada
tahun tersebut. Pada aktiva lancar dapat terlihat sangat berfluktuasi dimana paling
tinggi pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2012. jika pada aktiva tidak
lancar maka terdapat perolehan minus pada tahun 2010 dan 2012. dan tertinggi
pada tahun 2007.

90000% 80000% 70000% 60000% 50000% 40000% 30000% 20000% 10000% 0%
-10000%

Kewajiban Lancar

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Pihak ketiga

Hutang lain-lain

Hutang pajak

Hutang bank jangka pendek

100% 80% 60% 40% 20% 0%
-20% -40% -60% -80% -100% -120%

150%

100%

50%

0%

-50%

-100%

-150%

Kewajiban Tidak Lancar

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Ekuitas

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Kewajiban pajak tangguhan – bersih
hubungan istimewa

Wesel bayar dan hutang obligasi
Hutang bank

Dwiwarna dan 20.159.999.279 saham Seri B

Modal saham yang diperoleh kembali (118.376.500 lembar saham)
Selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

20%

0%

-20%

-40%

-60%

-80%

-100%

-120%

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

pada analisis ini perolehan kewajiban lancar minus pada tahun 2008,2009 dan

  1. dan presentase tertinggi pada tahun 2007. sedangkan pada kewajiban tidak
    lancar terdapat minus pada tahun pada tahun 2010 dan 2012, dan tertinggi
    padatahun 2007. secara keseluruhan penggunaan kewajian tertinggi pada tahun 2007

Laba Kotor

10.000.000

0

-10.000.000

-20.000.000

-30.000.000

-40.000.000

-50.000.000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pemasaran
Jumlah Beban Usaha
LABA SEBELUM PAJAK

Laba Usaha

60% Umum dan 40% administrasi
20% Pemasaran
0%
-20% Jumlah Beban Usaha
-40%
-60% LABA USAHA
-80% -100% -120%

Laba Bersih

400% 200%
0%
-200% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-400% -600% -800% -1000% -1200%
-1400%

LABA SEBELUM PAJAK Pajak tangguhan
Laba Bersih

laba bersih merupakan pendapatan perusahaan dikurangi beban-beban. Perolehan

laa tertinggi pada tahun 2009.

4.2 Common Size Arus Kas
Arus kas bersih yang dihasilkan dari kegiatan operasi tahun 2006 sangat baik dan
berfluktuasi. Lalu pada tahun berikutnya ada sedikit penurunan pada tahun 2009,
lalu tahun 2010-2012 mulai ada nya tren kenaikan. Arus kas bersih yang
digunakan untuk investasi sangat berkembang dengan baik pada tahun 2006-2007
mengalami kenaikan lalu pada tahun 2009-2010 mulai adanya penurunan. Arus
kas yang digunakan untuk kegiatan pendanaan tahun 2006 – 2012 cukup baik
karena tren menunjukkan kenaikan pula pada saat tiap tahunnya.

4.3 Rasio Likuiditas

1) Modal Kerja

(6.614.89

3) (4.696.53

4) (12.375.84

1) (10.531.39

0) (1.742.27

1) (931

) 3.88

6 Nai

k

2.000.000

(2.000.000)

(4.000.000)

(6.000.000)

(8.000.000)

(10.000.000)

(12.000.000)

(14.000.000)

Modal Kerja

2006 2007 2008 2009 2010 2011

2012

Aktiva lancar -Kewajiban Lancar
Linear (Aktiva lancar -Kewajiban Lancar)

PT SMART memiliki modal yang baik dimana modal kerja tersebut dati tahun
2006 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan ini menandakan perusahaan
tersebut memiliki modal kasar yang meningkat dari tahun ke tahunnya.
2) Rasio Lancar

0,6779 0,7728 0,5416 0,6058 0,9149 0,9580 1,1604 Naik

Rasio Lancar 1,4000
1,2000

1,0000

0,8000

0,6000

0,4000

0,2000

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Aktiva Lancar/ Utang Lancar
Linear (Aktiva Lancar/ Utang Lancar)

Rasio Lancar pada PT SMART berfluktuasi akan tetapi tren yang di dapat adalah
naik. Pada tahun 2008 rasio lancarnya cukup rendah dan semakin meningkat pada
tahun 2009 – 2012. perusahhan harus dapat mempertahankan rasio lancarnya
dengan cara menyeimbangkan antara aktiva dan kewajiban lancarnya

3) Rasio Cepat

0,6035

0,6706

0,4082

0,4551

0,6872

0,7049

0,7925
Naik

Rasio Cepat 0,9000

0,8000 0,7000 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000

2006200720082009201020112012

(kas+setara kas+surat berharga+piutang)/Uta ng lancar

Linear ((kas+setara kas+surat berharga+piutang)/Uta ng lancar)

pada tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan. Tetapi pada tahun 2008
mengalami penurunan. Pada tahun 2009 kembali meningkat hingga tahun 2012.
rasio cepat menggambarkan kecepatan perusahaan dalam mendanai kewajiban

4) Rasio Kas

0,4049 0,4905 0,2552 0,2921 0,4455 0,4342 0,5442 Naik

Rasio Kas 0,6000

0,5000

0,4000

0,3000

0,2000

0,1000

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

kas/Utang Lancar

Linear (kas/Utang Lancar)

rasio kas merupakan gambaran suatu perusahaan melunasi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio kas paling tinggi terdapat pada tahun 2012 tetapi ada titik yang
paling rendah yaitu pada tahun 2008.

5) Rasio Operasi

1,2999 1,3411 0,9007 1,1122 1,3559 0,0015 0,0014 Turun

Rasio Operasi 2,0000
1,8000 1,6000 1,4000 1,2000 1,0000 0,8000 0,6000 0,4000 0,2000
0,0000
20062007 2008 2009 20102011 2012

Arus Kas Operasi/Total Kewajiban Lancar

Linear (Arus Kas Operasi/Total Kewajiban Lancar)

pada tahun 2006 – 2007 mengalami kenaikan tetapi terjadi penurunan lagi – lagi di
tahun 2008. Rasio operasi ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang. Yang menunjukan pada tahun 2006 sampai 2007 kas yang di
miliki perusahaan meningkat. dan menurun pada tahun 2008 lalu meningkat
kembali dari tahun 2009-2010, tidak bertahan lama tahun 2011-2012 merosot sangat jauh.

6) Working Capital to total assets ratio

3717277,

0020 3361488,

0018 3509769,

0012 3789684,

0013 4343709,

0009 4915,0

033 5223,0

017 Na

ik

Working Capital to total assets ratio 6000000,0000

5000000,0000

4000000,0000

3000000,0000

2000000,0000

1000000,0000

Modal Kerja/Total Aktiva
Linear (Modal Kerja/Total Aktiva)

0,0000
2006200720082009201020112012 rasio

ini menunjukan seberapa besar kemampua likuiditas total aktiva memenuhi
kewajiban lancar yang jatuh tempo. Selain itu juga untuk mengetahui posisi modal
kerja bersih perusahaan. Pada perusahaan ini dari tahun 2008 – 2012 mengalami
peningkatan, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2007 walaupun hanya
dalam skala yang kecil.

4.4 Rasio Solvabilitas
1) Aktiva Tetap/Utang Jangka Panjang

3,0109 3,3370 3,5077 3,6531 3,3157 3,7667 3,7984 Naik

Aktiva Tetap/Utang Jangka Panjang

4,0000

3,5000

3,0000

2,5000

2,0000

1,5000

1,0000

0,5000

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Aktiva Tetap/Utang Jangka Panjang

Linear (Aktiva Tetap/Utang Jangka Panjang)

PT SMART mengalami peningkatan pada tahun 2006-2009 dan kembali
menurun pada tahun 2010 dan akhirnya naik kembali pada tahun 2011-2012 yang
mengakibatkan tren yang awalnya naik menjadi turun. Aktiva tetap terhadap
utang jangka panjang ini menggambarkan margin pengaman bagi kreditor. yang
berarti apabila rasio ini mangalami penurunan akan mengurangi kepercayaan
kreditor dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan

2) Rasio Total Utang terhadap Ekuitas

1,3852 1,1558 1,3772 1,2218 0,9758 0,6899 0,6627 Turun

Rasio Total Utang terhadap Ekuitas

1,8000 1,6000 1,4000 1,2000 1,0000 0,8000 0,6000 0,4000 0,2000
0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Total Kewajiban/Ekuitas Pemegang Saham
Linear (Total Kewajiban/Ekuitas Pemegang Saham)

rasio total utang terhadap ekuitas merupakan suatu resiko bagi kreditor untuk
melihat apakah perusahaan mampu mengembalikan utang. Dilihat dari ekuitas
yang perusahaan miliki. PT SMART pada tahun 2006-2012 mengalami
penurunan. dimana keadaan ini membuat kreditor bersedia memberikan pinjaman
kepada perusahaant.

3) Rasio Utang jangka Panjang terhadap Ekuitas

0,6535 0,5432 0,5904 0,5365 0,5149 0,3261 0,3028 Turun

Rasio Utang jangka Panjang terhadap Ekuitas

0,8000 0,7000 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000
0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Kewajiban Tidak Lancar/Ekuitas Pemegang Saham
Linear (Kewajiban Tidak Lancar/Ekuitas Pemegang Saham)

Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas menggambarkan kemampuan
perusahaan unruk mengembalikan utang jangka panjang namun dilihat pada
ekuitas perusahaan. Pada PT SMART tren yang ditimbulkan cenderung turun.
Apabilakewajiban jangka panjang menurun maka nilai dari rasio ini juga
mengalami penurunan.

4) Laba terhadap Beban Bunga

(18,097

6)

(18,822

2)

(13,841

4)

(12,174

5)

(12,107

9)

(115,312

5)

(14,024

8)
Turu

n

Laba terhadap Beban Bunga

(20,0000)

(40,0000)

(60,0000)

(80,0000)

(100,0000)

(120,0000)

(140,0000)

2006200720082009201020112012

(laba sebelum Pajak+Beban Bunga)/Beban Bunga
Linear ((laba sebelum Pajak+Beban Bunga)/Beban Bunga)

rasio laba terhadap bunga pada tahun 2008 sangat menurun dari tahun
sebelumnya. Dari penurunan tersebut mempengaruhi besar rasio ini pada tahun-
tahun berikutnya. Maka melalui rasio ini dapat disimpulkan bahwa bunga (besar
dan kecilnya ) sangat berpengaruh pada perolehan laba yang didapat oleh perusahaan

5) Equity Ratio

0,5082 0,5517 0,4828 0,5102 0,5857 0,8142 0,8694 Naik

Equity Ratio 1,0000
0,9000 0,8000 0,7000 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000
0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Total Ekuitas/Total Aset
Linear (Total Ekuitas/Total Aset)

rasio ekuitas menggambarkan keadaan total ekuitas pada total aset. Pada tahun
2006 – 2012 berfluktuasinya ekuitas tetapi lebih cenderung naik. Ekuitas tertinggi
pada tahun 2012.

6) Debt Ratio

0,5175 0,4753 0,5179 0,4883 0,4345 0,4083 0,3986 Turun

Debt Ratio 0,6000

0,5000

0,4000

0,3000

0,2000

0,1000

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Total Kewajiban/Total Aktiva

Linear (Total Kewajiban/Total Aktiva)

rasio debet menggambarkan total kewajiban terhadap total aktiva. Menurut
analisis ini terdapat penurunan pada pahun 2007 dan 2009-2012. dan mengalami
peningkatan pada tahun 2008. semakin kecil rasio ini lebih baik dimana berarti
total utang yang dimiliki lebih kecil dari aktiva yang diperoleh.

7) Kelipatan Pembayaran Bunga (TIE)

16,7864 –

18,4329 –

14,1024 –

11,3014 –

11,6653 –

114,3125 –

13,0248
Turun

Kelipatan Pembayaran Bunga

0,0000

-20,0000

-40,0000

-60,0000

-80,0000

-100,0000

-120,0000

-140,0000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

EBIT/Beban Bunga

Linear (EBIT/Beban Bunga)

rasio ini merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga utangnya
dalam jangka panjang. Pada awalnya terdapat penurunan pada tahun 2009. yang
dapat dikatakan bahwa penjualan tidak meningkat akan tetapi beban penjualan
meningkat yang membuat laba (EBIT) menjadi kecil.tetapi pad tahun 2010
kembali meningkat lalu turun kembali di tahun 2012.

8) Cakupan EBITDA

-11,7973 -11,2406 -11,4729 -9,6342 -11,6482 0,0239 0,0295 Naik

Cakupan EBITDA 2,0000
0,0000
-2,0000
-4,0000 -6,0000 -8,0000 -10,0000 -12,0000 -14,0000 -16,0000
-18,0000

(EBITDA+pembayaran sewa)/(bunga+pembay aran pokok+pembayaran Sewa)

Linear ((EBITDA+pembayaran sewa)/(bunga+pembay aran pokok+pembayaran Sewa))

terjadi penurunan yang luar biasa pada tahun 2007 ke tahun 2008. Tetepi terus
meningkat pada akhirnya. rasio ini menunjukan kemampua perusahaan untuk
meningkatkan laba kotor.

9) Penutupan Beban Tetap

-9,5556
-9,9523
-7,7135
-6,6660
-6,9838
-81,5729 –

10,3066
Turun

Penutupan Beban Tetap 10,0000
0,0000
-10,0000
-20,0000 -30,0000 -40,0000 -50,0000 -60,0000 -70,0000 -80,0000
-90,0000

(EAT+bbn bunga+kewajiban sewa)/(beban bunga+kewajiban sewa)
Linear ((EAT+bbn bunga+kewajiban sewa)/(beban bunga+kewajiban sewa))

penutupan beban mengalami nilai terendah pada tahun 2011 dan 2012. rasio ini
menggambarkan bahwa laba bersih yang dihasilkan lebih besar daripada
kewajiban yang harus dibayarkan.

4.5 Rasio Tingkat Pengembalian atas Investasi
1) ROA

0,1237

0,1318

0,0957

0,0946

0,1924

0,1425

0,2943
Naik

ROA 0,3500
0,3000

0,2500

0,2000

0,1500

0,1000

0,0500


2006200720082009201020112012

(Laba Bersih+bbn Bunga)/Rata-rata Total Aktiva

Linear ((Laba Bersih+bbn Bunga)/Rata-rata Total Aktiva)
94

rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dengan cara membandingkan laba bersih ditambah total bunga dibagi dengan
rata-rata total aktiva. Dan pada tahun 2012 merupakan pencapaian tertinggi

2) ROE
0,3921 0,3810 0,3095 0,2906 0,2597 0,2537 0,2741 Turun

ROE 0,4500
0,4000 0,3500 0,3000 0,2500 0,2000 0,1500 0,1000 0,0500
0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Laba Bersih/Rata-Rata Ekuitas

Linear (Laba Bersih/Rata-Rata Ekuitas)

rasio menunjukan tingkat laba bersih yang didapat perusahaan dari hasil rata-rata
jumlah yang diinvestasikan oleh pemegang sahamnya. Tujuan rasio ini adalah
untuk menilai profitabilitas ekuitas rata-rata total dari suatu perusahaan. Rasio ini
memiliki tren yang turun pada tahun 2006-2011 yang membuat tingkat
pengembalian ekuitas pemengang saham juga turun. tetapi kembali naik pada
tahun 2012

3) ROI

0,3921 0,3810 0,3095 0,2906 0,2597 0,2537 0,2741 Turun

ROI 0,4500
0,4000 0,3500 0,3000 0,2500 0,2000 0,1500 0,1000 0,0500
0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Laba Bersih yang tersedia untuk pemegang saham/Total Investasi
Linear (Laba Bersih yang tersedia untuk pemegang saham/Total Investasi)

rasio ini menunjukan tingkat laba bersih pemegang saham dilihat dari total
investasi yang dimiliki. Dari tahun ke tahun rasio ini tidak stabil tapi memiliki
kecendurungan untuk turun.

4.6 Rasio Profitabilitas

1) Marjin Laba Kotor

(0,1126

)

(0,1890

)

(0,5785

)

(0,4132

)

(0,6621

)

(1.373,447

5)

(1.650,267

3)
Nai

k

1.000,0000

500,0000

(500,0000)

(1.000,0000)

(1.500,0000)

(2.000,0000)

Marjin Laba Kotor

2006200720082009201020112012

(Penjualan-HPP)/Penjualan
Linear ((Penjualan-HPP)/Penjualan)

perhitungan rasio ini untuk mengetahui tingkat pengembalian laba kotor pada PT
SMART. Dari tahun ke tahunnya terdapat kenaikan walaupun tidak terlalu tajam
yang menyebabkan tren ini mengalami kenaikan.

2) Marjin Laba Operasi

0,8089 0,9548 0,9174 0,7606 0,8102 0,5063 0,6572 Turun

Marjin Laba Operasi 1,2000

1,0000

0,8000

0,6000

0,4000

0,2000

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

laba Operasi/Penjualan
Linear (laba Operasi/Penjualan)

rasio margin operasi adalah rasio yang menggambarkan tingkat pengembalian
laba terhadap beban-beban operasi. Rasio ini memiliki tren yang turun. Yang
berarti tingkat kinerja perusahaan mengalami penurunan tpi masih ada fluktuasi naik.

3) Marjin Laba sebelum Pajak

0,8239 0,9231 0,8354 0,7521 0,7715 0,6826 0,8671 Naik

Marjin Laba sebelum Pajak

1,0000 0,9000 0,8000 0,7000 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000
0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

EBT/Penjualan
Linear (EBT/Penjualan)

margin laba sebelum pajak ini berarti tingkat pengembalian laba kotor sebelum
pajak terhadap harga penjualan. Dari tahun ke tahun memiliki tren yang
cenderung meningkat. Sehingga jika penjualan naik akan berpengaruh juga pada
margin laba yang akan dihasilkan.

4) Margin Laba Bersih

0,4123 0,4637 0,4367 0,3814 0,4156 0,5063 0,6572 Naik

Marjin Laba Bersih 0,7000
0,6000

0,5000

0,4000

0,3000

0,2000

0,1000

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Laba Bersih/Penjualan

Linear (Laba Bersih/Penjualan)

margin laba bersih merupakan tingkat pengembalian laba bersih setelah dikurangi
beban-beban lainnya dan pajak. Bila terus meningkat maka perusahaan tersebut
akan maju dan terhindar dari kerugian. Tetapi ada titik terendah meskipun
terdapat peningkatan tetapi pada tahun 2009 terjadi penurunan

5) Tingkat Laba per Ekuitas Pemegang Saham
0,3561 0,3778 0,2897 0,2717 0,5188 0,2418 0,4619 Naik

Tingkat Laba per Ekuitas Pemegang Saham

0,6000

0,5000

0,4000

0,3000

0,2000

0,1000

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Laba Bersih/Rata-rata Ekuitas Pemegang Saham

Linear (Laba Bersih/Rata-rata Ekuitas Pemegang Saham)

rasio ini menggambarkan tingkat laba bersih pada ekuitas saham perusahaan [ada
tahun 2008-2009 mengalami penurunan tetapi kembali meningkat pada tahun
2010 yang menyebabkan tren cenderung naik. Ini disebabkan tidak stabilnya laba
bersih yang di terima PT SMART

6) Kemampuan Dasar untuk menghasilkan Laba

0,2927 0,3119 0,2226 0,2291 0,2147 0,2130 0,2307 Turun

Kemampuan Dasar untuk menghasilkan Laba

0,3500 0,3000 0,2500 0,2000 0,1500 0,1000 0,0500
0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

EBIT/Total AKtiva

Linear (EBIT/Total AKtiva)

rasio ini menggambarkan kemampan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
dimana laba usaha dibagi dengan total aktiva. Pada rasio ini menimbulkan tren
yang cenderung menurun.

4.7 Rasio Aktivitas
1) Perputaran Kas

2,8927 3,2561 3,3094 3,5114 6,0811 2,6857 4,2599 Naik

Perputaran KAS 7,0000
6,0000

5,0000

4,0000

3,0000

2,0000

1,0000

0,0000
2006200720082009201020112012

Penjualan/rata-rata kas dan setara kas

Linear (Penjualan/rata-rata kas dan setara kas)

rasio ini untuk menghitung bagaimana perputaran kas yang terjadi dalam
penjualan pada perusahaan tersebut. Pada rasio ini memiliki tren naik dikarenakan
perputaran kas yang terjadi setiap tahunnya mengalami peningkatan

2) Perputaran Piutang Usaha

0,0082 0,0022 0,0051 0,0040 0,0059 0,0074 0,0098 Naik

Perputaran Piutang Usaha 0,0120

0,0100

0,0080

0,0060

0,0040

0,0020

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Penjualan Kredit bersih/rata-rata Piutang Usaha
Linear (Penjualan Kredit bersih/rata-rata Piutang Usaha)

rasio ini menunjukan seberapa efektif pemanfaatan piutang untuk menghasilkan
laba pada perusahaan. Dari tahun ke tahun rasio ini menunjukan ketidakstabilan
tetapi cenderung meingkat yang berarti perusahaan cukup baik untuk
memanfaatkan piutang untuk menghasilkan laba.

3) Penjualan Terhadap Persediaan

125,6924 76,6592 51,3439 62,5078 107,5308 45,7038 96,5147 Naik

Penjualan Terhadap Persediaan

140,0000

120,0000

100,0000

80,0000

60,0000

40,0000

20,0000

0,0000
2006200720082009201020112012

Penjualan/Rata-rata Persediaan

Linear (Penjualan/Rata-rata Persediaan)

rasio ini menggambarkan bagaimana manajemen perusahaan untuk menghasilkan
laba tiap tahunnya pada rasio ini tertinggi pada tahun 2006 dan terendah pada
tahun 2008

4) Perputaran Sediaan

139,2252 155,9173 74,9728 96,4826 89,4953 -0,2533 -3,4076 Turun

200,0000

150,0000

100,0000

50,0000

0,0000

-50,0000

Perputaran Sediaan

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Harga Pokok Penjualan/Rata-rata Sediaan
Linear (Harga Pokok Penjualan/Rata-rata Sediaan)

rasio ini menggambarkan bagaimana perusahaan meningkatkan sediaannya untuk
perputaran pada perusahaan tersebut. Pada tahun 2006 sampai akhir banyak
mengalami penurunan meskipun ada kenaikan di tahun 2009.

5) Perputaran Modal Kerja

2,8927 3,2561 3,3094 3,5114 6,0811 2,6857 4,2599 Naik

Perputaran Modal Kerja

7,0000

6,0000

5,0000

4,0000

3,0000

2,0000

1,0000

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Penjualan/Rata-rata Modal Kerja

Linear (Penjualan/Rata-rata Modal Kerja)

rasio ini menunjukan perputaran jumlah modal kerja perusahaan. Pada tahun 2011
perusahaan memiliki perputaran modal kerja yang cukup rendah. Akan tetapi
perputaran meningkat pada tahun berikutnya. Tren yang dihasilkan pun
meningkat.

6) Perputaran Aktiva Tetap

0,3111 0,2867 0,2225 0,2599 0,3659 0,2694 0,3626 Naik

Perputaran Aktiva Tetap

0,4000

0,3500

0,3000

0,2500

0,2000

0,1500

0,1000

0,0500

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Penjualan/Rata-rata Aktiva Tetap

Linear (Penjualan/Rata-rata Aktiva Tetap)

rasio ini menggambarkan bagaimana perusahaan meningkatkan penjualan dengan
memanfaatkan akiva tetap. Rasio tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan terendah
pada tahun 2008.

7) Perputaran Utang Usaha

2,5742 2,1346 1,4227 2,1851 3,6938 2,5947 4,0401 Naik

Perputaran Utang Usaha

4,5000 4,0000 3,5000 3,0000 2,5000 2,0000 1,5000 1,0000 0,5000
0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Penjualan/Utang Usaha Rata-rata

Linear (Penjualan/Utang Usaha Rata-rata)

rasio perputaran piutang usaha menunjukan seberapa besar pemanfaatan utang
usaha perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Pada tahun 2012 pemanfaatan
utang sangat efektif dimana ini rasio paling tinggi dari pada tahun lainnya.

8) Perputaran Total Aktiva

0,3396 0,3200 0,2576 0,3012 0,5559 0,2850 0,5018 Naik

Perputaran Total Aktiva 0,6000

0,5000

0,4000

0,3000

0,2000

0,1000

0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Penjualan/Rata-rata Total Aktiva

Linear (Penjualan/Rata-rata Total Aktiva)

perputaran total aktiva untuk meningkatkan penjualan. Rasio ini cenderung
meningkat. Dimana yang tertinggi pada tahun 2010 dan terendah tahun 2012. Ini
sangat bagus bagi perusahaan karena penjualannya meningkat

4.8 Rasio Pasar
1) Laba per Lembar Saham

748,2719 733,7772 867,2094 767,9273 722,6681 0,9621 0,9522 Turun

Laba per Lembar Saham 1200,0000

1000,0000

800,0000

600,0000

400,0000

200,0000

0,0000
2006200720082009201020112012

(Laba Bersih-Dividen Saham Preferen)/Jumlah lembar saham yang beredar
Linear ((Laba Bersih-Dividen Saham Preferen)/Jumlah lembar saham yang beredar)

laba per saham menunjukan perolehan laba pada setiap lembar saham. Rasio ini
memiliki nilai yang berfluktuasi tetapi cenderung menurun tren yang menurun
memberikan dampak yang cukup buruk bagi perusahaan.

2) Rasio Harga Terhdap Laba (PIE)

40,0000 40,0000 40,0000 40,0000 40,0000 40,0000 40,0000 Stabil

Rasio Harga Terhadap Laba

45,0000 40,0000 35,0000 30,0000 25,0000 20,0000 15,0000 10,0000 5,0000
0,0000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Harga pasar per lembar/Laba per Lembar Saham
Linear (Harga pasar per lembar/Laba per Lembar Saham)

rasio ini menunjukan harga saham perlembarnya terhadap perolehan laba. Sari
tahun ke tahun nya rasio ini stabil karena perolehan laba yang baik. Kondisi ini
menunjukan prospek perusahaan ke dapannya pula.

3) Imbalan Hasil Laba

0,0250 0,0250 0,0250 0,0250 0,0250 0,0250 0,0250 Stabil

Imbalan Hasil Laba 0,0250

Laba per Saham/harga pasar per lembar saham
Linear (Laba per Saham/harga pasar per lembar saham)

0,0250
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

menunjukan besar laba per saham dengan harga pasar per lembar saham. Pada
rasio ini memiliki tren yang sama yaitu stabil tidak naik maupun turun berarti
tingkat laba yang dihasilkan sama dari tahun ke tahun dan sama jika
dibandinglkan harga lembar saham yang tetap.

4) Deviden Per Lembar Saham

(245,412

7)

(234,731

4)

(373,491

9)

(276,191

9)

(230,928

5)

(0,271

1)

(0,266

3)
Turu

n

Deviden Per Lembar Saham


(50,0000)
(100,0000) (150,0000) (200,0000) (250,0000) (300,0000) (350,0000) (400,0000)
(450,0000)

Deviden /Saham Beredar
Linear (Deviden /Saham Beredar)

rasio deviden ini menunjukan perolehan deviden per lembar saham yang beredar.
Perolehan deviden ini berarti juga laba rugi pemegang saham. Pada rasio ini
menunjukan tren yang turun sehingga laba yang diperoleh pemegang saham setiap
tahunnya mengalami penurunan.

5) Tingkat Pembayaran Deviden

3779,029

5 –

5733,972

5 –

6941,031

7 –

4913,861

5 –

6178,758

5

(5,419

3)

(5,390

1)
Nai

k

Tingkat Pembayaran Deviden

0,0000

-1000,0000

-2000,0000

-3000,0000

-4000,0000

-5000,0000

-6000,0000

-7000,0000

-8000,0000

2006200720082009201020112012

Deviden Tunai per Lembar Saham/Laba per lembar saham

Linear (Deviden Tunai per Lembar Saham/Laba per lembar saham)

rasio ini menunjukan seberapa besar tingkat pembayaran deviden terhadap
pemegang sahamnya. Tingkat deviden ini Naik yang berarti juga setiap tahun nya
pemegang saham menerima yang semakin meningkat.

  1. Penutup
    5.1 Simpulan
    Setelah menggunakan beberapa kesimpulan dengan menggunakan beberapa
    metode, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
    Bahwa PT SMART Tbk mempunyai perputaran modal dan laba yang baIk, sangat
    pas sekali jika banyak investor yang berinvestasi di PT SMART Tbk karena di
    lihat dari laporan keuangan nya cukup bagus sekali.

5.2 Saran
Tingkatkan kinerja perusahaan ini agar dapat
lebih bersaing lagi di kancah international, tidak kalah saing dengan
perusahaan lain.

Daftar Pustaka
http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-laporan-keuangan-menurut-ahli.html
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0
CDEQFjAB&url=http%3A%2F%2Fpilencegirl.files.wordpress.com%2F2012%2
F01%2Fanalisis-rasio.docx&ei=CiisUtLgB8mdkgWDuoGIBg&usg=AFQjCNHvGtJAeqf0huHzga
umAi2iSLAjaA&sig2=hETUmKKB-JUBCannw5UnKg
http://www.telkom.co.id/category/investor-relations/profil-perusahaan

112

Manajemen Keuangan: Analisis Laporan Keuangan PT Wismilak Inti Makmur

Wiga Purnomo & Daniel Sugama Stephanus
Makalah Perkuliahan Manajemen Keuangan
PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG-KABUPATEN MALANG
2014

ABSTRAK
Dunia bisnis saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Apalagi dengan adanya globalisasi yang terjadi hamper diseluruh dunia. Melalui laporan ini, penulis ingin menganalisis salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia. Dengan menggunakan analisis rasio atas laporan keuangan, maka dapat diketahui kinerja perusahaan dalam kurun waktu enam tahun terakhir.
Ada banyak analisis yang bisa digunakan untuk mengetahui kinerja dari sebuah perusahaan. Penulis memakai analisis rasio yang meliputi 4 rasio. Analisis ini diperkuat dengan tren agar dapat bermanfaat bagi investor yang ingin mengetahui kinerja perusahaan. Dengan adanya analisis ini, membuat investor bisa mengetahui keadaan dari perusahaan yang dianalisis oleh penulis.
Kata-kata kunci: penilaian kinerja, analisis rasio keuangan.

  1. PENDAHULUAN
    1.2 Latar belakang
    Kegiatan perekonomian di Indonesia dewasa ini mengalami periode pasang surut ,
    hal tersebut juga berdampak kepada berbagai industri yang berada di Indonesia,
    tidak terkecuali bagi industri rokok.Secara langsung efek dari perekonomian akan
    langsung berdampak pada masyarakat Indonesia terutama bagi pekerja industri –
    industri tersebut .Tekanan pemerintah dan pengaruh isu-isu global yang sangat
    sensitif bagi perusahaan rokok mengakibatkan terjadi pengetatan dalam aturan
    dan tarif .Dampak yang terjadi saat ini banyak sekali industri rokok yang terpaksa
    merumahkan para karyawan. Hal ini sungguh miris bagi bangsa Indonesia karena
    saat ini tingkat penganggruran di negara ini cukup tinggi, padahal perusahaan
    rokok sendiri adalah sebagai magnet bagi para pencari kerja , pabrik rokok
    menjadi salah satu industri yang banyak sekali menggunakan Sumber daya
    manusia sebagai ujung tombak. Persaingan dikalangan Industri rokok di Indonesia
    tidak kalah kejam, banyak perusahaan besar yang sangat berpengaruh terhadap
    pasar atau menjadi penguasa pasar , hal tersebut memicu industri rokok yang lain
    sedikit demi sedikit megalami kegusaran bila sewaktu-waktu tidak mampu lagi
    membayar upah para karyawan , bahkan harus merampingkan biaya produksi
    demi memaksimalkan laba .Mulai tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan
    dan meninggalkan rokok juga menjadi batu sandungan lain bagi industri rokok.
    PT Wismilak Inti Makmur Tbk sebagai perusahaan rokok ternama dan juga
    termasuk palinglama yang masih ada saat ini di Indonesia juga terus melakukan
    terobosan-terobosan baru dengan meluncurkan produk- produk kelas premium. Target pemasaran di luar Pulau Jawa menjadi konsentrasi utama bagi PT
    Wismilak Inti Makmur Tbk. Tentu saja hal tersebut memberikan kesempatan bagi
    masyarakat untuk turut serta menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Oleh
    karena itu masyarakat harus pandai dalam hal menilai kinerja perusahaan dengan
    baik. Melalui Laporan keuangan yang disiarkan di media online ataupun media
    cetak dapat menjadikan sarana bagi masyarakat khususnya investor untuk
    menganalisis perusahaan tersebut sebelum melakukan investasi.Dalam
    menganalisis laporan keuangan, metode yang cukup sederhana ialah investor
    dapat menggunakan metode analisis rasio. Pada laporan ini akan dibahas tentang
    analisis laporan keuangan salah satu perusahaan rokok di Indonesia PT Wismilak
    Inti Makmur Tbk. Dari hasil analisis tersebut dapat dibandingkan dengan
    perusahaan lain manakah yang lebih menguntungkan bagi investor.
    1.2 Rumusan Masalah
  2. Bagaimana kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan PT
    Wismilak Inti Makmur Tbk secara tren, likuiditas, solvabilitas,
    profitabilitas, aktivitas, pasar.
  3. Bagaimana kinerja perusahaan berdasarkan analisis laporan keuangan PT
    Wismilak Inti Makmur Tbk secara tren, likuiditas, solvabilitas,
    profitabilitas, aktivitas, pasar.
    1.3 Tujuan
    1 Dapat menganalisis kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan PT
    PT Wismilak Inti Makmur Tbk secara tren, likuiditas, solvabilitas,
    profitabilitas, aktivitas, pasar.
    2 Dapat menganalisis kinerja perusahaan berdasarkan analisis laporan
    keuangan PT PT Wismilak Inti Makmur Tbk secara tren, likuiditas,
    solvabilitas, profitabilitas, aktivitas, pasar.
    1.4 Manfaat penelitian
    1 Bagi Penulis
    Penulis diharapkan mampu untuk membaca dan memahami laporan
    keuangan go public disektor industri rokok..
    2 Bagi Pembaca
    Melalui laporan ini, pembaca mendapatkan informasi tentang salah satu
    perusahaan rokok besar di Indonesia. Laporan ini juga sebagai sarana
    belajar bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kinerja
    perusahaan.
    3 Bagi Investor
    Melalui laporan ini, investor dapat mengetahui kinerja perusahaan yang
    ada di Indonesia. Selain itu, laporan ini dapat menjadi sarana yang
    membantu investor sebelum menanamkan modalnya ke salah satu
    perusahaan rokok yang penulis analisis.
  4. LANDASAN TEORI
    2.1 Laporan Keuangan
    Menurut Rahardjo (2005), laporan keuangan adalah hasil dari suatu proses
    akuntansi berupa laporan pertanggungajawaban manajer atau pimpinan perusahaan kepada pihak pemangku kepentingan (stakeholders) atas pengelolaan perusahaan yang berisikan informasi keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
    Menurut PSAK No.1 Paragraf 49 (Revisi 2009), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut:
    a. Neraca
    Neraca perusahaan disajikan untuk menunjukan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku.
    b. Laporan Laba Rugi
    Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Munawir, 2000:26). Tujuan laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan rill perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
    c. Laporan Perubahan Ekuitas
    Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan.
    d. Laporan Arus Kas
    Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, strukur keuangan dan kemampuan untuk memperngaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
    e. Catatan atas Laporan keuangan
    Catatak laporan keuangan menginformasikan tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi penting. Selain itu juga menginformasikan tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan.
    2.2 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
    1 Menurut Munawir (2010:35)
    Analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
    2 Menurut Harahap (2009:190)
    Analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
    2.3 Pengertian Analisis Rasio
    Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang dipergunakan untuk
    menilai kinerja suatu perusahaan dengan membandingkan data-data dari
    unsur-unsur yang terkandung dalam laporan keuangan. Laporan keuangan
    dapat berupa laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
    Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical
    relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
    Jadi, Analisis rasio memiliki pengertian alat analisis keuangan yang
    dipergunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dengan membandingkan
    data yang tercantum pada laporan keuangan.
    2.4 Kegunaan Analisis Rasio
    Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk
    membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan
    prospek pada masa datang.
    Analisis keuangan juga dapat digunakan untuk menilai kelangsungan usaha,
    stabilitas, profitabilitas dari suatu usaha, sub usaha atapun proyek.
    Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan
    memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan
    atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periodake perioda berikutnya.
    Perusahaan yang telah melakukan analisis keuangan dapat menggunakan
    hasil tersebut dalam menindaklanjuti usaha. Berdasarkan hasil analisis keuangan,
    manajemen perusahaan dapat memberikan berbagai keputusan manajemen terkait dengan usaha.
  5. Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau bagian
    dari suatu usaha.
  6. Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi
  7. Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi
  8. Melakukan penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk
    memperoleh pinjaman bank guna meningkatkan modal kerja perseroan.
  9. Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan
    pilihan yang tepat terhadap berbagai alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan.
    Analisis rasio memiliki kegunaan yaitu untuk membimbing investor dan
    kreditor dalam pengambilan keputusan atas perusahaan untuk prospek di masa
    mendatang. Bagi kreditor, analisis rasio memiliki kegunaan untuk melihat
    kemampuan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman. Bagi investor,
    digunakan untuk melihat dan meramalkan laba yang akan didapat perusahaan dan
    juga laba yang akan didapat oleh masing-masing investor.
    Analisis rasio keuangan dibagi menjadi 6 yaitu.
  10. Rasio Likuiditas
    Menurut Brealey (2012), rasio likuiditas (liquidity ratio) mengukur
    seberapa mudah perusahaan dapat memegang kas. Likuiditas adalah
    kemampuan untuk menjual aset guna mendapat kas pada waktu singkat.
    Jadi, rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk melihat
    kemampuan perusahaan dalam mengubah aset menjadi kas dalam waktu yang singkat.
    Rasio Likuiditas memiliki 10 macam rasio.
    a. Modal kerja bersih
    Modal kerja bersih mengukur potensi cadangan kas perusahaan secara
    kasar. Aset lancar biasanya melebihi kewajiban lancar.
    Modal kerja bersih merupakan pengurangan dari aktiva lancar dengan
    kewajiban lancar.
    Modal kerja bersih = aktiva lancar – kewajiban lancar
    Semakin besar modal kerja bersih, perusahaan memiliki aktiva lancar yang
    lebih besar dibandingkan dengan kewajiban lancar.
    b. Rasio lancar (current ratio)
    Menurut Situmorang (2007), rasio lancar digunakan untuk mengukur
    kemampuan perusahaan dalam membayar utang yang segera harus
    dipenuhi dengan aset lancar. Current Ratio merupakan ukuran yang paling
    umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban
    jangka pendek karena rasio ini menunjukan seberapa jauh tuntutan dari
    kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi
    uang tunai dalam perioda yang sama dengan jatuh tempo utang.
    Menurut Brealey (2012), penurunan cepat pada rasio lancar terkadang
    menandakan masalah. Misalnya, perusahaan yang memperberat utangnya
    dengan menunda pembayaran tagihannya akan mengalami peningkatan
    kewajiban lancar dan penurunan rasio lancar. Semakin meningkatnya
    rasio lancar perusahaan belum tenti merupakan kondisi yang baik bagi
    perusahaan dikarenakan meningkatnya aktiva lancar. Peningkatan
    persediaan yang berlebihan menandakan bahwa kondisi perusahaan tidak
    begitu baik. Persediaan yang meningkat berlebihan dapat menjadi suatu
    pemborosan bagi perusahaan karena meningkatnya persediaan tidak selalu
    membuat pendapatan menjadi meningkat.
    c. Rasio Cepat (Quick Ratio)
    Menurut Situmorang (2007), rasio cepat merupakan kemampuan untuk
    membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang
    lebih likuid.Beberapa aset lebih dekat ke kas dibandingkan aset lainnya.
    Jika terjadi masalah, persediaan tidak dapat dijual dalam harga berapa pun.
    Maka manager sering mengabaikan persediaan dan komponen aset lancar
    lainnya yang kurang likuid ketika membandingkan aset lancar dengan
    kewajiban lancar.
    Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya
    rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini
    sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih
    baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
    d. Rasio Kas (Cash ratio)
    Menurut Brealey (2012), aset paling likuid perusahaan adalah
    kepemilikannya atas kas dan sekuritas. Rasio kas yang rendah mungkin
    tidak menjadi masalah jika perusahaan dapat meminjam dalam waktu yang
    singkat tidak peduli apakah perusahaan meminjam dari bank atau
    mempunyai lini kredit terjamin yang memungkinkan meminjam.
    Menurut Situmorang (2007), rasio kas merupakan kemampuan perusahaan
    membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia di
    perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.
    Semakin tinggi rasio kas yang dimiliki perusahaanmaka kemampuan
    perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar dengan menggunakan kas
    dan sekuritas semakin tinggi.
    e. Modal kerja bersih terhadap aktiva
    Menurut Situmorang (2007), modal kerja bersih terhadap aktiva
    merupakan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto).
    Semakin besar modal kerja bersih terhadap aktiva maka modal kerja bersih
    yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan dengan total aktiva.
    Modal kerja bersih merupakan pengurangan aktiva lancar dengan
    kewajiban lancar, modal kerja bersih yang lebih besar dibandingkan total
    aktiva menandakan perusahaan dalam kondisi yang baik.
  11. Rasio Profitabilitas
    Menurut Brealey (2012), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur
    fokus pada laba perusahaan.
    Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas
    manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat
    efektivitas pengelolaan perusahaan.
    Macam rasio profitabilitas adalah.
    a. Margin laba operasi
    Rasio yang membandingkan antara laba operasi dengan penjualan.
    Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba operasi yang dimiliki
    perusahaan dibandingkan dengan penjualan.
    Margin laba operasi yang rendah menandakan laba operasi yang lebih
    rendah dibandingkan penjualan dan sebaliknya. Laba operasi yang
    rendah menandakan bahwa beban usaha, pendapatan operasi lainnya
    dan beban operasi lainnya yang dapat mengurangi laba kotor
    cenderung lebih besar dari laba kotor perusahaan yang berarti bahwa
    kinerja perusahaan menurun.
    b. Margin laba bersih
    Rasio ini digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak
    terhadap penjualan.
    Margin laba bersih merupakan tingkat pengembalian laba bersih
    setelah dikurangi beban pajak dan beban-beban lainnya. Margin laba
    bersih yang menurun menandakan bahwa laba bersih yang diterima
    lebih rendah dibandingkan penjualan dan sebaliknya. Jika margin laba
    bersih perusahaan terus menerus menurun dan tidak ada tindakan dari
    perusahaan untuk membuat peningkatan maka perusahaan akan
    mengalami kerugian.
  12. Tingkat pengembalian atas investasi
    a. Return on Equity (ROE)
    Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola
    modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan
    dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau sering
    disebut rentabilitas usaha.
    Semakin kecil ROE yang dihasilkan maka tingkat pengembalia atas
    ekuitas akan semakin kecil dan sebaliknya.
    b. Return on Asset (ROA)
    Rasio ini membandingkan antara laba bersih dengan total aktiva perusahaan.
    Menurut Brealey (2012) tingkat pengembalian aset yang tinggi tidak
    selalu berarti bahwa perusahaan dapat membeli aset yang sama saat ini
    dan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Tingkat
    pengembalian yang rendah juga tidak mengimplikasikan bahwa aset
    dapat digunakan dengan baik di tempat lain.
  13. Rasio Leverage
    Menurut Brealey (2012), rasio leverage digunakan untuk mengukur
    seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan.
    a. Kewajiban utang jangka panjang
    Menurut Brealey (2012), Leverage keuangan biasanya diukur dengan
    rasio utang jangka panjang terhadap total modal jangka panjang. Utang
    jangka panjang yang dimaksud tidak hanya mencakup obligasi atau
    pinjaman lain tetapi juga nilai lease jangka panjang.
    Semakin kecil rasio utang jangka panjang maka utang jangka panjang
    yang dimiliki perusahaan lebih kecil dibandingkan utang jangka
    panjang ditambah ekuitas.
    b. Aktiva tetap/utang jangka panjang
    Rasio aktiva tetap terhadap utang jangka panjang digunakan untuk
    menjadi pertimbangan bagi para kreditor untuk memberikan pinjaman ke perusahaan.
    Semakin kecil rasio aktiva tetap terhadap utang jangka panjang yang
    dimiliki perusahaan maka akan semakin sulit untuk mendapatkan
    pinjaman dari kreditor.
    c. Kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas
    Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian kewajiban
    jangka panjang dilihat dari ekuitas perusahaan.
    Rasio kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas yang semakin kecil
    menandakan bahwa tingkat pengembalian utang jangka panjang yang
    ditinjau dari ekuitas rendah dan sebaliknya.
    d. Rasio utang
    Rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
    kewajiban dengan total aktiva.
    Semakin kecil rasio utang yang didapat maka total kewajiban yang
    dimiliki lebih kecil dibandingkan dengan total aktiva. Kondisi ini dapat
    dikatakan baik bagi perusahaan karena memiliki kewajiban yang kecil,
    tetapi dengan total aktiva yang besar dapat menjadikan kondisi
    perusahaan kurang baik jika ditinjau dari persediaan yang dimiliki.
    e. Rasio total kewajiban terhadap ekuitas
    Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan total kewajiban
    dengan ekuitas.
    Rasio total kewajiban terhadap ekuitas yang kecil menandakan bahwa
    perusahaan lebih senang menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan utang.
  14. Rasio Efisiensi
    Menurut Brealey (2012), rasio efisiensi digunakan untuk mengukur berapa
    banyak produksi perusahaan untuk setiap dolar aset yang digunakan.
    Rasio aktivitas atau rasio efisiensi mengukur seberapa efektif perusahaan
    memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya.Semua
    rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan
    investasi pada berbagai jenis aktiva.
    a. Total perputaran aktiva
    Menurut Brealey (2012), rasio tingkat perputaran aset atau rasio
    penjualan terhadap aset memerlihatkan seberapa baik aset perusahaan digunakan.
    Menurut Situmorang (2007), rasio tingkat perputaran aktiva adalah
    kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar
    dalam suatu perioda tertentu atau kemampuan modal yang
    diinvestasikan untuk menghasilkan ‘revenue’.
    Rasio yang tinggi dibandingkan perusahaan lain yang bergerak di
    industri yang sama menunjukkan bahwa perusahaan bekerja mendekati
    kapasitasnya.
    Semakin tinggi rasio perputaran aktiva yang didapatkan maka aset
    perusahaan yang digunakan dalam penjualan semakin efektif.
    b. Jumlah hari penjualan dalam piutang
    Jumlah hari penjualan dalam piutang membandingkan antara piutang dengan penjualan.
    Hasil yang didapat menunjukkan piutang yang terjadi dalam penjualan.
    c. Jumlah hari menjual persediaan
    Menurut Brealey (2012), rasio jumlah hari menjual persediaan
    digunakan manajer untuk melihat berapa banyak hari penjualan
    direpresentasikan oleh persediaan.
    Hasil yang didapat menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai
    cukup banyak persediaan untuk mempertahankan penjualan selama
    hari yang dihasilkan.
    d. Rasio penjualan terhadap persediaan
    Rasio penjualan terhadap persediaan membandingkan antara penjualan
    dengan rata-rata persediaan.
    Rasio ini digunakan untuk melihat penjualan yang terjadi terhadap
    rata-rata persediaan yang ada. Rasio ini juga digunakan untuk
    menghindari terjadinya understock.
    e. Perputaran persediaan
    Menurut Situmorang (2007), perputaran persediaan merupakan
    kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu
    perioda tertentu atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya ‘overstock’.
    Menurut Brealey (2012), rasio perputaran persediaan digunakan oleh
    manajer untuk mengamati tingkat di mana perusahaan memutar persediaannya.
    Perusahaan yang efisien memutar persediaan mereka dengan cepat dan
    tidak mengikat lebih banyak modal daripada kebutuhan mereka akan
    bahan baku atau barang jadi.
    f. Perputaran aktiva tetap
    Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan
    menggunakan aktiva tetap dalam penjualan.
    Besarnya perputaran aktiva tetap menunjukkan bahwa perusahaan
    menggunakan aktiva tetapnya secara efisien di dalam penjualan dan sebaliknya.
    A. Analisis horizontal
    Menurut Situmorang (2007), analisis horizontal/trend analysis adalah
    membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang
    lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari raiso-rasio perusahaan
    selama kurung waktu tertentu.
    Dalam melakukan analisis horizontal diperlukan data-data dari laporan
    posisi keuangan dan laporan laba rugi perusahaan.
    Analisis horizontal terdiri dari 2 bagian yaitu:
    a. Analisis horizontal absolut
    Analisis horizontal absolut merupakan pengurangan nilai sekarang
    dengan nilai tahun sebelumnya.
    Nt : nilai laporan laba rugi/ neraca pada tahun tersebut
    Nt-1 : nilai laporan laba rugi/ neraca pada tahun sebelumnya b. Analisis horizontal delta
    Menurut Situmorang (2007), analisis horizontal delta merupakan
    perbandingan antara analisis horizontal absolut pada tahun tersebut
    dengan nilai pada tahun sebelumnya.
    Abst : nilai horizontal absolut pada tahun ke- t
    Nt-1 : nilai laporan laba rugi/ neraca pada tahun ke t-1
    Setelah menghitung analisis horizontal absolut dan horizontal delta
    pada masing-masing laporan, nilai dari masing-masing analisis
    horizontal pada setiap komponen dibuat menjadi grafik dan dianalisis
    tren yang dihasilkan. Analisis dilihat dari tren yang dihasilkan apakah
    naik atau turun. Pada neraca ketika nilai horizontal absolut dan delta
    pada ekuitas meningkat dan total kewajiban menurun menandakan
    bahwa perusahaan lebih senang menggunakan modal sendiri daripada
    utang dan sebaliknya. Pada laporan laba rugi ketika nilai horizontal
    absolut dan delta yang dihasilkan menunjukkan tren yang menurun
    berarti menandakan bahwa laba perusahaan turun dan perusahaan
    harus meningkatkan penjualan dan sebaliknya.
    B. Analisis vertikal
    Menurut Situmorang (2007), analisis vertikal yaitu membandingkan data
    rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain
    yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama.
    Dalam melakukan analisis vertikal diperlukan data-data laporan posisi
    keuangan (neraca) dan laporan laba rugi suatu perusahaan.
    Menurut Brealey (2012), laporan laba rugi common sizeadalah laporan
    laba rugi yang menampilkan item sebagai persentase dari pendapatan.
    Neraca common size adalah neraca yang menampilkan item sebagai
    persentase dari total aset.
    Neraca common size:
    NA : semua nilai pada aktiva Np : semua nilai pasiva
    Laporan laba rugi common size:
    NL/R : semua nilai pada laporan laba rugi
    2.5 Du Pond Analysis
    Pengertian analisis keuangan system Du Pont
    Menurut Bambang Riyanto, dalm bukunya Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan yang sering disebut sebagai “ Du Pont System” adalah suatu system analisis yang dimaksudkan untuk menunjukan hubungan antara “ Return On Investment, Assets Turn Over “, dan “Profit Margin”. ROI adalah rasio keuntungan neto sesudah
    pajak dengan jumlah investasi (aktiva) sehingga dalam Du Pont System diperhitungkan juga bunga dan pajak.
    Menurut Van Horne &. Wachowicz, Jr, (….) dalam buku prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, yang diterjemahkan oleh Sutojo (….), Sistem Du Pont adalah system yang menggunakan pendekatan tertentu terhadap analisis rasio untuk mengevaluasi efektifitas perusahaan.
    Menurut Harahap (….) , dalam buku Analisa Kritis Laporan Keuangan, Du Pont memiliki cara sendiri dalm menganalisa laporannya. Caranya hamper sama dengan analisa laporan keuangan biasa, namun pendektannya lebih integrative dan menggunakan komposisi laporan keuangan sebagai elemen analisisnya.
    Menurut Hanafi & Halim (2002:90), Analisa Du Pont adalah analisis yang menghubungkan tiga macam rasio sekaligus, yaitu ROI, Profit Margin & Asset Turn Over.
    Menurut Keown, dkk (2004:102), analisa du Pont adalah system rasio keuangan yang dirancang untuk menyelidiki determninan rasio pengembalian ekuitas pemegang saham dan pengembalian aktiva
    Seperti yang kita ketahui formula ROE adalah:
    Pada analisa DuPont, ROE dipecah menjadi 3 bagian:
    atau dapat juga dituliskan:
    ROE = Net profit margin x Assets turnover x Equity multiplier
    Setiap bisnis memiliki karakteristik masing-masing untuk mendapatkan ROE yang tinggi
  15. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
    3.1 Sejarah
    PT. Wismilak Inti Makmur adalah holding Company PT. Gelora Djaja
    dan PT. Gawih Jaya. PT. Gelora Djaja (berdiri sejak 1962) adalah produsen kretek
    premium merek Galan, Wismilak serta Diplomat.
    Adapun distribusi produk WISMILAK ditangani oleh
    PT. Gawih Jaya, sejak tahun 1983 dan menjangkau
    seluruh nusantara. lewat kantor perwakilan, grosir,
    retailer, dan para pedagang kretek lainnya.
    Wismilak merupakan industri rokok terkemuka Indonesia yang menghasilkan
    sekitar tiga milyar batang sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin dan cerutu.
    Didirikan pada tahun 1962, saat ini Wismilak memiliki 18 kantor cabang, 4
    stock points dan 26 agents yang tersebar di seluruh pulau besar Indonesia.
    Wismilak meraih sukses dengan ekuitas premium, manajemen berpengalaman
    lebih dari 30 tahun, kapabilitas keuangan yang solid dan tumbuh pesat, serta pasar
    rokok Indonesia yang menjanjikan.
    PT Wismilak Inti Makmur Tbk merupakan holding company dari PT Gelora
    Djaja (produsen) dan PT Gawih Jaya (distributor). Dengan perjalanan usaha
    selama lebih dari 50 tahun, Wismilak terus berkembang sebagai perusahaan
    modern dengan terus mengembangkan teknologi, sumber daya manusia dan upaya
    pemasarannya, guna mempertahankan posisinya sebagai industri terkemuka.
    3.2 Visi dan Misi Perusahaan
    Dalam menjalankan operasional usahanya, PT. Wismilak Inti Makmur
    senantiasa berpedoman pada Visi dan Misi yang ditetapkan, yaitu :
    Visi
    Berupaya menjadi pelaku industri kelas dunia dengan keunggulan kualitas
    produk dan jasa yang dihasilkan dengan pertumbuhan berkesinambungan yang
    diperoleh melalui integritas, kerjasama tim, pengembangan yang
    berkelanjutan serta inovasi.
    Misi
    Bersama meraih sukses melalui kerjasama dengan semua pemangku
    kepentingan (Konsumen, Pemegang Saham, Karyawan, Distributor, Pemasok
    dan Masyarakat)
    Menghasilkan produk dan jasa dengan kualitas terbaik.
    Bertanggungjawab dan berkomitmen terhadap lingkungan dan komunitas.
    3.3 Struktur Perusahaan dan Struktur Organisasi Perusahaan

3.3.1 Gambar Struktur perusahaan PT Wismilak Inti Makmur Tbk

3.3.2 Gambar Struktur Organisasi Perusahaan
PT Wismilak Inti Makmur Tbk
3.4 Products

3.5 Dewan Komisaris dan Direksi
RONALD WALLA, DIREKTUR UTAMA
Warga Negara Indonesia, Ronald Walla menjabat sebagai Direktur Utama Perseroan sejak tahun 2012. Sebelumnya pernah menjabat sebagai Komisaris pada perseroan (2008-2012) dan Direktur Utama pada Galan (2002-2007). Ronald Walla memperoleh gelar Bsc of Computer Science dari University of Maryland pada tahun 1995 dan memperoleh gelar Master of Engineering Management dari George Washington University pada tahun 1999.
TRISNAWATI TRISNAJUWA NA, DIREKTUR OPERASIONA L
Warga Negara Indonesia, Trisnawati Trisnajuwana menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2012. Saat ini juga menjabat sebagai Direktur PT Gelora Djaja (2008-sekarang). Sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur PT Gawih Jaya (2008-2011). Memperoleh gelar Sarjana dari jurusan Teknik Kimia,
Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya pada tahun 1975.
SUGITO WINARKO, DIREKTUR BISNIS DEVELOPMEN T
Warga Negara Indonesia, Sugito Winarko menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 1994. Saat ini menjabat sebagai Komisaris pada PT Gelora Djaja dan GALAN. Sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur pada PT Gelora Djaja (1983-2008). Sugito Winarko menyelesaikan pendidikan di Technical University Aachen, Jerman pada tahun 1976.
LUCAS FIRMAN DJAJANTO, DIREKTUR KEUANGAN
Warga Negara Indonesia, Lucas Firman Djajanto menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2012. Saat ini juga menjabat sebagai Direktur PT Gawih Jaya (2011-sekarang). Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari jurusan Ekonomi,
Universitas Merdeka, Malang pada tahun 1990.
KRISNA TANIMIHARDJ A, DIREKTUR TEKNIK
Warga Negara Indonesia, Krisna Tanimihardja menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2008. Saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Gelora Djaja (2008-sekarang) dan sebagai Direktur Utama PT Gawih Jaya (2012-sekarang). Sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur PT Gelora Daja (1996-2008). Menyelesaikan pendidikan di Universitas Rheinsch-Westfaliche Technische Hochschule Aachen pada tahun 1975.
HENDRIKUS JOHAN SOEGIARTO, DIREKTUR TIDAK TERAFILIASI
Warga Negara Indonesia, Hendrikus Johan Soegiarto menjabat sebagai Direktur Perseoran sejak tahun 2013. Sebelumnya pernah menjabat sebagai Marketing Manager PT Jamu Iboe Jaya (2004-2011), Product Group Manager PT
Jamu Iboe Jaya (2002-2004), Product Manager PT Gelora Djaja (2000-2001), Account Officer PT Bank Universal (1996-2000), Sales Supervisor PT Arta Boga Cemerlang (1995-1996). Memperoleh gelar Insinyur dari jurusan Teknik & Manajemen Industri, Universitas Surabaya pada tahun 1995.
WILLY WALLA, KOMISARIS UTAMA
Warga Negara Indonesia, Willy Walla menjabat sebagai Komisaris Utama Perseroan sejak tahun 2012. Selain menjabat sebagai Komisaris Perseroan, beliau juga menjabat sebagai Komisaris pada PT Gelora Djaja dan PT Gawih Jaya serta Komisaris Utama pada Galan. Sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur Utama pada Perseroan (1994-2012), Direktur Utama pada PT Gawih Jaya (1983-2007) dan Direktur Utama pada PT Gelora Djaja (1986-2007). Willy Walla menyelesaikan pendidikan di bidang Mathematics di Chelsea College, University of London pada tahun 1977.
INDAHTATI WIDJAJADI, KOMISARIS
Warga Negara Indonesia, Indahtati Widjajadi menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 1994. Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris PT Gelora Djaja (1984-sekarang), Komisaris PT Gawih Jaya (1983-sekarang) serta Komisaris pada Galan (1983-sekarang). Indahtati Widjajadi menyelesaikan
pendidikan di bidang Chemical Engineering di Insititut Sepuluh November (ITS) Surabaya pada tahun 1976.
EDY SUGITO, KOMISARIS INDEPENDEN
Warga Negara Indonesia, Edy Sugito menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak bulan September tahun 2012. Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Independen PT London Sumatra Indonesia Tbk dan PT Pelita Cengkareng Paper Tbk (Juli 2012-sekarang). Sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur Pencatatan PT Bursa Efek Indonesia (Mei 2005-Juni 2012), Direktur PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (Oktober 2000-Mei 2005), Direktur PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (Oktober 1998-September 2000), Head of Operations-associate Director PT Bahan Securities (April 1997-Oktober 1998), Operation Manager PT ABN Amro Asia Securities Indonesia (September 1994-Maret 1997), Finance & Administration Manager PT KOLL IPAC-Propertu Consultant Manager (April 1993-Septmber 1994), Corporate Accounting Manager Barito Pacific Group-Non Timber Division (September 1991-Maret 1993), Seniro Auditor Arthur Andersen(Drs Prasetion, Utomo & Co) (Januari 1989 – September 1991), Auditor Ernst & Whinney (Drs Johan, Malonda & Rekan) (Mei 1987-Desember1988). Edy Sugito memperoleh gelar Sarjana Akutansi dari Universitas Trisakti, Jakarta, pada tahun 1991.

3.6 Neraca

3.7 LABA RUGI

3.8 ARUS KAS

  1. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN UNTUK PERFORMANCE APPRAISAL
    4.1 Laporan Posisi Keuangan

Analisis Vertikal
Tahun 2013 :
Bila dilihat pada tahun 2013 ini , dari keseluruhan total aset lancar 81% lebih mengunggili dibanding aset tidak lancar yang hanya 19% dari keseluruhan total aset.Artinya aset yang berumur ekonomis kurang dr satu tahun lebih mendominasi. Dari 81% tersebut didominasi oleh inventory/persediaan , sedangkan diposisi kedua ada Kas dan setara kas sebesar 13% lalu,piutang 5% . Bisa disimpulakn disini total aset lancar menumpuk pada persediaan bisa diasumsikan perusahaan dapat berproduksi dengan baik namun tidak bisa melakukan penjualan dengan maksimal akibat persediaan yang menumpuk setengah dari total aset.
Dari total liabilitas tahun 2013 milik PT wismilak ini dapat dilihat bahwa kewajiban masih berada dibawah ekuitas , kewajiban total sebesar 36 % dan sisanya merupakan ekuitas sebesar 64%. Dari Total kewajiban yang mendominasi adalah, utang bank jangka pendek ,artinya PT wismilak masih harus mengangsur pinjamannya terhadap Bank dan hal itu menjadi porsi terbesar dan utama dalam kewajibannya. Dari total kewajiban yang paling mendominasi adalah Total ekuitas yang sudah didistribusikan , artinya porsi pendistribusian menggunakan ekuitas merupakan hal yang mendominasi , dengan hal tersebut membuat efektifitas dalam operasional dalam memproduksi barang
Tahun 2012 :
Pada Tahun 2012 PT wismilak dalam total aset masih aset lancar yang mendominasi sebesar 87%, dari 87 % tersebut didominasi oleh persediaan sebesar 44% dan diikuti Kas 35% dalam hal ini jumlah kas dan persediaan tidak terlalmpau terlalu jauh, artinya kemampuan perusahaan menyeimbangkan barang produksi siap jual dan penerimaan kas berjalan dengan kondusif dan tidak mendominasi salah satu Pada aset tidak lancar di dominasi oleh aset tetap bersih sebesar 13%
Pada Tahun 2012 ini Total prosentase dari kewajiban dan ekuitas hampir seimbang , hal ini menunjukan tanggungan perusahaan dalam lampu kuning, karena jangan sampe kewajiban melebihi ekuitas, total liabilitas / kewajiban sendiri sebesar 46 % dibanding total ekuitas 54% . Dalam liabilitas yang paling mendominasi ialah utang bank jangka pendek sebesar 25%,artinya penyelesaian utang bank ini menjadi prioritas yang harus didahulukan jangan sampe membuat total kewajiban melebihi ekuitas.Pada tingkat ekuitas yang paling mendominasi adalah total ekuitas yang didistribusikan , artinya perusahaan memberikan pos-pos dalam perusahaan untuk menerima ekuitas ini karena menjadi komponen terbesar dalam ekuitas
Tahun 2011 :
Pada tahun 2011 ini Total aset terbanyak masih didominasi oleh aset lancar yang bertanda bahwa operasional perusahaan berjalan baik namun sangat disayangkan tingkat persediaan yang sangat tinggi yakni sebesar 53% artinya perusahaan mampu memproduksi namun lemah dalam selling , hal ini juga dapat terlihat pada kas yang hanya 13 % saja, seharusnya keduanya ini tidak boleh terlampau jauh bedanya .Pada aset tidak lancar , aset tetap bersih mendominasi sebesar 21% asrtinya aset seperti buildings,land and property masih menjadi dominasi namun tidak signifikan dalam total aset
Pada tahun 2011 ini Angka liabilitas mencapai 62% artinya sudah pada tahapan serius , sedangkan sisanya adalah ekuitas . Dari liabilitas yang paling menonjol adalah utang bank jangka pendek , dengan adanya hutang ini mau tidak mau akan menggerogoti ekuitas dan dana-dana lain perusahaan apalagi menurut prosentase sebesar 38% disusul utang usaha pihak ketiga 10 %. Perusahaan harus memprioritaskan hutang jangka pendek ini , sebab ketika perusahaan tidak mampu memenuhi maka hal serupa juga akan berdampak pada huttang jangka panjang .Pada ekuitas sendiri yang paling menonjol adalah Total ekuitas yang dapat didistribusikan sebesar 38% .Hal ini sama dengan hutang bank jangka pendek, jika kondisi ini terus berlarut maka lampu merah bagi keuangan perusahaan .
Tahun 2010:
Pada 2010 PT wismilak Dalam Total aset didominasi oleh aset lancar sebesar 73% , yang paling mendominasi adalah jumlah persediaan mencapai 55% mencapai lebih dari setengah total aset , piutang usaha sebesar 6 % serta kas 4% dapat diasumsikan bahwa ditahun ini perusahaan mampu memproduksi dengan sangat baik , disisi lain piutang usaha juga cukup mendominasi dalam aset lancar artinya banyak piutang yang tidak tertagih di tahun ini dan kas hanya 4% , disimpulkan bahwa di tahun ini perusahaan mampu melakukan proses produksi dengan baik, namun banyak juga piutang tidak tertagih dan kekurangan dana kas.Sedangkan pada aset tidak lancar didominasi aset tetap bersih sebesar 26% .
Pada tahun 2010 liabilitas dan ekuitas didominasi ekuitas dengan 53% .Pada liabilitas yang sebesar 47% didominasi oleh utang bank jangka pendek sebesar 20% atau setengah dari liabilitas itu sendiri. Selanjutnya pada liabilitas ada utang usaha pihak ketiga sebesar 16 % artinya bahwa utang bank dan utang usaha pihak ketiga menjadi prioritas dalam pelunasan karena keduanya merupaka hutang jangka pendek .Dalam ekuitas Didominasi oleh total ekuitas yang dapat didistribusikan sebesar 53% atau hampir seluruh total ekuitas dapat didistribusikan untuk pengelolaan perusahaan maupun operasional perusahaan.
Tahun 2009 :
Pada 2009 Tingkat aset PT wismilak didominasi oleh aset lancar sebesar 70%, pada aset lancar yang paling menonjol adalah tingkat persediaan dengan 58% sedangkan di tingkat selanjutnya ada kas dan setara kas hanya sebesar 5% , terjadi ketimpangan yang sangat signifikan . Dapat diasumsikan bahwa tahun 2009 ini perusahaan mampu berproduksi dengan baik namun terkendala dengan selling atau penjualan maka dari itu penerimaan kas cukup rendah , seharusnya dua komponen ini tidak terlampau jauh.Sedangkan pada aset tidak lancar , aset tetap bersih mendominasi dengan 29 %.
Pada 2009 ini posisi neraca PT Wismilak dalam lampu merah karena jumlah kewajiban dibanding ekuitas unggul kewajiban dengan 66% berbanding 34% .Tingkat liabilitas yang paling mendominasi adalah utang bank jangka pendek dengan 35% dan disusul utang usaha pihak ketiga 16% .Pada prosentase kedua hutang tersebut sudah lebih dari total ekuitas dan neraca , artinya perusahaan harus concern untuk pembayaran hutang atau terjadi penambahan modal agar neraca keuangan dapat kembali stabil .Pada Ekuitas di dominasi oleh saldo laba belum ditentukan penggunaanya , jelas saja saldo laba belum ditentukan penggunaanya sangat tinggi akibat liabilitas yang cukup besar sangat beresiko jika saldo laba dipergunakan.Menurut asumsi saya manajemen PT Wismilak melakukan prinsip kehati-hatian disini agar mengurangi resiko di masa datang

ANALISIS HORIZONTAL

TOTAL ASET LANCAR 100,0%
90,0% 80,0% 70,0%
60,0% TOTAL ASET LANCAR 50,0%
40,0% Linear (TOTAL ASET 30,0% LANCAR)
20,0% 10,0%
0,0%
1 2 3 4 5

Pada komposisi Aset lancar sendiri dalam 5 tahun terakhir didominasi oleh persediaan yang rata-ratanya mencapai setengah dari Aset , hal ini menunjukan dalam 5 tahun terakhir kemampuan perusahaan dalam melakukan penjualan sangat rendah sehingga penerimaan kas terlampau cukup jauh dari persediaan .

Perusahan seharusnya mampu menyeimbangkan keduanya agar barang yang sudah diproses tidak terlalu lama menjadi persediaan, karena akan berpengaruh terhadap cita rasa dan juga kualitas rokok.Selain itu aset lancar sendiri mendominasi dalam 5 tahun dibanding aset tidak lancar , artinya keseluruhan aset wismilak rata-rata memiliki umur ekonomis kurang dari 1 tahun.

TOTAL ASET TIDAK LANCAR

35,0%

30,0%

25,0%

20,0%

15,0%

10,0%

5,0%

0,0%
1 2 3 4 5

TOTAL ASET TIDAK LANCAR
Linear (TOTAL ASET TIDAK LANCAR)

Dalam aset tidak lancar selama 5 tahun ini , didapat data bahwa dari total aset hanya berkisar 20% saja, hal ini membuktikan perusahaan melakukan efisiensi dalam hal Aset yang umur ekonomisnya lebih dari 5 tahu. Dalam aset tidak lancar yang mendominasi adalah aset tetap bersih artinya , aset tetap bersih meliputi ,pembangunan, perawatan ,perawatan, perbaikan. Hal ini perusahaan harus meminimalisir tingkat kerusakkan agar tidak terlalu memakan biaya banyak

TOTAL LIABILITAS JANGKA PENDEK

70,0%

60,0%

50,0%

40,0%

30,0%

20,0%

10,0%

0,0%
1 2 3 4 5

TOTAL LIABILITAS JANGKA PENDEK

Linear (TOTAL LIABILITAS JANGKA PENDEK)

Dalam Liabilitas jangka pendek ini , yang paling mendominasi adalah Utang bank jangka pendek serta utang usaha pihak ketiga , artinya kemampuan perusahaan untuk mengelola perusahaan masih tergantung pada hutang , terbukti hutang bank rata-rata sebsar 30% dan hutang usaha rata -rata sebesar 14% hal ini membuktikan PT wismilak masih hidup memanfaatkan hutang selain itu kedua hutang tersebut mengalami tren penurunan, artinya kemampuan perusahaan untuk membayar adalah baik.

TOTAL LIABILITAS JANGKA PANJANG

8,0%

7,0%

6,0%

5,0%

4,0%

3,0%

2,0%

1,0%

0,0%
1 2 3 4 5

TOTAL LIABILITAS JANGKA PANJANG

Linear (TOTAL LIABILITAS JANGKA PANJANG)

Dari kewajiban jangka panjang yang paling mendominasi adalah liabilitas jangka penjang yang rata-rata 2% , Utang jangka panjang PT wismilak sendiri tidak terlalu besar hanya rata -rata 4% dan memiliki tren menurun , hal ini membuktikan bahwa kemampuan menyelesaikan hutang jangka panjang perusahaan cukup baik.

Total Ekuitas 70,0%
60,0%

50,0%

40,0% Total Ekuitas
30,0% Linear (Total Ekuitas)
20,0%

10,0%

0,0%
1 2 3 4 5

Dari tingkat ekuiatas sendiri didominasi oleh Total ekuitas yang dapat didistribusikan, namun dalam penentuannya baru ditahun 2013 saja terjadi pemakaian saldo laba yang ditentukan itupun hanya 0,2% .Sedangkan untuk tambahan modal disetor baru diada dalam 2 tahun terakhir ,tahun 2013 dan 2012 dalam Total ekuitas pun PT wismilak berada dalam posisi tren NAiK..

4.2 Laporan Laga rugi

ANALISIS VERTIKAL
Tahun 2013 :
Pada tahun 2013 terjadi perbaikan dibanding tahun sebelumnya selisihnya sekita 2% , hal ini terjadi karena Beban pokok penjualan yang mengecil dari 2012 serta laba usaha yang meningkat 1 % ,pada laba sebelum manfaat terjadi selisih 2%. Hal ini menjadikan efektifitas perusahaan meningkat dan terjadi perbaikan dibanding tahun sebelum
Tahun 2012 :
Pada 2012 terjadi antiklimaks dengan penurunan laba bersih yang sangat tajam dari tahun sebelum , terjadi selisih 7% lebih , hal yang membuat ini terjadi karena HPP pada tahun ini sangat tinggi mungkin bisa jadi karena mulai pengaruh pasar yang membuat harga bahan baku meningkat.
Tahun 2011 :
Pada tahun 2011 ini merupakan tahun yang sangat baik bagi PT Wismilak karena tingkat laba bersih yang meningkat drastis dari 2 tahun sebelumnya, pada 2010 terjadi peningkatan hampir 10%. Salah satu yang membuat laba tahun ini sangat tinggi karena Laba sebelum beban dan laba tahun berjalan sangat signifikan .
Tahun 2010 :
Pada tahun 2010 terjadi peningkatan laba dibanding 2009, laba kotor pada tahun ini pun menyusut dibanding tahun lalu ,Pada laba usaha tahun 2010 merupakan yang terendah dalam 5 Tahun terakhir ,pada 2010 juga PT Wismilak menanggung beban umum dan administrasi terbesar dalam 5 tahun terakhir
Tahun 2009 :
Pada 2009 adalah laba bersih terkecil dalam 5 tahun kebelakang , hal ini disebabkan karena tingkat penjualan neto yang juga masih lebih kecil dibanding tahun yang lain, tahun 2009 unggul dalam laba kotor , dan paling sedikit dalam Beban pokok penjualan, selain itu laba usaha , maupun laba sebelum pajak 2009 adalah yang paling sedikit dalam 5 tahun.
Analisis Horizontal

LABA KOTOR 40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%
2013 2012 2011 2010 2009

LABA KOTOR

Linear (LABA KOTOR)

Laba Kotor dari PT Wismilak dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan, jika dilihat hal tersebut karena Beban pookok penjualan yang selalu meningkat dari tahun ke tahun, faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa jadi bahan baku yang semakin susah, harga tembakau yang naik dan beban pemrosesan menjadi barang jadi yang nilai ekonomisnya naik ditenggarai membuat HPP selalu meningkat.

Laba Usaha 15,00%

10,00%

5,00%

0,00%
2013 2012 2011 2010 2009

Laba Usaha
Linear (Laba Usaha)

Laba Usaha PT. Wimilak selama tahun 2009 hingga tahun 2013 cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2010 hingga tahun 2013 . Peningkatan ini disebabkan oleh Laba penjualan aset tetap yang terjadi mulai dari tahun 2011. Pada tahun 2010 sampai terjadi kenaikan yang sedikit demi sedikit

LABA SEBELUM BEBAN(MANFAAT)PAJAK PENGHASILAN

20,00%

15,00%

10,00%

5,00%

0,00%
2013 2012 2011 2010 2009

LABA SEBELUM BEBAN(MANFAAT)PA JAK PENGHASILAN

Laba sebelum beban manfaat pajak pada PT wismilak dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan ,artinya perusahaan mampu menyeimbangkan kondisi keuangannya apalagi dipasaran perusahaan rokok pasti dikenai pajak yang tinggi sehingga harus pintar-pintar me-manage. selain itu pada 2011 dimana terdapat laba tertinggi namun akibat pajak yang semakin tinggi , pada grafik terlihat hanya berbeda sedikit saja dibanding tahun sebelum dan sesudah.

TOTAL LABA BERSIH 15,00%

10,00% TOTAL LABA BERSIH
5,00% Linear (TOTAL LABA BERSIH)

0,00%
2013 2012 2011 2010 2009

Selama 5 Tahun laba bersih PT wismilak mengalami kenaikan , kenaikan tertinggi ada pada tahun 2011 , namun pada tahun 2012 mengalami penurunan yang sangat tajam. Menurut saya dewasa ini perusahaan rokok mengalami tekanan dari berbagai pihak selain pajak, cukai dari pemerintah yang semakin tinggi juga kesadaran masyarakat yang juga semakin tinggi seyogyanya perusahaan rokok mampu menyiasati agar pada akhir tahun tetap memiliki laba bersih yang baik

4.3 Laporan Arus Kas

Analisis Vertikal
Tahun 2013 :
Pada Tahun 2013 ini Kas yang didapat dari aktivitas operasi didominasi pembayaran kas kepada pemasok hal tersebut menjadi penyeimbang dari kas dari perlanggan yang minus -3377,9%.
Kas yang didapat dari aktivitas investasi, terbesar didapat oleh aset tetap hampir menguasai penerimaan dari investasi sebesar 97,60%
Dari kas neto yang berasal dari pendanaan yang paling mengunggilu adakah pembayaran utang bank neto , hal ini berhubungan dengan hutang bank pada neraca yang memiliki total yg juga besar
Tahun 2012 :
Pada 2012 kas dari pelanggan menguasai dari penerimaan kas untuk aktivitas operasi.Artinya di tahun ini perusahaan mampu melakukan penjualan dengan tingginya penerimaa kas dari pelanggan
Pada tahun 2012 ini didapatkan penerimaan tertinggi adalah hasil penjualan aset tetap artinya , dari penjualan aset tetap dapat menjadi pemsukan yang besar dari perusahaan guna melakukan ekspansi maupun pengalihan dana yang lebih efesien
Dari tahun 2012 dari aktivitas pendanaa penerimaan tertinggi didapat dari setoran modal saham dan penawaran umum saham pengendali artinya, pemanfaatan pasar modal dari PT Wismilak ini berjalan efektif .`
Tahun 2011 :
Pada 2011 kas neto untuk aktivitas operasi , porsi terbesar ada pada Pembayaran kepada pemasok artinya hal tersebut membuat kewajiban perusahaan meningkat ,namun akan berefek pada tingkat penjualan agar lebih baik.
Dari kas neto yang diperoleh dari investasi, porsi terbesar ada pada Hasil penjualan aset tetap hal ini menujukan kalo penjualan aset tetap dapat mengcover pendanaan khususnya kas pada tahun ini. Penjuala aset tetap mengidikasi bahwa perusahaan melakukan efesiensi aset.
Ditahun ini kas neto yang diperoleh dari aktivitas pendanaan di proyeksikan dalam pembayaran utang bank -neto, artinya tanggungan perusahaan untuk melunasi hutang banknya menjadi prioritas dan mendapat perhatian khusus.
Tahun 2010 :
Pada 2010 perusahaan sudah melakukan efektifitas pada kas neto aktivitas operasi ,dimana porsi terbanyak pada Kas dari pelanggan, artinya penjualan pada tahun ini sangat baik.
Pada Kas neto dari aktivitas investasi didapat data bahwa Perolehan aset tetap memiliki nominal yang besar sehingga pada tahun tersebut bisa di bilang perusahaan memanfaatkan aset tetap guna mendapatkan kas dengan sangat baik
Ditahun ini kas neto yang diperoleh dari aktivitas pendanaan di proyeksikan dalam pembayaran utang bank -neto, artinya tanggungan perusahaan untuk melunasi hutang banknya menjadi prioritas dan mendapat perhatian khusus.
Tahun 2009 :
Pada 2009 kas neto untuk aktivitas operasi , porsi terbesar ada pada Pembayaran kepada pemasok artinya hal tersebut membuat kewajiban.
Pada Kas neto dari aktivitas investasi didapat data bahwa Perolehan aset tetap memiliki nominal yang besar sehingga pada tahun tersebut bisa di bilang perusahaan memanfaatkan aset tetap guna mendapatkan kas dengan sangat baik.
Ditahun ini kas neto yang diperoleh dari aktivitas pendanaan di proyeksikan dalam pembayaran utang bank -neto, artinya tanggungan perusahaan untuk melunasi hutang banknya menjadi prioritas dan mendapat perhatian khusus.
ANALISIS HORIZONTAL
Arus Kas aktivitas operasi

10000,0%

8000,0%

6000,0%

4000,0%

2000,0%

0,0%

-2000,0%

-4000,0%

Kas dari pelanggan

1 2 3 4 5

Kas dari pelanggan

Linear (Kas dari pelanggan)

Pembayaran kas kepada pemasok

4000,0%

2000,0%

0,0%

-2000,0%

-4000,0%

-6000,0%

-8000,0%

-10000,0%

1 2 3 4 5

Pembayaran kas kepada pemasok
Linear (Pembayaran kas kepada pemasok)

Pembayaran pajak penghasilan

100,0%

50,0%

0,0%

-50,0%

-100,0%

-150,0%

-200,0%

-250,0%

1 2 3 4 5

Pembayaran pajak penghasilan

Pada Tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan, Penurunan paling drastis ada pada tahun 2013, sedangkan penerimaan tertinggi ada ditahun sebelumnya dengan 8540% .Hal ini dapat saya asumsikan tingkat penjualan selama 5 tahun mengalami penurunan. Sedangkan Pembayaran kas untuk beban operasi dalam 5 tahun mengalami penurunan secara berkala , bahkan dalam 2 tahun terakhir hampir tidak ada hal ini mengindikasi bahwa perusahaan melakukan penghematan atas terjadinya kas yang menurun tiap tahunnya agar tidak merusak pendanaan yang lain

Arus Kas aktivitas investasi

Hasil penjualan aset tetap

2000,00%

1500,00%

1000,00%

500,00%

0,00%

-500,00%

1 2 3 4 5

Hasil penjualan aset tetap
Linear (Hasil penjualan aset tetap)

Perolehan aset tetap

500,00%

0,00%

-500,00%

-1000,00%

-1500,00%

-2000,00%

-2500,00%

1 2 3 4 5

Perolehan aset tetap

Linear (Perolehan aset tetap)

Pada tahun 2009 hingga 2013 pada PT Wismilak terjadi penjualan aset , hal ini terjadi mungkin perusahaan ingin melakukan efesiensi .Selain lebih konsentrasi pada penjualan produk dengan mengefisiensikan aset tetap. Selain itu yang berperan dalam kas neto dari aktivitas investasi adalah perolehan aset tetap , selain melakukan efektifitas , aset teetap diharapkan juga mampu produktif dalam peningkatan laba terlihat adamya pergerakan yang signifikan, namun dalam 5 tahun hal itu mengalami penurunan.

Arus Kas aktivitas Pendanaan

Pembayaran utang bank-neto

350,00%

300,00%

250,00%

200,00%

150,00%

100,00%

50,00%

0,00%

-50,00%

1 2 3 4 5

Pembayaran utang bank-neto
Linear (Pembayaran utang bank-neto)

Pembayaran dividen kas kepada pemilik modal

20,00%

0,00%

-20,00%

-40,00%

-60,00%

-80,00%

-100,00%

1 2 3 4 5

Pembayaran dividen kas kepada pemilik modal
Linear (Pembayaran dividen kas kepada pemilik modal)

Dalam 5 tahun terakhir Kas neto yang diperoleh dari aktivitas pendanaan terkonsentrasi pada pembayaran utang bank ,artinya PT wismilak memiliki kemampuan dalam pembayaran hutang bank miliknya. Pendanaan melalui hutang seperti PT wismilak ini akan memacu tingkat penjualannya,sedangkan pembayaran dividen kas kepada pemilik modal PT wismilak memiliki tren naik , hal ini akan merangsang tumbuhnya penanam modal baru.

ANALISIS RASIO
RASIO LIKUIDITAS
Quick Asset Ratio

Quick Asset Ratio

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
0%
2009 2010 2011 2012 2013

Quick Asset Ratio

Linear (Quick Asset Ratio )

Rasio aset cepat digunakan sebagai ukuran kemampuan perusahaan untuk membayar dengan segera utang lancamya Pada grafik menunjukan tren kenaikan dalam 5 tahun yang artinya kemampuan PT wismilak dalam pemanfaatan asset untuk membayar utang lancarnya meningkat, serta mengefektifkan total asset yang ada .

Current Ratio

CURRENT RASIO 300%

250%

200%

150%

100%

50%

0%
2009 2010 2011 2012 2013

CURRENT RASIO

Linear (CURRENT RASIO )

Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.Dalam grafik Rasio lancar yang dimiliki PT Wismilak mengalami kenaikan dalam 5 tahun hal ini membuktikan bahwa PT wismilak bisa memenuhi hutang jangka pendek melalui aktiva lancar dengan baik dan mengalami peningkatan, sehingga tidak menimbulkan adanya kewajiban yang terhutang.

Modal Kerja Terhadap Aktiva.

Modal Kerja terhadap aktiva

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
2009 2010 2011 2012 2013

Modal Kerja terhadap aktiva

Linear (Modal Kerja terhadap aktiva )

Modal kerja dan aktiva berperan serta dalam memenuhi aspek likuid dalam perusahaan , perusahaan dituntut mampu menyeimbangkan keduanya, bagaimana modal kerja dapat di belikan aktiva dimana nanti aktiva dapat dipergunakan sebagai alat penunjang . Dilihat dari grafik peningkatan modal kerja semakin meningkat dalam tren 5 tahun terakhir , pertumbuhan yang pesat ini menggambarkan bahwa penggunaan modal untuk aktiva mengalami penurunan.Mungkin bisa ditarik asumsi bahwa aktiva yang ada saat ini sudah cukup dipergunakan sebagai penggerak opeerasional

Rasio Kas

Rasio Kas

90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
0%
2009 2010 2011 2012 2013

Rasio Kas

Linear (Rasio Kas )

cash ratio yaitu perbandingan antara jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan dan jumlah kewajiban yang segera dapat ditagih rasio ini digunakan untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan.Dalam grafik Rasio Kas sangat menukik naik tajan dari 5 tahun awal dengan tren naik. Hal ini membuktika PT Wismilak memiliki tingkat likuiditas yang sangat baik .

RASIO LEVERAGE

Total Debt to equity Ratio

250%

200%

150%

100%

50%

0%
2013 2012 2011 2010 2009

Total Debt to equity Ratio

Linear (Total Debt to equity Ratio )

Tren Rasio ekuitas terhadap Hutang dari PT wismilak dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan dalam trendnya. Selisih Total hutang dan ekuitas hampir tidak berbanding jauh , hal ini menunjukan bahwa kewajiban yang dimiliki perusahaan mencapai hampir titik batas dimana jumlah hutang tidak boleh lebih dari total aset.

Total Debt to total assets ratio

80%

60%

40%

20%

0%
2013 2012 2011 2010 2009

Total Debt to total assets ratio

Linear (Total Debt to total assets ratio )

Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.Dilihat dari grafik mengalami penurunan ,hal ini menunjukan semakin kecil aktiva yang dibelanjakan dengan hutang , hal ini turut memperkecil jumlah kewajiban

Long term Debt to equity ratio 20%

15%
Long term Debt to 10% equity ratio
Linear (Long term 5% Debt to equity ratio )

0%
2013 2012 2011 2010 2009

Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Dalam grafik PT Wismilak mengalami penururnan , hal ini menunjukan bahwa modal yang dipakai jaminan untuk hutang semakin sedikit, artinya perusahaan bisa mengoptimalkan ekuitas untuk hal yang lain yang berhubungan dengan ekspansi.

Tangible Assets Debt Coverage

4000%

3000%

2000%

1000%

0%
2013 2012 2011 2010 2009

Tangible Assets Debt Coverage

Linear (Tangible Assets Debt Coverage )

Rasio ini ingin membuktikan bagaimana kemampuan Perusahaan PT Wismilak mampu membayar hutang jangka panjangnya yang di cover oleh asetnya, bagaimana tingkaty asset dibanding dengan total hutang jangka panjang.PT wismilak sendiri menunjukan tren Naik selama 5 tahun.

Rasio Utang Jangka Panjang

2500% 2000% 1500% 1000% 500%
0%
2013 2012 2011 2010 2009

Rasio Utang Jangka Panjang

Linear (Rasio Utang Jangka Panjang)

Rasio hutang jangka panjang bertujuan untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.Dalam grafik PT wismilak mengalami kenaikan dalam 5 tahun, hal ini akan berdampak baik karena ekuitas dinilai bisa mengcover hutang jangka panjang perusahaan

Ratio of Owner’s Equity to Total

100% 80% 60% 40% 20%
0%
2013 2012 2011 2010 2009

Ratio of Owner’s Equity to Total

Linear (Ratio of Owner’s Equity to Total )

Rasio ini adalah menilai tingkat kemmpuan Perusahaan mengcover aset menggunakan Modal. Dilihat dalam grafik bahwa PT wismilak masih bergantung pada modal setiap tahun ke tahun hal ini menunjukan biaya operasional masih bergantung pada dana modal.Hal ini harussecepatnya ditekan agar perolehan aset didapat dari laba.

RASIO PROFITABILITAS

Margin laba

16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2%
0%
2013 2012 2011 2010 2009

Margin laba
Linear (Margin laba )

Pada Margin laba PT Wismilak mengalami trend kenaikan dikarenakan penjualan meningkatkan berdampak pada tingkat laba rugi, tingkat kemampuan membayar hiutangnya juga akan semakin baik karena tingkat laba bersih yang meningkat

Margin laba operasi 12%

10%

8%

6%

4%

2%

Margin laba operasi

Linear (Margin laba operasi )

0%
2013 2012 2011 2010 2009

Terjadi trend kenaikan pada Margin laba operrasional PT Wismilak tingkat pendapatan bunga dan laba bersih selalu meningkat dalam 5 tahun terakhir kecuali pada tahun 2010. Margin laba yang tinggi sangat disukai perusahaan

Return on asset 25%

20%

15% Return on asset

10% Linear (Return on asset )
5%

0%
2013 2012 2011 2010 2009

ROA dalam 5 tahun terakhir mengalami trend kenaikan , hal ini menyebabkan dampak yang bagus bagi perusahaan , sehingga return akan semakin besar dan akan mengurangi beban perusahaan akibat laba yang meningkat setiap tahun dengan begitu aset yang terpakai untuk memperoleh laba akan menjadi maksimal

Return on equity

40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5%
0%
2013 2012 2011 2010 2009

Return on equity

Linear (Return on equity)

asio ini menunjukan keberhasilan / kegagalan pihak managemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan ssehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan , dilihat dari grafik ,PT wismilak mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir meskipun penurunan tidak signifikan

Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan

80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2013 2012 2011 2010 2009

Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan

Linear (Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan
)

Pada pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan PT wismilak mengalami kenaikan dalam kurun 5 tahun ini, pertumbuhan laba ditahan yang sangat signifikan meskipun ROE mengalami penurunan , namun tingkat laba ditahan yang sangat pesat berhasil mengcover penurunan dari ROE..

RASIO EFISIENSI

TOTAL PERPUTARAN ASET

180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20%
0%
2013 2012 2011 2010 2009

TOTAL PERPUTARAN ASET

Linear (TOTAL PERPUTARAN ASET )

Kondisi perputana aset pada PT wismilak berjalan dengan baik dengan tren kenaikan selama 5 tahun terakhir , hal ini membuktikan penjualan melebihi rata-rata total aset , hal ini sangat baik bagi perusahaan dalam melakukan pembayaran kewajiban

Perputaran persediaan 250%

200%

150%

100% Perputaran persediaan

50%

0%
2013 2012 2011 2010 2009

Tren kondisi perputaran persediaan mengalami kenaikan cukup pesat dalam 5 tahun, hal ini membuktikan bahwa Penjualan PT wismilak dalam kondisi baik, sehingga persediaan perusahaan masih berada di bawah HPP, hal ini sangat baik untuk menunjang kinerja karyawan

Rata-rata periode penagihan

1600% 1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200%
0%
2013 2012 2011 2010 2009

Rata-rata periode penagihan
Linear (Rata-rata periode penagihan )

Tren yang terjadi dalam rata-rata periode penagihan mengalami penurunan selama 5 tahun, hal ini membuktikan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam penagihan piutang cukup rendah, hal ini bertolak belakang dengan penjualan yang meningkat, hal ini bila terus terjadi dapat menimbulakn piutang tak tertagih yang justru mengancam perusahaan

Jumlah hari penjualan persediaan

30000%

25000%

20000%

15000%

10000%

5000%

0%

-5000%

-10000%

2013 2012 2011 2010 2009

Jumlah hari penjualan persediaan

Linear (Jumlah hari penjualan persediaan )

Tren dari jumlah hari penjualan persediaan terus menurun apalagi selama 4 tahun terakhir berjalan stagnan dibawah hal ini membuat beban pokok penjualan lebih tinggi dibanding rata-rata persediaan , bisa jadi dikarenakan harga baku yang cukup mahal membuat beban perusahaan dalam produksi juga mengalami penurunan kinerja.

ANALISIS DU PONT
ROA (Return on asset)

ROA 25,00%

20,00%

15,00%
ROA
10,00% Linear (ROA)

5,00%

0,00%
2013 2012 2011 2010 2009

ANALISIS VERTIKAL
Tahun 2013 :
Dilihat dari Pendapatn tahun 2009 PT Wismilak memiliki Pendapatan 52,82% dan pendapatan bunga sebesar 0,36% dari total pendapatan bersih hal ini menunjukan perusahaan mampu melakukan penjualan dengan nilai yang cukup besar pada tahun 2013 .Tingkat biaya yang didapat PT Wismilak pada 2013 berkisar 37,20% dan beban 9,65% hal ini membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan efektif untuk memperoleh laba dengan biaya yang lebih tinggi daripada beban yang di tanggung.Perusahaan pada 2013 juga melakukan strategi-strategi efektif dengan pendapatan yang sangat tinggi dibanding Biaya dan beban , efektifitas perusahaan memperoleh laba membuktikan tahun 2013 menjadi tahun yang efektif dan efisien dengan penekanan pada biaya dan beban sehingga tidak terlalu besar.Aset lancar dan aset tidak lancar perusahaan juga terjadi perbedaan yang mencolok dengan 80,87% dan 19,13% berarti perusahaan memiliki piutang usaha yang besar dan persediaan yang cukup tinggi pada 2013.Dari perbandingan antara laba bersih dan pendapatan bunga dibanding total aset perusahaan menunjukan nilai 14% ,yang artinya bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba dari dari aset yang dimiliki dan mampu menekan angka beban seminimal mungkin meskipun tidak signifikan.
Tahun 2012 :
Pada tahun 2012 PT Wismilak pendapatan bunga sebesar 52,70% sedangkan pada pendapatan bunga sebesar 0,04 perbandingan yang timpang ini menunjukan sebenarnya dari PT wismilak memang melakukan penjualan produk dengan benar dengan tingkat Pendapatan yang sangat tinggi.Sedangkan pada porsi biaya pada HPP tercatat 38,35% sedangkan beban 8,91% hal ini menunjukan bahwa porsi HPP yang lebih besar untuk meningkatkan penjualan dengan memberikan porsi yang besar, sedangkan beban yang sedikit dapat menghemat kas perusahaan.Perkembangan tingkat aset ,pada aset lancar 86,93% sedangkan aset tidak lancar sebesar 13,07% hal ini menunjukan , tingkat aset lancar yang lebih tinggi dan signifikan membuktikan meskipun aset lancar tidak terlalu besar namun kegiatan operasional dalm pembentukan Kas, piutang usaha, inventory berjalan dengan sangat maksimal perputarannya. . Pada prosentase Return On asset sendiri mencapai 7 % hal ini menurun pada tahun sebelumnya yakni tahun 2011 sebesar 22%.
Tahun 2011 :
Dilihat dari Pendapatn tahun 2011 PT Wismilak memiliki Pendapatan 52,57% dan pendapatan bunga sebesar 0,02% dari total pendapatan bersih hal ini menunjukan perusahaan mampu melakukan penjualan dengan nilai yang cukup besar pada tahun 2009 .Tingkat biaya yang didapat PT Wismilak pada 2011 berkisar 35,95% dan beban 11,98% hal ini membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan efektif untuk memperoleh laba dengan biaya yang lebih tinggi daripada beban yang di tanggung.Perusahaan pada 2011 juga melakukan strategi-strategi efektif
dengan pendapatan yang sangat tinggi dibanding Biaya dan beban , efektifitas perusahaan memperoleh laba membuktikan tahun 2011 menjadi tahun yang efektif dan efisien dengan penekanan pada biaya dan beban sehingga tidak terlalu besar.Aset lancar dan aset tidak lancar perusahaan juga terjadi perbedaan yang mencolok dengan 73,15% dan 26,85% berarti perusahaan memiliki piutang usaha yang besar dan persediaan yang cukup tinggi pada 2011.Dari perbandingan antara laba bersih dan pendapatan bunga dibanding total aset perusahaan menunjukan nilai 22% ,yang artinya bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba dari dari aset yang dimiliki dan mampu menekan angka beban seminimal mungkin meskipun tidak signifikan.
Tahun 2010 :
Dilihat pada prosentase pendapatan PT wismilak tahun 2010 bisa didapat bahwa pendapatan 52,70% dan pendapatan bunga 0,36% dari perbandingan diatas dapat diasumsikan bahwa PT Wismilak telah melakukan penjualan dengan sangat maksimal pada tahun 2010.Jumlah biaya dan beban yang harus ditanggung PT Wismilak pada 2010 adalah 37,20% dibanding 9,62 ,perusahaan sudah menaruh porsinya dengan efisien karena tingkat biaya yang lebih tinggi akan diharapkan pada peningkatan laba , sedangkan jumlah beban yang tidak terlalu tinggi cukup baik bagi kestabilan perusahaan.Aset lancar yang didalam nya terkandung inventory, piutang usaha juga memiliki tingkat yang tinggi sebesar 80,87% dibanding aset tidak lancar 19,13% hal ini membuat keseimbangan aset sesuai dengan semestinya sebagai perusahaan rokok aset tidak lancar harus berada dibawah aset lancar.Secara perbandingan laba bersih dan pendapatan bunga dibanding total aset senilai 8% hal ini menunjukan efesiensi dari PT wismilak dibanding tahun sebelumnya yang hanya 6%.
Tahun 2009 :
Pada tahun 2009 PT Wismilak memiliki tingkat pendapatan dan pendapatan bunga sebesar 52,30% dan 0,02 .Hal ini dapat dianalisa Penjualan PT wismilak sendiri cukup tinggi sehingga sebagai perusahaan yang berjualan produk hal ini sudah dilakukan dengan tepat dengan tingkat pendapatan bunga yang rendah.Pada beban penjualan dan beban usaha perusahaan telah melakukan efektifitas dengan tingkat hpp yang lebih tinggi sebesar 34,86% dibanding 12,82% hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu menekan angka beban usaha demi peningkatan penjualan yang dapat menghassilkan laba dikemudian hari.Pada tingkat aset Aset lancar mengungguli aset tidak lancar 70,40% dibanding 29,60%
hal ini menunjukan perusahaan telah melakukan efisiensi dengan jumlah aset lancar yang berumur tidk lebih dari satu tahun masanya sehingga dengan aset lancar yang tinggi dapat disimpulan kondisi Kas ,piutang , inventory dll lebih dari nilai bangunan, pabrik dengan aset lancar yang sedikit jumlah aset lancar lebih tinggi artinya sangat efektif kinerja dari perusahaan. Pada tingkat perbandingan ROA , prosentase 6,02 % pada tingkat efektifitas aset.

ANALISIS HORIZONTAL

Pendapatan

53,20% 53,00% 52,80% 52,60% 52,40% 52,20% 52,00% 51,80% 51,60%
51,40%
2013 2012 2011 2010 2009

Pendapatan
Linear (Pendapatan)

hpp

40,00%

39,00%

38,00%

37,00%

36,00%

35,00%

34,00%

33,00%

32,00%
2013 2012 2011 2010 2009

hpp
Linear (hpp)

Beban usaha

14,00%

12,00%

10,00%

8,00%

6,00%

4,00%

2,00%

0,00%
2013 2012 2011 2010 2009

Beban usaha
Linear (Beban usaha)

0,40% 0,35% 0,30% 0,25% 0,20% 0,15% 0,10% 0,05% 0,00% -0,05%
-0,10%

pendapatan bunga

1   2   3   4   5   6   

pendapatan bunga

Linear (pendapatan bunga)

Pada Komposisi laporan keuangan disamping dapat dilihat separuh dari total seluruhnya adalah pendapatan yang nilainya dari tahun ke tahun sangat stabil.Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan telah melakukan penjualan dengan baik , sehingga dapat mengcover setengahmya.HPP pun juga demikian sangat stabil dari tahun ke tahun membuktikan bahwa perusahaan menggunakan dana untuk beban operasi demi meningkatkan laba. Beban usaha sangat berada pada posisi yang baik antara rentang 8-12% sangat sehat bagi kondisi perusahaan yang mampu menekan biaya memaksimalkan penjualan . Pendapatan bunga pun tidak begitu besar , karena jelas PT wismilak merupakan perusahaan rokok yang tugasnya melakukan penjualan bukan periusahaan penyedia dana yang hidup dari bunga

aset lancar

100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00%
0,00%
1 2 3 4 5 6

aset lancar
Linear (aset lancar)

aset tidak lancar 35,00%
30,00%

25,00%
20,00% aset tidak lancar

15,00% Linear (aset tidak 10,00% lancar)

5,00%

0,00%
1 2 3 4 5 6

Pada komposisi berikut dapat dilihat jumlah aset lancar memiliki nominal yang sangat besar hampir rata-rata sekitar 80% selama 5 tahun , hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memfokuskan diri pada perkembangan aset lancar seperti kas, inventory, piutang usaha dll . Daripada bangunan , tanah, atau pabrik .Dapat disimpulkan bahwa perusahaan ingin mendapat laba yang tinggi dengan pabrik yang sedikit dengan memanfaatkan operasional yang tinggi sehingga dapt melakukan penjualan yang maksimal dan laba yang besar.

ROE (Return On Equity)

ROE

500% 450% 400% 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50%
0%
2013 2012 2011 2010 2009

ROE
Linear (ROE)

ANALISIS VERTIKAL
Tahun 2013 :
Pada tahun 2013 PT wismilak perbandingan antara pendapatan; Pendapatan bunga adalah 52,82% : 0,36% hal ini menunjukan bahwa perusaan sudah melakukan hal yang maksimal sehingga pada 2013 penjualan unggul dari pendapatan bunga sendiri. Sedangkan dari segi beban, HPP : beban usaha 37,20% :9,62% hal ini membuktikan bahwa perusahaan melakukan efesiensi dengan menekan angka beban usaha dan memaksimalkan HPP guna mendapat laba dari beban produksi yang tinggi. Sedangkan saldo laba perusahaan kali ini telah melakukan penetapan yaitu 0,26% sangat kecil sekali namun saya yakin manajemen melakukan prinsip kehati-hatian disini demi mengurangi resiko . Sedangkan pada tingkat ROE didapat prosentase 203 % membuktikan tingkat penjualan cukup tinggi sebesar 203%.
Tahun 2012 :
Pada 2012 PT wismilak memperoleh prosentase pendapatan dibanding pendapatan bunga sebesar 52,70% dibanding 0,04% hal ini berarti perusahaan sudah melakukan efektifitas pada pos pendapatan dengan besarnya prosentase penjualan dibanding pendapatn bunga. Sedangkan pada beban produksi maupun beban usaha prosentasenya adalah 38,35% : 8,91% hal ini perusahaan sudah melakukan hal yang efektif dengan beban produksi lebih banyak artinya akan dapat menghasilkan laba yang tinggi. Pada saldo laba kembali perusahaan belum menentukan saldo laba sehingga saldo laba yang belum ditentukan sebesar 21,68% hal ini membuat perusahaan melakukan prinsip kehati-hatian.Pada perbandingan ROE berjumlah 171 % artinya penjualan masih berada diatas ekuitas .
Tahun 2011 :
Pada tahun 2011 PT wismilak mendapat pendapatan sebesar 52,57% dibanding pendapatan bunga 0,03% hal ini menunjukan bahwa PT wismilak telah melakukan hal yang semsetinya dengan tingkat penjualan yang lebih tinggi dibanding pendapatan bunga bisa dikatakan perusahaan sudah efektif. Pada tingkat HPP dan Bebdan usaha perbandingan sejumlah 37,75%:9,65% artinya perusahaan memaksimalkan HPP untuk meraih laba dengan dapat menekan angka beban usaha hal ini sangat efisien bagi operasional perusahaan dalam peningkatan laba,Pada tingkat saldo labaa , perusahaan kembali belum melakukan penentuan atas saldo laba, sehingga perusahaan masih membiarkan saldo laba berputar di
bursa, mungkin ini sebagai bentuk efesiensi dari perusahaan dan langkah kehati-hatian dalam melakukan penentuan saldo laba.Pada tingkat ROE penjualan per ekuitas tahun ini sebesar 325 % menunjukan angka penjualan selalu baik dan melebihi ekuitas sangat efektif dan efisien
Tahun 2010 :
Pada tahun 2010 PT wismilak memperoleh pendapatan dibanding pendapatan bunga sebesar 52,05 % : 0,02% pendapatn total mengugguli jauh artinya perusahaan telah melakukan hal yang tepat dan efektif karena Pendapatan atas penjualan besar.Pada beban penjualan/HPP dibanding pendapatn bunga 35,95% : 11,98% hal ini menunjukan efesiensi dari perusahaan dengan beban usaha yang cukup jauh dan kecil dapat memaksumalkan beban usaha untuk lebih besar sehingga dapat menambah laba .Paada tahun 2010 ini Saldo laba seluruhnya belum ditentukan sebesar 58,91% hal ini terjadi peningkatan dibanding tahun lalu ,sehingga tahun ini belum ada renca perusahaan melakukan ekspansi. hanya memutarkan labanya pada pasar modal saja.Pada perbandingan ROE penjualan per ekuitas sebesar 237 % menunjukan penjualan masih lebih dari ekuitas membuat perusahaan efektif dalam selling.
Tahun 2009:
Pada tahun 2009 pada tingkat komposisi ROE ,pendapatan dibanding dengan pendapatan bunga sebssar 52,30% dibanding 0,02% hal ini berarti Pt wismilahk telagh melakukan hal yang produktif dalam penjualan produk , karena ekuitas yang diputar dapat menghasilkan laba . Pada 2009 HPP dibanding beban usaha 34,86% berbanding 12,82% hal ini membuktikan PT wismilak sudah melakukan hal yang efisien karena dengan tingginya HPP artinya proses produksi lebih baik perputarannya dibanding beban usaha, dengan beban usaha kecil dapat memaksimalkan penjualan. Pada tingkat saldo laba di 2009 ini , jumlah saldo laba yang belum ditentukan 54,32% sdeangkan yang telah ditentukan 0,00% artinya bahwa saldo laba milik PT wismilak ini hanya diam, dan tidak dimanfaatkan misalnya untuk ekspansi dll. Hal ini membuat saldo laba milik PT wismilak hanya berputar tidak dilakukan perencanaan atas saldo laba. Pada perbandingan ROE penjualan dibanding total ekuitas sejumlah 450 %, artinya penjualan dilakukan dengan baik sehingga melebihi total ekuitas

ANALISIS HORIZONTAL

Pendapatan

53,20% 53,00% 52,80% 52,60% 52,40% 52,20% 52,00% 51,80% 51,60%
51,40%
. 2013 2012 2011 2010 2009

Pendapatan
Linear (Pendapatan)

hpp

40,00%

39,00%

38,00%

37,00%

36,00%

35,00%

34,00%

33,00%

32,00%
2013 2012 2011 2010 2009

hpp
Linear (hpp)

Beban usaha

14,00%

12,00%

10,00%

8,00%

6,00%

4,00%

2,00%

0,00%
2013 2012 2011 2010 2009

Beban usaha
Linear (Beban usaha)

0,40% 0,35% 0,30% 0,25% 0,20% 0,15% 0,10% 0,05% 0,00% -0,05%
-0,10%

pendapatan bunga

1   2   3   4   5   6   

pendapatan bunga

Linear (pendapatan bunga)

Pada Komposisi laporan keuangan disamping dapat dilihat separuh dari total seluruhnya adalah pendapatan yang nilainya dari tahun ke tahun sangat stabil.Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan telah melakukan penjualan dengan baik , sehingga dapat mengcover setengahmya.HPP pun juga demikian sangat stabil dari tahun ke tahun membuktikan bahwa perusahaan menggunakan dana untuk beban operasi demi meningkatkan laba. Beban usaha sangat berada pada posisi yang baik antara rentang 8-12% sangat sehat bagi kondisi perusahaan yang mampu menekan biaya memaksimalkan penjualan . Pendapatan bunga pun tidak begitu besar , karena jelas PT wismilak merupakan perusahaan rokok yang tugasnya melakukan penjualan bukan periusahaan penyedia dana yang hidup dari bunga

Tambahan modal disetor, bersih

50,00%

40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%

-10,00%

-20,00%

1 2 3 4 5

Tambahan modal disetor, bersih
Linear (Tambahan modal disetor, bersih)

  • Belum ditentukan penggunannya 70,00%

60,00%

50,00%

  • Belum ditentukan 40,00% penggunannya

30,00% Linear ( – Belum ditentukan
20,00% penggunannya)

10,00%

0,00%
1 2 3 4 5

0,30%

0,25%

0,20%

0,15%

0,10%

0,05%

0,00%

-0,05%

-0,10%

  • Telah ditentukan penggunanya

1 2 3 4 5

  • Telah ditentukan penggunanya
    Linear ( – Telah ditentukan penggunanya)

Pada komposisi laporan keuangan Saldo laba terlihat Perusahaan berhati hati dalam penggunaanya, dalam kurun 5 tahun terakhir saldo laba penggunaan baru digunakan pada tahun 2013 itupun hanya sebesar 0,26% , artinya perusahaan bermain aman pada penggunaan saldo laba, sekaligus meminimalisir resiko dimasa datang..

  1. PENUTUP
    5.1 SIMPULAN
    PT Wismilak adalah perusahaan rokok besar di Indonesia , kehadirannya juga mempelopori berdirinya banyak perusahaan rokok di Indonesia sekarang ini. Sama hal nya dengan perusahaan rokok lain di Indonesia , wismilak pun seperti di differensiasi karena statusnya sebagai perusahaan rokok, segala hal yang berhubungan dengan uang dan perusahaan rokok pasti penuh dengan sentimen. Selain itu segala urusan yang berhubungan dengan rokok , pasti dipersulit dan memakan biaya diluar perusahaan-perusahaan kebanyakan, namun perusahaan rokok bak air di padang gurun sebagai penyelamat bangsa , satu saja pabrik rokok berdiri akan menyedot tenaga kerja ribuan, hal ini menjadi penyelamat muka bangsa yang harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Mau menutup industri rokok, artinya negara membunuh komitmennya sendiri terhadap anak bangsa .
    Seiring berjalannya waktu industri rokok pun terkena imbasnya, mulai banyaknya PHK , dijualnya perusahaan rokok lokal kepada asing dan bangkrutnya usaha-usaha kecil rokok di negara ini dan konsdisi perekonomian menjadi alasan dibalik gulung tikarnya usaha rokok.
    Mari kita bahas PT Wismilak, menurut saya setelah menganalisa banyak sekali perhitungan saya memiliki kesimpulan cepat terhadap usaha PT Wismilak ini, yaitu perusahaan ini sangat Efisien. Kenapa? Terlihat bagaimana manajemen perusahaan membuat terobosan demi menekan angka biaya demi terpenuhinya pendanaan dalam proses produksi . Dalam artian singkat, biar pelan asal selamat, dewasa ini banyak sekali perusahaan rokok gulung tikar dijamin karena kondisi keuangan yang kacau balau, namun saya tidak menemukan hal spesifik dari PT Wismilak yang kearah sana. Saya yakin pemangku jabatan di WIIM sendiri orang-orang yang bermutu dan sudah menjadi ‘pemain’ lama dalam industri rokok.
    Bagaimana mereka menekan biaya, mengalihkan biayanya digunakan hal yang efektif, bagaimana mereka membuat proses produksi dari tahun ke tahun serta penjualannya berjalan stabil walaupun tidak terlalu besar padahal saat ini sentimen pasar terhadap usaha rokok sangat besar.
    Soal Asset , perusahaan ini sudah melakukan apa yang memang menjadi bagian mereka dengan, aset lancar yang lebih sedikit artinya perusahaan beranggapan dengan bangunan yang tidak begitu besar yang penting proses produksi dapat berjalan maksimal.Namun, ada hal yang disayangkan dengan lancarnya proses produksi ini. Hal ini terlihat pada neraca khususnya persediaan yang terlalu tinggi artinya bahwa perusahaan memiliki tingkat produksi yang baik, namun lemah dalam penjualan atau pemasaran.
    Dalam hutang, perusahaan memiliki hutang bank yang cukup besar sehingga hampir setengah dari kewajiban diperuntukan untuk hutang bank, berarti dengan hutang yang ada perusahaan berharap bisa terus menigkatkan proses produksi padahal dari pergerakan di bursa saham wismilak tidak terlalu baik nilainya, bahkan akhir-akhir ini cenderung menurun, namun dengan adanya pinjaman guna pendanaan bagi perusahaan saya kira proses produksi tidak akan terganggu .
    Wismilak juga gemar menjual aset tidak tetapnya seperti bangunan, artinya wismilak melakukan pengetatan dalam mencari sumber-sumber pendanaan baru sehingga tidak menimbulkan resiko besar dimasa datang.
    Manajemen PT Wismilak mengusung prinsip kehati-hatian, hal tersebut tergambar pada modal yang ditetapkan penggunaanya , selama 5 tahun terakhir hal tersebut baru terpakai pada tahun 2013 itupun sekita 0,02% disini saya berasumsi karena wismilak dalam hal pendanaan melalui saham kurang stabil maka modal yang ditetapkan penggunaanya tidak digembor-gemborkan pemakaiannya, padahal cukup besar dana yang ada.
    DAFTAR PUSTAKA
    Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha. Ilmu. Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2004.
    Analisa Laporan Keuangan (Edisi 4), Penulis: S. Munawir, Penerbit: Liberty • Sofyan S . Harahap, buku Analisa Kritis Laporan Keuangan

Analisis Laporan Keuangan & Penilaian Kinerja Perusahaan


Vanny Febiola Nitte & Daniel Sugama Stephanus
Makalah Mata Kuliah Manajemen Keunga
Program Studi Akuntansi – Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Ma Chung – Kabupaten Malang
2014

ABSTRAK
Dalam suatu perusahaan dapat terlihat kinerja perusahaan tersebut baik ataukah buruk melalui analisis laporan keuangannya. Pada PT. Voksel Electric Tbk. ini dapat kita lihat bahwa laba perusahannya selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang menunjukkan laporan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan ini cukup baik.
Hal itu dibuktikan dengan analisis yang telah dilakukan menggunakan analisis common size dan juga analisis rasio. Analisis tersebut dapat menunjukkan keuangan perusahaan tersebut baik atau mengalami penurunan.
Kata-Kata Kunci: Manajemen Keuangan, Laporan Keuangan, Analisis Laporan Keuangan

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya semua bentuk usaha memerlukan suatu laporan keuangan
untuk mengetahui kondisi keuangan di dalam usaha tersebut. Terutama pada
sebuah perusahaan, laporan keuangan sangat dibutuhkan tidak hanya untuk
memberikan informasi keuangan tetapi juga untuk memberikan hasil kinerja yang
telah dicapai selama periode tertentu. Laporan keuangan yang dapat
menggambarkan hasil kinerja adalah laporan keuangan lengkap yang berisi
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi
keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas dan materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Unsur yang berkaitan
secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan
ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam
laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan
biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam
berbagai unsur neraca. Namun untuk memperdalam hasil kinerja itu sendiri
diperlukan suatu analisis tertentu agar mendapatkan hasil yang spesifik dari
laporan keuangan tersebut. Analisis laporan keuangan perusahaan merupakan
pembahasan yang sangat penting dalam bidang manajemen keuangan.
Menganalisis laporan keuangan berarti kita menilai kinerja perusahaan, baik
secara internal perusahaan maupun dibandingkan dengan industrinya. Hal ini
berguna bagi perkembangan perusahaan, untuk mengetahui seberapa efektifkah
perusahaan mereka bekerja. Analisis ini sangat berguna tidak hanya bagi internal
perusahaan, tapi juga investor serta stakeholder lainnya.
Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perusahaan-perusahaan
khususnya yang sudah cukup lama berdiri mendaftarkan perusahaanya agar dapat
menjadi perusahaan terbuka atau go public. Go public dapat diartikan bahwa
menjual saham perusahaan ke pada para investor dan membiarkan saham tersebut
diperdagangkan di pasar saham atau pasar modal. Tetapi dengan menjadi
perusahaan go public pasti memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun
keuntungan dari perusahaan go public adalah sebagai berikut:

  1. Perusahaan dapat meningkatkan Likuiditas dan memungkinkan para
    pendiri perusahaannya untuk dapat menikmati hasil yang mereka capai.
    Dan semakin banyak investor yang membeli saham tersebut, maka
    semakin banyak modal yang diterima perusahaan dari investor luar.
  2. Para pendiri perusahaan dapat melakukan diversifikasi untuk mengurangi
    resiko portofolio perusahaannya.
  3. Memberi nilai suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat dinilai dari
    harga saham dikalikan dengan jumlah lembar saham yang dijual dipasaran.
  4. Perusahaan dapat melakukan merger ataupun negosiasi dengan
    perusahaan lainnya dengan hanya menggunakan saham.
  5. Meningkatkan potensi pasar. Banyak perusahaan yang merasa lebih
    mudah untuk memasarkan produk dan jasa mereka setelah menjadi
    perusahaan go public atau Tbk.
    Sedangkan kerugian dari perusahaan yang sudah go public adalah sebagai berikut:
  6. Laporan Rutin
    Setiap perusahaan yang go public secara periodik harus membuat laporan
    kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa dalam per kuartal atau tahunan,
    tentu saja dalam pembuatan laporannya tersebut diperlukan biaya.
  7. Terbuka
    Semua perusahaan go public pasti transparan dan sangat mudah untuk
    diketahui oleh para kompetitornya dari segi data dan managementnya.
  8. Keterbatasan kekuasaan pemilik
    Para pemilik perusahaan harus memperhatikan kepentingan bersama para
    pemegang sahamnya, tidak dapat melakukan praktek nepotisme,
    kecurangan dalam pengambilan keputusan dan lain-lain karena
    perusahaan tersebut milik publik.
  9. Hubungan antar investor
    Perusahaan terbuka harus menjaga hubungan antara perusahaan dengan
    para investornya dan di informasikan mengenai perkembangan dari
    perusahaan tersebut.
    Banyak perusahaan-perusahaan yang sudah cukup lama berdiri berkeinginan
    menjadi perusahaan go public dengan alasan sebagai berikut:
  10. Untuk mendapatkan tambahan modal
    Dengan dilepasnya sebagian saham kepada masyarakat, maka akan ada
    dana yang masuk kedalam perusahaan dimana dana ini dapat digunakan
    untuk memperluas kegiatan usaha. Masyarakat yang membeli saham
    tersebut juga tidak dapat ikut serta dalam pengelolaan perusahaan,
    sehingga management perusahaan bisa tetap mengontrol kondisi
    perusahaan dengan baik.
  11. Untuk meningkatkan transparansi
    Perusahaan terbuka wajib untuk melaksanakan prinsip keterbukaan
    karena masyarakat sebagai pemilik saham berhak mengetahui kinerja
    dari perusahaan tersebut.
  12. Meningkatkan citra perusahaan
    Perusahaan terbuka memiliki prestisius yang lebih tinggi dibandingkan
    dengan perusahaan tertutup.
    Bagi para investor yang ingin membeli saham suatu perusahaan yang berada
    di pasar modal para investor harus melihat laporan keuangan dari perusahaan
    tersebut terlebih dahulu untuk dapat mengetahui apakah kinerja dari perusahaan
    tersebut termasuk baik atau buruk. Banyak para investor yang memang menyukai
    pengembalian dividen yang tinggi tetapi adapula investor yang membeli saham
    tetapi untuk ditahan atau tidak untuk dijual kembali agar dapat di reinvestasikan
    kembali. Selain itu adapula investor yang memang menyukai pengembalian
    dividen yang rendah agar pembayaran pajaknya tidak tinggi.
    Analsis rasio merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai
    kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat
    pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio
    menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
    lain. Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor
    untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan
    prospek pada masa datang. Data laporan keuangan yang telah ada digunakan
    dalam analisis rasio keuangan sebagai dasar penilaian. Meskipun didasarkan pada
    data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai
    risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu
    pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio
    keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat
    kesehatan keuangan suatu perusahaan. Secara umum rasio keuangan dapat
    diklasifikasikan sebagai rasio likuiditas, rasio solvabilitas atau yang sering disebut
    dengan rasio pengungkit, rasio efisiensi dan rasio solvabilitas.
    Analisis rasio bermanfaat bagi pemangku kepentingan untuk mengambil
    keputusan. Bagi pemilik, analisis rasio dapat digunakan untuk mengevaluasi
    keuangan perusahaan. Bagi investor, sebagai alat untuk mengevaluasi nilai saham
    dan obligasi berbagai perusahaan. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk
    mengukur adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan dalam
    perusahaan. Bagi manajer kredit, analisa rasio keuangan dipergunakan untuk
    memperkirakan risiko potensial yang dihadapi oleh para peminjam (debitur)
    dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan
    yang diminta. Bagi manajemen perusahaan, untuk merencanakan dan
    mengevaluasi performance atau prestasi manajemen dikaitkan dengan prestasi
    rata-rata industri sertasebagai acuan untuk mengembangkan sumber daya manusia
    yang ada di dalam perusahaan tersebut.Manajer perusahaan, menggunakan
    analisis rasio untuk mengidentifikasikan kemungkinan melakukan merger
    (penggabungan) dengan perusahaan lain. Bagi kreditor analisis rasio digunakan
    untuk melihat pada sejarah penggunaan hutang oleh perusahaan serta
    kemampuannya untuk membayar bunga dan pokok pinjaman tersebut. Dan bagi
    pemerintah analisis rasio digunakan untuk menentukan besarnya pajak suatu
    perusahaan serta persetujuan untuk melepas saham perusahaan kepada masyarakat (go public).
    1.2 Rumusan Masalah
    Rumusan masalahnya adalah bagaimana kinerja dari perusahaan PT
    Voksel Electric Tbk. jika dilihat selama 6 tahun terakhir yaitu dari tahun 2008
    sampai tahun 2013. Untuk dapat melihat kinerja dari perusahaan tersebut maka
    akan dilakukan perhitungan menggunakan 5 rasio utama yaitu rasio likuiditas,
    rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, rasio aktivitas, dan rasio pasar.
    1.3 Tujuan
  13. Untuk dapat mengetahui kinerja perushaan PT Voksel Electric Tbk dari tahun 2008 hingga 2013.
  14. Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan baik atau buruk dengan cara
    menggunakan 5 rasio utama.
  15. Dapat melihat dan menganalisis apakah perusahaan ini layak untuk
    diperjualbelikan sahamnya di pasar modal.
    1.4 Manfaat
  16. Dapat menjadi mengerti dalam menentukan kondisi baik atau buruknya
    keuangan suatu perusahaan.
  17. Dapat mengambil kesimpulan dari analisis perhitungan rasionya terhadap
    kemajuan perusahaannya.
  18. Dan menjadi mengerti penyebab jika kondisi keuangan perusahaan buruk
    dan juga dapat menentukan solusi yang akan diambil.

LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2007), laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya, laporan arus kas atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Hanafi dan Halim, dalam buku Analisis Laporan Keuangan (2002:63), Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan dapat memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan.
Menurut Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangkawaktu tertentu.
Laporan keuangan juga merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai
laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk
skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga.
Sedangkan Analisis keuangan adalah usaha untuk menemukan kelemahan
kinerja keuangan yang dapat menimbulkan masalah dimasa yang akan datang dan
untuk menentukan kekuatan kinerja keuangan yang dapat diandalkan. Peralatan
analisis yang digunakan untuk menemukan kelemahan dan kekuatan tersebut
adalah laporan keuangan yang mencakup neraca, laporan laba rugi, aliran kas
serta laporan sumber dan penggunaan dana (Martin, 2002:481).
Menurut Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:18), salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah menganalisa laporan keuangan perusahan. Analisa ini didasarkan pada laporan keuangan yang telah disusun. Tujuan dan fungsi darilaporan keuangan adalah sebagai berikut:

  1. Kepatuhan dan Pengelolaan (compliance and stewardship)
    Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada
    pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa agar pengelolaan
    sumber daya sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan yang ditetapkan.
  2. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (accountability and retrospective reporting)
    Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi
    manajemen, memberikan dasar untuk mengamati trend antar kurun waktu,
    pencapaian atas tujuan yang ditetapkan, dan membandingkannya dengan
    kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada.
  3. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (planning and authorization information)
    Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan
    kebijakan dan aktivitas dimasa mendatang, juga memberikan informasi
    pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
  4. Kealangsungan organisasi (viability)
    Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam
    mementukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan
    menyediakan barang dan jasa (pelayanan) dimasa mendatang.
  5. Hubungan Masyarakat (public relation)
    Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada
    organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas presentasi yang dicapai
    kepada pemakai yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat, juga sebagai
    alat komunikasi antara public dan pihak yang berkepentingan.
  6. Sumber fakta dan gambaran (source of facts and figures)
    Dalam suatu perusahaan pasti memiliki laporan keuangan yang berisi
    tentang informasi-informasi penting yang diumumkan secara periodik dan
    ditujukan untuk para stakeholdersnya karena para stakeholders perlu mengetahui
    bagaimana kinerja dalam perusahaan tersebut. Para pengguna laporan keuangan
    yaitu sebagai berikut:
  7. Pihak Internal
    Pihak internal adalah pihak yang berhubungan langsung dengan operasi
    perusahaan sehari-hari, misalnya pemimpin perusahaan (manajer).
    Manajer sebagai pengelola perusahaan yang bertanggung jawab atas
    jalannya perusahaan. Banyaknya jenis data yang dibutuhkan oleh seorang
    manajer tergantung dari besar kecilnya perusahaan yang dikelolanya.
    Informasi ini dibutuhkan oleh manajeruntuk mengevaluasi kegiatan usaha
    yang akan dijalankan.
  8. Pihak Eksternal
    Pihak eksternal ialah pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
    tetapi tidak terlibat secara langsung dalam membuat berbagai keputusan
    dan kebijakan operasional perusahaan. Pihak eksternal diantaranya sebagai berikut:
    a) Pemillik perusahaan, memerlukan informasi akuntansi pada waktu
    tertentu untuk mengetahui posisi keuangan perusahaannya.
    b) Investor & pemegang saham, memerlukan informasi akuntansi untuk
    mengetahui status keuangan dan prospek perusahaan yang akan datang.
    Informasi ini dijadikan pertimbangan dasar untuk menanamkan modal
    atau tidak pada perusahaan tersebut.
    c) Kreditor, memerlukan informasi akuntansi untuk menilai kemampuan
    perusahaan dalam melunasi utangnya.
    d) Pemerintah, berkepentingan terhadap informasi akuntansi suatu
    perusahaan yang berkaitan dengan masalah perpajakan. Dari laporan
    keuangan yang ada, pemerintah dapat menentukan jumlah pajak dan
    penetapan pajak dari perusahaan tersebut.
    e) Karyawan, memerlukan informasi akuntansi untuk mengetahui
    profitabilitas dan akuntabilitas perusahaan tempat mereka bekerja.
    f) Masyarakat, terutama yang berada disekitar perusahaan, karena
    perusahaan berkepentingan dalam penyediaan lapangan kerja bagi
    masyarakat sekitar.
    Adapun masalah-masalah dalam analisis laporan keuangan yaitu sebagai berikut:
  9. Data pembanding
    Rasio keuangan pada suatu peusahaan yang sedang beroperasi di
    banyak bidang industri yang berbeda-beda sulit dicari data
    pembandingnya. Data pembanding adalah angka rata-rata rasio keuangan
  10. Efek inflasi
    Inflasi mempengaruhi biaya tenaga kerja, biaya persediaan, dan juga
    akan mempengaruhi akun pada neraca maupun laba bersihnya. Maka
    dari itu rasio keuangan yang dari waktu ke waktu maupun perbandingan
    data industri yang tidak sama waktunya dapat menyesatkan.
  11. Window dressing
    Manajemen perusahaan dapat dengan sengaja memanipulasi kondisi
    keuangannya menjelang penyusunan neraca
  12. Perbedaan kebijakan perusahaan
    Perbedaan kebijakan operasi seperti keputusan untuk menyewa
    daripada membeli aktiva yang dapat memberi dampak pada rasio
    keuangannya. Perusahaan yang memiliki sebagian rasio yang kurang
    baik dapat membuat perusahaan sulit mengetahui kondisi
    perusahaannya.
    Laporan tahunan adalah laporan yang disampaikan setiap tahun oleh
    perusahaan yang ditujukan kepada para pemegang sahamnya. Laporan tahunan
    terdiri dari dua yaitu:
  13. Informasi verbal
    Berisi opini dari manajemen atas operasi tahun lalu dan prospek
    perusahaan di masa mendatang.
  14. Informasi kuantitatif
    Berupa laporan keuangan (financial statements).
    Sedangkan laporan keuangan adalah laporan yang memberikan
    gambaran akuntansi atas operasi serta posisi keuangan dalam perusahaan tersebut.
    Terdapat dua laporan keuangan yaitu:
  15. Laporan laba/rugi (Income statement)
    Berisi laporan sistematis tentang pendapatan-pendapatan dan biaya-
    biaya perusahaan selama satu periode tertentu.
  16. Neraca (balance sheet)
    Berisi laporan sistematis tentang keadaan aktiva, utang, dan modal
    sendiri perusahaan pada saat tertentu.
    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5-8), laporan keuangan yang berguna
    bagi pemakai informasi harus terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu
    dapat sebagai berikut:
  17. Dapat dipahami
    Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
    adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pemakainya.
    Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
    aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
    mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
    informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan
    keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa
    informasi tesebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
  18. Relevan
    Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
    proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan
    kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
    membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau
    masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka
    dimasa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan
    penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya informasi
    struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai
    ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam
    memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan.
    Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan
    (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya tentang
    bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau
    tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan
    dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk
    memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain
    yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen
    dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan
    untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki
    nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan
    eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk
    membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan penampilan informasi
    tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya nilai prediktif
    laporan laba-rugi dapat ditingkatkan kalau akun-akun penghasilan atau
    badan yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
  19. Keandalan
    Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal
    jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat
    diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari
    yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
    disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau
    penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
    tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya jika tindakan
    hukum masih dipersengkatakan mungkin tidak tepat bagi perusahaan
    untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca,
    meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan
    dari tuntutan tersebut.
  20. Dapat dibandingkan
    Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
    antara periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
    keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan
    keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan
    secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak
    keuangan, transaksi, dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan
    secara konsisten untuk perusahaan yang bersangkutan, antar periode
    perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
    2.2 Analisis Trend
    Rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan perusahaan pada satu
    tahun saja tidak akan memberikan informasi yang memadai. Untuk dapat
    memperoleh informasi yang lebih banyak maka dapat dilakukan dengan cara
    membandingkan rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu yang disebut
    juga dengan analisis trend.
    Jika trend suatu perusahaan membaik maka dapat disimpulkan bahwa
    kinerja keuangan perusahaan relatif baik dan jika trendnya tidak baik maka dapat
    disimpulkan bahwa kinerja perusahaan sedang tidak baik. Pendekatan ini jauh
    lebih mudah jika dibandingkan dengan comparative analysis karena tidak
    memerlukan data industri sebagai pembandingnya.
    2.3 Analisis Common Size
    Pada analisis common size seluruh item pada laporan laba/rugi dengan
    penjualan dan seluruh item pada neraca di bagi dengan aktiva total. Keuntungan
    dari analisis common size adalah dapat membandingkan neraca serta laporan
    laba/rugi dari waktu ke waktu antara beberapa perusahaan. Analisis common size
    juga harus dibandingkan dengan rasio industri maupun dibandingkan dari waktu ke waktu.
    2.4 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
    Rasio keuangan yang dipakai dalam menilai kinerja suatu perusahaan
    menurut Weston & Copeland (1996) adalah sebagai berikut.:
    1.Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio)
    Menurut Brigham & Houston (2009) rasio likuiditas adalah rasio yang
    menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah
    perusahaan dengan kewajiban lancarnya.
    Jenis rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas sebagai berikut:
    a) Modal Kerja Bersih Terhadap Aset
    Modal Kerja Bersih Terhadap Aset= Total Aset
    b) Rasio Lancar (Current Ratio)
    Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk menganalisa kemampuan
    perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek dengan membandingkan
    antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semakin besar rasio maka
    semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
    pendeknya, namun bila nilai rasio terlalu tinggi
    Rasio lancar = Kewajiban Lancar c) Rasio Cepat (Quick Ratio)
    Menurut Arthur Keown (2008) rasio cepat menunjukkan likuiditas
    perusahaan, seperti yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar,
    kecuali persediaan terhadap kewajiban lancarnya. +piutang

d) Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio Kas adalah rasio yang digunakan untuk menganalisa kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan kas dan surat
berharga yang dapat segera diuangkan.
Cash Ratio = Kewajiban Lancar e) Arus Kas Dari Operasi Terhadap Penjualan

Arus kas dari operasi terhadap penjualan= Penjualan

  1. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio)
    Menurut Brigham & Houston (2009) rasio pengungkit adalah penggunaan
    pendanaan melalui utang. Seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan
    melalui utang atau pengungkit keuangan (Financial Leverage) memiliki tiga
    implikasi penting salah satunya yaitu dengan memperoleh dana melalui utang,
    para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan
    tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.
    a) Rasio Total Utang (Debt Ratio)
    Menurut Sawir (2008)debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan
    proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang
    dimiliki. Apabila debt ratio semakin besar maka hutang yang dimiliki
    perusahaan juga akan semakin besar dan ini berarti risiko financial
    perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin besar, begitu juga
    sebaliknya. Rasio Total Utang = TotalaKewajiban
    b) Rasio Utang Jangka Panjang- ekuitas
    Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan
    total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dengan modal
    yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
    kewajibannyai dengan menggunakan modal yang ada..𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 c) RasioTingkat Kemampuan Membayar Bunga(Times Interest Earned)
    Rasio kemampuan membayar bunga adalah rasio untuk menganalisa
    kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga dan memenuhi
    tanggung jawab kepada kreditor dalam pembayaran bunga. Jika rasio
    semakin tinggi maka perusahaan mempunyai peluang lebih tinggi dalam
    memenuhi pembayaran bunganya. Menurut Sawir (2008) rasio ini juga
    disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur
    kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi
    (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa
    menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
    Rasio tingkat kemampuan membayar bunga = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
    d) Rasio Cakupan Rasio Cakupan Kas = Pembayaran uBunga

e) Fixed Charge Coverage Ratio
Rasio ini adalah rasio yang digunakan menyerupai rasio Times Interest
Earned. Rasio ini digunakan apabila perusahaan memperoleh utang jangka
panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa sehingga dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga dan
kontrakFixed .Charge Coverage Ratio = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 I𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 +𝐿𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑎𝑦𝑚𝑒𝑛𝑡

f) Tangible asset debt coverage= aktiva tak berwujud −utang lancar

  1. Rasio aktivitas/efisiensi (Activity Ratio)
    Menurut Harahap (2009), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang
    dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan
    penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dapat menggambarkan
    seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki.
    a) Jumlah Jumlah hari penjualan persediaan = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛/365 b) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
    Menurut (Riyanto, 2008)inventory turnover menunjukkan kemampuan
    dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu,
    atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock. Rasio
    ini menggambarkan rata-rata waktu perputaran persediaan. Semakin tinggi
    tingkat perputaran persediaan maka semakin cepat persediaan perusahaan
    kembali menjadi uang kas dan dapat mengindikasikan aktivitas penjualan
    perusahaan mempunyai intensitas yang tinggi.
    Rasio perputaran persediaan = 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
    c) Rata-rata periode penagihan

Rasio ini menunjukkan waktu rata-rata penagihan piutang dagang
perusahaan dengan melihat jangka waktu yang diberikan perusahaan
kepada pelanggan. Semakin lama jangka waktu yang diberikan maka
mengindikasikan aktivitas penagihan yang rendah atau menjadi indikasi
awal tingginya resiko gagal bayar. Rasio ini juga dapat menunjukkan gaya
manajemen di suatu perusahaan. an= 𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑛𝑔𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛

d) Rasio Perputaran Modal Kerja(Working Capital Turnover )
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis
terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan
banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan
untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16). Perputaran modal kerja
adalah periode dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen
modal kerja sampai kembali menjadi kas. Semakin panjang periode berarti
semakin kecil perputarannya.
Rasio Perputaran Modal Kerja = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ
e) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)
Menurut Brigham & Houston (2009) rasio perputaran aktiva tetap
mengukur seberapa efektifkah perusahaan mempergunakan pabrik dan peralatannya.
Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Aktiva tetap
f) Rasio Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover)
Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009). Semakin besar rasio
mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan dapat menggunakan
seluruh aktivanya untuk menghasilkan laba dengan baik.
Rasio Perputaran Total Aktiva = 𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡

  1. Profitability Ratio
    a) Gross Profit Margin (GPM)
    Gross Profit Margin= 𝐿𝑎𝑏𝑎j𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 bersih
    b) Margin Laba Operasi= 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖 totalaset
    c) Margin Laba Margin laba = 𝐿𝑎𝑏𝑎𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ
    d) Basic Earning Power (BEP)

Basic Earning Power = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
e) Pengembalian atas aset / Return On Assets (ROA)
Menurut Brigham & Houston (2009) ROA mengukur tingkat
pengembalian total aktiva setelah beban bunga dari pajak. Semakin tinggi
rasio maka mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan semakin baik.
ROA berpengaruh terhadap harga saham perusahaan sehingga dapat
mempengaruhi minta investor untuk menanam modal pada perusahaan.
Return On total Assets (ROA) = 𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 f) Pengembalian atas ekuitas / Return Of Equity (ROE)\

ROE = rata −rata ekuitas g) Tingkat laba sebelum pajak per penjualan

Tingkat laba sebelum pajak per penjualan = penjualan bersih h) Rasio Pembayaran Deviden
Rasio Pembayaran Deviden = laba

i) Rasio Laba Ditahan
Rasio Laba Ditahan= 1- Rasio pembayaran dividen
j) Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan
Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan= Rasio laba ditahan x ROE

  1. Market Valuation Ratio
    a) Rasio Harga Laba {(Price to Earnings Ratio (PER)}

PER = Pendapatan per lembar saham X 100%
b) Rasio Pendapatan Per Lembar Saham {Earning Per Share (EPS)}

Rata −rata tertimbangsi jumlahv lembar sahamt biasaayang beredar = c) Rasio Pasar Per Buku (Market to Book Ratio)

Rasio Pasar Per Buku = Nilai buku per saham X 1 kali

  1. GAMBARAN UMUM
    3.1 Sejarah Perusahaan
    Pada tahun 1987 menandai dimulainya produksi kabel komersial dari
    kabel telekomunikasi di Pabrik Cakung. Kemudian pada tahun 1989 perubahan
    status perusahaan investor domestik → perusahaan investorasing. Tahun 2004
    pabrik di Cakung dikonsolidasikan ke Pabrik Cileungsi yang bertempat di Jl. Raya
    Narogong Km 16, Cileungsi, Bogor 16820.
    3.2 Profil Perusahaan
    PT Voksel Electric Tbk. merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di
    bidang pembuatan komponent elektronik seperti kabel listrik dan kawat listrik
    dalam semua bentuk dan ukuran. PT. Voksel Electric Tbk didirikan di Jakarta
    pada tanggal 19 April 1971. Sejak tahun 1989, menjadi perseroan terbuka dan
    bekerja sama dengan PT. Showa listrik kawat & kabel Co Ltd Jepang (sekarang,
    SWCC Showa Sistem kabel Co, Ltd).
    3.3 Visi dan Misi
    3.3.1 Visi
    •Menjadi Produsen kabel yang terkemuka di Indonesia
    3.3.2 Misi
    •Memproduksi kabel berkualitas dengan pengiriman yang cepat, nilai
    terbaik dan pelayanan prima
    •Berusaha keras mencapai yang terbaik dengan kerjasama lintas fungsi,
    cara berpikir yang gesit dan perbaikan terus-menerus
    •Mencapai pertumbuhan yang mantap dan laba yang sehat sehingga
    meningkatkan nilai semua pemegang andil dalam perusahaan
    •Melakukan pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
    •Melakukan pencegahan pencemaran lingkungan
    3.4 Operasi Bisnis
    Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
    Perusahaan antara lain meliputi bidang usaha produksi dan distribusi kabel listrik,
    kabel telekomunikasi, dan kawat enamel serta peralatan listrik dan telekomunikasi.
    Saat ini, Perusahaan terutama bergerak dalam industri pembuatan kabel listrik,
    kabel telekomunikasi serta kabel fiber optik.
    Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1973 dan
    berkedudukan di Jakarta dengan lokasi Pabrik di Cileungsi. Pada tanggal 14
    Januari 2008, Perusahaan resmi berpindah kantor pusat dari Jalan Gajah Mada No.
    199, Jakarta Barat ke Gedung Menara Karya Lantai 3 unit D, Jl. HR. Rasuna Said
    Blok X-5, Kav.1 – 2, Jakarta 12950.
    3.5 Sumber Daya Manusia
    Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor yang paling
    penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup Perseroan dalam mendukung
    pencapaian visi dan misi Perseroan. Dalam hal ini, Perseroan berupaya untuk
    meningkatkan kualitas SDM dari seluruh karyawan Perseroan untuk memperoleh
    dan mempertahankan orang-orang terbaik pada bidangnya dan memastikan bahwa
    mereka ditempatkan pada posisi yang tepat. Jumlah Sumber Daya Manusia
    (“SDM”) mulai dari tingkatan Operator sampai dengan General Manager saat ini
    sebanyak 857 orang, dengan komposisi berdasarkan pendidikan sebagai berikut :
    S-2 = 1 %, S-1 = 13 %, D-3 = 4 % dan setingkat SLTA sebesar 82 %. Perseroan
    memberikan Pelatihan in house /on the job training dan bekerja sama dengan
    lembaga pelatihan eksternal. Selain itu, agar Operator dapat memproduksi kabel
    yang berkualitas, Perseroan mendatangkan tenaga ahli dan Profesional dari Showa,
    Jepang untuk memberikan pelatihan dan bimbingan kepada mereka untuk
    meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan / kecakapan karyawan.
    Nilai – Nilai Dasar pada PT Voksel Electric Tbk
  2. FOKUS PADA PELANGGAN
    Perusahaan menghargai pelanggan dan menyadari bahwa bisnis akan berhasil bila
    dapat menciptakan sekaligus mempertahankan pelanggan yang ada. Bisa memberi
    lebih banyak nilai tambah bagi pelanggan, bukan hanya sebatas pengiriman kabel.
    Pengiriman yang cepat, pelayanan dengan penuh perhatian, harga yang bersaing
    dibutuhkan untuk memuaskan para pelanggan.
  3. INTEGRITAS DAN KEJUJURAN
    Perusahaan menjaga secara profesional, kejujuran terhadap pemasok, pelanggan,
    karyawan, pemegang saham dan masyarakat. Perusahaan juga mengajak para
    karyawan untuk menunjukkan kejujuran dalam sikap dan pernyataan.
  4. SEMANGAT MENJADI YANG TERBAIK
    Perusahaan berkomitmen untuk melakukan yang terbaik dalam setiap apa yang di
    lakukan, dalam perencanaan dan yang lebih penting pelaksanaannya. Perusahaan
    juga memotivasi karyawan untuk memberikan yang terbaik dengan perbaikan
    terus menerus serta menciptakan lingkungan kerja yang produktif yang
    memungkinkan setiap karyawan menunjukkan kemampuannya yang maksimal.
  5. AKUNTABILITAS
    Perusahaan menyadari bahwa dalam jangka panjang sebuah organisasi bisa
    meraih keberhasilan yang besar hanyalah dengan sistem pengecekan dan
    keteraturan untuk memperkecil kemungkinan timbulnya kesalahan yang fatal.
    Perusahaan akan memperkecil resiko dengan tidak terlalu banyak bergantung
    hanya pada satu segmen pasar saja, mengatur semua kekayaan perusahaan dengan
    bijaksana terutama resiko keuangan dan bahan baku. Keputusan yang telah di buat
    akan berdasarkan informasi yang akurat, analisis yang teliti dan dilaksanakan tepat waktu.
  6. PENGHORMATAN DAN PENGAKUAN
    Perusahaan menghargai setiap karyawan secara sama rata dengan mempercayai
    dan memperlakukan mereka satu sama lain sebagai anggota sebuah team.
    Perusahaan menerima, aktif mencari tahu dan merangkul siapa saja yang berfikir,
    bertindak yang berbeda dengan kami. Perusahaan juga mengakui dan
    mengkomunikasikan prestasi individu dan team ke semua ruang lingkup kerja.
  7. TANGGUNG JAWAB SOSIAL
    Perusahaan terlibat dalam program dan aksi kemasyarakatan yang
    memperlihatkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar, memelihara lingkungan
    kerja yang sehat dan aman serta terlibat dalam aktivitas perlindungan lingkungan.
    Menjamin bahwa aturan ketenagakerjaan beserta fasilitasnya mencerminkan
    warganegara yang bertanggung jawab.
    3.6 Laporan Keuangan
    Laporan posisi keuangan tahun 2009 – 2013
  8. Analisis Data
    4.1 Analisis Commonsize
    Analisis Commonsize terdiri dari analisis vertikal dan analisis horisontal.
    Penulis melakukan analisis vertikal dan horisontal pada laporan neraca, lapoan
    laba rugi dan laporan arus kas dalam laporan keuangan PT Voksel Electric Tbk
    dari tahun 2009 hingga 2013.
    4.1.1 Analisis Horisontal Neraca
    Analisis horisontal pada neraca adalah sebagai berikut :
    Gambar 7. Analisis Horisontal Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar
    Grafik :

100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

系列1 系列2
线性(系列1)
线性(系列2)

Grafik 1. Perbandingan Komposisi Aset
Dari analisis di atas dapat dilihat bahwa pada aset lancar, mengalami trend
yang sedikit menurun, pada tahun 2009 mengalami penurunan ke tahun 2010,
walaupun mengalami kenaikan pada tahun ke 2010 ke tahun 2011 namun tetap
dikatakan banyak mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa PT Voksel
mempunyai aset lancar yang tidak stabil dan perlu peningkatan.
Sedangkan aset tidak lancar mengalami tren naik. Namun, pada tahun
2010 mengalami penurunan ke tahun 2011. Namun pada tahun – tahun setelahnya
mengalami kenaikan hingga tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa PT PT
Voksel baik dalam memutar aset tidak lancarnya, mengingat kebanyakan
mengalami kenaikan.

34

Gambar 8. Analisis horisontal kewajiban jangka panjang dan jangka pendek
Grafik :

80.00%

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

系列1 系列2
线性(系列1)
线性(系列2)

Grafik 2. Perbandingan komposisi kewajiban
Berdasarkan grafik di atas, trend pada kewajiban jangka pendek cenderung
stabil. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan dan tahun 2013 juga mengalami
kenaikan. Pada grafik di atas menunjukkan bahwa PT Voksel cenderung
mengulang 2 tahun sebelumnya sehingga dapat dikatakan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya sangat datar sehingga perlu ditingkatkan lagi.
Sedangkan trend pada kewajiban jangka panjang tidak jauh berbeda
dengan kewajiban jangka pendeknya tidak mengalami kenaikkan dan penurunan.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjangnya terus stabil namun sangat rendah sekali.
Gambar 9. Analisis Horisontal terhadap ekuitas
Grafik :

36.00%

35.00%

34.00%

33.00%

32.00%

31.00%

30.00%

29.00%

28.00%

27.00%
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 3. Ekuitas

Berdasarkan analisis di atas, trend yang ditunjukkan pada ekuitas adalah
tren yang mengalami kenaikkan. Terlihat dari grafik pada tahun 2010 dan 2012
mengalami kenaikkan yang sangat drastis. Hal ini menunjukkan bahwa ekuitas
dalam perusahaan mengalami kenaikkan.
4.1.2 Analisis Horisontal Laba Rugi

Gambar 10. Analisis Horisontal Laba Usaha

0.45%

0.40%

0.35%

0.30%

0.25%

0.20%

0.15%

0.10%

0.05%

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 4. Laba Usaha

Berdasarkan analisis di atas, trend yang ditunjukkan adalah tren yang
mengalami kenaikkan. Terlihat dari grafik pada tahun 2010 dan 2012 mengalami
kenaikkan yang sangat drastis. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
mengalami kenaikkan dalam penjualan, sehingga mendapatkan laba yang
cenderung tinggi.

Gambar 11. Laba sebelum pajak

Grafik :

8.00%

7.00%

6.00%

5.00%

4.00%

3.00%

2.00%

1.00%

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 5. Laba sebelum pajak

Berdasarkan analisis diatas, trend cenderung naik. Kenaikkan drastis
terjadi pada tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini menjelaskan bahwa perusahaan
mengalami tingkat penjualan yang bagus.

Gambar 12. Laba Bersih

Grafik :

7.00%

6.00%

5.00%

4.00%
系列1
3.00% 线性(系列1)
2.00%

1.00%

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 6. Laba Bersih

Trend menunjukkan bahwa mengalami kenaikkan. Sama seperti laba
sebelum pajak yang telah ada di atas, bahwa trend yang sangat drastis mengalami
kenaikkan adalah pada tahun 2010 ke tahun 2011.

4.1.3 Analisis Vertical Neraca
Analisis vertical pada neraca adalah sebagai berikut :

Gambar 13. Vertical Neraca

100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

系列1 系列2
线性(系列1)
线性(系列2)

Grafik 7. Analisis Vertical

Pada lima tahun terakhir ini, mulai tahun 2009 hingga tahun 2013,
perputaran aster lancar dan tidak lancarnya terlihat stabil, hanya saja pada aset
lancar sedikit mengalami penurunan dan aset tidak lancarnya mengalami
kenaikkan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang dapat memutar
asetnya dengan baik.

Gambar 14. Analisis vertical kewajiban jangka panjang dan jangka pendek

Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dapat dikatakan
cukup stabil. Walau sempat mengalami penurunan, namun pada tahun setelah
penurunan mampu untuk naik. Sehingga menunjukkan bahwa perusahaan mampu
untuk mengatasi kewajiban jangka pendeknya. Dan untuk kewajiban jangka
panjangnya perusahaan harus membuat kebijakan dalam hal ini karena dapat
dilihat bahwa hanya datar tanpa adanya kenaikkan pada kewajiban jangka panjangnya.

Gambar 15. Analisis Vertical terhadap ekuitas

Ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilihat mengalami kenaikan
mesikpun ada tahun – tahun dimana terdapat penurunan namun pada peningkatan
– peningkatan tahun 2010 dan 2012 sangat drastis.

4.1.4 Analisis Vertical Laba Rugi

Gambar 16. Analisis vertical laba usaha

Laba usaha mengalami kenaikkan meskipun terdapat penurunan namun
karena pada tahun 2011 menjadi titik tertinggi dari kenaikkannya maka dapat di
simpulkan bahwa masih bisa dikatakan meningkat.

Gambar 17. Laba sebelum pajak

Sama halnya dengan laba usaha, laba sebelum pajak juga mengalami
peningkatan. Sesuai dengan laba usaha maka laba sebelum pajak juga ikut meningkat.

Gambar 18. Laba Bersih

Laba bersih pada perusahaan juga ikut naik sama seperti pada laba sebelum pajak
yang meningkat begitu juga laba yang diperoleh oleh perusahaan ini. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa perusahaan mengalami kenaikkan.

4.2 Analisis Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas PT Voksel adalah :

Gambar 19. Analisis Rasio Likuditas
Grafik : Grafik Current Rasio

1.3500

1.3000

1.2500

1.2000

1.1500

1.1000

1.0500

1.0000
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 8. Grafik Current rasio
Dalam rasio modal kerja ini, perusahaan memiliki kenaikkan pada empat
tahun pertama namun pada tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan yang
sangat drastis. Trend menujukkan bahwa modal kerja yang dimiliki perusahaan turun.

Grafik Quick Asset Rasio

1.2000

1.0000

0.8000

0.6000 系列1 0.4000 线性(系列1)
0.2000

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 9. Grafik Quick Rasio

Berdasarkan trend di atas memiliki kecenderungan naik. Pada tahun ke
2009 sampai tahun 2012 mengalami kenaikkan secara terus-menerus, namun pada
tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan.

Grafik Cash Rasio

0.3500

0.3000

0.2500

0.2000

0.1500

0.1000

0.0500

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 10. Cash Rasio

Berdasarkan trend di ats mengalami kecenderungan naik pada tahun 2011
adalah tahun yang paling tinggi kenaikkannya, namun pada tahun 2011 ke tahun
2012 mengalami penurunan begitu juga tahun 2013.

Grafik Modal Kerja

Rp400,000,000,000

Rp350,000,000,000

Rp300,000,000,000

Rp250,000,000,000

Rp200,000,000,000

Rp150,000,000,000

Rp100,000,000,000

Rp50,000,000,000

Rp-
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 11. Working Capital Total Assets Ratio

0.1600

0.1400

0.1200

0.1000

0.0800

0.0600

0.0400

0.0200

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 12.

Brdasarkan grafik di atas trend mengalami penurunan. Pada tahun 2011
merupakan titik dimana perusahaan mengalami kenaikkan namun pada tahun –
tahun berikutnya yaitu tahun 2012 dan tahun 2013 mengalami penurunan terutama pada tahun 2013.
Kesimpulan dari analisis rasio likuiditas adalah rasio likuiditas PT Voksel
Electric Tbk ini cenderung mengalami peningkatan meskipun terdapat penurunan
dalam beberapa tahun. Hal ini menjelaskan bahwa PT Voksel Electric Tbk
memiliki kemampuan solvabilitas yang cukup baik.

4.3 Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas PT Voksel adalah sebagai berikut :

Gambar 20. Rasio Profitabilitas

Grafik Margin Laba Kotor

0.1600

0.1400

0.1200

0.1000

0.0800

0.0600

0.0400

0.0200

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 13. Margin Laba Kotor

Grafik di atas menunjukkan bahwa trend megalami kenaikkan. Kenaikkan
tertinggi ada pada tahun 2011 namun mengalami penurunan pada tahun 2013
yang paling parah. Namun masih dapat dikatakan naik.

Grafik Margin Laba Operasi

0.1000 0.0900 0.0800 0.0700 0.0600 0.0500 0.0400 0.0300 0.0200 0.0100 0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 14. Margin Laba Operasi

Berdasarkan grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa margin laba
operasi perusahaan mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi ada pada tahun
2012 meskipun ada penurunan pada tahun 2013, namun masih cenderung
meningkat.

Grafik Laba Per Saham

49

Rp200.00 Rp180.00 Rp160.00 Rp140.00 Rp120.00 Rp100.00 Rp80.00 Rp60.00 Rp40.00 Rp20.00 Rp0.00
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 15. Laba Per Saham

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa laba per saham dapat
dikatakan meningkat karena pada tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami
peningkatan hingga tahun 2012 mengalami peningkatan sangat drastis.

Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Laba

12.0000

10.0000

8.0000

6.0000 系列1 4.0000 线性(系列1)

2.0000

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 16. Arus Kas Operasi Terhadap Laba

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi
terhadap laba mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada tahun 2010 mengalami
peningkatan yang sangat drastis, meskipun mengalami penurunan pada tahun
berikutnya namun pada tahun 2013 dapat peningkatan yang banyak. Sehingga
trend cenderung naik.

Return On Assets

0.1400

0.1200

0.1000

0.0800
系列1 0.0600 线性(系列1)
0.0400

0.0200

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 17. Return On Asset

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa ternd cenderung menurun. Pada
tahun 2010 ke tahun 2011 dan 2012 mengalami peningkatan namun turn kembali
pada tahun 2013. Sehingga menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
pengembalian asetnya kurang baik.

Tingkat Pajak Efektif

0.4500

0.4000

0.3500

0.3000

0.2500

0.2000

0.1500

0.1000

0.0500

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 18. Tingkat Pajak Efektif

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pajak efektif
yang dimiliki perusahaan menurun. Meskipun pada tahun 2009 ke tahun 2010
mengalami peningkatan namun pada tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami cukup
banyak penurunan.

Return On Equity

0.4000

0.3500

0.3000

0.2500

0.2000

0.1500

0.1000

0.0500

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 19. Return On Equity

Bedasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa return on equity yg
dimiliki perusahaan cenderung menurun. Dapat dilihat pada tahun 2010
merupakan titik terendah dalam perusahaan tersebut. Meskipun terdapat beberapa
peningkatan di tahun setelah 2010 namun pada akhir tahun 2013 mengalami
penurunan yang cukup drastis.

4.4 Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas pada PT.Voksale adalah sebagai berikut:

Gambar 21. Rasio Solvabilitas

Grafik Rasio Total Utang Terhadap Aset

0.7100 0.7000 0.6900 0.6800 0.6700 0.6600 0.6500 0.6400 0.6300 0.6200 0.6100
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 20. Rasio Total Utang Terhadap Aset

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa total utang terhadap
aset yang dimiliki oleh perusahaan cenderung menurun. Walaupun selam 3 tahun
mengalami kenaikan namun pada tahun 2010 dan terutama tahun 2012 mengalami
penurunan yang sangat drastis.

Rasio Total Utang Terhadap Ekuitas

2.5000

2.0000

1.5000

系列1 1.0000 线性(系列1)

0.5000

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 21. Total Utang terhadap Ekuitas

Berdasarka grafik di atas sedikit mengalami penurunan. Namun jika dilihat
dalam grafik perusahaan cukup stabil karena ketika terjadi penurunan perusahaan
masih bisa meningkatkannya. Hal ini dapat terlihat pada tahun 2012 yang
merupakan titik terendah penurunan namun pada tahun 2013 masih bisa naik.

Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas

0.0600

0.0500

0.0400

0.0300 系列1 0.0200 线性(系列1)

0.0100

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 22. Utang jangka panjang terhadap ekuitas

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa utang jangka panjang
terhadap ekuitas dalam perusahaan ini mengalami penurunan. Meskipun pada
tahun 2010 sempat mengalami kenaikkan namun tahun 2011 dan 2012 mengalami
penurunan yang sangat drastis sehingga dapat dikatakan perusahaan ini
mengalami banyak penurunan.

Kelipatan Bunga yang Dihasilkan

12.0000

10.0000

8.0000

6.0000 系列1 4.0000 线性(系列1)

2.0000

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 23. Kelipatan Bunga yang Dihasilkan

Rasio Utang Jangka Panjang

0.0600

0.0500

0.0400

0.0300 系列1 0.0200 线性(系列1)

0.0100

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 24. Utang jangka panjang

4.5 Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas pada PT. Voksel adalah sebagai berikut :

Gambar 22. Rasio Aktivitas

180.0000

160.0000

140.0000

120.0000

100.0000

80.0000

60.0000

40.0000

20.0000

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 25. Jumlah Hari Penjualan Dalam Piutang

Dalam grafik di atas dapat disimpulkan bahwa tren mengalami
penurununan. Meskipun banyak tahun yang mengalami peningkatan namun masih
cenderung menurun.

Grafik Jumlah Hari Penjualan Dalam Persediaan

90.0000

80.0000

70.0000

60.0000

50.0000

40.0000

30.0000

20.0000

10.0000

0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

系列1
线性(系列1)

Grafik 26. Jumlah Hari Penjualan Dalam Persediaan

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa trend menurun. Meskipun
pada tahun 2010 mengalami kenaikkan namun trend masih cenderung mengarah ke bawah.

  1. PENUTUP
    5.1 Simpulan
    Kesimpulannya laba rugi pada PT Voksel Tbk. mengalami peningkatan
    dari tahun ke tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan ini mengalami
    peningkatan laba yang sangat baik. Laporan keuangan perusahaannya juga cukup
    baik yang mengakibatkan kinerja perusahaan juga membak.

Daftar Pustaka
http://meirinaraspalia.wordpress.com/2013/03/27/rangkuman-laporan-keuangan-2 Diakses tanggal 10 Desember 2014
http://nanarara91.blogspot.com/2013/03/pengertian-ruang-lingkup-jenis-dan.html Diakses tanggal 10 Desember 2014
http://fadhilanalisis.blogspot.com/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html Diakses
tanggal 10 Desember 2014
http://www.carajadikaya.com/keuntungan-dan-kerugian-perusahaan-go-public Diakses tanggal 10 Desember 2014

Analisis Rasio Keuangan Pada Pt Catur Sentosa Adiprana Tbk

Vandy Christviyanto & Daniel Sugama Stephanus
Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Program Studi Akuntansi – Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Machung – Kabupaten Malang
2014

ABSTRAK
Penilaian atas kinerja suatu perusahaan dan hasil pencapaian perusahaan menjadi suatu hal penting untuk diketahui baik oleh investor, kreditor, pihak yang berkepentingan, maupun masyarakat umum. Cara untuk melihat “kesehatan” dapat dilakukan melalui Analisis Penilaian Kinerja atau Performance Appraisial. Penulis melakukan analisis pada PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. Dengan melakukan Analisis Common Size dan Analisis Rasio Keuangan dilakukan pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek masa datang serta untuk menilai kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari perusahaan. berkaitan dengan hal ini, maka penulis membuat mini skripsi berjudul ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN PADA PT. CATUR SENTOSA ADIPRANA TBK.
Kata-kata kunci: penilaian kinerja, analisis rasio keuangan, PT. Catur Sentosa Adiprana bk.

  1. PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang
    Laporan keuangan perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena laporan keuangan memberikan informasi mengenai “kesehatan” dari perusahaan atau bentuk usaha lainnya. Masyarakat, terutama investor serta perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk menilai kinerja dari perusahaan. Bagi perusahaan sendiri, laporan keuangan sangat dibutuhkan dan dianggap sangat penting, karena memberikan informasi keuangan dan memberikan hasil kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan selama perioda tertentu, serta mencerminkan keadaan posisi keuangan perusahaan. Tanpa adanya laporan keuangan perusahaan tidak akan dapat mengetahui perkembangan keuangan yang terjadi di perusahaan. Cara untuk memaksimalkan fungsi laporan keuangan ialah, laporan keuangan disajikan secara akurat dan relevan dalam proses pengambilan keputusan, sehingga informasi tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dan dapat meningkatkan kepercayaan bagi pengguna laporan keuangan.
    Informasi keuangan dapat dikatakan relevan jika dapat memengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan dalam mengevaluasi kinerja masa lalu, masa kini, maupun mengestimasi masa depan perusahaan. Untuk dapat menjelaskan atau menggambarkan informasi keuangan, diperlukan suatu analisis dari laporan keuangan, yaitu analisis rasio keuangan.
    Analisis rasio keuangan berguna untuk memproyeksikan kinerja perusahaan di masa yang akan datang, dari analisis tersebut calon investor dapat mempertimbangkan keputusannya dalam menanamkan modal. Kebangkrutan perusahaan dan kesuksesan kinerja perusahaan dapat diprediksi dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan tentu juga dibutuhkan oleh investor, kreditor, maupun pemangku kepentingan lainnya. Setiap investor maupun perusahaan mengharapkan peningkatan laba untuk setiap periodanya, sehingga dibutuhkan suatu estimasi laba yang akan dicapai untuk perioda yang akan datang. Analisis laporan keuangan menjadi alat dalam melakukan estimasi tersebut. Bagi
    kreditor analisis keuangan digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utang dan bunga, sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan memberi pinjaman dan penetapan bunga. Bagi pemerintah analisis rasio keuangan berguna untuk pembebanan pajak untuk perusahaan dan pengijinan go public perusahaan tersebut. Analisis rasio juga berguna bagi karyawan untuk menilai perusahaan tersebut. Analisis rasio keuangan juga berguna bagi karyawan untuk menilai perusahaan, apakah perusahaan tersebut dapat menjamin jenjang karirnya untuk jangka panjang.
    Analisis rasio keuangan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi perusahaan, investor, shareholder, maupun stakeholder. Analisis rasio keuangan memudahkan untuk memahami, membaca angka-angka dalam laporan keuangan, dan membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series, serta bermanfaat untuk bahan dalam melakukan pengambilan keputusan. Dengan demikian, analisis laporan keuangan membantu pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan dengan efektif, efisien, dan tepat.
    Analisis rasio keuangan dapat digunakan dan membantu para stakeholder untuk pengambilan keputusan, oleh karena itu penulis melakukan analisis laporan keuangan pada PT. Catur Sentosa Adiprana Tbk. Dengaan analisis ini pengguna laporan keuangan dapat menentukan keputusan yang akan diambil secara tepat.
    1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Bagaimana kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan? 2. Bagaimana kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya?
  2. Bagaimana analisis rasio keuangan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan?
  3. Bagaimana kemampuan aset, kewajiban, dan ekuitas selama 5 tahun terakhir?
    1.3 Tujuan Penelitian
    Maka berdasarkan uraian pada latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.
  4. Mengetahui kemampuan perusahaan unntuk memperoleh keuntungan. 2. Mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utangmya.
  5. Mengetahui analisis rasio keuangan yang memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
  6. Mengetahui aset, kewajiban, ekuitas, dan laba selama 5 tahun terakhir yang dapat memengaruhi kinerja perusahaan.
  7. Mengetahui perbandingan proporsi aktiva, kewajiban, dan ekuitas selama 5 tahun terakhir.
    1.4 Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
  8. Bagi Peneliti

Penulis dapat memperoleh wawasan bagaimana cara menganalisis kinerja perusahaan dengan menggunakan analisis rasio dari laporan keuangan tahunan.

  1. Bagi Perusahaan

Hasil analisis ini akan memberika umpan balik pada perusahaan sehingga analisis yang dilakukan akan membantu perincian pembelanjaan dan kegunaan modal dalam kegiatan usaha.

  1. Bagi Peneliti Lain
    Penulis berharap, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi informasi tambahan untuk penelitian lain dalam menggunakan analisis rasio.
  2. LANDASAN TEORI
    2.1 Pengertian Laporan Keuangan
    Menurut Munawir, (2002:31) pengertian laporan keuangan adalah “laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.”
    Sedangkan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007), Laporan
    keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan
    yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
    posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas,
    atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
    merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
    Dari pernyataan dan pendapat para ahli akuntansi di atas, dapat
    disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
    berkaitan dengan posisi keuangan atau keadaan keuangan perusahaan, hasil
    kinerja perusahaan, dan kondisi “kesehatan” perusahaan yang kemudian akan
    dipakai oleh pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
    2.1.1 Jenis-jenis Laporan Keuangan
    Menurut Ikatan Akuntasnsi Indonesia (2004), menyatakan bahwa,
    laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba
    Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai
    cara misalnya, Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dan
    laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
    laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul informasi tambahan
    yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen
    industry dan geografis serta pengungkapan perubahan harga.
    Dari penjelasan diatas terlihat bahwa kelengkapan laporan keuangan
    meliputi, Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan,
    dan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
    integral dari laporan keuangan.
    Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Neraca, Laporan Laba
    Rugi, dan Laporan Perubahan Modal atau Laba yang Ditahan merupakan
    suatu Laporan Keuangan yang biasanya digunakan secara umum oleh banyak
    perusahaan dalam usahanya meningkatkan nilai perusahaan.
    2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
    Laporan keuangan dibuat karena memiliki tujuan penting. Tujuan laporan
    keuangan menurut Kieso, Weygandt & Warfield (2007), antara lain sebagai
    berikut.
  3. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan
    pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan
    keputusan yang rasional atas investasi, kredit, dan keputusan lain
    yang sejenis.
  4. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
    pengguna potensial lainnya yang membantu menilai jumlah, waktu,
    dan ketidakpastian proses penerimaan kas dari dividen atau bunga dan
    pendapatan dari penjualan, penebusan, atau jatuh tempo sekuritas, dan
    pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan.
  5. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas
    sumber daya tersebut dan perubahannya.
    Berdasarkan kutipan-kutipan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa,
    tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada
    pengguna laporan keuangan guna pengambilan keputusan secara tepat.
    2.2 Karakteristik Laporan Keuangan
    Adapun karakteristik kualitatif dari laporan keuangan yang dapat memenuhi
    tujuan dari laporan keuagan, karakteristik kualitatif menurut Standar Laporan
    Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) sebagai berikut.
  6. Dapat dipahami, faktor terpenting dalam kualitas informasi laporan
    keuagan ilah kemudahannya untuk dipahami oleh pemakai, namun
    tetap diansumsikan bahwa pemakai laporan keuangan memiliki
    pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, ekonomi, dan akuntansi,
    serta diharapkan memiliki kemauan untuk mempelajari informasi
    keuangan yang telah disediakan.
  7. Relevan, agar informasi bermanfaat, informasi harus relevan dan
    akurat untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
    pengambilan keputusan, informasi dapat dikatakan relevan jika
    mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu dalam
    proses mengevaluasi kinerja masa lalu, masa kini, dan mengestimasi
    kinerja di masa depan
  8. Materialitas, relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan
    matrealitasnya, informasi dipandang material jika kelalaian untuk
    mencantumkan atau kesalahan dalam melakukan pencatatan
    informasi, hal tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
    pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
  9. Keandalan, agar dapat bermanfaat, informasi yang disediakan juga
    harus andal, diaktakan andal jika informasi bebas dari pengertian yang
    menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
    sebagai bentuk penyajian yang akurat, jujur, dan tulus
  10. Penyajian jujur, untuk dapat diandalkan, informasi yang diberikan
    harus dibuat dengan kejujuran dalam transaksi serta kejadian lainnya
    yang seharusnya disajikan secara wajar.
  11. Subtansi Mengungguli Bentuk, jika informasi dimaksudkan untuk
    menyajikan informasi dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yan
    seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut dicatat dan disajikan
    sesuai dengan relaita yang terjadi.
  12. Netralitas, informasi yang disajikan tidak boleh memihak kepada satu
    pihak, namun harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan
    tidak memberikan keuntungan maupun kerugian tertentu pada salah satu pihak.
  13. Pertimbangan Sehat, dalam melakukan penyusunan laporan,
    terkadang penyusun akan mengahdapi ketidakpastian dan keadaan
    tertentu, namun penyusun harus tetap menggunakan petimbangan
    sehat yang mengandung unsur-unsur kehati-hatian pada saat
    melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sekalipun.
  14. Kelengkapan, agar dapat diandalkan, informasi harus menyajuikam
    laporan keuangan selengkap mungkin dalam batas materialitas dan biaya.
  15. Dapat Dibandingkan, Pemakai laporan keuangan harus dapat
    membandingkan kinerja perusaahaan melalui laporan keuangan
    perusahaaan antar periode, pengukuran dan penyajian dampak
    keuangan dari transaksi dan kejadian lain serupa harus dilakukan secara konsisten.
    2.3 Keterbatasan Laporan Keuangan
    Laporan keuangan memiliki keterbatasan, empat keterbatasan laporan
    keuangan menurut Djarwanto (2004).
  16. Laporan keuangan pada dasarnya adahla laporan antara, bukan
    merupakan laporan final, karena laba-rugi riil hanya dapat ditentukan
    jika perusahaan sudah dijual.
  17. Laporan keuangan ditunjukkan dalam jumlah rupiah yang terlihat
    pasti, namun sebenarnya nilai rupiah dapat berbeda jika menggunakan
    standar lain. Apalagi saat dibandingkan dengan laporan keuangan
    seandainya perusahaan itu dilikuidasi, jumlah rupiahnya dapat sangat berbeda.
  18. Neraca dan laporan laba rugi mencerminkan transaksi-transaksi
    keuangan dari waktu ke waktu. Selama itu mungkin nilai rupiah telah
    menurun (daya beli rupiah menurun karena kenaikan tingkat harga-harga).
  19. Laporan keuangan tidak memuat gambaran yang lengkap mengenai
    kondisi perusahaan dan tidak mencerminkan semua faktor yang
    mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha, karena tidak semua
    faktor dapat diukur dalam satuan uang, contohnya seperti :
    pengetahuan SDM atau wawasan SDM.
    Keterbatasan laporan keuangan antara lain sebagai berikut.
  20. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
    merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu
    yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
  21. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
    bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang
    mungkin berbeda atau berubah-ubah.
  22. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
    keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu
    dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding
    dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan
    yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau
    mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan
    tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin
    juga diikuti kenaikan harga-harga.
  23. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang
    dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
    faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang.
    2.4 Pengguna Laporan Keuangan
    Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002),
    pihak-pihak tersebut antaran lain Investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok
    dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.
  24. Investor, penanam modal dan penasihat mereka berkepentingan
    dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi
    yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk
    membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau
    menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada
    informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
    perusahaan untuk membayar dividen.
  25. Karyawan, karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili
    mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas
    perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang
    memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
    memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
  26. Pemberi pinjaman, pemberi pinjaman tertarik dengan informasi
    keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
    pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
  27. Pemasok dan kreditor usaha lainnya, pemasok dan kreditor usaha
    lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
    memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat
    jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam
    tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman
    kecuali sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada
    kelangsungan hidup perusahaan.
  28. Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi
    mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka
    terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
  29. Pemerintah, pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah
    kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena
    itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga
    membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
    menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
    statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
  30. Masyarakat, perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam
    berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi
    berarti pada perekonomian nasipnal, termasuk jumlah orang yang
    dipekerjakan danperlindungan kepada penanam modal domestik.
    Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
    informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir
    kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
    2.5 Analisis Laporan Keuangan
    Menurut Munawir (2004), menjelaskan bahwa, analisa-analisa laporan
    keuangan terdiri dari penelaan atau mempelajari daripada hubungan-hubungan
    dan tendensi atau kecenderungan (tren) untuk menentukan posisi keuangan dan
    hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
    Menurut EAbd’rachim (2008) analisis laporan keuangan adalah segala
    sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi untuk membuat keputusan bisnis
    dan investasi. Analisis keuangan dirancang bagi pengusaha, investor, dan kreditor,
    dimana mereka harus memahami bagimana membaca, mngartikan serta
    menganilisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan mencakup :
  31. Perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam
    industry yang sama, dan
  32. Evaluasi posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu.
    Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan
    memberikan kemudahan bagi pengguna informasi dalam pengambilan keputusan
    secara tepat, karena analisis laporan keuangan memberikan informasi mengenai
    kondisi keuangan perusahaan.
    2.5.1 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
    Harahap (2006). mengungkapkan bahwa tujuan analisis laporan
    keuangan ialah sebagai berikut :
  33. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
    terdapat dari laporan keuangan biasa.
  34. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata
    (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan
    (implicit).
  35. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
  36. Dapat membongkar hal-hal yang tidak bersifat konsisten dalam
    hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
    komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi
    yang diperoleh dari luar perusahaan.
  37. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya data melahirkan
    model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk
    prediksi dan peningkatan (rating).
  38. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
    keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu
    laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga
    antara lain sebagai berikut.
    a. Dapat menilai prestasi perusahaan.
    b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan.
    c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari
    aspek waktu tertentu.
  39. Posisi keuangan (aset, neraca, dan modal)
  40. Hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya)
  41. Likuiditas
  42. Solvabilitas
  43. Aktivitas
  44. Rentabilitas atau profitabilitas
  45. Indikator pasar modal.
    d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
    e. Melihat komposisi struktur keuangan dan arus dana.
  46. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
    dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau
    standar ideal. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan
    menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
  47. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami
    perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
    Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan
    di masa yang akan datang.
    2.5.2 Rasio Keuangan
    Menurut Irawati (2006), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh
    dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos
    keuangan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan.
    Rasio keuangan adalah, angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
    dari satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya yang mempunyai
    hubungan yang relevan dan berarti. Rasio keuangan ini hanya
    menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos
    tertentu dengan pos lainnya, dengan penyederhanaan ini maka dapat
    diperoleh informasi dan penilaian kinerja perusahaan.
    Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio
    keuangan sebagai alat analisis.
    a. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai
    keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai
    keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah
    dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek
    saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah
    cukup digunakan.
    b. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang
    sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita
    membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0
    dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1.
    c. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data
    laporan keuangan yang telah diaudit. Laporan keuangan yang
    belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-
    rasio yang dihitung juga kurang akurat.
    d. Pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.
    A. Rasio Likuiditas
    Rasio Likuiditas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
    melunasi kewajiban jangka pendeknya, baik kewajiban terhadap pihak
    internal maupun pihak eksternal perusahaan. Likuiditas merupakan
    kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk
    memenuhi kewajibannya. Likuiditas bergantung pada arus kas perusahaan
    dan komponen aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Posisi
    Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi
    kewajiban jangka pendeknya seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo
    dalam jangka pendek. Analisis likuiditas yang lengkap membutuhkan
    penggunaan anggaran kas, tetapi dengan menghubungkan jumlah kasn dan
    aktiva lancar lainnya terhadap kewajiban lancarnya, analisis rasio
    memberikan pengukuran likuiditas yang cepat dan mudah.
    Rasio Likuiditas terdiri dari beberapa komponen yaitu sebagai berikut.
  48. Current Ratio / Rasio Lancar
    Rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban
    lancar, rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan
    aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek.
    Apabila rasio lancar kurang dari satu, maka aset lancar perusahaan lebih
    rendah dari kewajiban lancarnya atau aset lancar tidak cukup dipakai untuk
    memenuhi kewajiban lancarnya, namun bila rasio lancar sangat besar, hal ini
    mencerminkan investasi dalam modal kerja yang cukup tinggi.
    Rasio lancar = (Rumus 1)
  49. Quick Ratio / Rasio Cepat
    Rasio cepat berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
    melunasi kewajiban lancar/utang lancarnya, namun tanpa memperhitungkan
    persediaan. Persediaan tidak diperhitungkan karena memerlukan waktu yang
    relative lama untuk dicairkan menjadi uang tunai. Semakin besar rasio ini,
    maka semakin besar kemampuan perusahaan menutup kewajiban lancarnya
    (tanpa memperhitungkan persediaan).
    Rasio ini dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar
    dan kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban lancar. Persediaan adalah
    aset lancar yang paling tidak likuid dan apabila terjadi likuidasi, maka
    persediaan merupakan aktiva yang paling sering menderita kerugian. Oleh
    karena itu pengukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kerwajiban
    jangka pendek tanpa mengandalkan persediaan cukup penting.
    Rasio cepat = (Rumus 2)
  50. Cash Ratio / Rasio Kas
    Perusahaan terkadang membutuhkan ukuran untuk mengetahui
    kemampuannya dalam memenuhi kewajibannya, dengan menggunakan rasio
    ini perusahaan dapat mengukur kemampuan memenuhi utangnya dengan
    menggunakan kas atau surat berharga yang ada di perusahaan yang dapat
    segera diuangkan. Semakin tinggi rasio ini berarti menunjukkan kurang
    optimalnya kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kas yang ada,
    karena kas tersebut jika dimanfaatkan dengan optimal maka akan
    meningkatkan nilai perusahaan sendiri.
    Cash Ratio = (Rumus 3)
  51. Rasio Modal Kerja Bersih (NCW) terhadap Aset
    Rasio ini merupakan rasio yang berguna bagi perusahaan, karena rasio ini
    yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
    jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya. Pengelolaan aset
    lancar dan utang lancar mempengaruhi kondisis likuiditas perusahaan, karena
    aktiva lancar merupakan bagian dari rasio lancar. Semakin besar jumlah
    modal kerja yang ada dalam perusahaan, berarti makin tinggi tingkat
    likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa perusahaan mempunyai risiko yang lebih
    kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya, tetapi ini tidak
    berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan
    modal kerja yang sangat besar, karena makin besar modal kerja maka
    semakin banyak uang tunai yang menganggur sehingga akan dapat
    memperkecil profitabilitasnya.
    Rasio Modal Kerja Bersih (NCW) terhadap Aset =
    (Rumus 4)
    B. Rasio Efisiensi
    Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat keefisiensian perusahaan
    dalam mengelola aktiva yang dimiliknya. Rasio ini juga menunjukkan
    seberapa cepat aset lancar perusahaan dikonversikan menjadi kas, namun jika
    aset perusahaan terlalu banyak dibandingkan dengan penjualan yang
    dihasilkan, maka biaya modal akan semakin tinggi, sebaliknya jika aktiva
    terlalu rendah, maka perusahaan akan kehilangan penjualan yang
    menguntungkan. Semakin efisien dalam memanfaatkan dana semakin cepat
    perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari
    perputaran masing-masing elemen aset. Jenis-jenis rasio yang digunakan
    untuk mengukur rasio aktivitas adalah sebagai berikut :
  52. Rasio Perputaran Persediaan
    Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi pengelolaan
    persediaan barang perusahaan dan untuk menilai efesiensi operasional.
    Semakin tinggi rasio ini maka semakain efeisien perputaran persediaan dalam
    perusahaan dan semakin baik bagi perusahaan karena penjualan dalam
    perusahaan berlangsung dengan cepat. Perputaran persediaan menunjukkan
    kemampuan dana tertanam dalam inventory berputar dalam suatu perioda
    tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan tendensi untuk adanya overstock.
    Rumus untuk rasio perputaran persediaan :
    Rasio Perputaran Persediaan = (Rumus 5)
  53. Rasio Perputaran Aset
    Rasio ini menunjukkan total efektivitas kemampuan perusahaan dalam
    menggunakan semua aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Rasio
    perputaran aset mengukur perputaran semua aset perusahaan. Rumus untuk
    menghitung rasio ini adalah :
    Rasio Total Aset = (Rumus 6)
    Misalnya rasio perputaran aset PT “X” adalah 0,50 kali, sedangkan rasio rata-
    rata industry adalah 0,45 kali, ini artinya PT”X” tidak menghasilkan volume
    penjualan yang cukup dibanding investasinya dalam total asetnya.
  54. Rasio Rata-rata Periode Penagihan
    Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat pelanggan
    membayar tagihan mereka kepada perusahaaan. Rumus untuk rasio rata-rata
    periode penagihan :
    Rasio Rata-rata Periode Penagihan =
    (Rumus 7)
  55. Rasio Jumlah hari penjualan persediaan
    Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan
    memutar persediaan dengan cepat dan tidak mengikat lebih banyak modal
    daripada kebutuhan perusahaan akan bahan baku atau barang jadi. Rumus
    untuk rasio jumlah hari penjalan persediaan :
    Rasio Jumlah hari penjualan persediaan =
    (Rumus 8)
    C. Rasio Leverage
    Perusahaan dapat menggunakan rasio leverage untuk mengukur
    kemampuannya dalam melunasi kewajiban, baik kewajiban jangka panjang
    maupun jangka pendek. Rasio ini berhubungan dengan keputusan perusahaan
    dalam mendanai operasionalnya. Ada dua cara perusahaan untuk mendanai
    operasionalnya, yaitu dengan utang dan dengan ekuitas atau
    mengkombinasikan kedua-duanya, karena utang dan ekuitas merupakan
    sumber dana bagi perusahaan. Semakin besar utang perusahaan, maka
    semakin besar financial leverage perusahaan dan semakin besar pula risiko
    perusahaan. Perusahaan yang lebih mengandalkan utang untuk mendanai
    operasionalnya, maka perusahaan tersebut cenderung memperoleh
    pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang hanya
    mengandalkan ekuitas. Perusahaan harus membayar bunga utang dahulu,
    kemudian baru membayar pajak, hal ini menyebabkan pajak yang dikenakan
    lebih kecil. Mengukur leverage perusahaan dapat menggunakan beberapa
    rasio, yaitu:
    1 Rasio Total Utang
    Rasio ini digunakan untuk membandingkan jumlah seluruh utang
    perusahaan terhadap aktiva perusahaan. Jika leverage financial perusahaan
    tinggi, maka perusahaan lebih banyak menggunakan utang untuk mendanai
    operasionalnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin
    berisiko. Semakin berisiko, kreditur meminta imbalan semakin tinggi. Rumus
    untuk mengetahui besar kecilnya rasio ini ialah:
    Rasio Total Utang = (Rumus 9)
  56. Rasio Utang Jangka Panjang
    Rasio utang jangka panjang mengukur tingkat keamanan perusahaan
    dalam kemampuannya membayar utang jangka panjang. Semakin kecil rasio
    ini maka kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang
    dengan menggunakan utang dan ekuitas menurun. Rumus untuk menghitung rasio ini:
    Rasio Utang Jangka Panjang =
    (Rumus 10)
  57. Rasio Utang Jangka Panjang – Ekuitas
    Rasio ini membdandingkan antara kewajiban dengan aset yang dimiliki
    perusahaan. Semakin tinggi rasio menandakan bahwa perusahaan
    menggunakan leverage keuagan yang semakin tinggi. Rumus untuk
    menghitung rasio ini:
    Rasio Utang Jangka Panjang – Ekuitas = (Rumus 11)
  58. Rasio Tingkat Kemampuan Membayar Bunga
    Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara utang jangka panjang
    dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Dengan
    menggunakan rasio ini perusahaan dapat mengukur seberapa jauh kisaran
    antara rintangan dengan pembuat rintangan. Rumus untuk menghitung rasio ini:
    Rasio Tingkat Kemampuan Membayar Bunga = (Rumus 12)
  59. Rasio Cakupan Kas
    Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi bunga
    dengan menggunakan arus kas operasi. Semakin besar rasio ini semakin baik,
    karena perusahaan mampu menutup bunga denga arus kas yang ada. Rumus
    untuk menghitung rasio ini:
    Rasio Cakupan Kas = (Rumus 13)
    D. Rasio Profitabilitas
    Rasio ini merupakan salah satu rasio yang sangat penting bagi pengguna
    laporan keuangan, karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
    memperoleh keuntungan dan mengukur efektifitas manajemen secara
    keseluruhan. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam
    mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di
    masa mendatang. Mengukur profitabilitas perusahaan dapat menggunakan
    beberapa rasio, yaitu:
    1 Margin Laba
    Margin Laba merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
    keuntungan dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini mencerminkan
    kemampuan perusahaan dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran
    sehubungan dengan penjualan. Rasio ini menggambarkan upaya untuk
    menekankan biaya sekecil mungkin guna mencapai keuntungan yang sebesar-
    besarnya. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:
    Margin Laba = (Rumus 14)
  60. Margin Laba Operasi
    Rasio ini menggambarkan “pure profit” yang diterima atas setiap rupiah
    dari penjualan. Semakin besar rasio ini, maka akan semakin baik operasi
    perusahaan, karena laba yang diperoleh perusahaan juga tinggi. Rumus untuk
    menghitung rasio ini adalah :
    Margin Laba operasi = (Rumus 15)
  61. Pengembalian Atas Aset (ROA)
    Return On Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis
    merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
    semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini mengukur
    pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil dari
    pengembalian total aktiva atau modal investasi menunjukkan kinerja
    manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba.
    Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding
    dengan penggunaan alternative dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran
    keefektifan, maka semakin tinggi rasio ini semakin efektif kinerja perusahaan.
    Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut.
    ROA = (Rumus 16)
  62. Pengembalian atas Ekuitas (ROE)
    Return On Equity ini sering disebut dengan rate of return on Net Worth
    yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal
    sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ada yang menyebut sebagai rentabilitas
    modal sendiri. Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak
    manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian investasi pemegang
    saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah
    yang diinvestasikan. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi
    pemegang saham. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:
    ROE = (Rumus 17)
  63. Rasio Pembayaran Dividen
    Rasio pembayaran dividen menggambarkan berapa jumlah pendapatan
    per lembar saham yang akan didistribusikan. Rumus untuk menghitung rasio
    pembayaran dividen:
    Rasio Pembayaran Dividen = (Rumus 18)
  64. Rasio Laba ditahan
    Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung seberapa
    besar laba yang tidak dibayarkan sebagai dividen dan digunakan oleh
    perusahaan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Rumus untuk
    menghitung rasio ini :
    Rasio Laba Ditahan = 1 – rasio pembayaran dividen (Rumus 19)
  65. Rasio Pertumbuhan Ekuitas dari Laba Ditahan
    Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk melihat seberapa
    cepat ekuitas pemegang saham tumbuh sebagai hasil menginvestasikan
    kembali sebagian laba perusahaan setiap tahun. Rumus untuk menghitung
    rasio ini :
    Pertumbuhan Ekuitas dari Laba Ditahan = Rasio laba Ditahan X ROE
    (Rumus 20)
    E. Analisis Du Pont
  66. ROA
    Pada dasarnya rasio ini hanya memperjelas dari mana pengembalian
    terhadap aset ditemukan, kemudian menganalisis pengaruh masing-
    masing komponen terhadap ROA.
  67. ROE
    Pada dasarnya rasio ini memperjelas lebih dalam dari mana
    pengembalian terhadap ekuitas ditemukan, kemudian menganlisis
    pengaruh masing-masing komponen terhadap ROE.
  68. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
    3.1 Profil PT.Catur Sentosa Adiprana Tbk
    Gambar 1. Logo PT Catur Sentosa Adiprana Tbk
    PT. Catur Sentosa Adiprana dibentuk pada Desember 1983. PT.Catur

Sentosa Adiprana.Tbk adalah salah satu perusahaan ritel di Indonesia yang bergerak di bidang distribusi material bangunan. CSA adalah perusahaan publik yang beroperasi pada 48 cabang distribusi di 39 kota, 4 cabang distribusi bahan kimia, 14 area distribusi barang konsumsi, 20 Mitra10 outlet, dan 10 Atria ruang pamer di seluruh negeri. Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 7.000 karyawan, dan dipercayakan oleh lebih dari 1.000 kepala sekolah untuk melayani lebih dari 200.000 nasabah ritel dan toko-toko tradisional, dan juga didukung oleh lebih dari 600 kendaraan transportasi dan ruang gudang total lebih dari 180.000 meter persegi. Seiring dengan berkembangnya perusahaan, pada tanggal 12 Desember 2007 PT. Catur Sentosa Adiprana resmi menjadi anggota terdaftar pada Bursa Efek Indonesia serta melakukan Penawaran Umum Perdana.
3.2 Sejarah PT.Catur Sentosa Adiprana Tbk
Pada tahun 1966, Eka Sentosa dan Darmawan Putra Totong membuka toko cat kecil berukuran 40 meter persegi di Jalan Gajah Mada 56, Jakarta. Toko cat ini disebut Toko Tjat Sentosa yang menjual produk cat dekoratif. Disebut sebagai evolusi bisnis, toko mulai menjual berbagai produk yang lebih besar, termasuk ubin keramik, dan aksesoris lainnya dari bahan bangunan.
Pada tahun 1970, Budyanto Totong dan Totong Kurniawan bergabung dalam bisnis dengan saudara-saudara mereka dan meluncurkan rencana agresif karena mereka melihat peluang untuk mengembangkan bisnis di luar hanya menjual produk. Ini adalah awal dari bisnis distribusi material bangunan.
Sebagai bisnis distribusi yang tumbuh pesat, kebutuhan akan pendekatan
manajemen modern menjadi tak terelakkan, dan menyebabkan pembentukan PT Catur Sentosa Adiprana (“CSAP”) pada bulan Desember tahun 1983.
Pada tahun 1997, Budyanto Totong melihat kesempatan dalam bisnis ritel modern dan segera mulai memperkenalkan “One Stop Shopping” konsep bahan bangunan ke pasar Indonesia dengan merek Mitra10. Pengembangan usaha ditujukan untuk menangkap peluang yang disajikan oleh tren belanja berubah dari ritel tradisional ke ritel modern, untuk memperkuat sinergi dengan prinsipal, untuk mendirikan basis transaksi tunai, dan untuk mendapatkan margin keuntungan yang lebih tinggi.
Dengan melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan, Perseroan memperkuat struktur modal melalui Penawaran Umum Perdana. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 12 Desember 2007 dan sejak itu menjadi anggota.
Perusahaan telah mencapai tujuannya untuk menjadi perusahaan terkemuka dengan manajemen terbaik di cat dan distribusi material bangunan. Saat ini, CSA adalah perusahaan publik yang beroperasi 48 cabang distribusi di 39 kota, 4 cabang distribusi bahan kimia, 14 area distribusi barang konsumsi, 20 Mitra10 outlet, dan 10 Atria ruang pamer di seluruh negeri. Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 7.000 karyawan, dipercayakan oleh lebih dari 1.000 kepala sekolah untuk melayani lebih dari 200.000 nasabah ritel dan toko-toko tradisional, dan juga didukung oleh lebih dari 600 kendaraan transportasi dan ruang gudang total lebih dari 180.000 meter persegi.
3.3 Visi dan Misi PT.Catur Sentosa Adiprana Tbk VISI:
Untuk menjadi perusahaan terkemuka dalam Distribusi & Logistik, dan Ritel di Indonesia dan Asia Tenggara.
MISI:

  1. Memprioritaskan saling menguntungkan antara para pemangku kepentingan
  2. Memberikan pelayanan yang terbaik
  3. Terus meningkatkan Supply Chain Management dan Inovasi Produk 4. Merawat lingkungan dan masyarakat
  4. Memaksimalkan Human Capital

3.4 Struktur Organisasi PT.Semen Indonesia Tbk
3.5 Laporan Posisi Keuangan PT Catur Sentosa Adiprana Tbk

3.6 Laporan Laba Rugi PT Catur Sentosa Adiprana Tbk

3.7 Laporan Arus Kas PT Catur Sentosa Adiprana Tbk

  1. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN UNTUK PERFORMANCE APPRAISAL
    4.1 Analisis Rasio

4.1.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan bagaimana kemampuan perusahaan
mengkonversi aset menjadi kas atau menjual aset untuk mendapatkan kas
dalam waktu yang cepat. Likuiditas yang PT Catur Sentosa Adiprana.Tbk
mengalami penurunan angka rasio lancar, rasio cepat, rasio kas dan rasio
modal kerja bersih. Dari penurunan rasio likuiditas ini dapat disimpulkan
bahwa rasio likuiditas perusahaan kurang baik. Rasio lancar dan cepat
mengalami penurunan. Hal ini menandakan kemampuan perusahaan untuk
melunasi utang jangka pendek juga kurang baik.

  1. Rasio Lancar

Rasio Lancar

1.30

1.25

1.20

1.15

1.10

1.05

1.00

0.95
2009 2010 2011 2012 2013

Rasio Lancar

Linear (Rasio Lancar)

Gambar 1. Grafik Rasio Lancar

Tabel 1. Rasio Lancar Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Lancar
Pada tahun 2009 – 2010 rasio ini mengalami angka penurunan, hal ini
mendandakan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
jangka pendeknya menurun, namun pada tahun 2011 rasio ini mengalami
kenaikan dan di tahun berikutnya mengalami penurunan kembali. Pada
tahun 2013 perusahaan mengalami penurunan angka rasio, tahun 2013
merupakan titik terendah nilai rasio lancar perusahaan. Penurunan ini
disebabkan oleh kewajiban lancar perusahaan yang meningkat pesat pada
tahun 2013, hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan yang kurang
baik dalam melunasi kewajiban lancarnya. Namun di sisi lain, perusahaan
memperoleh laba yang lebih tinggi di tahun 2013, karena semakin tinggi
utang akan, akan memperkecil pengenaan pajak karena bunga utang perusahaan.

  1. Rasio Cepat

rasio cepat

0.55 0.54 0.53 0.52 0.51 0.50 0.49
0.48
2009 2010 2011 2012 2013

rasio cepat

Linear (rasio cepat)

Gambar 2. Grafik Rasio Cepat

Tabel 2. Rasio Cepat Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Cepat
Angka rasio ini cenderung mengalami penurunan pada tahun 2009
hingga 2011, hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan angka aset
perusahaan dan penurunan persediaan pada tahun 2009 sampai 2011. Hal
ini menunjukkan bahwa menurunnya kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan
perusahaan. Namun pada tahun 2012, angka rasio ini mengalami kenaikan
tetapi mengalami penurunan kembali pada tahun 2013. Hal ini
menunjukkan bahwa menurunnya kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan perusahaan.

  1. Rasio Kas
    Rasio Kas

0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01
0.00
2009 2010 2011 2012 2013

Rasio Kas

Linear (Rasio Kas)

Gambar 3. Grafik Rasio Kas

Tabel 3. Rasio Kas Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Kas
Angka rasio ini cenderung mengalami penurunan, meskipun terjadi
kenaikan pada tahun 2012 sebesar 0,02. Titik terendah dari angka rasio ini
terletak pada tahun 2010, 2011, dan 2013, yaitu sebesar 0.03, hal ini
disebabkan oleh meningkat pesatnya kewajiban lancar perusahaan
dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya. Hal ini akan berdampak buruk
bagi perusahaan, kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
lancar menggunakan kasnya kurang baik. Namun di sisi lain perusahaan
mampu memanfaatkan dan mengelola kas untuk operasi perusahaan yang
mana akan meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan cenderung mampu
mengelola kasnya untuk operasi perusahaan, namun jika kas yang ada
terlalu kecil dan terus menerus menurun, maka juga akan buruk bagi

perusahaan, karena ketika utang jangka pendek jatuh tempo, perusahaan
akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembayaran, selain itu kas
juga diperlukan untuk transaksi sehari-harinya.

  1. Rasio Modal Kerja Bersih (NCW) terhadap Aset

Modal Kerja Bersih (NCW) terhadap aset

0.20

0.15

0.10

0.05

0.00
2009 2010 2011 2012 2013

Modal Kerja Bersih (NCW) terhadap aset
Linear (Modal Kerja Bersih (NCW) terhadap aset)

Gambar 4. Grafik Rasio Modal Kerja Bersih (NCW) terhadap Aset

Tabel 4. Rasio Modal Kerja Bersih (NCW) terhadap Aset Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Modal Kerja Bersih (NCW) terhadap Aset
Perputaran modal bersih perusahaan pada tahun 2009-2013
mengalami penurunan yang mana menunjukkan penurunan tersedianya
modal bersih perusahaan terhadap asetnya. Namun pada tahun 2011 angka
rasio ini mengalami peningkatan yang mana hal ini menunjukkan
terjadinya peningkatan modal bersih perusahaan yang akan meningkatkan

laba perusahaan juga serta meningkatkan tersedianya kas untuk membayar
utang, maupun biaya lain serta untuk melakukan transaksi sehari-harinya.
4.1.2 Rasio Efisiensi
Keseluruhan rasio ini ialah kurang baik. Hal ini dapat terlihat dari
meningkatnya periode penagihan rata-rata dan perputaran persediaan serta
menurunnya perputaran aktiva tetap yang berarti keampuan aktiva tetap
juga kurang baik melakukan penjualan. Kemampuan perusahaan untuk
memutar persediaannya cenderung melambat, serta hari yang dibutuhkan
untuk menagih piutangnya juga meningkat. Hal ini akan berdampak buruk
bagi perusahaan. Namun jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan dalam
menjual persediaannya cukup baik.

  1. Rasio Perputaran Persediaan

Perputaran Persediaan

6.00

5.50

5.00

4.50

4.00
2009 2010 2011 2012 2013

Perputaran Persediaan

Linear (Perputaran Persediaan)

Gambar 5. Grafik Perputaran Persediaan

Tabel 5. Rasio Perputaran Persediaan Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Perputaran Persediaan
Untuk nilai dari rasio ini, pada tahun 2009-2011 PT. Catur Sentosa
Adiprana.Tbk terus mengalami penurunan, dan hal ini menunjukkan
burukya kemampuan perusahaan dalam mengelola atau memutar
persediaanya namun kembali meningkat pada tahun 2012 dan 2013. Angka
terendah berada di tahun 2011 yaitu 4,95, dan angka tertinggi berada di
tahun 2013 yaitu 5,78. Hal ini baik bagi perusahaan, dan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memutar persediaannya secara efisien
dalam melakukan penjualannya.

  1. Rasio Total Perputaran Aset

Total Perputaran Aset

0.05

0.04

0.03

0.02

0.01

0.00
2009 2010 2011 2012 2013

Total Perputaran Aset
Linear (Total Perputaran Aset)

Gambar 6. Grafik Total Perputaran Aset

Tabel 6. Rasio Total Perputaran Aset Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Total Perputaran Aset
Pada tahun 2009-2013 angka rasio perusahaan besarnya kurang dari
satu, yang artinya perusahaan belum mampu mengelola dan menanfaatkan
total aktivanya dalam melakukan penjualan secara efektif. Meskipun pada
tahun 2009-2011 mengalami penigkatan tetapi angka rasio asih berada di
bawah satu. Di tahun-tahun berikutnya angka rasio total perputaran aset
perusahaan mengalami penurunan kembali. Hal ini buruk bagi
perusahaan, karena perusahaan kurang dapat memanfaatkan total
aktivanya untuk melakukan penjualan. Titik terendah angka rasio ini
terletak pada tahun 2009 yaitu hanya sebesar 0,1. Sedangkan titik tertinggi
dari nilai rasio ini terletak di tahun 2011, yaitu 0,4. Jika penurunan terus
terjadi maka hal ini dapat berdampak buruk bagi perusahaan karena
menunjukkan ketidakefektifan perusahaan dalam mengelola dan
memanfaatkan aktiva perusahaan untuk melakukan penjualan, yang mana
hal tersebut dapat menurunkan nilai perusahaan.

  1. Rasio Rata-rata Periode Penagihan

Rata-rata Periode Penagihan

8,000.00 7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00

2009 2010 2011 2012 2013

Rata-rata Periode Penagihan

Linear (Rata-rata Periode Penagihan)

Gambar 7. Grafik Rata-rata Periode Penagihan

Tabel 7. Rasio Rata-rata Periode Penagihan Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Penagihan Rata-rata
PT. Catur Sentosa Adiprana.Tbk mengalami penurunan nilai angka
rasio rata-rata periode penagihan di tahun 2011 dan 2012. Hal ini
menunjukkan baiknya manajemen perusahaan dalam melakukan
penagihan piutangnya. Hal ini baik bagi perusahaan, karena kemampuan
manajemen mengalami peningkatan dalam menagih piutang dan
memperkecil risiko piutang tak tertagih yang dapat merugikan perusahaan.
Pada tahun 2013, rasio ini mengalami peningkatan, hal ini
menggambarkan manajemen perusahaan dalam menagih piutang
mengalami penurunan. Hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan dan
memperbesar resiko piutang tak tertagih. Titik terendah dari angka rasio
ini terletak pada tahun 2012, yaitu sebesar 3732,29. Hal ini menunjukkan
baiknya kemampuan perusahaan dalam menagih piutangnya yang dapat dikonversi kas.

  1. Rasio Jumlah Hari Penjualan Persediaan

80.00

75.00

70.00

65.00

Jumlah Hari Penjualan Persediaan

Jumlah Hari Penjualan Persediaan

60.00

55.00
2009 2010 2011 2012 2013

Linear (Jumlah Hari Penjualan Persediaan)

Gambar 8. Grafik Jumlah Hari Penjualan Persediaan

Tabel 8. Rasio Jumlah Hari Penjualan Persediaan Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Jumlah Hari Penjualan Persediaan
Angka rasio ini cenderung mengalami penurunan di tahun 2012 dan
2013, hal ini disebabkan oleh rata-rata persediaan perusahaan yang juga
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini baik, karena perusahaan
membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk mengkonversikan persediaan
menjadi kas. Titik angka tertinggi berada di tahun 2011, yaitu sebesar
73,68. Hal ini menggambarkan aktiva lancar perusahaan tertanam di
persediaan semakin besar dan tidak likuid. Sedangkan titik terendah berada
di tahun 2013, yaitu sebesar 63,18.

4.1.3 Rasio Leverage
Rasio leverage menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka panjang. Rasio leverage yang dimiliki PT
Catur Sentosa Adiprana mengalami kenaikan pada rasio total utang, utang
jangka panjang – ekuitas dan utang jangka panjang terhadap ekuitas.
Sedangkan penurunan terjadi pada tingkat kemampuan membayar bunga.
Leverage PT. Catur Sentosa Adiprana.Tbk berfluktuasi namun cenderung
mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa rasio leverage yang
dimiliki perusahaan cukup baik. Kemampuan perusahaan untuk melunasi
utang cenderung meningkat, dan hal ini baik untuk perusahaan, karena
perusahaan akan semakin memperoleh kepercayaan dari kreditor.

  1. Rasio Total Utang

Rasio Total Utang 0.75

0.70

0.65

0.60

0.55
2009 2010 2011 2012 2013

Rasio Total Utang

Linear (Rasio Total Utang)

Gambar 9. Grafik Rasio Total Utang

Tabel 9. Rasio Total Utang Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Total Utang
Angka rasio pada tahun 2009-2013 mengalami peningkatan yang
terus menerus. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
melunasi utang jangka pendek maupun jangka panjang yang kurang baik.
Angka rasio pada tahun 2009-2013 kurang dari satu, hal ini menunjukkan
leverage perusahaan yang baik, karena perusahaan mampu menutup utang
jangka panjang maupun jangka pendek menggunakan total aktiva
perusahaan. Titik terendah rasio total utang berada pada tahun 2009 yaitu
sebesar 0,61 dan titik tertinggi berada pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,72.

  1. Rasio Utang Jangka Panjang

Rasio Utang Jangka Panjang

0.76 0.74 0.72 0.70 0.68 0.66 0.64 0.62 0.60 0.58
2009 2010 2011 2012 2013

Rasio Utang Jangka Panjang

Linear (Rasio Utang Jangka Panjang)

Gambar 10. Grafik Utang Jangka Panjang

Tabel 10. Rasio Utang Jangka Panjang Tahun 2009-2013.

Hasil Analisis Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
Pada tahun 2009-2010 terjadi kenaikan sebesar 0,05. Hal ini
menandakan bahwa perusahaan menggunakan permodalan menggunakan
kewajiban jangka panjang semakin besar. Pada tahun 2011 terjadi
penurunan yang tidak besar yaitu 0,02 dan kembali mengalami
peningkatan pada tahun 2012 dan 2013. Dari hasil rasio ini dapat dilihat
bahwa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan utang jangka
panjang dalam permodalan perusahaan.

  1. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas

Rasio Utang Jangka Panjang -Ekuitas

0.80 0.75 0.70 0.65 0.60
0.55
2009 2010 2011 2012 2013

Rasio Utang Jangka Panjang -Ekuitas
Linear (Rasio Utang Jangka Panjang – Ekuitas)

Gambar 11. Grafik Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas

Tabel 11. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas Tahun 2009-
2013.

Hasil Analisis Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
Semua angka rasio ini mulai tahun 2009-2013 dibawah satu. Hal ini
menunjukkan baiknya solvensi PT. Catur Sentosa Adiprana, karena jika

semakin kecil rasio ini maka semakin baik kemampuan ekuitas perusahaan
untuk menutup utang jangka panjangnya. Angka rasio cenderung
mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2011 rasio ini mengalami
penurunan meskipun tidak tertalu signifikan hanya sebesar 0,02. Hal ini
kurang baik bagi perusahaan, karena menunjukkan adanya penurunan
kemampuan ekuitas perusahaan untuk melunasi utang jangka panjangnya.
Penurunan tersebut terjadi karena semakin meningkatnya utang
perusahaan dari tahun 2009-2013, dan peningkatan tersebut lebih besar
dibandingkan peningkatan ekuitas perusahaan.

  1. Rasio Tingkat Kemampuan Pembayaran Bunga

Tingkat Kemampuan membayar bunga

2.50

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
2009 2010 2011 2012 2013

Tingkat Kemampuan membayar bunga
Linear (Tingkat Kemampuan membayar bunga)

Gambar 12. Grafik Tingkat Kemampuan Pembayaran Bunga

Tabel 12. Rasio Tingkat Kemampuan Pembayaran Bunga Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Pembayaran Bunga
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi
pembayaran bunga kewajibannya dalam jangka panjang. Rasio ini
dikatakan baik bila rasio bernilai lebih dari 1. Pada tahun 2009-2011 nilai
angka rasio mengalami kenaikan, hal ini baik bagi perusahaan karena
perusahaan mampu membayar bunga atas utangnya dalam jangka panjang
sehingga hal ini akan menguntungkan kreditor yang meminjamkan
dananya. Pada tahun 2012-2013 terjadi perununan tetapi angka rasio masih
lebih dari 1 yaitu 1,33 pada tahun 2012 dan 1,19 pada tahun 2013. Jika
penurunan terus terjadi maka hal ini akan berakibat buruk bagi perusahaan
karena perusahaan akan sulit mendapatkan kepercayaan dari kreditor yang
memberikan utang jangka panjang.

  1. Rasio Cakupan Kas

Cakupan Kas 2.50

2.00

1.50 Cakupan Kas

1.00 Linear (Cakupan Kas)
0.50

0.00
2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 13. Grafik Cakupan Kas

Tabel 13. Rasio Cakupan Kas Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Cakupan Kas

Angka rasio mengalami kenaikan pada tahun 2009-2011, hal ini disebabkan oleh kenaikan laba sebelum pajak. Pada tahun 2009 laba sebelum pajak perusahaan sebesar Rp. 22.176.603.000,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 99.108.507.000,00. Hal ini menjadi penyebab utama kenaikan angka rasio ini, dan akan berdampak baik pada perusahaan. Perusahaan akan semakin mudah dalam menutup bunga. Pada tahun 2011-2013, angka rasio ini mengalami penurunan. Hal ini menunjukan penurunan kemampuan perusahaan dalam melunasi bunga. Jika hal ini terus terjadi ke depannya maka akan menurunkan nilai perusahaan dan akan berdampak buruk bagi perusahaan.
4.1.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk melihat keuntungan perusahaan
di masa yang akan datang. Rasio profitabilitas yang dimiliki PT Catur
Sentosa Adiprana mengalami penurunan pada return on asset, return on
equity, margin laba, margin laba operasi, dan rasio pembayaran dividen.
Hal ini kurang baik, karena kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dengan ekuitas serta aset mengalami penurunan. Namun disisi lain
rasio laba ditahan dan rasio pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan
cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan baiknya kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan, karena dengan pertumbuhan
ekuitas yang tinggi perusahaan mampu memperoleh profit yang lebih besar.

  1. Margin Laba

Margin Laba

1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20
0.00
2009 2010 2011 2012 2013

Margin Laba

Linear (Margin Laba)

Gambar 14. Grafik Margin Laba

Tabel 14. Margin Laba Tahun 2008-2013

Hasil Analisis Profit Margin Ratio
Angka rasio pada tahun 2009-2011 terus mengalami penurunan. Hal
ini menunjukkan buruknya manajemen perusahaan, karena laba
diandingkan dengan penjualan mengalami penurunan secara berturut-turut.
Namun pada tahun 2011-2013 angka rasio ini stabil, yaitu sebesar 1,00.
Angka rasio ini kembali mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun
2012 sebesar 0.01.

  1. Pengembalian atas Aset (ROA)

Return on Asset

0.06

0.05

0.04

0.03

0.02

0.01

0.00
2009 2010 2011 2012 2013

Return on Asset

Linear (Return on Asset)

Gambar 15. Grafik Pengembalian atas Aset

Tabel 15. Rasio Pengembalian atas Aset Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Return on Asset Ratio
Angka rasio pada tahun 2009-2011 mengalami peningkatan sebesar
0.01 pada tahun 2010 dan 0,02 pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan
kemampuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba juga mengalami
peningkatan. Peningkatan rasio ini disebabkan oleh lebih besarnya
peningkatan laba sebelum pajak dibanding dengan peningkatan aktiva
perusahaan. Namun pada tahun 2012 angka rasio ini mengalami
penurunan sebesar 0,02. Hal ini menunjukkan penurunan kemampuan
aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada tahun 2013 tidak terjadi
penaikan dan penurunan angka rasio. Tahun 2009 merupakan titik
terendah dari angka rasio ini, hal ini menunjukkan kurang baiknya
pengelolaan aktiva untuk menghasilkan laba bagi perusahaan.

  1. Rasio pengembalian atas Ekuitas (ROE)

Return on Equity

0.16 0.14 0.12 0.10 0.08 0.06 0.04 0.02
0.00
2009 2010 2011 2012 2013

Return on Equity

Linear (Return on Equity)

Gambar 16. Grafik Return on Equity

Tabel 16. Return on Equity Ratio Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Return on Equity Ratio
Angka rasio pada tahun 2009-2011 mengalami peningkatan sebesar
0,05 pada tahun 2010 dan 0,07 pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk mengelola ekuitas menjadi laba mengalami
peningkatan juga, dan hal ini akan berdampak baik bagi perusahaan.
Namun kemampuan ekuitas dalam menghasilkan laba di tahun 2012-2013
mengalami penurunan, hal itu terlihat dari angka rasio ini. Titik tertinggi
dari angka rasio ini terletak pada tahun 2011 dan titik terendahnya di tahun 2009.

  1. Margin Laba Operasi

Margin Laba Operasi 2.50

2.00

1.50 Margin Laba Operasi
1.00 Linear (Margin Laba 0.50 Operasi)

0.00
2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 17. Grafik Margin Laba Operasi

Tabel 17. Margin Laba Operasi Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Margin Laba Operasi
Angka rasio pada tahun 2009-2011 mengalami penurunan secara
beturut-turut, dan hal ini membawa dampak buruk bagi perusahaan.
Dengan penurunan angka rasio tersebut, menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari penjualannya semakin menurun.
Karena semakin kecil rasio ini maka semakin tidak efektif operasional
perusahaan melakukan produksi untuk menghasilkan laba dengan biaya
yang rendah. Walaupun pada tahun 2012 mengalami penaikan sebesar
0,04 namun pada tahun 2013 kembali menurun sebesar 0,08.

  1. Rasio Pembayaran Dividen

Rasio pembayaran dividen

1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
(0.20)

2009 2010 2011 2012 2013

Rasio pembayaran dividen

Linear (Rasio pembayaran dividen)

Gambar 18. Grafik Rasio Pembayaran Dividen

Tabel 18. Rasio Pembayaran Dividen Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Pembayaran Dividen

Angka rasio pada tahun 2009-2013 mengalami tren penurunan dan hal

ini membawa dampak baik bagi perusahaan. Dengan penurunan angka

rasio tersebut, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

mengembangkan usahanya menggunakan laba semakin besar.

  1. Rasio Laba Ditahan

Rasio Laba Ditahan 1.20
1.00 0.80 0.60 0.40 0.20
0.00
(0.20)
(0.40)

Rasio Laba Ditahan
Linear (Rasio Laba Ditahan)

Gambar 19. Grafik Rasio Laba Ditahan

Tabel 19. Rasio Laba Ditahan Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Laba Ditahan
Angka rasio pada tahun 2009-2013 mengalami tren penaikan dan hal
ini membawa dampak baik bagi perusahaan. Rasio ini mengukur besarnya
laba yang tidak dibayar sebagai dividen, dan memutuskan untuk ditahan
atau dikembalikan ke operasi bisnis.

  1. Rasio Pertumbuhan Ekuitas dari Laba Ditahan

Pertumbuhan Ekuitasdari Laba Ditahan

0.15

0.10

0.05

0.00

-0.05

2009 2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekuitasdari Laba Ditahan

Linear (Pertumbuhan Ekuitasdari Laba Ditahan)

Gambar 20. Grafik Rasio Pertumbuhan Ekuitas dari Laba Ditahan

Tabel 20. Rasio Pertumbuhan Ekuitas dari Laba Ditahan Tahun 2009-2013

Hasil Analisis Rasio Pertumbuhan Ekuitas dari Laba Ditahan
Angka rasio pada tahun 2009-2011 angka rasio ini mengalami
penaikan dan hal ini membawa dampak baik bagi perusahaan. Meskipun
pada tahun 2012 terjadi penurunan tetapi pada tahun 2013 kembali terjadi
peningkatan. Rasio ini memiliki tren yang meningkat, tren yang naik
mengindikasikan bahwa ekuitas yang meningkat.

4.2 Analisis Neraca Common Size

Tabel 22. Neraca Common Size

4.2.1 Analisis Neraca Common Size Horisontal

4.2.1.1 Grafik Neraca Aktiva Lancar Common Size Horizontal

Kas dan setara kas

3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Kas dan setara kas
Linear (Kas dan setara kas)

Gambar 22. Grafik Kas dan Setara Kas

Persediaan

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Persediaan

Linear (Persediaan)

Gambar 23. Grafik Persediaan

35.00% Piutang
30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00%
5.00%

-pihak ketiga, setelah dikurangi cadangan penurunan nilai
-pihak berelasi

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

3

Gambar 24. Grafik Piutang

Jumlah aset lancar

76.00%

74.00%

72.00%

70.00%

68.00%

66.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah aset lancar
Linear (Jumlah aset lancar)

Gambar 25. Grafik Jumlah Aset Lancar

4.2.1.2 Grafik Neraca Aktiva Tidak Lancar Common Size Horizontal

Jumlah aset tidak lancar

35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah aset tidak lancar
Linear (Jumlah aset tidak lancar)

Gambar 26. Grafik Jumlah Tidak Aset Lancar

4.2.1.3 Grafik Kewajiban Lancar Common Size Horizontal

35.00% Utang Usaha
30.00%
25.00% 20.00% 15.00% 10.00%
5.00%

-pihak ketiga
-pihak berelasi

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 27. Grafik Utang Usaha

Jumlah kewajiban lancar 70.00%

65.00%

60.00%

55.00%

50.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah kewajiban lancar
Linear (Jumlah kewajiban lancar)

Gambar 28. Grafik Kewajiban Lancar

4.2.1.4 Grafik Kewajiban Tidak Common Size Lancar Horizontal

Jumlah kewajiban tidak lancar

12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah kewajiban tidak lancar

Linear (Jumlah kewajiban tidak lancar)

Gambar 29. Grafik Kewajiban Tidak Lancar

4.2.1.5 Grafik Ekuitas Common Size Horizontal

TOTAL EKUITAS

35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL EKUITAS

Linear (TOTAL EKUITAS)

Gambar 30. Grafik Ekuitas

4.2.1.6 Hasil Analisis Neraca Common Size
Aset lancar PT. Catur Sentosa Adiprana mengalami kenaikan
secara berturut-turut mulai dari tahun 2009-2011 dan mengalami
penurunan pada tahun 2012 tetapi mengalami kenaikan kembali pada
tahun 2013. Titik terendah aset lancar perusahaan berada di tahun
2012, yaitu 69,93%. Pada tahun 2011-2012, aset lancar menurun
signifikan, sebesar 5,08%, meskipun kas perusahaan meningkat
sebesar 1,08%, namun persediaan perusahaan mengalami penurunan
yang menyebabkan aset lancar perusahaan juga menurun. Pada tahun
2012-2013, aset lancar mengalami kenaikan yang cukup signifikan
sebesar 2,98% disebabkan oleh persediaan yang meningkat sebesar
1,3%.Dapat disimpulkan bahwa penurunan dan kenaikan aset lancar
PT. Catur Sentosa Adiprana dari tahun 2009-2013 disebabkan oleh
dominasi dari penurunan dan kenaikan persediaan perusahaan.
Angka persentase dari aktiva tidak lancar PT. Catur Sentosa
Adiprana berbeda dengan aktiva lancarnya. Aktiva tidak lancar
perusahaan terus mengalami penurunan secara berturut-turut mulai
tahun 2009-2011 dan peningkatan pada tahun 2012 tetapi terjadi
penurunan kembali pada tahun 2013. Selisih persentase antara tahun
2012 dan 2011 cukup besar, yaitu 5,08%. Salah satu faktor
penyebabnya ialah cenderung meningkatnya aset tetap perusahaan.
Kewajiban lancar mengalami kenaikan dari tahun 2009-2011
sebesar 5,68%. Hal ini disebabkan oleh utang bank jangka pendek
yang ikut meningkat. Pada tahun 2011-2012 kewajiban lancar
perusahaan mengalami penurunan yang tidak signifikan, yaitu sebesar
0,65% dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar
2,06%. Hal ini disebabkan oleh hampir semua item dari kewajiban
lancar yang mengalami kenaikan juga, seperti utang usaha pihak
ketiga, utang usaha pihak berelasi, hutang lain-lain, utang pajak,
beban akrual serta utang sewa pembiayaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kewajiban lancar perusahaan dari tahun 2009-
2013 cenderung mengalami peningkatan dan hanya mengalami
penurunan di tahun 2012.
Angka persentase dari kewajiban tidak lancar perusahaan
mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2011-2012
sebesar 4,09%. Hal ini disebabkan utang jangka panjang perusahaan
yang meningkat sebesar 4,07%, mungkin perusahaan ingin lebih
mengembangkan kegiatan operasionalnya dengan mendanainya
melaui utang jangka panjang ini serta untuk meningkatkan laba
perusahaan, karena dengan perusahaan mendanai operasionalnya
dengan utang, maka bunga yang dibayarkan akan mengurangi pajak,
sehingga laba perusahaan meningkat. Perusahaan harus tepat dalam
menentukan strategi utang ini, meskipun dapat meningkatkan laba,
namun resiko perusahaan juga semakin besar. Pada tahun 2012-2013
angka persentase kewajiban tidak lancar mengalami sedikit
penurunan, yaitu sebesar 1,71%. Jika dilihat dari item kewajiban tidak
lancarnya, utang bank yang tahun sebelumnya (2012) sebesar 7,40%
berubah atau menurun menjadi 5,36%, hal ini menjadi salah satu
faktor menurunnya angka persentase kewajiban tidak lancar
perusahaan, walaupun liabilitas imbalan kerja jangka panjang yang
sedikit meningkat.
Jika dilihat dari data, ekuitas perusahaan cenderung mengalami
penurunan, hanya pada tahun 2010-2011 saja yang mengalami
kenaikan, pada tahun 2010 ekuitas perusahaan sebesar 27,58% dan
tahun 2011 sebesar 29,59%. Hal ini menunjukkan pendanaan
perusahaan dengan ekuitas juga meningkat. Pada tahun 2011-2013
presentase ekuitas perusahaan mengalami penurunan secara berturut-
turut. Hal ini menunjukkan perusahaan ingin lebih banyak
menggunakan utang untuk mendanai kegiatan opersionalnya. Titik
tertinggi dari angka persentase ekuitas perusahaan ialah pada tahun
2009, angka persentase mencapai 31,53% dan titik terendah berada di
tahun 2013, yaitu hanya sebesar 23,07%. Hal ini menunjukkan resiko
perusahaan yang kecil pada tahun 2009 ini, karena ekuitas perusahaan
paling banyak di tahun 2009, perusahaan banyak menggunakan
ekuitas untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Namun jika
perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan melalui ekuitas,
maka bunga yang dibayarkan cenderung kecil, sehingga pajak yang
dikenakan besar yang akan mengurangi laba. Item dari jumlah ekuitas
perusahaan seperti modal saham dan tambahan modal disetor
menurun secara berturut-turut mulai tahun 2009-2013. Hal ini
menjadi salah satu faktor cenderung menurunnya angka persentase
jumlah ekuitas perusahaan setiap tahunnya dan hal ini menunjukkan
cenderung menurunnya solvensi perusahaan untuk setiap tahunnya.
4.2.2 Analisis Neraca Common Size Vertikal
4.2.2.1 Analisis Neraca Common Size Vertikal tahun 2009
Jika dilihat dari semua item aset perusahaan, persentase aset
lancar perusahaan memiliki kompisisi terbesar, yaitu sebesar 73,64%.
Dimana total aset tidak lancar perusahaan sebesar 26,36%. Item dari
aset lancar perusahaan yang memiliki angka persentase tertinggi ialah
persediaan perusahaan, yaitu sebesar 38,42%. Manajemen
perusahaan sudah baik, hal tersebut dapat dilihat dari komposisi ini.
Meskipun perusahaan memiliki cadangan kas dan setara kas yang
tidak terlalu besar tetapi persediaan perusahaan sangat tinggi karena
perusahaan ini merupakan perusahaan retail. Perusahaan juga
memiliki aktiva tetap yang cukup agar dapat digunakan untuk
memaksimalkan kegiatan operasional perusahaan.
Total liabilitas perusahaan di tahun 2009 mendominasi total
liabilitas dan ekuitas sebesar 65,21%. Hal ini disebabkan oleh
besarnya utang perusahaan terhadap pihak ketiga sebesar 30,29%. Hal
ini tidak menjadi masalah untuk perusahaan serta investor yang
menyukai resiko tinggi karena selain bunga utang mengurangi pajak,
ekspektasi investor terhadap perusahaan juga semakin tinggi sehingga
dapat membuat banyak investor tertarik menanamkan modal terhadap
perusahaa. Liabilitas lancar perusahaan didominasi oleh utang usaha
pihak ketiga sebesar 30,29%. Sedangkan untuk liabilitas tidak lancar
perusahaan didominasi oleh utang bank dan pinjaman lainnya sebesar
3,60% dan liabilitas imbalan kerja jangka panjang sebesar 3,48%.
Dari total liabilitas dan ekuitas perusahaan, terlihat jumlah liabilitas
yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan total ekuitas
perusahaan. Hal ini melihatkan besarnya resiko perusahaan, karena
lebih mengandalkan liabilitas untuk mendanai kegiatan operasi
dibandingkan dengan ekuitas. Hal ini baik bagi perusahaan, karena
laba yang dipeoleh akan lebih besar karena ekspektasi yang ikut
meningkat. Semakin kecil perushaaan menggunakan ekuitas, maka
bunga yang dibayarkan juga besar sehingga pajak yang dikenakan kecil.
4.2.2.2 Analisis Neraca Common Size Vertikal tahun 2010
Pada tahun 2010, total aset lancar memiliki persentase yang lebih
besar dibandingkan dengan aset tidak lancar perusahaan. Selisih
angka persentasenya sangat besar. Aset lancar perusahaan di tahun
2010 sebesar 73,78%, sedangkan aset tidak lancarnya sebesar
26,22%. Item dari aset lancar perusahaan yang memiliki persentase
tertinggi ialah persediaan perusahaan, yaitu sebesar 38,17%. Hal ini
cukup baik bagi perusahaan, karena perusahaan memiliki persediaan
yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Sehingga perusahaan
tetap memiliki cadangan persediaan untuk melakukan kegiatan
transaksi dan tetap mengelola piutangnya untuk memaksimalkan laba.
Sedangkan dari aset tidak lancar perusahaan, item yang memiliki
persentase tertinggi ialah aset tetap perusahaan. Pada tahun 2010 aset
tetap perusahaan mencapai 20,86%, dimana aset tetap ini merupakan
item yang memiliki persentase tertinggi dari seluruh total aset tidak
lancar perusahaan. Aset tetap yang tinggi dapat memaksimalkan
aktivitas operasi, sehingga akan memaksimalkan laba perusahaan.
Pada tahun 2010, liabilitas lancar perusahaan cenderung lebih
besar jika dibandingkan dengan liabilitas tidak lancarnya. Liabilitas
lancar perusahaan sebesar 63,14%, hal ini didominasi oleh utang
usaha pihak ketiga (27,89%) dan utang bank jangka pendek (21,21%)
perusahaan. Sedangkan untuk liabilitas tidak lancar perusahaan hanya
mencapai 6,18%. Liabilitas tidak lancar perusahaan didominasi oleh
liabilitas imbalan kerja jangka panjang sebesar 3,40%. Selain modal
saham, Saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya merupakan
angka persentase kedua terbesar dari seluruh item total ekuitas
perusahaan. Semakin besar saldo laba perusahaan, maka semakin
kecil pengembalian kepada investor. Untuk investor yang berniat
untuk menanam modalnya dalam jangka waktu yang pendek,
mungkin kurang menguntungkan. Namun hal ini tidak menjadi
masalah untuk investor yang menanamkan modalnya untuk jangka
panjang, karena saldo laba ditahan digunakan oleh perusahaan untuk
meningkatkan kegiatan operasionalnya guna meningkatkan laba di
tahun mendatang. Investor akan menerima pengembalian dividen
yang lebih tinggi di tahun berikutnya. Jika dilihat dari jumlah ekuitas
dan total liabilitas perusahaan, jumlah liabilitas jauh lebih besar
dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan lebih mengandalkan liabilitas untuk mendanai
operasinya daripada ekuitas. Hal ini baik bagi perusahaan, karena jika
perusahaan terlalu kecil utangnya, pajak yang dikenakan akan besar.
Hal ini disebabkan oleh kecilnya bunga yang dibayarkan yang akan
memengaruhi pengenaan pajak. Semakin kecil bunga semakin besar
pajak yang dikenakan, sehingga laba yang diperoleh juga akan kecil.
4.2.2.3 Analisis Neraca Common Size Vertikal tahun 2011
Jika dilihat dari data neraca perusahaan tahun 2011, jumlah aset
lancar perusahaan lebih besar dibandingkan dengan aset tidak
lancarnya. Aset tidak lancar perusahaan hanya sebesar 24,99%,
sedangkan aset lancarnya mencapai 75,01%. Item yang memiliki
persentase terbesar dari aset lancar perusahaan ialah persediaan, yaitu
sebesar 40,69%. Sedangkan item dari aset tidak lancar perusahaan
yang memiliki persentase terbesar ialah aset tetap perusahaan, yaitu
sebesar 20,66%. Persediaan perusahaan merupakan item yang
memiliki persentase terbesar dari semua total aset perusahaan di tahun

  1. Persediaan perusahaan yang besar ini baik bagi perusahaan
    mengingat perusahaan ini merupakan perusahaan retail. Tetapi hal ini
    menjadi sangat beresiko karena jika kewajiban lancar perusahaan
    jatuh tempo, maka perusahaan mengalami kesulitan untuk melunasi
    utang jangka pendeknya yang disebabkan oleh kas dan setara kas
    yang kecil. Perusahaan memerlukan waktu untuk menjual aset
    tetapnya. Hal ini akan mengurangi kepercayaan kreditor, dan juga
    akan mengurangi nilai perusahaan.
    Jumlah liabilitas perusahaan di tahun 2011 sebesar 70,41%,
    jumlah liabilitas ini terbagi atas liabilitas lancar perusahaan sebesar
    63,76% dan liabilitas tidak lancar sebesar 6,64%. Liabilitas lancar ini
    didominasi oleh utang usaha perusahaan, yaitu utang usaha pihak
    ketiga sebesar 28,27% dan utang usaha bank jangka pendek sebesar
    22,05%. Sedangkan untuk liabilitas tidak lancar perusahaan
    didominasi oleh utang jangka panjang perusahaan, yaitu utang bank
    sebesar 3,33% dan liabilitas imbalan kerja jangka panjang sebesar
    3,27%. Jika dibandingkan dengan jumlah ekuitas, jumlah liabiltas
    perusahaan jauh lebih besar. Hal ini baik bagi perusahaan walaupun
    resiko perusahaan besar. Semakin besar total liabilitas perusahaan,
    maka semakin besar juga bunga yang dibayarkan. Dengan besarnya
    bunga yang dibayarkan, maka akan menurunkan pengenaan pajak
    perusahaan dan akan menambah laba perusahaan. Jumlah ekuitas
    perusahaan di tahun 2011 ialah sebesar 29,59%. Jumlah ekuitas ini
    didominasi oleh modal saham perusahaan, yaitu sebesar 14,41% dan
    saldo laba belum ditentukan penggunaannya sebesar 9,40%.
    4.2.2.4 Analisis Neraca Common Size Vertikal tahun 2012
    Selisih angka persentrase aset tidak lancar dan aset lancar
    perusahaan di tahun 2012 cukup besar, yaitu sebesar 39.86%. Aset
    lancar perusahaan sebesar 69,93% dan aset tidak lancar perusahaan
    mencapai 30,07%. Aset tidak lancar perusahaan yang tinggi ini
    disebabkan oleh besarnya aset tetap, yaitu sebesar 26,41%. Sedangkan
    item dari aset lancar perusahaan yang memiliki angka persentase
    tertinggi ialah persediaan perusahaan, yaitu sebesar 33,80%.
    Rendahnya kas dan setara kas perusahaan di tahun 2012 ini akan
    membawa dampak yang kurang baik bagi perusahaan. Ketika utang
    jangka pendek perusahaan jatuh tempo, perusahaan akan mengalami
    kesulitan untuk melunasi utangnya.
    Jumlah liabilitas perusahaan pada tahun 2012 jauh lebih besar
    jika dibandingkan dengan total ekuitas perusahaan. Hal ini
    menunjukkan perusahaan lebih mengandalkan liabilitas daripada
    ekuitas untuk mendanai kegiatan operasinya. Hal ini baik bagi
    perusahaan, walupun resiko perusahaan juga besar. Semakin
    perusahaan mengandalkan liabilitas dalam melakukan pendanaan,
    maka bunga yang akan dibayarkan juga besar. Besarnya bunga
    tersebut akan menurunkan pengenaan pajak yang akan mengurangi
    laba perusahaan. Jumlah kewajiban perusahaan di tahun 2012 sebesar
    31.66%. Total liabilitas ini terbagi atas liabilitas lancar dan liabilitas
    tidak lancar perusahaan. Liabilitas lancar cenderung lebih besar jika
    dibandingkan dengan liabilitas tidak lancarnya. Kewajiban tidak
    lancar perusahaan hanya sebesar 10,73%, dan didominasi oleh utang
    bank dan pinjaman lainnya jangka panjang, yaitu sebesar 7,40%.
    Sedangkan liabilitas lancar perusahaan mencapai 63,46%, dan
    didominasi oleh utang usaha pihak ketiga sebesar 29,62%.
    4.2.2.5 Analisis Neraca Common Size Vertikal tahun 2013
    Pada tahun 2013, total aset lancar memiliki persentase yang lebih
    besar dibandingkan dengan aset tidak lancar perusahaan. Selisih
    angka persentasenya sangat besar. Aset lancar perusahaan di tahun
    2013 sebesar 72,91%, sedangkan aset tidak lancarnya sebesar
    27,09%. Item dari aset lancar perusahaan yang memiliki persentase
    tertinggi ialah persediaan perusahaan, yaitu sebesar 35,10%. Hal ini
    cukup baik bagi perusahaan, karena perusahaan memiliki persediaan
    yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Sehingga perusahaan
    tetap memiliki cadangan persediaan untuk melakukan kegiatan
    transaksi dan tetap mengelola piutangnya untuk memaksimalkan laba.
    Sedangkan dari aset tidak lancar perusahaan, item yang memiliki
    persentase tertinggi ialah aset tetap perusahaan. Pada tahun 2013 aset
    tetap perusahaan mencapai 23,62%, dimana aset tetap ini merupakan
    item yang memiliki persentase tertinggi dari seluruh total aset tidak
    lancar perusahaan. Aset tetap yang tinggi dapat memaksimalkan
    aktivitas operasi, sehingga akan memaksimalkan laba perusahaan.
    Pada tahun 2013, liabilitas lancar perusahaan cenderung lebih
    besar jika dibandingkan dengan liabilitas tidak lancarnya. Liabilitas
    lancar perusahaan sebesar 67,92%, hal ini didominasi oleh utang
    usaha pihak ketiga (30,24%) dan utang bank jangka pendek (23,46%).
    Sedangkan untuk liabilitas tidak lancar perusahaan hanya mencapai
    9,02%. Liabilitas tidak lancar perusahaan didominasi oleh utang bank
    dan pinjaman lainnya sebesar 5,36%. Jika dilihat dari jumlah ekuitas
    dan total liabilitas perusahaan, jumlah liabilitas jauh lebih besar
    dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Hal ini menunjukkan
    bahwa perusahaan lebih mengandalkan liabilitas untuk mendanai
    operasinya daripada ekuitas. Hal ini baik bagi perusahaan, karena jika
    perusahaan terlalu kecil utangnya, pajak yang dikenakan akan besar.
    Hal ini disebabkan oleh kecilnya bunga yang dibayarkan yang akan
    memengaruhi pengenaan pajak. Semakin kecil bunga semakin besar
    pajak yang dikenakan, sehingga laba yang diperoleh juga akan kecil.

4.3 Analisis Laba-Rugi Common Size

Tabel 23. Laba-Rugi Common Size

4.3.1 Analisis Laba-Rugi Common Size Horisontal

4.3.1.1 Grafik Analisis Laba-Rugi Common Size Horisontal

LABA KOTOR

13.20% 13.00% 12.80% 12.60% 12.40% 12.20% 12.00% 11.80%
2009 2010 2011 2012 2013

LABA KOTOR

Linear (LABA KOTOR)

Gambar 31. Grafik Laba Kotor

LABA USAHA

4.00%

3.00%

2.00%

1.00%

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

LABA USAHA

Linear (LABA USAHA)

Gambar 32. Grafik Laba Usaha

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN

2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
Linear (LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN)

Gambar 33. Grafik Laba Sebelum Pajak Penghasilan

TOTAL LABA KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN

2.00% 1.50% 1.00% 0.50%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL LABA KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN

Gambar 34. Grafik Laba Komperhensif tahun berjalan

4.3.1.2 Hasil Analisis Laba-Rugi Common Size Horisontal
Angka persentase laba kotor PT. Catur Sentosa Adiprana
cenderung mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen penjualan perusahaan berjalan dengan baik, dimana
perusahaan mampu menekan beban pokok penjualannya, sehingga
memperoleh peningkatan laba kotor setiap tahunnya. Angka
persentase ini mengalami penurunan pada tahun 2009 – 2010 dan
2011-2012 dan mengalami kenaikkan pada tahun 2010-2011 dan
2012 – 2013 . Penurunan ini disebabkan oleh beban pokok perusahaan
yang juga meningkat. Titik terendah dari angka persentase laba kotor
perusahaan pada tahun 2010 sebesar 12,28%. Pada tahun 2012 angka
persentase perusahaan mencapai 12,59%, dan meningkat pada tahun
2013, yaitu sebesar 12,97%, hal ini disebabkan oleh beban pokok
penjualan perusahaan yang kecil dimana hal ini berdampak
menguntungkan perusahaan, karena beban pokok yang semakin kecil
akan meningkatkan laba perusahaan.
Angka persentase laba usaha cenderung meningkat mulai tahun
2009-2011 tetapi mengalami penurunan dari tahun 2012-2013. Hal ini
disebabkan oleh penurunan beban usaha perusahaan dari tahun 2009-
2011 tetapi kembali meningkat pada tahun 2012-2013. Pada tahun
2010-2011 perusahaan mengalami peningkatan terbesar dibandingkan
dengan peningkatan pada tahun 2009-2010. Tetapi pada tahun 2012-
2013 mengalami penurunan yang terus menerus. Hal ini kurang baik
bagi perusahaan, karena semakin kecil laba usaha perusahaan, maka
hal tersebut akan menurunkan laba bersih perusahaan. Secara
keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa perubahan laba usaha setiap
tahunnya sudah cukup baik, tetapi perusahaan perlu berhati-hati jika
penurunan laba usaha tetap terjadi pada tahun kedepannya maka hal
ini akan merugikan perusahaan.
Laba sebelum pajak penghasilan PT. Catur Sentosa Adiprana
tidak berbeda dengan laba usaha perusahaan. Dari tahun 2009-2011
mengalami peningkatan dan pada tahun 2012-2013 mengalami
penurunan. Dari perubahan-perubahan angka persentase laba seblum
pajak penghasilan PT.Catur Sentosa Adiprana ini dapat disimpulkan
bahwa, laba sebelum pajak perusahaan cenderung mengalami
kenaikan dari tahun 2009-2011. Tetapi pada tahun 2012-2013 laba
sebelum pajak penghasilan perusahaan mengalami penurunan, jika hal
ini terus terjadi maka dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan
yang berjalan kurang baik dan hal ini dapat membuat investor tidak
tertarik untuk berinvestasi, sehingga secara otomatis akan
menurunkan nilai perusahaan.
Kinerja perusahaan dari tahun 2009-2013 dapat dilihat dengan
angka persentase total laba komperhensif tahun berjalan ini. Pada
tahun 2009-2010 dan 2010-2011, angka persentase ini mengalami
peningkatan. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang juga
meningkat pada tahun tersebut, karena ditunjukkan dengan
peningkatan persentase ini. Namun pada tahun 2011-2013, laba
perusahaan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh tingginya
beban pokok perusahaan. Beban pokok ini berdampak pada laba
usaha, dan laba usaha akan berdampak pada laba bersih tahun berjalan
perusahaan. Hal ini kurang baik bagi perusahaan, karena investor
akan melihat adanya penurunan kinerja perusahaan.
4.3.2 Analisis Laba-Rugi Common Size Vertikal
4.3.2.1 Analisis Laba-Rugi Common Size Vertikal 2009
Pada tahun 2009, laba komperhensif PT. Catur Sentosa Adiprana
cukup kecil. Hal ini terlihat oleh persentase laba komperhensif
perusahaan, yaitu sebesar 0,39%. Hal ini disebabkan oleh kecilnya
laba usaha perusahaan di tahun 2009. Besarnya laba usaha perusahaan
akan berdampak pada besarnya laba komperhensif perusahaan.
4.3.2.2 Analisis Laba-Rugi Common Size Vertikal 2010
Laba kotor perusahaan cukup besar (12,28%) di tahun 2010, hal
ini akan menyebabkan laba komperhensif perusahaan juga akan besar.
Jika dilihat, laba komperhensif perusahaan terbukti lumayan besar
(0,99%) di tahun 2010. Besarnya laba komperhensif ini juga
dipengaruhi oleh baiknya manajemen perusahaan dalam menekan
beban penjualan perusahaan (-6,67%)
4.3.2.3 Analisis Laba-Rugi Common Size Vertikal 2011
Laba setelah pajak penghasilan perusahaan cukup besar (2,38%)
di tahun 2011, sehingga akan memengaruhi besarnya laba
komperhensif perusahaan. Hal ini terlihat dari besarnya laba
komperhensif perusahaan di tahun 2011 yaitu sebesar 1,81%.
Besarnya laba komperhensif perusahaan akan meningkatkan nilai
perusahaan.
4.3.2.4 Analisis Laba-Rugi Common Size Vertikal 2012
Laba usaha di tahun 2012 mencapai 2,99%. Hal ini disebabkan
oleh besarnya laba kotor, yaitu sebesar 12,59%. Besarnya total laba
komperhensif juga dipengaruhi oleh baiknya manajemen perusahaan
dalam menekan beban pokok perusahaan, hal ini akan berdampak
baik bagi total komperhensif perusahaan yang dapat meningkatkan
nilai perusahaan.
4.3.2.5 Analisis Laba-Rugi Common Size Vertikal 2013
Laba kotor PT. Catur Sentosa Adiprana pada tahun 2013 cukup
besar, yaitu mencapai 12,97%. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya
beban pokok penjualan dan besarnya beban penjualan. Hal ini akan
berdampak buruk bagi perusahaan, karena semakin kecil laba
komprehensif, maka akan menurunkan nilai perusahaan.

4.4 Analisis Arus Kas Common Size
Tabel 24. Arus Kas Common Size

4.4.1 Analisis Arus Kas Common Size Horisontal
4.4.1.1 Grafik Analisis Arus Kas dari aktivitas operasi Common Size Horisontal

Penerimaan dari pelanggan

50000.00% 40000.00% 30000.00% 20000.00% 10000.00%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Penerimaan dari pelanggan

Linear (Penerimaan dari pelanggan)

Gambar 35. Grafik Penerimaan dari Pelanggan

Pembayaran kepada pemasok

0.00%

-10000.00%

-20000.00%

-30000.00%

-40000.00%

-50000.00%

2009 2010 2011 2012 2013

Pembayaran kepada pemasok

Linear (Pembayaran kepada pemasok)

Gambar 36. Grafik Pembayaran kepada Pemasok

Pembayaran kepada karyawan

0.00%

-500.00%

-1000.00%

-1500.00%

-2000.00%

-2500.00%

2009 2010 2011 2012 2013

Pembayaran kepada karyawan

Gambar 37. Grafik Penerimaan kepada Karyawan

0.00%

-200.00%

-400.00%

-600.00%

-800.00%

Pembayaran pajak

2009 2010 2011 2012 2013

Pembayaran pajak

Linear (Pembayaran pajak )

Gambar 38. Grafik Pembayaran pajak penghasilan

4.4.1.2 Grafik Analisis Arus Kas dari aktivitas Investasi Common Size Horisontal

Perolehan aset tetap

120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Perolehan aset tetap
Linear (Perolehan aset tetap)

Gambar 39. Grafik Pembelian Aset Tetap

Pembayaran untuk investasi jangka pendek

6.00%

4.00%

2.00%

0.00%

-2.00%

-4.00%

2009 2010 2011 2012 2013

Pembayaran untuk investasi jangka pendek

Linear (Pembayaran untuk investasi jangka pendek)

Gambar 40. Grafik Pembayaran untuk Investasi Jangka Pendek

4.4.1.3 Grafik Analisis Arus Kas dari pendanaan operasi Common Size Horisontal

Pembayaran deviden kas oleh perusahaan

0.00%

-10.00%

-20.00%

-30.00%

2009 2010 2011 2012 2013

Pembayaran deviden kas oleh perusahaan

Gambar 41. Pembayaran Dividen

4.4.1.4 Hasil Analisis Arus Kas Common Size Horisontal
Pada tahun 2009-2013, kas yang dihasilkan operasi perusahaan
terus berfluktuasi. Walaupun terjadi fluktuasi kenaikan dan penurunan
kas yang dihasilkan perusahaan di tahun 2009-2013, arus kas aktivitas
operasi perusahaan dari tahun 2010 dan 2013 mengalami penurunan,
hal ini dikarenakan kas yang dihasilkan lebih kecil daripada
pembayaran-pembayaran. Hal ini menunjukkan manajemen
perusahaan yang berjalan dengan kurang baik.
Dari tahun ke tahunnya, pembelian aset tetap perusahaan terus
mengalami penurunan, hanya di tahun 2009 pembelian aset tetap yang
besar. Oleh karena itu arus kas dari aktivitas investasi perusahaan
kurang baik, hal ini terlihat dari pembelian aset tetap perusahaan yang
mulai menurun dari tahun 2009-2013.
Arus kas dari aktivitas pendanaan perusashaan tiap tahunnya
terus mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan. Hal ini
dipengaruhi oleh besar penerimaan utang bank, pembayaran dividen
yang cenderung mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan
perusahaan meberikan kebijakan pembayaran dividen yang kurang
menguntungkan investor. Namun saldo laba perusahaan akan besar,
dan hal ini baik bagi perusahaan.
4.4.2 Analisis Arus Kas Common Size Vertikal
4.4.2.1 Analisis Arus Kas Common Size Vertikal tahun 2009
Pada tahun 2009, kas yang dihasilkan dari operasi sudah baik,
terlihat dari besarnya penerimaan dari pelanggan jika dibandingkan
dengan pembayaran kepada pemasok maupun karyawan. Hal ini akan
memengaruhi besarnya arus kas dari aktivitas operasi perusahaan di
tahun 2009.
Arus kas dari aktivitas investasi perusahaan di tahun 2009 kurang
baik. Pembelian aset tetap yang tinggi tidak sebanding dengan dividen
yang diterima maupun penjualan aset tetap.
Pada tahun 2009, perusahaan memperoleh penerimaan utang
bank, hal ini baik untuk arus kas atas aktivitas pendanaan. Namun
perusahaan membagikan dividen terlalu tinggi pada investor hal ini
menyebabkan saldo laba akan kecil. Perusahaan tidak dapat
mengembangkan kegiatan operasionalnya secara maksimal jika saldo labanya kecil.
4.4.2.2 Analisis Arus Kas Common Size Vertikal tahun 2010
Pembayaran perusahaan kepada pemasok di tahun 2010 cukup
besar, namun penerimaan pelanggan lebih besar. Hal ini baik bagi
perusahaan, karena akan menghasilkan kas yang dihasilkan operasi
meningkat. Hal ini menunjukkan baiknya arus kas dari aktivitas
operasi perusahaan di tahun 2010.
Arus kas dari aktivitas investasi perusahaan di tahun 2010 kurang
baik, karena perusahaan melakukan pembelian aset tetap yang terlalu
tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko perusahaan dalam melunasi
kewajiban lancarnya.
Pada tahun 2010, perusahaan memperoleh penerimaan utang
bank, hal ini baik untuk arus kas atas aktivitas pendanaan. Perusahaan
pada tahun 2010 tidak membagikan deviden. Hal ini akan
menyebabkan saldo laba akan besar dan berdampak pada
maksimalnya perusahaan dalam mengembangkan kegiatan operasionalnya.
4.4.2.3 Analisis Arus Kas Common Size Vertikal tahun 2011
Arus kas dari aktivitas operasi di tahun 2011 cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari kas yang dihasilkan dari operasi jauh lebih besar
dibandingkan dengan pembayaran kepada pemasok maupun
karyawan. Besarnya pajak penghasilan juga mampu ditutup oleh kas
yang dihasilkan operasi. Hal ini berdampak baik bagi arus kas yang
dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan.
Arus kas dari aktivitas investasi perusahaan di tahun 2011 kurang
baik, karena perusahaan melakukan pembelian aset tetap yang terlalu
tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya.
Arus kas dari aktivitas pendanaan perusahaan kurang baik di
tahun 2011. Salah satu faktor yang paling memegaruhi signifikan
ialah pembayaran utang bank jangka pendek yang tinggi. Hal ini
berdampak pada saldo laba perusahaan yang menjadi kecil, dan
selanjutnya perusahaan kurang maksimal dalam melakukan ekspansi.
Namun perusahaan menerima penerimaan pinjaman yang cukup besar
dan hal ini baik bagi perusahaan.
4.4.2.4 Analisis Arus Kas Common Size Vertikal tahun 2012
Arus kas dari aktivitas operasi di tahun 2012 perusahaan sudah
baik. Hal ini terlihat dari nilai arus kas bersih yang diperoleh
perusahaan tidak minus, bahkan jumlahnya besar. Hal ini disebabkan
penerimaan dari pelanggan yang lebih besar dibandingkan dengan
pembayaran kepada pemasok dan karyawan.
Pada tahun 2012, arus kas dari aktivitas investasi perusahaan
kurang baik. Hal ini dikarenakan pembelian aset tetap perusahaan
yang terlalu besar. Pembelian aset tetap yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kemampuan aktiva lancar untuk melunasi utangnya
juga kurang baik. Penjualan aset tetap yang kecil juga menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan arus kas dari aktivitas investasi memburuk.
Pada tahun 2012, perusahaan membagikan dividen yang cukup
besar. Hal ini kurang baik bagi perusahaan maupun arus kas dari
aktivitas investasi. Pembagian dividen yang tinggi akan mengurangi
saldo laba dan berdampak pada kurang maksimalnya perusahaan
untuk melakukan ekspansi. Penerimaan pinjaman di tahun 2012
cukup tinggi, dan hal ini berdampak baik untuk perusahaan.
4.4.2.5 Analisis Arus Kas Common Size Vertikal tahun 2013
Penerimaan kas dari pelanggan di tahun 2013 besar. Hal ini baik
bagi perusahaan. Walaupun pembayaran kepada pemasok dan
karyawan juga besar, namun penerimaan dari pelanggan lebih besar.
Hal ini baik bagi perusahaan, karena akan meningkatkan kas yang
dihasilkan dari operasi. Besarnya pajak penghasilan juga akan dapat
ditutup oleh kas yang dihasilkan dari operasi.
Pembelian aset tetap di tahun 2013 yang tinggi tidak sebanding
dengan penjualan aset tetap yang dilakukan perusahaan. Hal ini
kurang baik bagi perusahaan karena saat aset tetap terlalu tinggi
berarti kemampuan aktiva lancar untuk melunasi utangnya kurang baik.
Arus kas dari aktivitas pendanaan di tahun 2013 kurang baik.
Pembayaran dividen yang terlalu tinggi memang akan
menguntungkan investor, namun bagi perusahaan akan kurang baik.
Jika dividen yang dibayarkan terlalu tinggi maka saldo laba akan
kecil, sehingga perusahaan tidak dapat mengembangkan kegiatan
operasional menggunakan saldo laba.
4.5 Analisis metoda Du Pont
4.5.1 Return on Asset

Return on Asset 4.00%

3.00%

2.00%

1.00%

Return on Asset

Linear (Return on Asset)

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

a. Metoda Du Pont ROA Vertikal

  1. Tahun 2009 :
    Pada tahun 2009, ROA PT Catur Sentosa Adiprana sebesar 0,81%
    hal ini berarti bahwa jumlah laba bersih ditambah pendapatan bunga
    perusahaan dapat mengembalikan jumlah total aset sebesar 0,81%. Nilai
    rasio yang kecil diakibatkan oleh kecilnya laba bersih tahun 2009.
  2. Tahun 2010 :
    Pada tahun 2010, ROA PT Catur Sentosa Adiprana sebesar 1,94%.
    Angka rasio ini berarti laba bersih ditambah pendapatan bunga masih
    dapat mengembalikan total aset sebesar 1,94%. Hal ini berarti perusahaan
    sudah efisien dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
  3. Tahun 2011 :
    Pada tahun 2011 ROA perusahaan sebesar 3,76%. Besarnya rasio
    ini disebabkan oleh besarnya aset perusahaan. Angka rasio ini positif yang
    berarti perusahaan masih dapat mengembalikan aset perusahaan dari laba
    bersih dan pendapatan bunga perusahaan.
  4. Tahun 2012 :
    Pada tahun 2012 ROA perusahaan sebesar 2,61%. Besarnya angka
    rasio ini dipengaruhi oleh besarnya jumlah beban usaha yang dimiliki oleh
    perusahaan, tetapi angka rasio ini masih positif yang berarti perusahaan
    masih efisien dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki.
  5. Tahun 2013 :
    Pada tahun 2013 ROA PT Catur Sentosa Adiprana sebesar 2,55%.
    Besarnya rasio ini dipengaruhi oleh besarnya aset perusahaan dan beban
    pokok penjualan perusahaan. angka rasio ini masih positif yang berarti
    jumlah laba bersih ditambah pendapatan bunga perusahaan masih dapat
    mengembalikan jumlah total aset perusahaan sebesar 2,55%.
    b. Metoda Du Pont ROA Horizontal
    Jika dilihat dari tahun 2009-2013 angka rasio ini mengalami trend
    kenaikan. Kenaikan ini disebabkan oleh penjualan serta total aset
    perusahaan uang terus berubah setiap tahunnya. Angka rasio dari tahun
    2009-2010 bernilai positif, hal ini baik bagi perusahaan karena jika tiap
    tahunnya rasio ini meningkat maka para investor akan tertarik untuk
    berinvestasi pada PT Catur Sentosa Adiprana.
    4.5.2 Return on Equity

Return on Equity

14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Return on Equity

Linear (Return on Equity)

a. Metoda Du Pont ROE Vertikal

  1. Tahun 2009 :
    Pada tahun 2009 PT Catur Sentosa Adiprana mendapat laba yang
    dapat meningkatkan pengembalian terhadap sumber daya yang telah
    diinvestasikan untuk kegiatan operasi perusahaan. Hal ini menandakan
    bahwa manajemen cukup efisien dalam mengelola sumber dana yang dimiliki.
  2. Tahun 2010 :
    Pada tahun 2010 ROE perusahaan sebesar 7,02%. Hal ini
    disebabkan oleh besarnya laba bersih yang diterima perusahaan. Angka
    rasio ini baik bagi perusahaan karena laba bersih perusahaan dapat
    memberikan pengembalian terhadap ekuitas perusahaan sebesar 7,02%
    dari total ekuitas yang dimiliki perusahaa.
  3. Tahun 2011 :
    Pada tahun 2011 besarnya ROE perusahaan dipengaruhi oleh
    besarnya penjualan dan beban pokok penjualan perusahaan. Angka rasio
    bernilai positif yang artinya laba bersih perusahaan mampu memberikan
    pengembalian sebesar 12,69% atas pendanaan ekuitas yang digunakan
    perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan.
  4. Tahun 2012 :
    Pada tahun 2012 ROE PT Catur Sentosa Adiprana sebesar 10,13%.
    Nilai rasio masih positif yang berarti manajemen perusahaan sudah
    efisien dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan sehingga menghasilkan laba.
  5. Tahun 2013 :
    Pada tahun 2013 angka ROE persuhaan sebesar 11,05% yang
    disebabkan oleh besarnya ekuitas perusahaan yang digunakan untuk
    melakukan kegiatan operasi perusahaan sehingga perusahaan dapat
    memperoleh laba.
    b. Metoda Du Pont ROE Horizontal
    Angka ROE perusahaan dari tahun 2009-2013 mengalami kenaikan, hal
    ini dapat dilihat dari trend yang naik. Hal ini baik bagi perusahaan karena
    perusahaan dapat mengembalikan dana yang diterima dari investor untuk
    mendapatkan laba. Beban pokok penjualan perusahaan setiap tahunnya
    mengalami peningkatkan, hal ini kurang baik bagi perusahaan karena akan
    menyebabkan laba perusahaan semakin kecil. Tetapi secara keseluruhan
    angka ROE perusahaan bernilai positif yang artinya manajemen
    perusahaan sudah efisien dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya.
    Sehingga investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada PT Catur
    Sentosa Adiprana.
  6. PENUTUP
    5.1 Simpulan
    Dari hasil analisis Common Size dan analisis Rasio Performance
    Appraisal PT Catur Sentosa Adiprana Tbk.dapat disimpulkan sebagai berikut.
  7. Pada Laporan Posisi Keuangan Aset lancar PT. Catur Sentosa
    Adiprana mengalami kenaikan secara berturut-turut mulai dari
    tahun 2009-2013. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan aset lancar
    PT. Catur Sentosa Adiprana dari tahun 2009-2013 disebabkan oleh
    dominasi dari kenaikan piutang dan persediaan perusahaan. Aset
    tidak lancar perusahaan terus mengalami peningkatan secara-
    berturut turut mulai tahun 2009-2013 dikarenakan aset tetap
    perusahaan yang terus berkembang. Kewajiban lancar cukup baik
    bagi perusahaan, karena meskipun kewajiban lancar perusahaan
    semakin meningkat setiap tahunnya tetapi perusahaan mampu
    mengendalikan kewajiban lancarnya sehingga dapat meningkatkan
    laba dan dapat melakukan pelunasan utang lancar perusahaan.
    Kewajiban tidak lancar perusahaan cenderung meningkat dari
    tahun 2009-2013. Hal ini menunjukkan utang jangka panjang
    perusahaan yang meningkat, mungkin perusahaan ingin lebih
    mengembangkan kegiatan operasionalnya dengan mendanainya
    melaui utang jangka panjang ini. Ekuitas perusahaan juga
    mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan
    pendanaan perusahaan dengan ekuitas juga meningkat.
  8. Laba kotor PT. Catur Sentosa Adiprana cenderung mengalami
    peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen penjualan
    perusahaan berjalan dengan baik, dimana perusahaan mampu
    menekan beban pokok pendapatannya, sehingga memperoleh
    peningkatan laba kotor setiap tahunnya. Laba usaha setiap
    tahunnya sudah baik karena terus meningkat. Laba sebelum pajak
    perusahaan cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2009-2013.
    Hanya pada tahun 2012 terjadi penurunan namun kembali
    meningkat pada tahun 2013. Kinerja perusahaan berjalan cukup
    baik, hal itu dapat dilihat dari cenderung meningkatnya laba bersih
    perusahaan. Hal ini akan meningkatkan minat investor untuk
    berinvestasi di perusahaan ini.
  9. Arus kas aktivitas operasi perusahaan dari tahun 2009-2013
    berfluktuasi, karena pada tahun 2010 dan 2013 arus kas aktivitas
    operasi mengalami kerugian. Hal ini disebabkan oleh kas yang
    dihasilkan lebih kecil daripada pembayaran-pembayaran. Hal ini
    menunjukkan manajemen perusahaan belum berjalan dengan baik.
    Dari tahun ke tahunnya, pembelian aset tetap perusahaan terus
    mengalami fluktuasi naik turun, hanya di tahun 2013 pembelian
    aset tetap mengalami penurunan. Namun arus kas dari aktivitas
    investasi perusahaan sudah cukup baik, hal ini terlihat dari
    pembelian aset tetap perusahaan yang cukup besar dari tahun 2009-
  10. Arus kas dari aktivitas pendanaan perusahaan tiap tahunnya
    terus mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan. Hal ini
    dipengaruhi oleh besar penerimaan utang bank yang terus-menerus
    mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan
    lebih mengandalkan utang bank untuk aktivitas pendanaan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Tjahjono, Achmad, dan Sulastiningsih. 2003. Akuntansi Pengantar. Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Niswonger, C. Rollin, Warren, Carl S, Reeve, James M, dan Fess, Philip E. 2000.
Prinsip-Prinsip Akuntansi. Tulus Sihombing (ed). Jakarta: Erlangga.
Weygant, Jerry J, Kieso, Donald E, dan Kimmel, Paul D. 2007. Accounting
Principles. Dono Sunardi (ed). Jakarta: Salemba Empat.
Brealey, Myers, dan Marcus. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Abd’rachim, E.A. 2008. Manajemen Keuangan. Jakarta : PT. NERACA.
IAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat
Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan, edisi Kedua. Yogyakarta: YPKN.
Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan, Bandung : Pustaka.

Analisis Laporan Keuangan PadaPT. Sepatu Bata Tbk.

Stephen Angkawan & Daniel Sugama Stephanus
Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Program Studi Akuntansi – Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Ma Chung – Kabupaten Malang
2014

ABSTRAK
Penilaian kinerja sangat berguna bagi perusahaan, investor, pemerintah, serta masyarakat karena dapat mengetahui kondisi dan kinerja suatu perusahaan. Cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengetahui kinerja suatu perusahaan adalah dengan melihat analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan terdiri dari analisis Common Size,analisis rasio, dan analisis Du Pont. Dalam hal ini, maka penulis membuat mini skripsi yang berjudul “Analisis Laporan Keuangan PadaPT. Sepatu Bata Tbk”. Penulis menemukan kinerja serta kondisi perusahaan setiap tahunnya cenderung mengalami perubahan. Kinerja perusahaan kadang mengalami kenaikan maupun penurunan. Hal ini bisa dilihat dari analisis rasio. Laba yang didapat PT.Sepatu Bata,Tbk cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya, sehingga menandakan bahwa kondisi perusahaan kurang baik.
Kata-kata kunci: penilaian kinerja, analisis laporan keuangan, analisis rasio, PT.Sepatu Bata, Tbk

  1. PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang
    Setiap perusahaan besar selalu berfokus terhadap strategi dalam
    pengembangan usaha.Pengembangan usaha dilakukan agar perusahaan dapat
    terus bersaing secara optimal dan demi memenuhi tuntutan pasar.Pengembangan
    perusahaan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas, menciptakan
    produk baru yang unik, dan terus memperluas pasar. Perusahaan harus terus
    memantau dan mengetahui perkembangan perusahaannya dari waktu ke
    waktu.Perusahaan dapat mengetahui kinerja perusahaan dengan melihat laporan
    keuangan.Dengan begitu maka perusahaan dapat mengatur strategi dalam
    pengembangan perusahaan kedepannya.
    Laporan keuangan adalah catatan atas informasi keuangan dari suatu
    perusahaan yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan setiap
    tahunnya.Dengan laporan keuangan, dapat diketahui apakah kinerja perusahaan
    mengalami peningkatan ataupun penurunan.Dengan begitu bisa diketahui baik
    atau buruknya kondisi suatu perusahaan.Laporan keuangan juga digunakan oleh
    pihak internal maupun eksternal.
    Untuk dapat memahami laporan keuangan perusahaan, dibutuhkan suatu cara
    yaitu dengan melakukan analisis laporan keuangan.Dengan melakukan analisis,
    kita dapat memahami dengan mudah unsur – unsur yang terdiri di dalam laporan
    keuangan perusahaan.Analisis keuangan sendiri dibagi menjadi 3, yaitu analisis
    horizontal, analisis vertikal, dan analisis rasio.
    Pada kesempatan ini penulis ingin melakukan analisis terhadap laporan
    keuangan PT Sepatu Bata Tbk untuk melihat kinerja di dalam
    perusahaan.PT.Sepatu Bata adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha
    memproduksi sepatu yang didirikan pada tanggal 15 oktober 1931 dan berlokasi
    di Jakarta Selatan.
    Penulis memilih untuk melakukan analisis PT Sepatu Bata,Tbk karena laba
    bersih perusahaan tidak stabil setiap tahunnya dan pada tahun 2013 mengalami
    penurunan yang drastis. Sehingga penulis ingin mencari faktor apa saja yang
    dapat mempengaruhi laba bersih perusahaan dari tahun ke tahun. Dan juga ingin
    mengetahui unsur – unsur apa saja yang berhubungan di setiap analisis.
    1.2 Rumusan Masalah
  2. Bagaimana peningkatan aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan dalam jangka
    waktu 5 tahun?
  3. Bagaimana kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendek
    maupun jangka panjangnya?
  4. Bagaimana kondisi perusahaan selama 5 tahun terakhir ?
    1.3 Batasan Masalah
  5. Penilaian hanya terbatas pada perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan
  6. Penilaian hanya terbatas pada laporan keuangan pada tahun 2009 sampai tahun 2013
    1.4 Tujuan Penelitian
  7. Mengetahui peningkatan aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan dalam jangka
    waktu 5 tahun
  8. Mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendek
    maupun jangka panjangnya
  9. Mengetahui kondisi perusahaan selama 5 tahun terakhir
  10. LANDASAN TEORI
    2.1 Pengertian Laporan Keuangan
    Laporan keuangan adalah suatu informasi yang merangkum seluruh
    kegiatanperusahaan.Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir
    dari siklus akuntansi yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi
    perusahaan.laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi
    dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan.
    laporan keuangan dalam suatu perusahaan sebenarnya merupakan output dari
    proses atau siklus akuntansi dalam suatu kesatuan akuntansi usaha (Harahap,
    2007:19) Menurut PSAK No. 1 (revisi 2009) menyatakan bahwa laporan
    keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
    keuangan suatu entitas.
    2.2 Syarat Laporan Keuangan
    Berikut adalah syarat dalam pembuatan laporan keuangan :
  • Informasi yang dijadikan harus berhubungan dengan pihak yang
    berkepentingan dalam pengambilan keputusan
  • Laporan keuangan harus tepat waktu
  • Disusun secara jelas dan mudah untuk dipahami penggunanya
  • Disajikan secara umum, objektif serta tidak memihak kepada siapapun
  • Disusun berdasarkan konsep dasar akuntansi dan dapat diuji kebenarannya
  • Perbandingan laporan keuangan dapat diadakan baik antara laporan perusahaan
    dalam tahun tertentu dengan tahun sebelumnya.
    2.3 Manfaat Laporan keuangan
    Laporan keuangan memiliki beberapa manfaat. Menurut Martono dan Agus
    (2010:52) laporan keuangan yang baik dapat memberikan manfaat yaitu :
    1.Pengambilan keputusan investasi
    2.Keputusan pemberian kredit
    3.Penilaian aliran kas
    4.Penilaian sumber ekonomi
    5.Melakukan klaim terhadap sumber dana
    6.Menganalisis penggunaan dana
    2.4 Pemakai Laporan keuangan
    Pemakai laporan keuangan menurut Sukardi dan Kurniawan(2010:187) yaitu :
    1.Bagi manajemen
    Sebagai dasar untuk memberi kompensasi.
    2.Bagi pemilik perusahaan
    Sebagai dasar untuk menilai peningkatan nilai perusahaan.
    3.Bagi supplier
    Untuk mengetahui besarnya kemungkinan pembayaran hutang.
    4.Bagi bank
    Sebagai bukti bahwa perusahaan tersebut likuid dan mempunyai cukup working capital.
    2.5 Pengertian Laporan Posisi Keuangan
    Menurut Weygant, Kieso dan Kimmel (2007:29), laporan posisi keuangan
    yaitu laporan yang melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu.
    2.6 Pengertian Laporan Laba Rugi Komprehensif
    Menunjukkan kinerja operasi suatu perusahaan dalam suatu periode
    akuntansi dan juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menjalankan
    kegiatan usaha serta seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan
    keuntungan (Gumanti, 2011:103).
    2.7 Pengertian Laporan Arus Kas
    Laporan arus kas menurut Weygant, Kieso dan Kimmel (2007:29), yaitu
    laporan yang merangkum seluruh informasi mengenai arus kas masuk dan arus
    kas keluar untuk periode waktu tertentu.
    2.8 Metode Analisis Laporan Keuangan
    Ada lima metode yang digunakan untuk membuat analisis laporan keuangan :
  1. Analisis Common-Size
  2. Analisis Rasio
  3. Analisis Du Pont
  4. Analisis Cross Section
  5. Analisis Time Series dan Forecasting Data Keuangan
    2.9 Analisis Common Size
    Merupakan metode analisis dengan membandingkan elemen-elemen
    laporan keuangan dari waktu ke waktu dengan menggunakan persentase, dimana
    salah satu item yang digunakan sebagai pembanding ditetapkan 100%. Analisis
    common size dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal.
    2.10 Analisis Rasio Keuangan
    Pengertian rasio keuangan menurut Zaki Baridwan (1997) yaitu :
    “Analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap
    satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan
    serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu.
    2.11 Macam Analisis Rasio
    2.11.1 Rasio Likuiditas
    Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
    jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari :
    Rasio Lancar
    Rasio lancar digunakan untuk mengukur hubungan antara total aset lancar
    dengan total kewajiban lancar pada tanggal tertentu. rasio lancar sangat berguna
    untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban

jangka pendeknya.

Rasio Cepat
Rasio Lancar = Kewajiban lancar Rumus 2.1 Rasio lancar

Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau utang lancar
(utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan.
Kewajiban lancar Rumus 2.2 Rasio Cepat
Rasio Kas

Rasio kas merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia
untuk membayar utang.Rasio ini menunjukkan kemampuan bagi perusahaan untuk
membayar utang-utang jangka pendeknya.
Kewajiban lancar Rumus 2.3 Rasio Kas
Modal Kerja Bersih terhadap Aktiva

Modal Kerja Bersih terhadap Aktiva merupakan likuiditas dari total aktiva dan posisi
modal kerja. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan keadaaan perusahaan yang semakin
baik. Modal kerja bersih terhadap aktiva = Modal kerja bersih Rumus 2.4 Modal kerja bersih terhadap aktiva

2.11.2 Rasio Solvabilitas
Analisis rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban(jangka panjang) keuangannya.Suatu perusahaan dikatakan solvable adalah
apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya.Rasio Solvabilitas terdiri dari:
RasioUtang Jangka Panjang
Rasio utang jangka panjang mengukur tingkat keamanan perusahaan dalam
kemampuannya membayar utang jangka panjang.
utang jangka panjang + ekuitas
Rumus 2.5 Rasio uatng jangka panjang
Rasio Kewajiban Jangka Panjang terhadap Ekuitas

Rasio antara utang jangka panjang dengan modal. Dengan tujuannya untuk mengukur
seberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri yang disediakan oleh perusahaan. ekuitas = utang jangka panjang
Rumus 2.6 Rasio kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas

Rasio Utang
Rasio utang merupakan rasio yang digunakan untu mengukur perbandingkan antara
total kewajiban terhadap total aktiva. Rasio utang yang semakin kecil menandakan
bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi utang menggunakan aktiva kecil.
total aset

Rumus 2.7 rasio total utang
Tingkat kemampuan membayar bunga
Rasio ini sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan perusahaandalam
membayar biaya bunga. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemungkinan
perusahaan dapat bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh
tambahan pinjaman baru dari kreditor.bayar bunga = pembayaranbunga Rumus 2.8 Tingkat kemampuan membayar bunga
Rasio Cakupan kas
Rasio untuk mengukur sejauh mana bunga dapat ditutup oleh arus kas dari operasi.
pembayaranbunga Rumus 2.9 Rasio cakupan kas
2.11.3 Rasio Profitabilitas

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh

keuntungan dari penggunaan modalnya.Rasio ini mengukur dan menunjukkan
efektivitas manajemen perusahaan melalui laba yang dihasilkan dari penjualan dan
investasi perusahaan.Rasio profitabilitas terdiri dari :
Margin Laba
Rasio ini membandingkan antara laba bersih dengan total penjualan.Semakin tinggi
rasio ini menandakan kemampuan profitabilitas perusahaan yang semakin baik.

Margin laba = laba bersih Rumus 2.10 Margin Laba
Margin Laba Operasi
Rasio ini membandingkan laba bersih ditambah bunga dengan total
penjualan.Semakin tinggi rasio ini, menandakan kemampuan profitablitas yang
semakin baik. Margin laba operasi = laba bersih + bunga Rumus 2.11 Margin laba operasi
Pengembalian atas aset (ROA)

Return on Asset merupakan rasio antara laba bersih terhadap total aktiva.Semakin

tinggi ROA menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan.
rata − rata total aset Rumus 2.12 Pengembalian atas aset
Pengembalian atas ekuitas (ROE)
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mampu mengelola modalnya
sendiri. Semakin tinggi ROE berarti semakin baik posisi manajemen dihadapan para
pemegangsahPengembalian atas ekuitas ROE = rata − rata ekuitas Rumus 2.13 Pengembalian atas ekuitas
Rasio pembayaran dividen
Rasio ini mengukur sejauh mana laba bersih yang didapatkan oleh perusahaan
dibayarkan kepada pemegang saham.Semakin tinggi rasio ini menandakan semakin
besar laba bersih yang dialokasikan. yarandividen = dividen Rumus 2.14 Rasio pembayaran dividen
Rasio laba ditahan

Rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen. merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara
perubahan laba ditahan dengan laba bersih setelah bunga dan pajak.
Rasio laba ditahan = 1- rasio pembayaran dividen
Rumus 2.15 Rasio laba ditahan
Pertumbuhan ekuitas dari laba di tahan
Rasio ini mengukur seberapa cepat pertumbuhan ekuitas sebagai hasil pemberian
kembali sebagian laba untuk reinvestasi tiap tahunya. Semaki tinggi rasio ini
menandakan adanya pertumbuhan ekuitas yang semakin baik.
Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan = rasio laba ditahan x ROE
Rumus 2.16 Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan
2.11.4 Rasio Efisiensi
Rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset –
asetnya. Rasio efisiensi terdiri dari :
Rasio Penjualan
Rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aset yang dimiliki oleh
perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah
aset. Rasio penjualan terhadap aset = rata − rata total aset Rumus 2.17 Rasio penjualan terhadap aset
Rasio Penjualan terhadap Aset Tetap
Rasio ini menjelaskan tentang perbandingan antara penjualan dan rata-rata total aset
tetap.Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa baik jenis modal tertentu
digunakan.

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 = 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 Rumus 2.18 Rasio penjualan terhadap aset tetap
Rasio rata – rata periode penagihan

Rasio ini mengukur sebarapa cepat perusahaan mampu menagih piutang-piutangnya.

Rasio ini membandingkan rata-rata piutang dengan rata-rata penjualan harian.
rata − rata penjualan harian Rumus 2.19 Rata – rata periode penagihan
Perputaran Persediaan

Rasio ini mengukur sebarapa cepat perusahaan mampu untuk memutar
persediaannya. Semakin tinggi rasio ini menandakan kemampuan perusahaan yang
semakin efisien Perputaran persediaan = rata − rata persediaan Rumus 2.20 Perputaran persediaan
Jumlah hari penjualan persediaan

Periode rata-rata persediaan berada digudang.Semakin besar periode rata-rata, maka
emakinJ besar resiko kemungkinan persediaan berada digudang. jualan ∶ 365 Rumus 2.21 Jumlah hari penjualan persediaan
2.11.5 Analisis Du Pont
Rasio ini membantu dalam mengisolasi pengaruh kinerja yang terpisah pada
kinerja. Pada dasarnya merupakan pemecahan dari analisis Return on Asset dan
Return on Equity.

  1. GAMBARAN PERUSAHAAN
    3.1 Sejarah Perusahaan
    PT.Sepatu Bata Tbk. adalah perusahaanasosiasi dari Bata Shoe
    Organization.(BSO) Perseroanyang mempunyai kantor pusat di Lausanne,
    Switzerland.Perusahaan bergerak di bidang usaha memproduksi sepatu yang
    memproduksi beragam alas kaki meliputi sepatu kulitdan sandal, sepatu kanvas
    built-up, sepatu santai,sepatu olahraga, dan sandal injection moulded.Merek
    berlisensi Perseroan, yang menyertai merekutama kami “Bata”, terdiri dari North
    Star, Power,Bubblegummers, Marie Claire, dan Weinbrenner.PT Sepatu Bata
    Tbk (BATA) didirikan pada tanggal 15 oktober 1931 dan berlokasi di Jl.
    RA.Kartini Kav. 28 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430. Fasilitas produksi
    terletak di Purwakarta.
    • Tahun 1931, didirikan di Indonesia sebagai importir sepatu
    • Tahun 1940, memulai produksi di pabrik Kalibata di JakartaSelatan
    • Tahun 1982, tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa EfekIndonesia)
    pada tanggal 24 Maret
    • Tahun 1994,menyelesaikan pembangunan pabrik Purwakarta
    • Tahun 2004,memperoleh lisensi untuk importir dandistributor umum
    • Tahun 2008,menjual pabrik Kalibata dan memindahkankegiatan produksi ke
    pabrik Purwakarta
    • Tahun 2008,memindahkan kantor administrasi danpemasaran ke Graha Bata,
    Cilandak Barat, JakartaSelatan
    • Tahun 2009,membuka toko Bata terbesar dan menjadiunggulan di Mal Artha
    Gading, Jakarta Utara,Indonesia
    • Tahun 2010,membuka kios berkonsep baru dengan merekPataPata
    Gambar 3.1 Logo Perusahaan Sepatu Bata
    3.2 Visi dan Misi
    Visi
    Memperkuat posisi Bata sebagai pemimpin bisnis alas kaki di Indonesia dan
    meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka pendek dan jangka panjang.
    Misi
    Untuk bersaing dan tumbuh dalam menghadapi tantangan sekarang dan masa
    yang akan datang.
    3.3 Manajemen di dalam perusahaan
    a. Presiden Komisaris
    Hernan Vizcaya
    Hernan Vizcaya berkebangsaan Chili.Beliau memulai kariernya di
    Bata Shoe Organization sebagai General Manager di Bata Thailand tahun
    2010.Beliau mengemban tugas untuk membawa perusahaan menjadi yang
    terbaik di pasarsepatu.Sebelum bergabung dengan Bata Shoe Organization,
    beliau mempunyai banyak pengalaman di bidang penjualan.Beliau
    memperoleh gelar sarjana dari Universitas Chili.Beliau bergabung dengan PT
    Sepatu Bata sebagai PresidenKomisaris pada tanggal 14 Juni 2013.
    b. Komisaris
    Jorge Domingo Carbajal Gutierrez
    Jorge Carbajal berkebangsaan Peru, pada saat pertama bergabung
    dengan Bata Shoe Organization (BSO) di Perumenjabat sebagai Manajer
    Administrasi, yang bertanggung jawab pada fungsi Keuangan dan Akunting.
    Beliau juga pernah menjabat sebagai ManagingDirector di Sri Lanka dan
    Malaysia. Pada bulan Oktober 2008, beliau berhasil menyelesaikan program
    Advanced Management dari Wharton School, Universitas Pennsylvania,
    USA. Beliau memegang jabatan Direktur pada beberapa perusahaan Bata dan
    berkantor di Kuala Lumpur, Malaysia.Beliau ditunjuk sebagai Komisaris
    Perusahaan semenjak awal tahun 2009, melalui Rapat Umum Pemegang
    Saham Luar Biasa yang diadakan pada tanggal 26 Februari 2009.
    c. Komisaris
    Shaibal Sinha
    Shaibal Sinha berasal dari India. Beliau adalah seorang Sarjana Commerce (B
    Com) dari Nagpur University, Indiadan seorang Chartered Accountant dari Indian
    Institute of Chartered Accountants, New Delhi. Sebelum bergabung kembali
    dengan Bata, beliau bekerja di Reckitt Benckiser (perusahaan multinasional di
    Inggris yang bergerak di bidang produk rumah tangga dan kesehatan). Beliau
    bekerja di perusahaan tersebut dan telah menduduki berbagai macam jabatan di
    bidang keuangan di India dan Inggris.Saat ini beliau bekerja sebagai Chief
    Financial Officer untuk Bata Emerging Market yangbertempat di Singapura.
    Beliau ditunjuk sebagai Komisaris Perseroan pada pertengahan tahun 2012,
    melalui RapatUmum Pemegang Saham yang diadakan pada 15 Juni 2012.
    d. Komisaris Independen
    Hanafiah Djajawinata
    Sebelum kembali bergabung dengan Bata Indonesia,Bapak Hanafiah
    Djajawinata mengembangkan karirnya diPT. Unilever Indonesia Tbk. sebagai
    Management Trainee
    pada tahun 1973. Pada tahun 2000 beliau focus pada jabatannya sebagaiCustomer
    Care Director sampai dengan pensiun dari PT.Unilever Indonesia Tbk.di tahun
  2. Beliau bergabung dengan PT. SepatuBata Tbk. sebagai anggota Komite
    Audit pada tahun
    2006 sampai dengan 2009.Bapak Hanafiah mempunyaigelar Master di Food
    Technology dari School of ChemicalEngineering, Universitas New South Wales,
    Australia dansaat ini beliau adalah anggota Komisaris Independen PT. Arnotts
    Indonesia.Beliau ditunjuk sebagai Komisaris Perseroan pada tahun2010, tepatnya
    melalui Rapat Umum Pemegang Sahamyang diadakan pada tanggal 27 Mei 2010.
    e. Presiden Direktur
    Muhammad Imran Malik
    Beliau memulai karirnya sebagai Sales Management Trainee pada tahun 1991
    di Bata Pakistan Limited. 1992, beliaumenjadi District Manager, dan 1999 beliau
    dipromosikanmenjadi Brand Manager Bubblegummers.Beliau menjadi Managing
    Director Bata Pakistan Limited ditahun 2008.Berikutnya di Januari 2013, beliau
    bergabung diPT. Sepatu Bata Tbk. sebagai Presiden Direktur.Beliau ditunjuk
    sebagai Presiden Direktur Perseroanmenggantikan Bapak Alberto Errico sejak
    awal tahun 2013,melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yangdiadakan
    pada tanggal 18 Januari 2013.
    f.Direktur
    Fadzilah Bin Mohd.Hussein
    Berkebangsaan Malaysia, bergabung dengan PT. SepatuBata Tbk. sejak tahun
    2008 sebagai Direktur Keuangansebelum dimutasi ke Bata India untuk memegang
    posisiyang sama pada bulan November 2010, beliau kembalimenjabat sebagai
    Direktur Keuangan PT. Sepatu BataTbk. pada bulan Maret 2012 sampai
    sekarang.Bapak Fadzilah menyelesaikan Diploma Akuntansipada tahun 1979 dari
    Institut Teknologi Mara dan gelarSarjana dari Indiana State University pada tahun
    1984setelum memperoleh gelar MBA-nya dari GovernorState University,
    Chicago, Amerika Serikat, pada tahun1986.
    g. Direktur
    Ricardo Lumalessil
    Beliau bergabung dengan PT. Sepatu Bata Tbk. Padabulan Januari 2011
    sebagai Manager Sumber DayaManusia.Sebelum bergabung dengan
    Perseroan,Beliau bekerja di sebuah perusahaan bidang agrobisnisdan perkebunan
    dengan posisi terakhir sebagaiAssociate Director Human Resources.Sampai
    sekarang beliaumasih menjadi anggota Asosiasi Spesialis Producktivitasyang
    berkantor di New York.Sampai sekarang beliaumasih menjadi anggota Asosiasi
    Spesialis Producktivitasyang berkantor di New York.
    h. Direktur
    Esty Inayanti
    Warganegara Indonesia, bergabung dengan PT. Sepatu Bata Tbk. pada bulan
    Juni 2009 sebagai Manager Merchandising setelah sebelumnya bekerja di
    beberapa perusahaan retail dengan pengalaman mengelola merek global ternama
    danposisi terakhir sebagai General Manager Retail.Ibu Esty adalah lulusan Hotel
    Institute Montreux,Switzerland dan mendapatkan Sertifikat Spesialisasi Sales dan
    Marketing dari American Hotel and Motel Association. Beliau ditunjuk sebagai
    Direktur Perseroan padatahun 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham yang
    diadakan pada 15 Juni 2012.

Laporan Keuangan Perusahaan
Laporan Keuangan Perusahaan Laporan Posisi Keuangan

21

Laporan Laba Rugi
Tabel 3.2 Laporan Laba Rugi PT Sepatu Bata Tbk

Laporan Arus Kas
Tabel 3.3 Laporan Arus Kas PT Sepatu Bata Tbk

  1. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN UNTUK PERFORMANCE APPRAISAL
    4.1 Hasil Analisis Common Size Neraca Vertikal
    4.1.1 Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Posisi Keuangan
    Tabel 4.1 Laporan Posisi Keuangan

a. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Posisi Keuangan Tahun 2009
Pada tahun 2009 persentase aset tertinggi adalah aset tetap yaitu sebesar
37.38% dari persentase aset tidak lancar sebesar 41.85%. Namun aset terbesar
perusahaan di tahun 2009 adalah aset lancar yaitu mencapai 58,15%.
Pada tahun 2009 total ekuitas perusahaan sangat besar dari total
liabilitas. Total ekuitas sebesar 72.32% sedangkan total liabilitas hanya
sebesar 27.68%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2009 ada saldo laba yang
belum ditentukan penggunaannya yaitu sebesar 69.20%.Hal ini baik karena
perusahaan masih sangat mampu untuk memenuhi liabilitasnya.
b. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Posisi Keuangan Tahun 2010
Aset terbanyak pada tahun 2010 adalah aset lancar yaitu sebesar
61,02%. Sedangkan aset tidak lancar sebesar 38,98%. Hal ini menandakan
bahwa perusahaan masih memiliki stok persediaan yang sangat tinggi yaitu
sebesar 39.49%.
Pada tahun 2010 total ekuitas perusahaan lebih besar dibandingkan
dengan total liabilitas. Total ekuitas perusahaan sebesar 68.46% sedangkan
total liabilitas sebesar 31.54%. Hal ini dikarenakan ada saldo laba yang belum
digunakan yaitu mencapai 65.77%.Dan ini menandakan bahwa perusahaan
masih sangat mampu untuk memenuhi liabilitasnya.
c. Hasil Analisis Common Size Vertikal laporan Posisi Keuangan Tahun 2011
Pada tahun 2011 persentase aset tertinggi adalah persediaan yaitu
sebesar 37.55% dari persentase aset lancar perusahaan yaitu sebesar 61,29%.
Dibandingkan dengan aset tidak lancar yang hanya sebesar 38,71%. Hal ini
menandakan perusahaan masih memiliki jumlah stok persediaan yang banyak.
Pada tahun 2011 total ekuitas perusahaan lebih besar dibandingkan
dengan total liabilitas.Jumlah dari ekuitas sebesar 68.61%.Sedangkan jumlah
liabilitas hanya sebesar 31.39%.Hal ini dikarenakan perusahaan tidak terlalu
banyak melakukan peminjaman. Dan dari total ekuitas yang sangat tinggi,
perusahaan masih sanggupdalam mengembangkan usahanya tanpa melakukan
peminjaman lebih.
d. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Posisi Keuangan Tahun 2012
Aset terbanyak perusahaan pada tahun 2012 adalah aset lancar yaitu
sebesar 62,25%. Dibandingkan dengan aset tidak lancar yang hanya sebesar
37,75%. Hal ini dikarenakan Persentase dari aset lancar yaitu persediaan yang
sangat tinggi yang mencapai 38.64%.
Pada tahun 2012 total ekuitas perusahaan lebih besar dari pada total
liabilitas. Total dari ekuitas perusahaan mencapai 67.49% dibandingkan
dengan total liabilitas yang hanya 32.51%. Hal ini baik karena perusahaan
masih memiliki cukup modal untuk pengembangan usaha dan tidak banyak
bergantung kepada peminjaman.
e. Hasil Analisis Common Size Vertikal laporan Posisi Keuangan tahun 2013
Aset terbanyak pada tahun 2013 adalah aset lancar yang mencapai
63,99%. Sedangkan aset tidak lancar hanya sebesar 36,01%. Hal ini
dikarenakan terdapat jumlah persediaan dari aset lancar yang sangat tinggi
yang mencapai 41.34%.Dan menandakan bahwa persediaan perusahaan
semakin bertambah dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013 total ekuitas lebih besar dari total liabilitas. Total
ekuitas di tahun 2013 mencapai 58.30%. Sedangkan total liabilitas hanya
sebesar 41.70%. Hal ini dikarenakan ada saldo laba perusahaan yang belum
ditentukan penggunaannya sebesar 56.39%.Dan menandakan bahwa kondisi
perusahaan masih baik dalam pemenuhan liabilitas.

Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan laba Komprehensif
Tabel 4.2 Laporan laba rugi komprehensif

a. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Laba Rugi Tahun 2009
Laba bersih PT Sepatu Bata pada tahun 2009 sebesar 8.85%.Hal ini
dikarenakan adanya beban pokok penjualan yang sangat tinggi sebesar 53.93%.
b. Hasil Analisis Common Size Vertikal laporan Laba Rugi Tahun 2010
Laba bersih PT Sepatu Bata pada tahun 2010 sebesar 9.47%.Terjadi
peningkatan sebesar 0.62%.Hal ini dikarenakan terjadi sedikit penurunan
terhadap beban pokok penjualan.
c. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Laba Rugi Tahun 2011
Laba bersih PT Sepatu Bata pada tahun 2011 sebesar 8.34%.Terjadi
penurunan laba bersih sebesar 1.13%.Hal ini diakibatkan karena peningkatan
beban pokok penjualan sebesar 2%.
d. Hasil Analisis Common Size Vertikal laporan Laba Rugi Tahun 2012
Laba bersih PT Sepatu Bata pada tahun 2012 sebesar 9.23%.Hal ini
dikarenakan adanya beban pokok penjualan yang tinggi mencapai 53.36%.
e. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Laba Rugi Tahun 2013
Laba bersih PT Sepatu Bata pada tahun 2013 sangat sedikit hanya
4.92%.Mengalami penurunan yang drastis.Hal ini dikarenakan beban pokok
penjualannya sangat tinggi yaitu mencapai 59.78%.

Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Arus Kas
Tabel 3.6 Analisis Laporan Common Size Vertikal Laporan Arus Kas

a. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Arus Kas Tahun 2009
Arus kas dari aktivitas operasi pada tahun 2009 baik karena
penerimaan kas dari pelanggan lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran
yang terjadi di tahun 2009. Persentase kas dari pelanggan sebesar 807.69%.
Arus kas yang digunakan dari aktivitas investasi pada tahun 2009 cukup baik.
Arus kas dari aktivitas pendanaan di tahun 2009 cukup baik karena
penerimaan pinjaman jangka pendek lebih besar yaitu sebesar
15180.84%.Dibandingkan dengan pembayaran pinjaman jangka pendek yang
hanya 12673.58%.
b. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Keuangan Arus Kas Tahun 2010
Arus kas dari aktivitas operasi pada tahun 2010 baik karena
penerimaan kas dari pelanggan lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran
yang terjadi di tahun 2010.Persentase penerimaan kas dari pelanggan sebesar 1617.72%.
Arus kas yang digunakan dari aktivitas investasi pada tahun 2010 cukup baik.
Arus kas dari aktivitas pendanaan di tahun 2010 tidak baik karena jumlah
pembayaran pinjaman jangka pendek sebesar 249.12% lebih tinggi
dibandingkan dengan penerimaan pinjaman jangka pendek yang hanya 238.06%.
c. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Keuangan Arus Kas Tahun 2011
Arus kas dari aktivitas operasi pada tahun 2011 baik karena
penerimaan kas dari pelanggan lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran
yang terjadi di tahun 2011.Persentase penerimaan kas dari pelanggan sebesar 1040.90%.
Arus kas yang digunakan dari aktivitas investasi pada tahun 2011 cukup baik.
Arus kas dari aktivitas pendanaan di tahun 2011 tidak baik karena jumlah
pembayaran pinjaman jangka pendek tinggi sebesar 79.87% sedangkan
penerimaan pinjaman jangka pendek hanya 43.56%.
d. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Keuangan Arus Kas Tahun 2012
Arus kas dari aktivitas operasi pada tahun 2012 baik karena
penerimaan kas dari pelanggan lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran
yang terjadi di tahun 2012.Persentase penerimaan kas dari pelanggan sebesar 1737.25%.
Arus kas yang digunakan dari aktivitas investasi pada tahun 2012 cukup baik.
Arus kas dari aktivitas pendanaan di tahun 2012 baik karena penerimaan
pinjaman jangka pendek sebesar 499.61% lebih tinggi dibandingkan dengan
pembayaran pinjaman jangka pendek yang hanya 390.72%.
e. Hasil Analisis Common Size Vertikal Laporan Keuangan Arus Kas Tahun 2013
Arus kas dari aktivitas operasi pada tahun 2013 baik karena
penerimaan kas dari pelanggan lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran
yang terjadi di tahun 2013.Persentase penerimaan kas dari pelanggan sebesar 2123.95%.
Arus kas yang digunakan dari aktivitas investasi pada tahun 2013 cukup baik.
Arus kas dari aktivitas pendanaan di tahun 2013 cukup baik karena
penerimaan pinjaman jangka pendek sebesar 695.51% lebih tinggi
dibandingkan dengan pembayaran pinjaman jangka pendek sebesar 612.64%.

Hasil Analisis Common Size Horizontal Laporan Posisi Keuangan
Tabel 3.7 Analisis laporan common size horizontal laporan posisi keuangan

Aset lancar PT Sepatu Bata dari tahun 2009 terus mengalami peningkatan
hingga tahun 2013. Total aset lancar terbesar yaitu sebesar Rp.435.578.754 terjadi
pada tahun 2013. Kas cenderung menurun dari tahun ke tahun.Sedangkan piutang dan
persediaan cenderung meningkat.Kenaikan piutang dagang dikarenakan adanya
kenaikan tagihan ke Depot.
Aset tidak lancar PT Sepatu Bata dari tahun 2009 terus mengalami penurunan
setiap tahunnya hingga tahun 2013.Aset tidak lancar mengalami penurunan yang
drastis di tahun 2010.Penurunan ini dikarenakan semakin berkurangnya aset tetap perusahaan.
Liabilitas jangka pendek PT Sepatu Bata cenderung mengalami peningkatan
dari tahun 2009 hingga 2013.Peningkatan paling drastis terjadi di tahun 2010 dan
2013.Kenaikan dari liabilitas jangka pendek disebabkan karena adanya kenaikan
dalam utang usaha.
Liabilitas jangka panjang PT Sepatu Bata dari tahun 2009 hingga tahun 2013
cenderung mengalami peningkatan.Hal ini diakibatkan adanya kenaikan terhadap
liabilitas pajak tangguhan.
Ekuitas PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya.Hal
ini dikarenakan adanya saldo laba yang belum ditentukan penggunaanya yang terus
berfluktuasi.Saldo laba tertinggi yang belum ditentukan penggunaannya terjadi pada
tahun 2013 yaitu sebesar Rp.383.847.165.

Kas dan setara kas

2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Kas dan setara kas
Linear (Kas dan setara kas)

Gambar 4.1 Grafik kas dan setara kas

Piutang Usaha

6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Pihak ketiga -neto
Pihak – pihak berelasi
Linear (Pihak ketiga – neto)
Linear (Pihak -pihak berelasi)

Gambar 4.2 Grafik Piutang Usaha

42.00% Persediaan – neto

40.00%

38.00%

Persediaan -neto

36.00%

34.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Linear (Persediaan -neto)

Gambar 4.3 Persediaan – neto

Aset Lancar 66.00%
64.00% 62.00% 60.00% 58.00% 56.00%
54.00%

Total aset lancar

Linear (Total aset lancar)

2013 2012 2011 2010 2009

Gambar 4.4 Aset Lancar

Aset Tidak Lancar 44.00%
42.00% 40.00% 38.00% 36.00% 34.00% 32.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Total aset tidak lancar

Linear (Total aset tidak lancar)

Gambar 4.5 Aset tidak lancar

Liabilitas Jangka Pendek 40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Total liabilitas jangka pendek

Linear (Total liabilitas jangka pendek)

Gambar 4.6 Liabilitas jangka pendek

Liabilitas Jangka Panjang

5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Total liabilitas jangka panjang

Linear (Total liabilitas jangka panjang)

Gambar 4.7 Liabilitas jangka panjang

Ekuitas 80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

TOTAL EKUITAS

Linear (TOTAL EKUITAS)

Gambar 4.8 Ekuitas

Hasil Analisis Common Size Horizontal Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laba bruto PT Sepatu Bata cenderung menurun dari tahun 2009 hingga
tahun2013.Penurunan paling signifikan terjadi pada tahun 2013.Hal ini dikarenakan
tingginya beban pokok penjualan.Laba bruto terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu
sebesar Rp.363.012.361.
Laba usaha PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan dari tahun ke
tahun.Penurunan paling signifikan terjadi pada tahun 2013.Hal ini dikarenakan laba
bruto yang cenderung menurun setiap tahunnya.Laba usaha terbesar terjadi pada
tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 100.163.879.
Laba sebelum beban pajak mengalami peningkatan pada tahun 2010 dan
2012.Namun terjadi penurunan di tahun 2011 dan 2013.Laba sebelum beban pajak
terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp.99.147.385.
Total laba komprehensif PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan
dari tahun ke tahun. Total persentase laba komprehensif terbesar terjadi pada tahun
2010 yaitu sebesar 9.47%.hal ini tidak baik karena setiap tahun laba bersih
perusahaan terus mengalami penurunan.

Laba bruto

50.00% 48.00% 46.00% 44.00% 42.00% 40.00% 38.00% 36.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Laba bruto

Linear (Laba bruto)

Gambar 4.9 Laba bruto

Laba usaha 15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Laba usaha

Linear (Laba usaha)

Gambar 4.10 Laba usaha

Laba sebelum beban pajak penghasilan
15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Laba sebelum beban pajak penghasilan badan

Gambar 4.11 Laba sebelum beban pajak penghasilan

Laba Komprehensif Tahun Berjalan

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Total laba komprehensif tahun berjalan
Linear (Total laba komprehensif tahun berjalan)

Gambar 4.12 Laba komprehensif tahun berjalan

Hasil Analisis Common Size Horizontal Laporan Arus Kas
Tabel 3.9 Analisis laporan common size horizontal laporan arus kas

47

Arus kas dari aktivitas operasi dari tahun ke tahun cukup baik karena total
penerimaan kas dari pelanggan lebih besar dibandingkan dengan jumlah pembayaran
yang terjadi. Penerimaan kas dari pelanggan terbesar terjadi pada tahun 2013.
Arus kas dari aktivitas investasi relatif stabil dari tahun ke tahun.Dan hasil
penjualan aset tetap cenderung meningkat.
Arus kas dari aktivitas pendanaan dari tahun ke tahun relatif stabil.Penerimaan
pinjaman jangka pendek cenderung naik.Sedangkan pembayaran pinjaman jangka
pendek dari tahun 2009 hingga 2013 cenderung turun.

Penerimaan kas dari pelanggan

2500.00%

2000.00%

1500.00%

1000.00%

500.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Penerimaan kas dari pelanggan

Linear (Penerimaan kas dari pelanggan)

Gambar 4.13 Penerimaan kas dari pelanggan

Hasil penjualan aset tetap 0.00%

-2.00% Hasil penjualan aset tetap
-4.00%
Linear (Hasil penjualan aset tetap)

-8.00%

Gambar 4.14 Hasil penjualan aset tetap

Penerimaan pinjaman jangka pendek

5000.00%

0.00%
-5000.00%

-10000.00%

-15000.00%

-20000.00%

Penerimaan pinjaman jangka pendek
Linear (Penerimaan pinjaman jangka pendek)

Gambar 4.15 Penerimaan pinjaman jangka pendek

Pembayaran pinjaman jangka pendek

15000.00%

10000.00%

5000.00%

0.00%

-5000.00%

2013 2012 2011 2010 2009

Pembayaran pinjaman jangka pendek
Linear (Pembayaran pinjaman jangka pendek)

Gambar 4.16 Pembayaran pinjaman jangka pendek

Hasil Analisis rasio
Hasil Analisis Rasio Likuiditas
Tabel 3.10 Hasil analisis rasio likuiditas

Rasio Lancar
Rasio lancar PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan setiap
tahunnya.Penurunan paling drastis terjadi di tahun 2013.Dan terjadi sedikit
peningkatan di tahun 2011.Aset lancar di laporan keuangan PT Sepatu Bata
dari tahun 2009 terus mengalami peningkatan hingga tahun 2013.Sedangkan
kewajiban lancar dari tahun ke tahun juga terus mengalami peningkatan.Hal
ini mengakibatkan tren rasio lancar cenderung mengalami penurunan.

300.00% 200.00% 100.00%
0.00%

Rasio Lancar

2013 2012 2011 2010 2009

Rasio Lancar

Linear (Rasio Lancar)

Gambar 4.17 Rasio lancar

Rasio Cepat
Rasio cepat PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan dari tahun ke
tahun.Penurunan paling drastis terjadi di tahun 2013.Hal ini dikarenakan
jumlah aset lancar yang sangat tinggi di tahun 2013 dan persediaan juga
mengalami kenaikan.Sedangkan kewajiban lancar pada tahun 2013 juga
mengalami peningkatan yang drastis.Hal ini menandakan kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban lancar semakin berkurang.

Rasio Cepat

100.00%

80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Rasio Cepat

Linear (Rasio Cepat)

Gambar 4.18 Rasio cepat

Rasio Kas
Rasio kas PT Sepatu Bata cenderung menurun setiap tahunnya.Penurunan yang
drastis terjadi di tahun2010 dan tahun 2013.Hal ini disebabkan karena kas semakin
menurun setiap tahunnya sedangkan kewajiban lancar terus mengalami
peningkatan.Hal ini menandakan perusahaan kurang mampu untuk melunasi
kewajiban lancarnya menggunakan kas dan sekuritas.

Rasio Kas 10.00%
8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Rasio Kas

Linear (Rasio Kas)

Gambar 4.19 Rasio kas

Modal Kerja Bersih Terhadap Aktiva
Modal kerja bersih terhadap aktiva PT Sepatu Bata setiap tahunnya cenderung
mengalami penurunan.Terjadi penurunan yang drastis pada tahun 2013.Hal ini
menandakan perusahaan semakin susah dalam melunasi kewajiban lancarnya.

Modal Kerja Bersih terhadap Aktiva

40%

30%

20%

10%

0%
2013 2012 2011 2010 2009

Modal Kerja Bersih terhadap Aktiva
Linear (Modal Kerja Bersih terhadap Aktiva)

Gambar 4.20 Modal kerja bersih terhadap aktiva

Hasil Analisis Rasio Solvabilitas
Tabel 3.11 Hasil analisis rasio solvabilitas

52

Kewajiban Utang Jangka Panjang
Rasio kewajiban utang jangka panjang PT Sepatu Bata cenderung mengalami
peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2013.Terjadi peningkatan yang drastis
pada tahun 2013.Hal ini disebabkan kewajiban jangka panjang pada tahun 2013
mengalami peningkatan yang signifikan.Hal ini menandakan perusahaan semakin
menggunakan utang jangka panjang untuk pendanaan.

Kewajiban Utang Jangka Panjang

8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00%

Kewajiban Utang Jangka Panjang

Gambar 4.22 Grafik kewajiban utang jangka panjang

Kewajiban Jangka Panjang Terhadap Ekuitas
Kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas PT Sepatu Bata setiap tahunnya
cenderung mengalami peningkatan.Peningkatan yang drastik terjadi pada tahun 2013.
Hal ini disebabkan karena total ekuitas perusahaan yang kecil dibandingkan dengan
total kewajiban jangka panjangnya.Dan menandakan bahwa perusahaan semakin
menggunakan utang jangka panjangnya untuk mendanai perusahaan.

Kewajiban Jangka Panjang terhadap Ekuitas

8.00%

6.00%

4.00%

2.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Kewajiban Jangka Panjang terhadap Ekuitas

Gambar 4.21 Kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas

Rasio Utang
Rasio utang PT Sepatu Bata cenderung mengalami peningkatan setiap
tahunnya.Peningkatan yang lumayan drastis terjadi pada tahun 2013.Rasio utang
merupakan perbandingan total kewajiban dan total aktiva yang dimiliki
perusahaan.Rasio utang cenderung meningkat karena total asset dari tahun ke tahun
mengalami penurunan yang tinggi.Hal ini menandakan bahwa kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban menggunakan aset semakin kecil.

Rasio Utang 50.00%
40.00% 30.00% 20.00% 10.00%
0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Rasio Utang

Linear (Rasio Utang )

Gambar 4.22 rasio Utang

Tingkat Kemampuan Membayar Bunga
Rasio tingkat kemampuan membayar bunga PT Sepatu Bata setiap tahunnya
cenderung mengalami peningkatan.Meskipun di tahun 2010 dan tahun 2013
mengalami penurunan.Kenaikan paling signifikan terjadi pada tahun 2012.Hal ini
menandakan tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar bunga sangat bagus
karena jumlah EBIT lebih besar dari pada beban bunganya.

Tingkat kemampuan membayar bunga

100000% 80000% 60000% 40000% 20000% 0%
2013 2012 2011 2010 2009

Tingkat kemampuan membayar bunga
Linear (Tingkat kemampuan membayar bunga)

Gambar 4.23 Tingkat kemampuan membayar bunga

Rasio Cakupan Kas
Rasio cakupan kas PT Sepatu Bata cenderung mengalami peningkatan setiap
tahunnya.Meskipun pada tahun 2011 dan tahun 2013mengalami
penurunan.Kenaikan paling signifikan terjadi di tahun 2012.Hal ini
dikarenakan pada tahun 2012 jumlah beban bunga perusahaan sangat kecil
sedangkan jumlah EBIT perusahaan semakin tinggi.

Rasio Cakupan Kas

100000%

80000%

60000%

40000%

20000%

0%
2013 2012 2011 2010 2009

Rasio Cakupan Kas

Linear (Rasio Cakupan Kas)

Gambar 4.24 Rasio Cakupan kas

Hasil Analisis Rasio Efisiensi
Tabel 3.12 Hasil analisis rasio efisiensi

Rasio Penjualan
Rasio penjualan PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan setiap
tahunnya.Penurunan yang sangat signifikan terjadi di tahun 2010.Meskipun pada
tahun 2012 dan 2013 rasio penjualan perusahaan terjadi peningkatan.Hal ini
membuktikan bahwa perusahaan sedikit demi sedikit sudah mulai bisa menggunakan
assetnya secara efektif .Rasio penjualan merupakan perbandingan penjualan dan rata-
rata total aset perusahaan.

Rasio Penjualan 80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Rasio Penjualan

Linear (Rasio Penjualan )

Gambar 4.25 Rasio Penjualan

Rasio Penjualan Terhadap Aset Tetap
Rasio penjualan terhadap aset tetap PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan
setiap tahunnya.Meskipun pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 sedikit mengalami
peningkatan.Rasio penjualan terhadap asset tetap merupakan perbandingan antara
penjualan dengan total asset tetap.Penurunan paling signifikan terjadi pada tahun
2010.Hal ini menandakan bahwa pada tahun 2010 perusahaan kurang mampu dalam
memanfaatkan aset tetapnya.

Rasio penjualan terhadap aset tetap

200.00%

150.00%

100.00%

50.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Rasio penjualan terhadap aset tetap

Linear (Rasio penjualan terhadap aset tetap)

Gambar 4.26 Rasio penjualan terhadap aset tetap

Rasio Rata – Rata Periode Penagihan
Rasio rata rata periode penagihan PT Sepatu Bata setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan.Dari tahun 2009 hingga tahun 2013 tidak pernah mengalami
penurunan.Peningkatan setiap tahunnya cenderung stabil.Hal ini menandakan bahwa
kemampuan perusahaan dalam penagihan piutang sangat baik setiap tahunnya.

Rasio rata-rata periode penagihan

6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Rasio rata-rata periode penagihan
Linear (Rasio rata-rata periode penagihan)

Gambar 4.27 Rasio rata – rata periode penagihan

Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan PT Sepatu Bata setiap tahunnya cenderung mengalami
peningkatan.Peningkatan paling drastis PT Sepatu Bata terjadi di tahun 2010.Hal ini
menandakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memutar persediaan dengan
cepat sangatbaik karena tren grafik cenderung mengalami peningkatan.

0%

-100%

-200%

-300%

-400%

-500%

Perputaran persediaan

Perputaran persediaan

Linear (Perputaran persediaan)

Gambar 4.28 Perputaran persediaan

Jumlah Hari Penjualan Persediaan
Jumlah hari penjualan persediaan PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan
setiap tahunnya.Penurunan paling drastis terjadi di tahun 2010.Meskipun terjadi
peningkatan pada tahun 2012 dan tahun 2013.Hal ini menandakan bahwa kemampuan
perusahaan kurang baik dalam menjual persediaannya.

Jumlah hari penjualan persediaan

0%
-5000%

-10000%

-15000%

-20000%

-25000%

Jumlah hari penjualan persediaan
Linear (Jumlah hari penjualan persediaan)

Gambar 4.29 Jumlah hari penjualan persediaan

Hasil Analisis Rasio Profitabilitas
Tabel 3.13 Hasil analisis rasio profitabilitas

Margin Laba
Margin laba PT Sepatu Bata setiap tahunnya cenderung mengalami
penurunan.Penurunan paling drastis terjadi di tahun 2013.Hal ini dikarenakan jumlah
laba bersih perusahaansangat kecil sedangkan nilai penjualannya cukup
tinggi.Meskipun pada tahun 2010 dan 2012 terjadi peningkatan.

Margin laba 15.00%
10.00%

5.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Margin laba

Linear (Margin laba)

Gambar 4.30 Margin Laba

Margin Laba Operasi
Nilai margin laba operasi PT Sepatu Bata setiap tahunnya cenderung mengalami
penurunan.Meskipun pada tahun 2010 dan 2012 terjadi sedikit
peningkatan.Penurunan paling signifikan terjadi di tahun 2013.Hal ini menandakan
bahwa laba bersih perusahaan semakin berkurang.
Hal ini menjelaskan bahwa perusahaan kurang baik dalam memperoleh laba dari penjualan.

Margin laba operasi 15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Margin laba operasi
Linear (Margin laba operasi)

Gambar 4.31 Margin laba operasi

Pengembalian Atas Aset (ROA)
Nilai pengembalian atas aset (ROA) PT Sepatu Bata cenderung mengalami
penurunan setiap tahunnya.Tetapi pada tahun 2012 mengalami
peningkatan.Penurunan yang drastis terjadi di tahun 2010 dan tahun 2013.Hal ini
menandakan tingkat keefektifan perusahaan tidak baik dalam memperoleh laba dari
aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Pengembalian atas aset (ROA)

30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Pengembalian atas aset (ROA)

Linear (Pengembalian atas aset (ROA))

Gambar 4.32 Pengembalian atas aset

Pengembalian Atas Ekuitas (ROE)
Nilai pengembalian atas ekuitas (ROE) PT Sepatu Bata cenderung mengalami
penurunan setiap tahunnya.Meskipun pada tahun 2012 terjadi peningkatan.Penurunan
paling tinggi terjadi di tahun 2010.Hal ini dikarenakan nilai laba bersih yang semakin
tinggi di tahun tersebut namun berbanding terbalik dengan nilai ekuitas di tahun tersebut.

Pengembalian atas ekuitas (ROE)

40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Pengembalian atas ekuitas (ROE)

Linear (Pengembalian atas ekuitas (ROE))

Gambar 4.33 Pengembalian atas ekuitas

Rasio Pembayaran Dividen
Nilai rasio pembayaran dividen PT Sepatu Bata cenderung mengalami peningkatan
setiap tahunnya.Peningkatan yang signifikan terjadi di tahun 2013.Rasio ini
digunakan untuk mengukur proporsi laba yang dibayar sebagai dividen.Semakin
rendah tingkatnya semakin kecil pula jumlah dividen yang dibagikan.

Rasio pembayaran dividen

100.00%

50.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Rasio pembayaran dividen

Gambar 4.34 rasio pembayaran dividen

Rasio Laba Ditahan
Nilai rasio laba ditahan PT Sepatu Bata cenderung mengalamipeningkatan meskipun
tidak terlalu signifikan.Terjadi sedikit penurunan di tahun 2012.Laba ditahan adalah
laba yang tidak dibayarkan sebagai dividen. Dari rasio ini bisa diketahui jumlah laba
yang ditahan yang akan digunakan sebagai sumber dana perusahaan tahun berikutnya.

200.00%

150.00%

100.00%

50.00%

0.00%

Rasio laba ditahan

2013 2012 2011 2010 2009

Rasio laba ditahan

Gambar 4.35 Rasio laba ditahan

Pertumbuhan Ekuitas dari Laba Ditahan
Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan PT Sepatu Bata cenderung mengalami
penurunan.Meskipun pada tahun 2012 terjadi sedikit peningkatan.Penurunan paling
signifikan terjadi di tahun 2010.Hal ini dikarenakan perusahaan tidak mampu
mengelola ekuitasnya untuk memperoleh laba.

Pertumbuhan ekuitas dari laba di tahan

60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Pertumbuhan ekuitas dari laba di tahan

Linear (Pertumbuhan ekuitas dari laba di tahan)

Gambar 4.36 Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan

Hasil Analisis Du Pont

Tabel 3.14 Hasil Analisis Du Pont ROE

a. Analisis Du Pont ROE Vertikal tahun 2009
Pada tahun 2009 perusahaan mendapat total penjualan bersih sebesar796.46%.
Ini menandakan bahwa penjualan perusahaan cukup besar pada tahun
2009.Perusahaan juga mendapat pendapatan bunga sebesar 0.24%.Pendapatan
usaha masih jauh lebih besar dibandingkan dengan total biaya dan beban.
Dengan pendapatan usaha sebesar 796.46%.Sehingga menandakan bahwa
perusahaan masih memperoleh keuntungan yang besar dari aktivitas
operasi.Saldo laba yang disimpan oleh perusahaan sebesar 95.69%.Hal ini
menunjukkan bahwa modal dari internal perusahaan lebih besar dari aktivitas
perdagangan perusahaan di pasar modal.
b. Analisis Du Pont ROE Vertikal tahun 2010
Pada tahun 2010 perusahaan mendapat total penjualan bersih sebesar738.15%.
Ini menunjukkan bahwa perusahaan melakukan penjualan yang cukup besar pada
tahun 2010.Dan juga perusahaan mendapatkan pendapatan bunga sebesar 0.16%
dari usaha lainnya.Saldo laba yang disimpan oleh perusahaan sebesar 96.08%.
Nilai tersebut berasal dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya
sebesar 96.08%.Hal tersebut menjelaskan bahwa modal yang berasal dari internal
jauh lebih besar dari modal yang berasal dari aktivitas perdagangan di pasar modal.
c. Analisis Du Pont ROE tahun 2011
Pada tahun 2011 perusahaan mendapat total penjualan bersih sebesar 834.87%.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan melakukan penjualan yang cukup besar
pada tahun 2011.Perusahaan juga mendapatkan pendapatan bunga sebesar
0.19%.Saldo laba yang disimpan oleh perusahaan sebesar 96.33%.Nilai tersebut
berasal dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar
96.33%.Hal ini menjelaskan bahwa modal yang berasal dari internal jauh lebih
besar dibandingkan dengan modal dari aktivitas perdagangan di pasar modal.
d. Analisis Du Pont ROE tahun 2012
Pada tahun 2012 perusahaan mendapat total penjualan bersih sebesar 749.29%.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan melakukan penjualan yang besar pada
tahun 2012.Perusahaan juga mendapat pendapatan bunga sebesar 0.12% dari
usaha lainnya.Saldo laba yang disimpan oleh perusahaan sebesar 96.64%.Nilai
tersebut berasal dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar
96.64%.Hal ini menunjukkan bahwa modal yang berasal dari dalam perusahaan
lebih besar dibandingkan modal dari aktivitas perusahaan di pasar modal.
e. Analisis DU Pont ROE tahun 2013
Pada tahun 2013 perusahaan mendapat total penjualan bersih sebesar 1377.49%.
Perusahaan juga mendapat bunga 0.19%.Hal ini menjelaskan bahwa perusahaan
melakukan penjualan yang sangat besar pada tahun 2013.Saldo laba yang
disimpan oleh perusahaan sebesar 96.72%.Nilai tersebut didapat dari saldo laba
yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 96.72%.Hal ini menunjukkan
bahwa modal yang berasal dari dalam perusahaan jauh lebih besar dibandingkan
modal dari aktivitas perusahaan di pasar modal.
f. Analisis Du Pont ROE Horizontal
Persentase dari ROE PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan setiap
tahunnya berdasarkan trend.Modal saham dan modal yang disetor terus
mengalami penurunan setiap tahunnya.Sedangkan saldo laba terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya.Penjualan mengalami kenaikan setiap
tahunnya.Sedangkan HPP serta beban usaha mengalami penurunan.Hal ini
menyebabkan perusahaan kurang mampu dalam mengembalikan dan kepada investor.

Modal Saham modal dasar ditempatkan dan disetor penuh

5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Modal Saham modal dasar ditempatkan dan disetor penuh
Linear (Modal Saham modal dasar ditempatkan dan disetor penuh)

Gambar 4.37 Modal saham dasar ditempatkan dan disetor penuh (Du Pont)

  • Belum ditentukan penggunannya

97.00%

96.50%

96.00%

95.50%

95.00%
2013 2012 2011 2010 2009

  • Belum ditentukan penggunannya Linear ( – Belum ditentukan penggunannya)

Gambar 4.38 Grafik saldo laba belum ditentukan penggunaannya (Du Pont)

Pengembalian atas ekuitas (ROE)

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Pengembalian atas ekuitas (ROE)

Linear (Pengembalian atas ekuitas (ROE))

Gambar 4.39 Grafik pengembalian atas ekuitas (Du Pont)

Tabel 3.15 Hasil Analisis Du Pont ROA

a. Analisis Du Pont ROA Vertikal tahun 2009
Pada tahun 2009 pendapatan perusahaan sebesar 796.46%.Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan melakukan penjualan yang cukup besar pada tahun
2009.Dilihat dari lebih besarnya HPP dibandingkan dengan beban usaha maka
menunjukkan bahwa perusahaan efektif dalam melakukan penjualan.Dari
perbandingan antara pendapatan bersih, HPP, dan beban usaha menunjukkan
bahwa pendapatan bersih lebih besar dibandingkan dengan HPP dan beban
usaha.Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan efektif dalam melakukan
penjualan.Aset lancar perusahaan lebih besar dari aset tidak lancar yaitu sebesar
58.15% dan 41.85%.Hal ini menandakan bahwa pendanaan dari perusahaan lebih
bersumber dari aset lancar dibandingkan dengan aset tidak lancar.
b. Analisis Du Pont ROA Vertikal tahun 2010
Pada tahun 2010 pendapatan perusahaan sebesar 738.15%.Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan melakukan penjualan yang besar di tahun 2010.Dilihat dari
besarnya HPP dibandingkan dengan beban usaha maka menunjukkan bahwa
perusahaan efektif dalam melakukan penjualan.Dari perbandingan antara
pendapatan bersih, HPP, dan beban usaha menunjukkan bahwa pendapatan
bersih lebih besar dibandingkan dengan HPP dan beban usaha.Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan efektif dalam melakukan penjualan.Aset lancar
perusahaan lebih besar dari aset tidak lancar yaitu sebesar 61.02% dan
38.98%.Sehingga menandakan bahwa pendanaan dari perusahaan lebih
bersumber dari aset lancar dibandingkan dengan aset tidak lancar.
c. Analisis Du Pont ROA Vertikal tahun 2011
Pada tahun 2011 pendapatan perusahaan sebesar 834.87%.Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan melakukan penjualan yang besar di tahun 2011.Dilihat dari
besarnya HPP dibandingkan dengan beban usaha maka menunjukkan bahwa
perusahaan efektif dalam melakukan penjualan.Dari perbandingan antara
pendapatan bersih, HPP, dan beban usaha menunjukkan bahwa pendapatan
bersih lebih besar dibandingkan dengan HPP dan beban usaha.Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan efektif dalam melakukan penjualan.Aset lancar
perusahaan lebih besar dari aset tidak lancar yaitu sebesar 61.29% dan
38.71%.Sehingga menandakan bahwa pendanaan dari perusahaan lebih
bersumber dari aset lancar dibandingkan dengan aset tidak lancar.
d. Analisis Du Pont ROA Vertikal tahun 2012
Pada tahun 2012 pendapatan perusahaan sebesar 749.29%.Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan melakukan penjualan yang besar di tahun
2012.Dilihat dari besarnya HPP dibandingkan dengan beban usaha maka
menunjukkan bahwa perusahaan efektif dalam melakukan penjualan.Dari
perbandingan antara pendapatan bersih, HPP, dan beban usaha menunjukkan
bahwa pendapatan bersih lebih besar dibandingkan dengan HPP dan beban
usaha.Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan efektif dalam melakukan
penjualan.Aset lancar perusahaan lebih besar dari aset tidak lancar yaitu
sebesar 62.25% dan 37.75%.Sehingga menandakan bahwa pendanaan dari
perusahaan lebih bersumber dari aset lancar dibandingkan dengan aset tidak lancar.
e. Analisis Du Pont ROA Vertikal tahun 2013
Pada tahun 2013 pendapatan perusahaan sebesar 1377.49%.Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan melakukan penjualan yang sangat besar di
tahun 2013.Dilihat dari besarnya HPP dibandingkan dengan beban usaha
maka menunjukkan bahwa perusahaan efektif dalam melakukan
penjualan.Dari perbandingan antara pendapatan bersih, HPP, dan beban usaha
menunjukkan bahwa pendapatan bersih lebih besar dibandingkan dengan HPP
dan beban usaha.Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan efektif dalam
melakukan penjualan.Aset lancar perusahaan lebih besar dari aset tidak lancar
yaitu sebesar 63.99% dan 36.01%.Sehingga menandakan bahwa pendanaan
dari perusahaan lebih bersumber dari aset lancar dibandingkan dengan aset tidak lancar.
f. Analisis Du Pont ROA Horizontal
Persentase ROA PT Sepatu Bata cenderung mengalami penurunan dari tahun
ke tahun.Hal ini bisa dilihat dari trend dimana pada tahun 2013 hanya
mencapai 7.09%. Hal ini disebabkan karena total aset lancar mengalami
peningkatan yang sedikit, sedangkan total aset tidak lancar terus mengalami
penurunan dan laba bersih terus mengalami penurunan. Pendapatan
perusahaan cenderung mengalami peningkatan, sedangkan HPP dan beban
usaha cenderung mengalami penurunan berdasarkan trend.Rasio ROA
menunjukkan tingkat keefesienan perusahaan dalam menggunakan aktivanya
dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.

Pendapatan 1500.00%

1000.00%

500.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Pendapatan

Linear (Pendapatan)

Gambar 4.40 Grafik pendapatan (Du Pont)

0.00%

-200.00%

-400.00%

-600.00%

-800.00%

-1000.00%

HPP

2013 2012 2011 2010 2009

HPP
Linear (HPP)

0.00%

-100.00%

-200.00%

-300.00%

-400.00%

-500.00%

Gambar 4.41 Grafik HPP (Du Pont)

Beban Usaha

2013 2012 2011 2010 2009

Beban Usaha

Linear (Beban Usaha)

Gambar 4.42 Grafik beban usaha (Du Pont)

Pendapatan Bunga

0.30%

0.25%

0.20%

0.15%

0.10%

0.05%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Pendapatan Bunga

Linear (Pendapatan Bunga)

Gambar 4.43 Grafik Pendapatan bunga (Du Pont)

Aset Lancar

66.00% 64.00% 62.00% 60.00% 58.00% 56.00% 54.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Aset Lancar

Linear (Aset Lancar)

Gambar 4.44 Grafik aset lancar (Du Pont)

Aset Tidak Lancar

44.00% 42.00% 40.00% 38.00% 36.00% 34.00% 32.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Aset Tidak Lancar

Linear (Aset Tidak Lancar )

Gambar 4.45 Grafik aset tidak lancar (Du Pont)

Pengembalian atas aset (ROA)

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
2013 2012 2011 2010 2009

Pengembalian atas aset (ROA)

Linear (Pengembalian atas aset (ROA))

Gambar 4.46 Grafik ROA (Du Pont)

  1. PENUTUP
    5.1 SIMPULAN
    Dari hasil analisis rasio yang meliputi rasio common size pada posisi laporan
    keuangan, laba rugi dan arus kas, rasio likuiditas, rasio leverage, rasio efisiensi, rasio
    profitabilitas dapat disimpulkan sebagai berikut.
    Pada laporan posisi keuangan PT Sepatu Bata dapat dilihat bahwa kenaikan
    aset lancar diiringi juga dengan kenaikan kewajiban jangka pendek.Sedangkan aset
    tetap terus mengalami peningkatan, kewajiban jangka panjang juga meningkat. Dari
    analisis tersebut dapat diketahui bahwa ekuitas yang dimiliki perusahaan dapat
    menutupi kewajiban yang dimiliki perusahaan.Sehingga, perusahaan tidak perlu
    mencairkan aset yang dimilik untuk membayar utangnya pada saat jatuh tempo.
    Dari laporan laba rugi dapat disimpulkan bahwa laba bersih yang diterima
    perusahaan terus menurun setiap tahunnya.Hal ini disebabkan karena beban pokok
    penjualan terus mengalami penurunan setiap tahunnya.
    Pada arus kas dapat disimpulkan bahwa jumlah penerimaan kas dari
    pelanggan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.Dan jumlah pembayaran
    terus mengalami kenaikan.Jumlah paling tinggi terjadi pada tahun 2013.
    Pada rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
    kewajiban – kewajiban jangka pendek.Dari setiap rasio likuiditas Pt Sepatu Bata
    mengalami penurunan. Antara lain rasio lancar, rasio cepat, rasio kas, dan modal
    kerja bersih terhadap aktiva. Dalam hal ini, rasio likuiditas dari perusahaan tidaklah
    baik karena rasio lancar, rasio cepat, rasio kas, serta modal kerja bersih terhadap
    aktiva mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
    Pada rasio solvabilitas atau rasio leverage menunjukkan kemmapuan
    perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Dalam hal ini, semua rasio
    solvabilitas PT Sepatu Bata mengalami kenaikan yaitu kewajiban utang jangka
    panjang, kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas, tingkat kemampuan membayar
    bunga, dan rasio cakupan kas, rasio utang.Hal ini menyatakan bahwa perusahaan
    kurang baik karena rasio utang terus mengalami kenaikan.Sehingga perusahaan akan
    mengalami kesulitan dalam membayar utangnya yang semakin tinggi.
    Pada rasio efisiensi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
    menggunakan semua aset yang dimiliki secara efektif dan efisien.Dalam hal ini, rasio
    penjualan,rasio penjualan terhadap aset tetap, dan jumlah hari penjualan persediaan
    mengalami penurunan.Sedangkan rasio rata – rata periode penagihan dan perputaran
    persediaan mengalami kenaikan.Hal ini menandakan bahwa perusahaan mampu
    memutar persediaannya dengan baik.Namun perusahaan tidak efektif dalam
    menggunakan asetnya untuk mendapatkan pendapatan dan laba yang tinggi.Hal ini
    dapat dilihat dari rasio penjualann terhadap aset yang terus mengalami penurunan.

DAFTAR PUSTAKA
Brealey, R.A., Mayers. S.C., dan Marcus, A.J.(2007). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Perusahaan Jilid 2 (edisi 5). Jakarta : Erlangga.
Tjahjono, Achmad, dan Sulastiningsih. 2003. Akuntansi Pengantar. Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Niswonger, C. Rollin, Warren, Carl S, Reeve, James M, dan Fess, Philip E. 2000.
Prinsip-Prinsip Akuntansi. Tulus Sihombing (ed). Jakarta: Erlangga.

80

PENILAIAN KINERJA PADA PT. SEKAR LAUT, TBK.
STEFANNY FEBRINA KUSWANDI & DANIEL SUGAMA STEPHANUS
MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG
2014

ABSTRAK
Sebuah perusahaan akan berjalan dengan baik jika perusahaan tersebut mamput
membuat laporan keuangan yang dapat mengGrafikkan kondisi dan posisi keuangan perusahaan dengan tepat. Setelah laporan keuangan dibuat, pihak-pihak yang akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut. Analisis itu dilakukan dengan tujuan agar pihak yang berkepentingan mendapatkan informasi lebih luas dan mendalam dari laporan keuangan. Selain itu, dengan melakukan analisis, akan diketahui bagaimana kinerja perusahaan selama suatu periode. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah PT. Sekar Laut, Tbk. Dengan menggunakan data tahun 2009 hingga tahun 2013. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis rasio, analisis horizontal, analisis vertikal, dan analisis Du Pont. Dalam penelitian ini analisis rasio yang digunakan adalah rasio leverage, rasio likuiditas, rasio efisiensi, dan rasio profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rasio profitabilitas PT. Sekar Laut, Tbk. mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2010.
Kata-Kata Kunci: Laporan Keuangan, Analisis Rasio, Analisis Horizontal,
Analisis Vertikal, Analisis Du Pont

  1. PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang Masalah
    Setiap perusahaan pasti memiliki satu tujuan yang sama, yaitu
    memperoleh laba yang maksimal agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
    Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan harus mampu membuat kebijakan
    serta pengolahan keuangan yang baik agar tujuan tersebut dapat tercapai.
    Laporan keuangan merupakan salah satu cara agar pihak manajemen dapat
    mengetahui bagaimana perkembangan keuangan perusahaan dalam suatu periode.
    Karena laporan keuangan dapat dikatakan sebagai gambaran dari kondisi
    keuangan dari suatu perusahaan dalam suatu periode. Laporan keuangan itu
    sendiri terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan
    ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
    Agar pihak manajemen dapat melakukan penilaian kinerja serta
    menentukan kebijakan yang tepat, analisis terhadap laporan keuangan menjadi
    suatu hal yang penting untuk dilakukan. Ada banyak metode yang dapat
    digunakan untuk menganalisis suatu laporan keuangan.
    Makalah ini akan membahas metode analisis rasio, analisis common size,
    dan analisis Du Pont. Analisis rasio menurut Wibowo (2009:136) adalah sebagai
    berikut: “Analisis rasio menggambarkan hubungan di antara unsur dalam laporan
    keuangan. Rasio juga menggambarkan hubungan matematis antara kuantitas yang
    satu dengan kuantitas yang lain.”.
    Analisis Du Pont menurut Husein (2008:169) adalah: “Analisis Du Pont
    digunakan untuk melihat keseluruhan hubungan antara profit margin yang
    dihasilkan dan jumlah dana yang diinvestasikan ke dalam aktiva.”.
    Analisis common size menurut Sugiono (2008:50) adalah: “Analisis
    common size dilakukan dengan cara membandingkan presentase antara satu pos
    dengan pos yang lainnya, dan angkanya ditunjukkan dalam persen.”.
    Hasil analisis laporan keuangan tersebut, nantinya dapat digunakan oleh
    investor, karyawan, kreditor, pemasok, serta manajemen perusahaan sendiri.
    Masing-masing pihak itu dapat mengetahui bagaimana kinerja dari suatu
    perusahaan dari waktu ke waktu, sehingga dapat menentukan keputusan serta
    kebijakan yang tepat.
    1.2 Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka terdapat rumusan
    masalah sebagai berikut:
  2. Bagaimana hasil analisis rasio dari data keuangan perusahaan PT. Sekar Laut, Tbk.?
  3. Bagaimana hasil analisis vertikal dan horisontal dari data keuangan
    perusahaan PT. Sekar Laut, Tbk?
  4. Bagaimana hasil analisis Du Pont dari data keuangan perusahaan PT. Sekar
    Laut, Tbk.?
  5. Bagaimana kondisi keuangan keseluruhan perusahaan PT. Sekar Laut, Tbk.
    dari analisis yang telah dilakukan?
    1.3 Tujuan
    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
  6. Mengetahui hasil analisis rasio dari data keuangan perusahaan PT. Sekar Laut, Tbk.
  7. Mengetahui hasil analisis vertikal dan horisontal dari data keuangan
    perusahaan PT. Sekar Laut, Tbk.
  8. Mengetahui hasil analisis Du Pont dari data keuangan perusahaan PT.
    Sekar Laut, Tbk.
  9. Mengetahui kondisi keuangan keseluruhan perusahaan PT. Sekar Laut,
    Tbk. dari analisis yang telah dilakukan
    1.4 Manfaat Penelitian
    Manfaat dari penelitian ini adalah:
  10. Bagi Peneliti
    Sebagai penerapan hasil pembelajaran yang didapat saat perkuliahan
    Manajemen Keuangan. Mampu menghitung dan mengambil kesimpulan
    dari penilaian kinerja suatu perusahaan.
  11. Bagi Pembaca
    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk pembaca
    agar dapat memahami mengenai perhitungan dan pengambilan kesimpulan
    dari penilaian kinerja siatu perusahaan.
  12. Bagi perusahaan
    Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk dapat
    mengetahui kondisi keuangannya selama 5 tahun.
  13. Bagi Peneliti Berikutnya
    Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
    penelitian dalam bidang serupa pada waktu mendatang.
  14. LANDASAN TEORI
    2.1 Laporan Keuangan
    2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
    Menurut Hanafi (2004:34), laporan keuangan merupakan data akuntansi
    yang dapat memberikan informasi yang relevan bagi investor, kreditor, atau pihak
    lain dalam mengambil keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Sulistiyowati
    (2010:39), laporan keuangan merupakan proses pencatatan transaksi-transaksi
    keuangan yang terjadi selama tahun buku tertentu. Laporan keuangan disusun
    dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
    kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
    sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
    Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia atau IAI (2007:7),
    adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
    biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan
    (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus
    kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
    merupakan bagian tersendiri dari laporan keuangan.
    Sedangkan pengertian laporan keuangan Munawir (2004:9) yaitu pada
    dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
    digunkan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas
    suatu perusahaan dengan pihak–pihak yang berkepentingan dengan data atau
    aktivitas perusahaan tersebut.
    2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:3), tujuan laporan keuangan
    adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja serta perubahan
    posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
    dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan
    apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atas sumber daya yang
    dipercayakan kepadanya.
    Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari laporan keuangan
    adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-
    unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang
    berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping
    pihak manajemen perusahaan.
    Menurut Hanafi (2004:79), laporan keuangan bertujuan sebagai berikut:
    a. Menyajikan informasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
    b. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk
    memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian (yang berarti risiko)
    peneriman kas yang berkaitan.
    c. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu pihak eksternal
    untuk memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian aliran kas masuk
    bersih perusahaan.
    d. Memberikan informasi mengenai sumber daya tersebut yang meliputi utang
    dan modal saham.
    e. Memberikan informasi mengenai pihak eksternal menentukan harapannya atau
    dengan kata lain memberikan informasi mengenai pendapatan dan komponen-
    komponennya.
    f. Memberikan informasi mengenai aliran kas perusahaan, bagaimana
    perusahaan menerima kas, mengenai transaksi permodalan termasuk dividen
    yang dibayarkan dan mengenai faktor–faktor lain yang bisa mempengaruhi
    likuiditas perusahaan.
    Menurut Sudarsono (2005:4), tujuan pelaporan keuangan adalah untuk
    menyediakan informasi:
  15. Yang berguna bagi investor dan kreditur saat ini atau potensial dan para
    pemakai lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan
    serupa secara rasional.
  16. Untuk membantu para investor dan kreditur saat ini atau potensial dan para
    pemakai lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu, dan
    ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil
    dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman.
  17. Tentang sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan, klaim terhadap
    sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber
    daya ke entitas lainnya dan ekuitas pemilik), dan pengaruh dari transaksi
    kejadian, serta situasi yang mengubah sumber daya perusahaan dan klaim
    pihak lain terhadap sumber daya tersebut.
    2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan
    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2), pengguna laporan keuangan
    meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman,
    pemasok, dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah seta lembaga-
    lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk
    memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:
  18. Investor
    Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
    risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
    lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan
    apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut.
    Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan
    mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
  19. Karyawan
    Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
    inforasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
    tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
    kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan
    pascakerja, dan kesempatan kerja.
  20. Pemberi pinjaman
    Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
    mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
    pada saat jatuh tempo.
  21. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
    Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
    memungkin mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan
    dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada
    perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
    pinjaman kecuali kalau sebagi pelanggan utama mereka bergantung pada
    kelangsungan hidup perusahaan.
  22. Pelanggan
    Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
    hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
    panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.
  23. Pemerintah
    Peerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
    berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
    dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk
    mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai
    dasar untuk menyusun statistik pendapatan maksimal dan statistik lainnya.
  24. Masyarakat
    Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
    Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
    perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
    perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
    membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
    (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
    2.1.4 Karateristik Kualitatif Laporan Keuangan
    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:5), karakteristik kualitatif
    merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
    bagi pengguna. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat
    dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
  25. Dapat dipahami
    Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
    adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk
    maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
    tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
    mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
    informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan
    keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa
    informasi tesebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
  26. Relevan
    Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
    proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau
    dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu
    mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
    menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Peran
    informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)
    berkaitan satu sama lain. Misalnya informasi struktur dan besarnya aset
    yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha
    meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan
    bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga
    berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap
    prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur keuangan
    perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang
    direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu
    seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan
    dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian
    pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga
    sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya
    ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu
    harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan
    laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan
    penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.
    Misalnya nilai prediktif laporan laba-rugi dapat ditingkatkan kalau akun-
    akun penghasilan atau badan yang tidak biasa, abnormal dan jarang
    terjadi diungkapkan secara terpisah.
  27. Keandalan
    Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal
    jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat
    diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari
    yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
    disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau
    penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
    tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya jika tindakan
    hukum masih dipersengkatakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan
    untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca,
    meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan
    dari tuntutan tersebut.
    a. Penyajian jujur
    Informasi harus digambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
    lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
    diharapkan untuk disajikan. Jadi misalnya, neraca harus menggambarkan
    dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset,
    kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang
    memenuhi kriteria pengakuan.
    b. Substansi mengungguli bentuk
    Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi
    serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut
    perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi
    dan bukan hanya bentuk hukumnya.
    c. Netralitas
    Informasi harus diarahkan pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
    Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan
    beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
    mempunyai kepentingan yang berlawanan.
    d. Pertimbangan sehat
    Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian
    peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang
    diragukan, perkiraan masa manfaat prabrik serta peralatan, dan tuntutan
    atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu
    diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan
    menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
    Pertimbangan mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
    perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan
    tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan
    pertimbangan sehat tidak diperkenankan, misalnya pembentukan
    cadangan tersembunyi atau penyisihan berlebihan dan sengaja
    menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan
    kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan
    menjadi tak netral, dan karena itu tidak memiliki kualitas andal.
    e. Kelengkapan
    Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
    materialitas dan beban. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan
    mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan
    karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi
    relevansinya.
  28. Dapat dibandingkan
    Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
    antara periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
    keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan
    keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan secara
    relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan,
    transaksi, dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara
    konsisten untuk perushaan bersangkutan, antar periode perusahaan yang
    sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
    2.2 Analisis Laporan Keuangan
    Analisis laporan keuangan mempelajari hubungan dan kecenderungan
    (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil dari operasi perusahaan dan
    perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan
    mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan dan data
    keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-
    hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan
    (Darminto dan Julianty, 2008:27).
    Tujuan analisis laporan keuangan antara lain:
  29. Sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger
  30. Sebagai alat forecasting menenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang
  31. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau
    masalah lainnya
  32. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.
    Teknik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua metoda, yaitu
    (Darminto dan Julianty, 2008:30):
  33. Metoda analisis horizontal, adalah metoda analisis yang dilakukan dengan cara
    membandingkan laporan keuangan oleh beberapa perioda sehingga dapat
    diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metoda ini terdiri dari 4
    analisis, namun pada analisis ini akan dibahas 2 metoda horizontal:
    a. Analisis komparatif (comparative financial statement analysis)
    Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi atau
    laporan arus kas yang berurutan dari satu perioda ke perioda berikutnya.
    b. Analisis trend
    Adalah suatu metoda atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada
    keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan
    turun. Sebuah alat yang berguna untuk perbandingan tren jangka panjang
    adalah tren angka indeks. Analisis ini memerlukan tahun dasar yang menjadi
    rujukan untuk semua pos yang biasanya diberi angka indeks 100. Karena tahun
    dasar menjadi rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun
    dimana kondisi bisnis normal.
  34. Metoda analisis vertikal, adalah metoda analisis yang dilakukan dengan cara
    menganalisis laporan keuangan pada perioda tertentu. Metoda ini terdiri dari 3
    analisis, antara lain:
    a. Analisis common size, dalah suatu metoda analisis untuk mengetahui persentase
    investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk
    mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosannya yang
    terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Analisis common size
    menekankan pada 2 faktor, yaitu:
  35. sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar,
    kewajiban tidak lancar dan ekuitas.
  36. komposisi aktiva, termasuk jumlah untuk masing – masing aktiva lancar aktiva tidak lancar.
    2.3 Analisis Rasio Keuangan
    (Rangkuti, 2006:69) Analisis rasio keuangan merupakan teknik untuk
    mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan. Tujuannya adalah:
  37. Mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini
  38. Memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang
    (Rangkuti, 2006:72) Jenis rasio keuangan:
  39. Rasio Likuiditas (liquidity ratio)
    Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
    memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
    a. Rasio Lancar(Current Ratio), merupakan perbandingan antara aktiva
    lancar dengan hutang lancar. Dimana kemampuan untuk membayar hutang
    yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rumus dari rasio lancar
    adalah: 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
    b. Rasio Kas (Cash ratio), merupakan kemampuan untuk membayar utang
    yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan
    dan efek yang dapat segera diuangkan. Rumus dari rasio kas adalah:
    𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑎𝑠 = 𝐾𝑎𝑠 + 𝑆𝑒𝑘𝑢𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠+ 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
    c. Rasio Cepat (Quick Ratio), dihitung dengan mengurangkan persediaan dari

aktiva lancar, kemudian membagi sisanya dengan hutang lancar. Dimana

kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan

aktiva lancar yang lebih likuid. Rumus dari rasio cepat adalah:
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
d. Modal Kerja Bersih terhadap Aset, merupakan selisih antara aset lancar

dan kewajiban lancar, kemudian dibandingkan dengan total aset

perusahaan. Rumus dari modal kerja bersih terhadap aset adalah: 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑡𝑒ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐴𝑠𝑒𝑡 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

  1. Rasio Solvabilitas (leverage ratio)

Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur sampai seberapa jauh perusahaan
dibiayai oleh pihak luar (dengan hutang)
a. Rasio Total Utang (Total debt), mengukur presentase penggunaan dana
dari kreditur yang dihitung dengan cara membagi total kewajiban dengan
total aset. Dimana beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang
dibelanjai dengan utang atau berapa bagian dari aset yang digunakan untuk
menjamin utang. Rumusdari rasio total utangadalah:𝑖𝑏𝑎𝑛
b. Rasio Tingkat Kemampuan Membayar Bunga (Times Interest Eraned

Ratio), ukuran leverage keuangan lainnya adalah sejauh mana bunga
obligasi dapat ditutupi oleh laba. Bank lebih suka meminjamkan uang

17

kepada perusahaan yang labanya jauh melebihi pembayaran bunga
(Brealey, Myers, Marcus; 2007:76). Rumus rasio tingkat kemampuan

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑀𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 c. Rasio Cakupan Kas (Cash Coverage Ratio), saaat menghitung laba, penyusustan

akan mengurangi laba perusahaan, bahkan meskipun tidak ada kas yang keluar.
Untuk menghitung sejauh mana bunga dapat ditutupi dari arus kas. Rumus dari

rasio cakupan ka𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 3. Rasio Efisiensi (efficiency ratio)

Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur berapa banyak produksi
perusahaan untuk setiap dolar aset yang digunakan (Brealey, Myers, Marcus;
2007:79).
a. Rasio Tingkat Perputaran Aset (Asser Turnover Ratio), untuk mengukur
rasio penjualan terhadap aset memperlihatkan seberapa baik aset
perusahaan digunakan. Rumus dari rasio tingkat perputaran aset adalah:
b. Rata-rata Periode Penagihan (Average Collection Period), untuk mengukur

seberapa cepat pelanggan membayar tagihan mereka. Rumus dari rata-rata

per𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑔𝑖ℎ𝑎𝑛 = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
c. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio), untuk megukur
seberapa efisien perputaran persediaan perusahaan. Rumus dari rasio perputaran

persedia𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
d. Jumlah Hari Penjualan Persediaan, untuk mengukur berapa banyak hari penjualan

dipresentasikan oleh persediaan. Rumus dari jumlah hari pejualan persediaan

ad𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛/365 4. Rasio Profitabilitas (profitability ratio)

Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur efektivitas keseluruhan

manajemen yang dapat dilihat dari keuntungan yang dihasilkan.

a. Marjin Laba (Profit Margin), untuk mengukur kemampuan setiap rupiah

penjualan untuk menghasilkan laba bersih. Rumus dari marjin laba adalah: 𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
b. Marjin Laba Operasi, dapat diukur dengan cara membandingkan utang

bunga yang ditambah dengan laba bersih, dengan penjualan. Rumus dari

marjin laba op𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ+ 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
c. Pengembalian Atas Aset (Return on Asset), untuk mengukur kemampuan

total aset untuk menghasilkan laba. Rumus dari ROA adalah: 𝑅𝑂𝐴 = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

d. Pengembalian Atas Ekuitas (Return on Equity), untuk mengukur
kemampuan dari ekuitas untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang
saham preferen dan saham biasa. Rumus dari ROE adalah: 𝑅𝑂𝐸 = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
e. Rasio Pembayaran Dividen (Payout Ratio), untuk mengukur proporsi laba

yang dibagikan sebagai dividen. Rumus rasio pembayaran dividen adalah: 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 = 𝐿𝑎𝑏𝑎
f. Rasio Laba Ditahan, untuk mengukur proporsi laba yang diinvestasikan

kembali dalam perusahaan. rumus rasio laba ditahan adalah: 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐷𝑖𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝐿𝑎𝑏𝑎
g. Pertumbuhan Ekuitas dari Laba Ditahan, untuk melihat seberapa cepat

ekuitas pemegang saham tumbuh sebagai hasil investasi kembali sebagian
laba perusahaan tiap tahun. Rumus dari pertumbuhan ekuitas dari laba

dit 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐷𝑖𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐷𝑖𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 𝑅𝑂𝐸

2.4 Analisi Du Pont
(Umar, 2008:169) Analisis Du Pont digunakan untuk melihat keseluruhan
hubunga antara profit margin yang dihasilkan dan jumlah dana yang
diinvestasikan ke dalam aset. Analisis ini menggabungkan rasio aktivitas dan
marjin laba terhadap penjualan, dan menunjukkan interaksi rasio-rasio dalam
menentukan profitabilitas.
(Sugiono, 2009:88) Melalui analisis Du Pont diharapkan dapat diketahui
penyebab dari tidak efisiennya suatu perusahaan yang bersumber pada laporan
keuangannya. Sistem ini juga memiliki keunggulan lai, seperti membagi ROE
menjadi tiga bagian.
a. Komponen Laba Penjualan (Net Profit Margin)
Komponen laba penjualan dapat ditingkatkan dengan menaikkan harga
dan meminimalkan biaya. Agar dapat dijual dengan harga yang lebih
tinggi, produk atau jasa yang dihasilkan harus memiliki nilai tambah yang
tinggi sedangkan biaya dapat diminimalkan dengan efisiensi.
b. Komponen Efisiensi Aktiva (Asset Turnover)
Komponen efisiensi aktiva dapat ditingkatkan dengan menaikkan
penjualan dan mengurangi investasi pada masa aktiva yang kurang
produktif. Dalam peningkatan penjualan sebaiknya dijaga jangan sampai
mengorbankan tingkat laba bersih.
c. Komponen Leverage (Equity Multiplier)
Pengali ekuitas yang tinggi selain meningkatkan ROE juga meningkatkan
risiko keuangan perusahaan. meningkatnya risiko perusahaan dapat
mengakibatkan biaya bunga lebih tinggi dan harga saham turun. Oleh
karena itu, pengali ekuitas harus diupayakan pada posisi yang seoptimal

mungkin. 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ+𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ+𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑅𝑂𝐸 = 𝑒𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑠 × 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 × 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ+𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 × 𝑙𝑎𝑏𝑎𝑙𝑎𝑏𝑎𝑠𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ𝑛𝑔𝑎

  1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
    3.1 Sejarah Perusahaan
    PT. Sekar Laut, Tbk. berawal dari sebuah usaha di bidang perdagangan
    produk kelautan di Kota Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 1966. Kemudian
    berkembang menjadi usaha krupuk udang tradisional. Dengan usaha yang telah
    dirintis sejak lama, usaha itu berkembang pesat dari industri rumah tangga
    menjadi perusahaan penghasil krupuk. Krupuk hasil buatan PT. Sekar Laut, Tbk.
    akhirnya diberi merek FINNA.
    PT. Sekar Laut, Tbk. didirikan dalam bentuk perseroan terbatas
    berdasarkan akte notaris No. 120 tanggal 19 Juli 1976 dari Soetjipto, SH, notaris
    di Surabaya. PT. Sekar Laut, Tbk. kemudian terdaftar resmi sebagai badan usaha
    perusahaan di departemen kehakiman pada 1 Maret 1978. Akte pendirian
    perusahaan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
    surat keputusannya No. Y.A.5/56/1 tanggal 1 Maret No. 87, tambahan No. 984
    tanggal 30 Oktober 1987.
    3.2 Profil Perusahaan
    Kantor pusat dan pabrik PT Sekar Laut, Tbk. berlokasi di di Jalan Raya
    Darmo No. 23-25, Surabaya. Sedangkan kantor cabang berlokasi di Jalan
    Jenggolo II/17 Sidoarjo.
    Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan
    perubahan terakhir dengan akte No. 94 tanggal 9 Juli 1997 oleh Buntario Trigis
    Darmawa NG, SH mengenai kenaikan modal dasar perusahaan dan penyesuaian
    anggaran dasar perusahaan dan penyesuaaian anggaran dasar dengan undang-
    undang No. 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas. Perusahaan bergerak dalam
    bidang industri pembuatan kerupuk, saos tomat, sambal dan bumbu masak serta
    menjual produknya di dalam maupun luar negeri.
    Hingga saat ini PT. Sekar Laut, Tbk. memiliki sebuah anak perusahaan
    yaitu PT. Pangan Lestari. yang bergerak di bidang distribusi produk makanan. PT.
    Pangan Lestari memiliki cabang sekaligus gudang di tujuh kota besar di seluruh
    Indonesia, yaitu di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang dan Denpasar.
    Dalam operasinya, perusahaan yang didirikan pada Agustus 1983 ini bekerja sama
    dengan lebih dari 20 agen dan 46 grosir serta melayani perkulakan dan retail
    seluruh Indonesia.
    Seiring dengan perkembangan, PT. Pangan Lestari tidak hanya
    mendistribusikan produk milik induk perusahaan. Akan tetapi juga menerima
    kesempatan bisnis dari luar grup dengan menjadi agen distribusi beberapa produk
    lokal dan impor. Selain itu PT. Pangan Lestari juga bekerja sama dengan
    perusahaan berskala internasional dan dipercaya untuk memegang keagenan dari
    produk-produk eksklusif seperti:
    • Minyak, Singapura
    • Rol Film, Perancis
    • Saos masak, Thailand
    • Vermicelli, China
    • Popcorn, Amerika Serikat and Argentina
    • French Fries, Amerika Serikat
    • Seasoning mixes, Thailand
    3.3 Visi dan Misi Perusahaan
    Visi dari PT. Sekar Laut, Tbk. adalah:
    • Membuat komunitas dunia lebih tahu akan produk-produk makanan
    dengan kualitas produk bagus, sehat, dan bergizi.
    • Mempertahankan posisi sebagai perusahaan nomor satu dalam bidang
    industri krupuk.
    Misi dari PT. Sekar Laut, Tbk. adalah:
    • Membantu mengolah sumber daya alam Indonesia yang berlimpah dengan
    tujuan untuk menyediakan makanan sehat yang bergizi dan berkualitas.
    • Membantu memberi pangan masyarakat seluruh dunia.
    • Membantu membangun dan meningkatkan kondisi ekonoi dan sosial
    masyarakat Indonesia.
    3.4 Struktur Organisasi Perusahaan
    Sumber : Laporan Keuangan PT. Sekar Laut, Tbk. pada tahun 2010
    • Dewan Komisaris
    Dewan Komisaris melakukan pengawasan sesuai wewenang yang
    diberikan pemegang saham dan anggaran dasar perusahaan. Dengan
    dibantu oleh Komite Audit, yang diketuai oleh seorang komisaris
    independen, dan Satuan Audit Internal, Dewan Komisaris dapat
    memperoleh informasi perusahaan secara menyeluruh dan tepat waktu.
    Dewan komisaris berwenang penuh melakukan pemantauan atas kinerja
    manajemen dengan prinsip kehati-hatian dan untuk kepentingan
    perusahaan serta para pemegang sahamnya.
    • Dewan Direksi
    Dewan Direksi mengendalikan jalannya perusahaan, memformulasikan
    kebijakan sesuai visi dan misi perusahaan, dan membuat laporan
    tahunan kepada para pemegang saham. Dewan Direksi menentukan
    persyaratan dan menunjuk auditor dari kantor akuntan publik sesuai
    wewenang yang diberikan pemegang saham untuk memeriksa laporan
    keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
    (PSAK). Direksi melakukan paparan publik atas kegiatan-kegiatan
    perusahaan, untuk memenuhi transparansi public dan kepentingan
    pemegang saham. Dewan Direksi mengadakan rapat secara teratur
    menangani setiap permasalahan yang penting.
    • Komite Audit
    Komite Audit ini diketuai oleh Komisaris Independen Perseroan
    merangkap anggota dan 2 orang anggota lainnya. Tugas dan tanggung
    jawab Koite Audit adalah melakukan penelaahan terhadap informasi
    keuangan Perseroan, ketaatan pada peraturan perundang-undangan di
    bidang pasar modal dan peraturan perundang-undangan lain yang
    relevan, independensi, objektivitas, dan performa akuntan publik.
    Komite Audit ini melakukan tugas penelaahan berdasarkan dokumen-
    dokumen, data, keterangan dan informasi yang diperoleh dari Perseroan.
    • Komisaris Independen

Ketua
Anggota

: Catharine Ong
: Chrisyanti Hidayat, SH.

Endah Asmiati
• Sekretaris Perusahaan
Nama: Jimmy Herlambang
Tugas: Membantu direksi sebagai pejabat penghubung dalam kounikasi
dengan Stake Holder sebagai upaya meningkatkan loyalitas para
Stake Holder, ikut membantu penyusunan laporan manajemen
serta kegiatan yang berhubungan performa usaha, dan system
informasi perusahaan.
• Presiden Komisaris: Loddy Gunadi
• Komisaris : Bing Hartono Poernomosidi
Catharine Ong

• Presiden Direktur
• Direktur

: Harry Sunogo

: Tjahjono Haryono

John Canfi Gozal

  1. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
    4.1 Analisis Rasio
    4.1.1 Rasio Leverage

Rasio Utang Jangka Panjang Rasio Utang Jangka Panjang – Ekuitas
Rasio Total Utang
Rasio Tingkat Kemampuan
Membayar Bunga

2009 0.24187673 0.319046703

0.4216143

0.541567

2010 0.205895 0.25928

0.406622

2.007272

2011 0.201133 0.251773

0.426337

2.582081

2012 0.195369 0.242806

0.481544

4.203581

2013 0.207781 0.262277

0.537566

3.802244

Rasio Cakupan Kas 0.541567 2.007272 2.582081 4.203581 3.802244
Tabel 6. Perhitungan Rasio Leverage

Rasio Leverage(1) 0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

Rasio Utang Jangka Panjang

Rasio Utang Jangka Panjang – Ekuitas

Rasio Total Utang

0.1

0
2009 2010 2011 2012 2013

Linear (Rasio Utang Jangka Panjang)

Grafik 1. Grafik Rasio Leverage (1)

Rasio Leverage (2)

5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
2009 2010 2011 2012 2013

Linear (Rasio Cakupan Kas)

Grafik 2. Grafik Rasio Leverage (2)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa trend rasio total utang
perusahaan, rasio tingkat membayar bunga, dan rasio cakupan kas mengalami
kenaikan dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Sedangkan, trend rasio utang jangka
panjang-ekuitas dan rasio utang jangka panjang perusahaan mengalami penurunan
dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki kewajiban yang lebih banyak daripada asetnya dari tahun ke tahun,
karena rasio total utang perusahaan selalu meningkat dari tahun 2009 sampai

  1. Kemampuan perusahaan untuk membayar bunga mengalami peningkatan
    dari tahun 2009 ke 2013, hal ini berarti kemampuan perusahaan untuk membayar
    beban bunga mengalami peningkatan. Sehingga dapat dikatakan perusahaan dapat
    dengan baik membayar beban bunganya.

4.1.2 Rasio Likuiditas

2009 2010 2011 2012 2013

Rasio Lancar 1.890174376 1.875374 1.740964 1.414771 1.233836

Rasio Cepat
Rasio Kas

0.867682301
0.215525209

0.84861
0.103519

0.926889
0.155201

0.635965
0.051025

0.660099
0.071869

Tabel 7. Perhitungan Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas 2.5

2

1.5

1

0.5

Modal Kerja Bersih (NWC) terhadap Aset

Rasio Lancar

Rasio Cepat

Rasio Kas

0
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 3. Grafik Rasio Likuiditas

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa trend rasio likuiditas perusahaan
mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Hal itu dapat dilihat
dari rasio modal kerja bersih teradap aset, rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas
mengalami penurunan. Hal ini berarti likuiditas perusahaan dalam keadaan yang
kurang baik, perusahaan kurang dapat membayar kewajiban jangka pendeknya
pada waktu jatuh tempo.
4.1.3 Rasio Efisiensi

2009 2010 2011 2012 2013

Rata-rata Periode 48.24 39.44 44.59 44.78 40.52

Perputaran Persediaan Jumlah Hari Penjualan
Persediaan

5.035212191

72.49

5.306866

68.78

5.614548

65.01

5.754485

63.43

6.745089

54.11

Tabel 8. Perhitungan Rasio Efisiensi

Rasio Efisiensi (1)

8 7 6 5 4 3 2 1
0
2009 2010 2011 2012 2013

Total Perputaran Aset

Perputaran Persediaan

Linear (Total Perputaran Aset)
Linear (Perputaran Persediaan)

Grafik 4. Grafik Rasio Efisiensi (1)

Rasio Efisiensi (2)

80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00

2009 2010 2011 2012 2013

Rata-rata Periode Penagihan
Jumlah Hari Penjualan Persediaan
Linear (Rata-rata Periode Penagihan)
Linear (Jumlah Hari Penjualan Persediaan)

Grafik 5. Grafik Rasio Efisiensi (2)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa rasio efisiensi perusahaan cukup
baik. Trend dari rasio total perputaran persediaan meningkat, hal itu dapat
dikatakan bahwa perusahaan sudah memutar persediaan dengan cukup efisien dan
cepat sehingga tidak mengikat lebih banyak modal. Trend rasio rata-rata periode
penagihan juga menurun. Hal itu berarti perusahaan dapat menagih piutangnya
dengan baik dari tahun ke tahun. Namun, pada rasio tingkat perputaran aset
mengalami sedikit penurunan dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Dari rasio
tersebut terlihat bahwa aset perusahaan sudah digunakan dengan cukup baik.
4.1.4 Rasio Profitabilitas

2009 2010 2011 2012 2013

Margin Laba Operasi 0.0466 0.0155 0.0175 0.0181 0.0203

Pengembalian atas Aset (Retun on Asset) Pengembalian atas Ekuitas (Retun on Equity)
Rasio Pembayaran Dividen
Rasio Laba Ditahan Pertumbuhan Ekuitas
dari Laba Ditahan

0.064903431

0.119573475

1

0.120

0.024654

0.041711

1

0.042

0.029066

0.049558

0.23

0.77

0.038

0.031284

0.057167

0.19

0.81

0.046

0.041778

0.085014

0.18

0.82

0.070

Tabel 9. Perhitungan Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas (1)

0.14

0.12

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
2009 2010 2011 2012 2013

Margin Laba

Pengembalian atas Aset (Retun on Asset)

Pengembalian atas Ekuitas (Retun on Equity)

Grafik 6. Grafik Rasio Profitabilitas (1)

Rasio Profitabilitas (2) 0.2500

0.2000

0.1500

0.1000

0.0500


2009 2010 2011 2012 2013

Margin Laba Operasi

Rasio Pembayaran Dividen
Linear (Margin Laba Operasi)
Linear (Rasio Pembayaran Dividen)

Grafik 7. Grafik Rasio Profitabilitas (2)

Rasio Profitabilitas (3) 1

1

1

1

0

0

Rasio Laba Ditahan

Linear (Rasio Laba Ditahan)


2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 8. Grafik Rasio Profitabilitas (3)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa rasio profitabilitas perusahaan
tidak terlalu baik. Terlihat dari marjin laba operasi, marjin laba, pengembalian
atas aset, pengembalian atas ekuitas, rasio laba ditahan, dan pertumbuhan ekuitas
dari laba ditahan mengalami penurunan. Hal itu menunjukkan bahwa laba yang
dihasilkan perusahaan dari tahun 2009 sampai tahun 2013 mengalami penurunan.
Dari ketujuh rasio profitabilitas yang ada, hanya rasio pembayaran dividen saja
yang mengalami peningkatan. Rasio pembayaran dividen sendiri mengalami
peningkatan karena di tahun 2009 dan 2010 tidak diketahui berapa pembayaran
dividen perusahaan.

4.2 Analisis Common Size Horizontal
4.2.1 Analisis Common Size Horizontal Laporan Posisi Keuangan

Tabel 10. Common Size Laporan Posisi Keuangan

TOTAL ASET LANCAR

54.00%

52.00%

50.00%

48.00%

46.00%

44.00%

42.00%

40.00%
2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL ASET LANCAR

Linear (TOTAL ASET LANCAR)

Grafik 9. Grafik Total Aset Lancar

Dari grafik di atas terlihat bahwa total aset lancar yang dimiliki oleh
perusahaan dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan. Hal
tersebut terlihat dari tahun 2009 total aset lancarnya adalah 44.81% dari total aset
yang ada dan selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya, hingga di tahun
2013, total aset lancarnya adalah 47.40%. Total aset lancar perusahaan dapat
meningkat karena di PT. Sekar Laut, Tbk. terdapat peningkatan persediaan dan
juga piutang usaha pihak ketiga dari tahun ke tahun.

TOTAL ASET TIDAK LANCAR

56.00%

54.00%

52.00%

50.00%

48.00%

46.00%

44.00%
2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL ASET TIDAK LANCAR
Linear (TOTAL ASET TIDAK LANCAR)

Grafik 10. Grafik Total Aset Tidak Lancar

Dari grafik di atas dapat dikatakan bahwa total aset tidak lancar
perusahaan dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan setiap
tahunnya. Hal itu terlihat dari total aset tidak lancar pada tahun 2009 adalah
55.19% dari total aset yang ada dan di tahun 2013 adalah 48.64%. Total aset tidak
lancar perusahaan mengalami penurunan di setiap tahunnya karena aset tetap yang
dimiliki oleh perusahaan juga mengalami penurunan di tahun 2009 hingga tahun 2013.

TOTAL KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Linear (TOTAL KEWAJIBAN JANGKA PENDEK)

Grafik 11. Grafik Total Kewajiban Jangka Pendek

Dari grafik di atas terlihat bahwa total kewajiban jangka pendek
perusahaan mengalami peningkatan di tahun 2009 hingga tahun 2013. Hal
tersebut terlihat di tahun 2009, total kewajiban jangka pendeknya adalah 23.71%
dari total kewajiban yang ada, dan tahun 2013 adalah 41.63%. Total kewajiban
jangak pendek perusahaan mengalami peningkatan karena pinjaman bank jangka
pendek dan utang usaha pihak ketiga juga meningkat dari tahun 2009 hingga
tahun 2013. Hal itulah yang menyebabkan total kewajiban jangka pendek
perusahaan meningkat.

TOTAL KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

20.00% 18.00% 16.00% 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Linear (TOTAL KEWAJIBAN JANGKA PANJANG)

Grafik 12. Grafik Total Kewajiban Jangka Panjang

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa total kewajiban jangka panjang
perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Hal itu
terlihat dari total jangka panjang di tahun 2009 adalah 18.45% dari total
kewajiban perusahaan, sedangkan di tahun 2013 adalah 12.13%. Total kewajiban
jangka panjang perusahaan mengalami penurunan karena di tahun 2009 hingga
tahun 2013, pinjaman jangka panjang bank mengalami penurunan. Oleh karena
itu, total kewajiban jangka panjang perusahaan juga ikut mengalami penurunan.

TOTAL KEWAJIBAN 60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

TOTAL KEWAJIBAN

Linear (TOTAL KEWAJIBAN)

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 13. Grafik Total Kewajiban

Dari grafik di atas terlihat bahwa total kewajiban perusahaan mengalami
peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Hal itu ditunjukkan oleh data
total kewajiban terhadap total ekuitas dan kewajiban di tahun 2009 adalah
42.16%, sedangkan di tahun 2013 adalah 53.76%. Total kewajiban perusahaan
meningkat karena di tahun 2009 hingga tahun 2013, total kewajiban jangka
pendek perusahaan mengalami peningkatan.

TOTAL EKUITAS

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL EKUITAS

Linear (TOTAL EKUITAS)

Grafik 14. Grafik Total Ekuitas

Dari grafik di atas terlihat bahwa total ekuitas perusahaan di tahun 2009
hingga tahun 2013 mengalami penurunan. Hal itu terlihat pada tahun 2009 total
ekuitas terhadap total ekuitas dan total kewajiban adalah 57.84%, sedangkan di
tahun 2013 adalah 46.24%. Total ekuitas perusahaan mengalami penurunan
karena modal saham dan tambahan modal disetor perusahaan juga menurun dari
tahun 2009 hingga tahun 2013. Oleh karena itulah, total ekuitas perusahaan
mengalami penurunan.

4.2.2 Analisis Common Size Horizontal Laporan Laba Rugi
Tabel 12. Common Size Laporan Laba Rugi

Tabel 13. Common Size Laporan Laba Rugi (2)

LABA KOTOR 23.00%

22.00%

21.00%

20.00% LABA KOTOR
19.00% Linear (LABA KOTOR)

18.00%

17.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 15. Grafik Laba Kotor

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa laba kotor perusahaan dari tahun
2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan. Hal itu terlihat dari tahun 2009,
laba kotor perusahaan adalah 18.97%, sedangkan di tahun 2013 adalah 21.88%.
Laba kotor perusahan hampir di setiap tahun mengalami pengingkatan, hanya di
tahun 2013 yang mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

LABA USAHA

4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

LABA USAHA
Linear (LABA USAHA)

Grafik 16. Grafik Laba Usaha

Dari grafik di atas terlihat bahwa laba usaha perusahaan mengalami
peningkatan dari tahun 2009 hingga 2013. Hal tersebut ditunjukkan oleh data laba
usaha di tahun 2009 adalah 0.62%, sedangkan di tahun 2013 laba usahanya adalah
3.47%. Laba usaha PT. Sekar Laut, Tbk. dari tahun 2009 hingga tahun 2013 selalu meningkat.

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BADAN

5.00% 4.50% 4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BADAN

Linear (LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BADAN)

Grafik 17. Grafik Laba Sebelum Pajak Pengahasilan Badan

Dari grafik di atas tampak bahwa laba sebelum pajak penghasilan badan
perusahaan dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan. Hal itu
terlihat dari tahun 2009, laba sebelum pajak penghasilan badannya adalah 4.49%,
sedangkan di tahun 2013 adalah 2.93%. Laba sebelum pajak penghasilan badan di
tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya.

LABA SEBELUM HAK MINORITAS

5.00% 4.50% 4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

LABA SEBELUM HAK MINORITAS
Linear (LABA SEBELUM HAK MINORITAS)

Grafik 18. Grafik Laba Sebelum Hak Minoritas

Dari grafik di atas tampak bahwa laba sebelum hak minoritas perusahaan
dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan. Hal itu terlihat dari
tahun 2009, laba sebelum hak minoritas adalah 4.63%, sedangkan di tahun 2013
adalah 2.02%. Laba sebelum hak minoritas di tahun 2010 mengalami penurunan
yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya.

LABA BERSIH

5.00% 4.50% 4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

LABA BERSIH
Linear (LABA BERSIH)

Grafik 19. Grafik Laba Bersih

Dari grafik di atas tampak bahwa laba bersih perusahaan dari tahun 2009
hingga tahun 2013 mengalami penurunan. Hal itu terlihat dari tahun 2009, laba
bersih adalah 4.63%, sedangkan di tahun 2013 adalah 2.02%. Laba bersih di tahun
2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Namun
di tahun 2011, 2012, dan 2013 laba bersih perusahaan mengalami sedikit demi
sedikit peningkatan.

4.3 Analisis Common Size Vertikal
4.3.1 Analisis Common Size Vertikal Laporan Posisi Keuangan

  1. Tahun 2009
    Pada tahun 2009, total aset lancar perusahaan adalah 44.81% dari total
    aset. Sedangkan total aset tidak lancarnya adalah 55.19%. Aset lancar yang
    dimiliki perusahaan sebagian besar berasal dari kas dan setara kas; piutang
    usaha pihak ketiga; dan persediaan. Terdapat kas dan setara kas sebesar
    5.11%, piutang usaha pihak ketiga sebesar 15.02%, dan persediaan sebesar
    23.13%. Dari data tersebut terlihat bahwa persediaan perusahaan
    merupakan bagian dari aset lancar yang paling besar. Aset tidak lancar
    yang dimiliki perusahaan sebagian besar terdiri dari aset tetap sebesar
    50.73%. PT. Sekar Laut, Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di
    bidang manufaktur, sehingga aset lancar dan aset tidak lancar perusahaan
    memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda.
    Sedangkan total kewajiban perusahaan adalah 42.16% dari total
    kewajiban dan ekuitas. Sedangkan total ekuitasnya adalah 57.84%. Total
    kewajiban perusahaan terdiri dari 23.71% total kewajiban jangka pendek
    dna 18.45% total kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek
    yang dimiliki perusahaan sebagian besar terdiri dari pinjaman bank jangka
    pendek dan utang usaha pihak ketiga. Terdapat pinjaman bank jangka
    pendek sebesar 6.59% dan utang usaha pihak ketiga sebesar 10.14%.
    kewajiban jangka panjang perusahaan sebagian besar terdiri dari utang
    jangka panjang perusahaan dan kewajiban manfaat perusahaan. Terdapat
    utang jangka panjang bank sebesar 11.97% dan kewajiban manfaat
    karyawan sebesar 5.72%.
    Ekuitas perusahaan sebagian besar terdiri dari modal saham, tambahan
    modal disetor, dan akumulasi saldo laba yang belum dicadangkan.
    Terdapat modal saham sebesar 35.21%, tambahan modal disetor sebesar
    11%, dan akumulasi saldo laba yang belum dicadangkan sebesar 11.63%.
  2. Tahun 2010
    Pada tahun 2010, total aset lancar perusahaan adalah 47.40% dari
    total aset. Sedangkan total aset tidak lancarnya adalah 52.60%. Aset lancar
    yang dimiliki perusahaan sebagian besar berasal dari kas dan setara kas;
    piutang usaha pihak ketiga; dan persediaan. Terdapat kas dan setara kas
    sebesar 2.62%, piutang usaha pihak ketiga sebesar 18.34%, dan persediaan
    sebesar 24.89%. Dari data tersebut terlihat bahwa persediaan perusahaan
    merupakan bagian dari aset lancar yang paling besar. Kas dan setara kas;
    piutang usaha pihak ketiga; dan persediaan mengalami peningkatan dari
    tahun 2009. Hal ini yang menyebabkan total aset lancar perusahaan juga
    meningkat. Aset tidak lancar yang dimiliki perusahaan sebagian besar
    terdiri dari aset tetap sebesar 48.65%. Jumlah aset tetap perusahaan
    mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009, sehingga total aset tidak
    lancar juga menurun. PT. Sekar Laut, Tbk. merupakan perusahaan yang
    bergerak di bidang manufaktur, sehingga aset lancar dan aset tidak lancar
    perusahaan memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda.
    Sedangkan total kewajiban perusahaan adalah 40.66% dari total
    kewajiban dan ekuitas. Sedangkan total ekuitasnya adalah 59.34%. Total
    kewajiban perusahaan terdiri dari 25.28 % total kewajiban jangka pendek
    dan 15.39% total kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek
    yang dimiliki perusahaan sebagian besar terdiri dari pinjaman bank jangka
    pendek dan utang usaha pihak ketiga. Terdapat pinjaman bank jangka
    pendek sebesar 6.58% dan utang usaha pihak ketiga sebesar 10.21%. Total
    kewajiban jangka pendek tahun 2010 mengalami peningkatan
    dibandingkan tahun 2009. Kewajiban jangka panjang perusahaan sebagian
    besar terdiri dari utang jangka panjang perusahaan dan kewajiban manfaat
    perusahaan. Terdapat utang jangka panjang bank sebesar 8.55% dan
    kewajiban manfaat karyawan sebesar 6.45%. Total kewajiban jangka
    panjang tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009.
    Sedangkan total kewajiban perusahaan tahun 2010 mengalami penurunan
    dibandingkan tahun 2009.
    Ekuitas perusahaan sebagian besar terdiri dari modal saham, tambahan
    modal disetor, akumulasi saldo laba dicadangkan, dan saldo laba yang
    belum dicadangkan. Terdapat modal saham sebesar 34.65%, tambahan
    modal disetor sebesar 10.82%, akumulasi saldo laba dicadangkan sebesar
    6.93%, dan akumulasi saldo laba yang belum dicadangkan sebesar 6.94%.
    total ekuitas perusahaan tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun 2009.
  3. Tahun 2011
    Pada tahun 2011, total aset lancar perusahaan adalah 49.08% dari total
    aset. Sedangkan total aset tidak lancarnya adalah 50.92%. Aset lancar yang
    dimiliki perusahaan sebagian besar berasal dari kas dan setara kas; piutang
    usaha pihak ketiga; dan persediaan. Terdapat kas dan setara kas sebesar
    4.38%, piutang usaha pihak ketiga sebesar 20.96%, dan persediaan sebesar
    22.06%. Dari data tersebut terlihat bahwa persediaan perusahaan
    merupakan bagian dari aset lancar yang paling besar. Kas dan setara kas
    dan piutang usaha pihak ketiga mengalami peningkatan dari tahun 2010.
    Hal ini yang menyebabkan total aset lancar perusahaan juga meningkat.
    Aset tidak lancar yang dimiliki perusahaan sebagian besar terdiri dari aset
    tetap sebesar 46.83%. Jumlah aset tetap perusahaan mengalami penurunan
    dibandingkan tahun 2010, sehingga total aset tidak lancar juga menurun.
    PT. Sekar Laut, Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
    manufaktur, sehingga aset lancar dan aset tidak lancar perusahaan
    memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda.
    Sedangkan total kewajiban perusahaan adalah 42.63% dari total
    kewajiban dan ekuitas. Sedangkan total ekuitasnya adalah 57.37%. Total
    kewajiban perusahaan terdiri dari 28.19% total kewajiban jangka pendek
    dna 14.44% total kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek
    yang dimiliki perusahaan sebagian besar terdiri dari pinjaman bank jangka
    pendek dan utang usaha pihak ketiga. Terdapat pinjaman bank jangka
    pendek sebesar 9.44% dan utang usaha pihak ketiga sebesar 10.60%. Total
    kewajiban jangka pendek tahun 2011 mengalami peningkatan
    dibandingkan tahun 2010. Kewajiban jangka panjang perusahaan sebagian
    besar terdiri dari utang jangka panjang perusahaan dan kewajiban manfaat
    perusahaan. Terdapat utang jangka panjang bank sebesar 6.52% dan
    kewajiban manfaat karyawan sebesar 7.01%. Total kewajiban jangka
    panjang tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010.
    Sedangkan total kewajiban perusahaan tahun 2011 mengalami peningkatan
    dibandingkan tahun 2010.
    Ekuitas perusahaan sebagian besar terdiri dari modal saham, tambahan
    modal disetor, akumulasi saldo laba dicadangkan, dan saldo laba yang
    belum dicadangkan. Terdapat modal saham sebesar 32.24%, tambahan
    modal disetor sebesar 10.07%, akumulasi saldo laba dicadangkan sebesar
    6.45%, dan akumulasi saldo laba yang belum dicadangkan sebesar 8.60%.
    total ekuitas perusahaan tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun 2010.
  4. Tahun 2012
    Pada tahun 2012, total aset lancar perusahaan adalah 50.32% dari total
    aset. Sedangkan total aset tidak lancarnya adalah 49.68%. Aset lancar yang
    dimiliki perusahaan sebagian besar berasal dari kas dan setara kas; piutang
    usaha pihak ketiga; dan persediaan. Terdapat kas dan setara kas sebesar
    1.81%, piutang usaha pihak ketiga sebesar 20.20%, dan persediaan sebesar
    24.34%. Dari data tersebut terlihat bahwa persediaan perusahaan
    merupakan bagian dari aset lancar yang paling besar. Persediaan
    mengalami peningkatan dari tahun 2011. Hal ini yang menyebabkan total
    aset lancar perusahaan juga meningkat. Aset tidak lancar yang dimiliki
    perusahaan sebagian besar terdiri dari aset tetap sebesar 40.73%. Jumlah
    aset tetap perusahaan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011,
    sehingga total aset tidak lancar juga menurun. PT. Sekar Laut, Tbk.
    merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, sehingga aset
    lancar dan aset tidak lancar perusahaan memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda.
    Sedangkan total kewajiban perusahaan adalah 48.15% dari total
    kewajiban dan ekuitas. Sedangkan total ekuitasnya adalah 51.85%. Total
    kewajiban perusahaan terdiri dari 35.57% total kewajiban jangka pendek
    dna 12.59% total kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek
    yang dimiliki perusahaan sebagian besar terdiri dari pinjaman bank jangka
    pendek dan utang usaha pihak ketiga. Terdapat pinjaman bank jangka
    pendek sebesar 12.27% dan utang usaha pihak ketiga sebesar 15.23%.
    Total kewajiban jangka pendek tahun 2012 mengalami peningkatan
    dibandingkan tahun 2011. Kewajiban jangka panjang perusahaan sebagian
    besar terdiri dari utang jangka panjang perusahaan dan kewajiban manfaat
    perusahaan. Terdapat utang jangka panjang bank sebesar 4.82% dan
    kewajiban manfaat karyawan sebesar 6.89%. Utang jangka panjang bank
    dan kewajiban manfaat karyawan pada tahun 2012 mengalami penurunan
    dibandingkan tahun 2011, sehingga total kewajiban jangka panjang juga
    menurun. Sedangkan total kewajiban perusahaan tahun 2012 mengalami
    peningkatan dibandingkan tahun 2011 karena total kewajiban jangka
    pendek perusahaan meningkat.
    Ekuitas perusahaan sebagian besar terdiri dari modal saham, tambahan
    modal disetor, akumulasi saldo laba dicadangkan, dan saldo laba yang
    belum dicadangkan. Terdapat modal saham sebesar 27.66%, tambahan
    modal disetor sebesar 8.64%, akumulasi saldo laba dicadangkan sebesar
    5.53%, dan akumulasi saldo laba yang belum dicadangkan sebesar
    10.01%. Total ekuitas perusahaan tahun 2012 mengalami penurunan dari
    tahun 2011 karena modal saham, tambahan modal disetor, dan akumulasi
    saldo laba dicadangkan menurun.
  5. Tahun 2013
    Pada tahun 2013, total aset lancar perusahaan adalah 51.36% dari total
    aset. Sedangkan total aset tidak lancarnya adalah 48.64%. Aset lancar yang
    dimiliki perusahaan sebagian besar berasal dari kas dan setara kas; piutang
    usaha pihak ketiga; dan persediaan. Terdapat kas dan setara kas sebesar
    2.99%, piutang usaha pihak ketiga sebesar 23.42%, dan persediaan sebesar
    23.36%. Dari data tersebut terlihat bahwa piutang usaha pihak ketiga
    perusahaan merupakan bagian dari aset lancar yang paling besar. Kas dan
    setara kas; piutang usaha mengalami peningkatan dari tahun 2012. Hal ini
    yang menyebabkan total aset lancar perusahaan juga meningkat. Aset tidak
    lancar yang dimiliki perusahaan sebagian besar terdiri dari aset tetap
    sebesar 41.73%. Total aset tidak lancar tahun 2013 menurun dibandingkan
    dengan tahun 2012. PT. Sekar Laut, Tbk. merupakan perusahaan yang
    bergerak di bidang manufaktur, sehingga aset lancar dan aset tidak lancar
    perusahaan memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda.
    Sedangkan total kewajiban perusahaan adalah 53.76% dari total
    kewajiban dan ekuitas. Sedangkan total ekuitasnya adalah 46.24%. Total
    kewajiban perusahaan terdiri dari 41.63% total kewajiban jangka pendek
    dna 12.13% total kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek
    yang dimiliki perusahaan sebagian besar terdiri dari pinjaman bank jangka
    pendek dan utang usaha pihak ketiga. Terdapat pinjaman bank jangka
    pendek sebesar 13.11% dan utang usaha pihak ketiga sebesar 17.98%.
    Total kewajiban jangka pendek tahun 2013 mengalami peningkatan
    dibandingkan tahun 2012 karena pinjaman bank jangka pendek dan utang
    usaha pihak ketiga meningkat. Kewajiban jangka panjang perusahaan
    sebagian besar terdiri dari utang jangka panjang perusahaan dan kewajiban
    manfaat perusahaan. Terdapat utang jangka panjang bank sebesar 4.86%
    dan kewajiban manfaat karyawan sebesar 6.52%. Total utang jangka
    panjang pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012.
    Sedangkan total kewajiban perusahaan tahun 2013 mengalami peningkatan
    dibandingkan tahun 2012 karena total kewajiban jangka pendek
    perusahaan meningkat.
    Ekuitas perusahaan sebagian besar terdiri dari modal saham, tambahan
    modal disetor, akumulasi saldo laba dicadangkan, dan saldo laba yang
    belum dicadangkan. Terdapat modal saham sebesar 22.87%, tambahan
    modal disetor sebesar 7.15%, akumulasi saldo laba dicadangkan sebesar
    4.57%, dan akumulasi saldo laba yang belum dicadangkan sebesar
    11.46%. Total ekuitas perusahaan tahun 2013 mengalami penurunan dari
    tahun 2012 karena modal saham, tambahan modal disetor, dan akumulasi
    saldo laba dicadangkan menurun.
    4.3.2 Analisis Common Size Vertikal Laporan Laba Rugi
  6. Tahun 2009
    Pada tahun 2009, pendapatan bersih perusahaan sebagian besar terdiri
    dari 81.03% beban pokok pendapatan, sehingga terdapat 18.97% laba
    kotor. Kemudian laba kotor dikurangi dengan beban usaha sebesar
    18.35%. Beban usaha perusahaan terdiri dari beban penjualan serta beban
    umum dan administrasi. Beban penjualan sebesar 10.20% serta beban
    umum dan administrasi sebesar 8.15%. Dari data tersebut tersebut terdapat
    laba usaha sebesar 0.62%. Laba usaha perusahaan kemudian terdapat
    pendapatan/beban lain-lain sebesar 3.87%, sehingga laba sebelum pajak
    penghasilan badan PT. Sekar Laut, Tbk. adalah 4.49%. Dengan adanya
    beban pajak penghasilan badan, laba bersih perusahaan menjadi sebesar 4.63%.
  7. Tahun 2010
    Pada tahun 2010, pendapatan bersih perusahaan sebagian besar terdiri
    dari 80.24% beban pokok pendapatan, sehingga terdapat 19.76% laba
    kotor. Laba kotor perusahaan tahun 2010 meningkat dibandingkan tahun
    2009 karena beban pokok pendapatan perusahaan tahun 2010 mengalami
    penurunan dibandingkan tahun 2009. Kemudian laba kotor dikurangi
    dengan beban usaha sebesar 17.93%. Beban usaha perusahaan terdiri dari
    beban penjualan serta beban umum dan administrasi. Beban penjualan
    sebesar 9.66% serta beban umum dan administrasi sebesar 8.28%. Dari
    data tersebut tersebut terdapat laba usaha sebesar 1.82%. Laba usaha tahun
    2010 mengalami peningkatan karena beban usaha perusahaan tahun 2010
    mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009. Laba usaha
    perusahaan kemudian terdapat pendapatan/beban lain-lain sebesar 0.142%,
    sehingga laba sebelum pajak penghasilan badan PT. Sekar Laut, Tbk.
    adalah 1.96%. Dengan adanya beban pajak penghasilan badan, laba bersih
    perusahaan menjadi sebesar 1.54%. Laba bersih perusahaan mengalami
    penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2009 ke tahun 2010.
  8. Tahun 2011
    Pada tahun 2011, pendapatan bersih perusahaan sebagian besar terdiri
    dari 78.96% beban pokok pendapatan, sehingga terdapat 21.04% laba
    kotor. Laba kotor perusahaan tahun 2011 meningkat dibandingkan tahun
    2010 karena beban pokok pendapatan perusahaan tahun 2011 mengalami
    penurunan dibandingkan tahun 2010. Kemudian laba kotor dikurangi
    dengan beban usaha sebesar 18.41%. Beban usaha perusahaan terdiri dari
    beban penjualan serta beban umum dan administrasi. Beban penjualan
    sebesar 10.17% serta beban umum dan administrasi sebesar 8.24%. Dari
    data tersebut tersebut terdapat laba usaha sebesar 2.63%. Laba usaha
    perusahaan kemudian terdapat pendapatan/beban lain-lain sebesar
    -0.304%, sehingga laba sebelum pajak penghasilan badan PT. Sekar Laut,
    Tbk. adalah 2.33%. Dengan adanya beban pajak penghasilan badan, laba
    bersih perusahaan menjadi sebesar 1.74%. Laba bersih perusahaan
    mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011.
  9. Tahun 2012
    Pada tahun 2012, pendapatan bersih perusahaan sebagian besar terdiri
    dari 77.93% beban pokok pendapatan, sehingga terdapat 22.61% laba
    kotor. Laba kotor perusahaan tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun
    2011 karena beban pokok pendapatan perusahaan tahun 2012 mengalami
    penurunan dibandingkan tahun 2011. Kemudian laba kotor dikurangi
    dengan beban usaha sebesar 19.39%. Beban usaha perusahaan terdiri dari
    beban penjualan serta beban umum dan administrasi. Beban penjualan
    sebesar 11.31% serta beban umum dan administrasi sebesar 8.07%. Dari
    data tersebut tersebut terdapat laba usaha sebesar 3.22%. Laba usaha
    perusahaan kemudian terdapat pendapatan/beban lain-lain sebesar
    -0.507%, sehingga laba sebelum pajak penghasilan badan PT. Sekar Laut,
    Tbk. adalah 2.72%. Dengan adanya bebdan pajak penghasilan badan, laba
    bersih perusahaan menjadi sebesar 1.80%. Laba bersih perusahaan
    mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012.
  10. Tahun 2013
    Pada tahun 2013, pendapatan bersih perusahaan sebagian besar terdiri
    dari 78.12% beban pokok pendapatan, sehingga terdapat 21.88% laba
    kotor. Laba kotor perusahaan tahun 2013 menurun dibandingkan tahun
    2012 karena beban pokok pendapatan perusahaan tahun 2013 mengalami
    peningkatan dibandingkan tahun 2012. Kemudian laba kotor dikurangi
    dengan beban usaha sebesar 18.41%. Beban usaha perusahaan terdiri dari
    beban penjualan serta beban umum dan administrasi. Beban penjualan
    sebesar 10.84% serta beban umum dan administrasi sebesar 7.57%. Dari
    data tersebut tersebut terdapat laba usaha sebesar 3.47%. Laba usaha
    perusahaan kemudian terdapat pendapatan/beban lain-lain sebesar
    -0.546%, sehingga laba sebelum pajak penghasilan badan PT. Sekar Laut,
    Tbk. adalah 2.93%. Dengan adanya bebdan pajak penghasilan badan, laba
    bersih perusahaan menjadi sebesar 2.02%. Laba bersih perusahaan
    mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013.

4.4 Analisis Du Pont

LABA BERSIH PENDAPATAN BUNGA
ASET LANCAR ASET TIDAK LANCAR

PENJUALAN ASET LANCAR ASET TIDAK LANCAR

LABA BERSIH PENDAPATAN BUNGA PENJUALAN

=(laba bersih+bunga)/(as et lancar + aset tidak lancar)

=

=((penjualan)/ (aset))/((laba bersih+bunga)/(pe njualan)

2009 2010 2011 4.63% 1.54% 1.74% 0.031% 0.013% 0.010%

44.81% 47.40% 49.08% 55.19% 52.60% 50.92%

10.20% 9.66% 10.17% 44.81% 47.40% 49.08% 55.19% 52.60% 50.92%

4.63% 1.54% 1.74% 0.031% 0.013% 0.010%

10.20% 9.66% 10.17%

2012 2013 2009 1.80% 2.02%
0.011% 0.015%

50.32% 51.36% 0.0466 49.68% 48.64%

11.31% 10.84% 50.32% 51.36% 49.68% 48.64%

0.0466 1.80% 2.02%
0.011% 0.015%

11.31% 10.84%

2010 2011 2012 2013

0.0155 0.0175 0.0181 0.0203

0.0155 0.0175 0.0181 0.0203

Tabel 14. Analisis Du Pont ROA

2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013

ASET LANCAR =(aset lancar+aset 44.81% 47.40% 49.08% 50.32% 51.36% ASET TIDAK LANCAR tidak 55.19% 52.60% 50.92% 49.68% 48.64% EKUITAS lancar)/(ekuitas) 57.84% 59.34% 57.36% 51.84% 46.05%

PENJUALAN ASET LANCAR
ASET TIDAK LANCAR

LABA BERSIH PENDAPATAN BUNGA PENJUALAN

LABA BERSIH LABA BERSIH PENDAPATAN BUNGA

X =(penjualan)/(aset lancar + aset tidak lancar)
X

=(laba bersih+pendapatan bunga)/(penjualan)

X

=(laba bersih)/(laba bersih + pendapatan bunga)

10.20% 9.66% 10.17% 44.81% 47.40% 49.08% 55.19% 52.60% 50.92%

4.63% 1.54% 1.74% 0.031% 0.013% 0.010%

10.20% 9.66% 10.17%

4.63% 1.54% 1.74% 4.63% 1.54% 1.74% 0.031% 0.013% 0.010%

11.31% 10.84% 50.32% 51.36% 49.68% 48.64%

1.80% 2.02% 0.0801 0.0259 0.0302 0.0346 0.0438 0.011% 0.015%

11.31% 10.84%

1.80% 2.02% 1.80% 2.02% 0.011% 0.015%

Tabel 15. Analisis Du Pont ROE

4.4.1 Analisis Du Pont Horizontal ROA

ROA

0.0500 0.0450 0.0400 0.0350 0.0300 0.0250 0.0200 0.0150 0.0100 0.0050 0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

ROA
Linear (ROA)

Grafik 20. Grafik Analisis Du Pont ROA
Dari grafik di atas terlihat bahwa ROA perusahaan PT. Sekar Laut, Tbk.
mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2009 ke tahun 2010. ROA dari
suatu perusahaan juga dingaruhi oleh perputaran aset (penjualan/aset) dan marjin
laba operasi ((laba bersih+bunga)/penjualan). Hal itu menyebabkan ROA
perusahaan mengalamin penurunan. Karena marjin laba perusahaan mengalami
penurunan dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Sehingga ROA juga mengalami
penurunan. Perusahaan dapat meningkatkan ROA dengan cara meningkatkan
perputaran aset dan juga marjin laba operasi.

4.4.2 Analisis Du Pont Horizontal ROE

ROE

0.0900 0.0800 0.0700 0.0600 0.0500 0.0400 0.0300 0.0200 0.0100 0.0000
2009 2010 2011 2012 2013

ROE
Linear (ROE)

Grafik 21. Grafik Analisis Du Pont ROE

Dari grafik di atas terlihat bahwa ROE perusahaan PT. Sekar Laut, Tbk.
mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Terjadi penurunan
ROE yang cukup signifikan pada tahun 2009 ke tahun 2010. ROE suatu
perusahaan dipengaruhi oleh rasio leverage (aset/ekuitas), perputaran aset
(penjualan/aset), marjin laba operasi ((laba bersih+bunga)/penjualan), dan beban
utang (laba bersih/(laba bersih+bunga)). Dari data yang ada menunjukkan bahwa
marjin laba operasi perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2009 ke tahun
2010, sehingga terjadi mempengaruhi ROE dari perusahaan juga. Apabila
perusahaan ingin meningkatkan ROE, maka perusahaan dapat meningkatkan
marjin laba operasi serta perputaran aset. Sehingga ROE juga akan meningkat.
4.4.3 Analisis Du Pont Vertikal ROA

  1. Tahun 2009
    Pada tahun 2009, ROA perusahaan adalah 0.0466. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, serta penjualan
    perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 4.63%, pendapatan bunga
    sebesar 0.031%, aset lancar sebesar 44.81%, aset tidak lancar sebesar
    55.19%, dan penjualan sebesar 10.20%. ROA dipengaruhi oleh perputaran
    aset (penjualan/aset) dan marjin laba operasi ((laba
    bersih+bunga)/penjualan). Semakin besar perputaran aset dan marjin laba
    operasi, semakin besar juga ROA perusahaan.
  2. Tahun 2010
    Pada tahun 2010, ROA perusahaan adalah 0.0155. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, serta penjualan
    perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 1.54%, pendapatan bunga
    sebesar 0.013%, aset lancar sebesar 47.40%, aset tidak lancar sebesar
    52.60%, dan penjualan sebesar 9.66%. ROA dipengaruhi oleh perputaran
    aset (penjualan/aset) dan marjin laba operasi ((laba
    bersih+bunga)/penjualan). Semakin besar perputaran aset dan marjin laba
    operasi, semakin besar juga ROA perusahaan. ROA tahun 2010
    mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2009. Hal itu
    disebabkan karena laba bersih perusahaan yang mengalami penurunan dari
    tahun 2009 ke tahun 2010.
  3. Tahun 2011
    Pada tahun 2011, ROA perusahaan adalah 0.0175. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, serta penjualan
    perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 1.74%, pendapatan bunga
    sebesar 0.010%, aset lancar sebesar 49.08%, aset tidak lancar sebesar
    50.92%, dan penjualan sebesar 10.17%. ROA dipengaruhi oleh perputaran
    aset (penjualan/aset) dan marjin laba operasi ((laba
    bersih+bunga)/penjualan). Semakin besar perputaran aset dan marjin laba
    operasi, semakin besar juga ROA perusahaan. ROA tahun 2011
    mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010. Hal
    itu disebabkan karena laba bersih perusahaan yang mengalami
    peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011.
  4. Tahun 2012
    Pada tahun 2012, ROA perusahaan adalah 0.0181. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, serta penjualan
    perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 1.80%, pendapatan bunga
    sebesar 0.011%, aset lancar sebesar 50.32%, aset tidak lancar sebesar
    49.68%, dan penjualan sebesar 11.31%. ROA dipengaruhi oleh perputaran
    aset (penjualan/aset) dan marjin laba operasi ((laba
    bersih+bunga)/penjualan). Semakin besar perputaran aset dan marjin laba
    operasi, semakin besar juga ROA perusahaan. ROA tahun 2012
    mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2011. Hal
    itu disebabkan karena laba bersih perusahaan yang mengalami
    peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012.
  5. Tahun 2013
    Pada tahun 2013, ROA perusahaan adalah 0.0203. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, serta penjualan
    perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 2.02%, pendapatan bunga
    sebesar 0.015%, aset lancar sebesar 51.36%, aset tidak lancar sebesar
    48.64%, dan penjualan sebesar 10.84%. ROA dipengaruhi oleh perputaran
    aset (penjualan/aset) dan marjin laba operasi ((laba
    bersih+bunga)/penjualan). Semakin besar perputaran aset dan marjin laba
    operasi, semakin besar juga ROA perusahaan. ROA tahun 2013
    mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012. Hal
    itu disebabkan karena laba bersih perusahaan yang mengalami
    peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013.
    4.4.4 Analisis Du Pont Vertikal ROE
  6. Tahun 2009
    Pada tahun 2009, ROE perusahan adalah 0.0801. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, ekuitas serta
    penjualan perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 4.63%, pendapatan
    bunga sebesar 0.031%, aset lancar sebesar 44.81%, aset tidak lancar
    sebesar 55.19%, ekuitas 57.84%, dan penjualan sebesar 10.20%. ROE
    dipengaruhi oleh rasio leverage (aset/ekuitas), perputaran aset
    (penjualan/aset), marjin laba operasi ((laba bersih+bunga)/penjualan), dan
    beban utang (laba bersih/(laba bersih+bunga)). Beban utang bertujuan
    untuk mengukur proporsi di mana pengeluaran bunga mengurangi laba.
  7. Tahun 2010
    Pada tahun 2010, ROE perusahan adalah 0.0259. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, ekuitas serta
    penjualan perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 1.54%, pendapatan
    bunga sebesar 0.013%, aset lancar sebesar 47.40%, aset tidak lancar
    sebesar 52.60%, ekuitas sebesar 59.34%, dan penjualan sebesar 9.66%.
    ROE dipengaruhi oleh rasio leverage (aset/ekuitas), perputaran aset
    (penjualan/aset), marjin laba operasi ((laba bersih+bunga)/penjualan), dan
    beban utang (laba bersih/(laba bersih+bunga)). Beban utang bertujuan
    untuk mengukur proporsi di mana pengeluaran bunga mengurangi laba.
    ROE tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009.
    Hal itu karena marjin laba operasi mengalami penurunan.
  8. Tahun 2011
    Pada tahun 2011, ROE perusahan adalah 0.0302. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, ekuitas serta
    penjualan perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 1.74%, pendapatan
    bunga sebesar 0.010%, aset lancar sebesar 49.08%, aset tidak lancar
    sebesar 50.92%, ekuitas sebesar 57.36% dan penjualan sebesar 10.17%.
    ROE dipengaruhi oleh rasio leverage (aset/ekuitas), perputaran aset
    (penjualan/aset), marjin laba operasi ((laba bersih+bunga)/penjualan), dan
    beban utang (laba bersih/(laba bersih+bunga)). Beban utang bertujuan
    untuk mengukur proporsi di mana pengeluaran bunga mengurangi laba.
    ROE tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
  9. Hal itu karena marjin laba operasi mengalami peningkatan.
  10. Tahun 2012
    Pada tahun 2012, ROE perusahan adalah 0.0346. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, ekuitas serta
    penjualan perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 1.80%, pendapatan
    bunga sebesar 0.011%, aset lancar sebesar 50.32%, aset tidak lancar
    sebesar 49.68%, ekuitas sebesar 51.84%, dan penjualan sebesar 11.31%.
    ROE dipengaruhi oleh rasio leverage (aset/ekuitas), perputaran aset
    (penjualan/aset), marjin laba operasi ((laba bersih+bunga)/penjualan), dan
    beban utang (laba bersih/(laba bersih+bunga)). Beban utang bertujuan
    untuk mengukur proporsi di mana pengeluaran bunga mengurangi laba.
    ROE tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
  11. Hal itu karena marjin laba operasi mengalami peningkatan.
  12. Tahun 2013
    Pada tahun 2013, ROE perusahan adalah 0.0438. Hal tersebut
    dipengaruhi oleh laba bersih, pendapatan bunga, aset, ekuitas serta
    penjualan perusahaan. Laba bersih perusahaan sebesar 2.02%, pendapatan
    bunga sebesar 0.015%, aset lancar sebesar 51.36%, aset tidak lancar
    sebesar 48.64%, ekuitas sebesar 46.05% dan penjualan sebesar 10.84%.
    ROE dipengaruhi oleh rasio leverage (aset/ekuitas), perputaran aset
    (penjualan/aset), marjin laba operasi ((laba bersih+bunga)/penjualan), dan
    beban utang (laba bersih/(laba bersih+bunga)). Beban utang bertujuan
    untuk mengukur proporsi di mana pengeluaran bunga mengurangi laba.
    ROA tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
  13. Hal itu karena marjin laba operasi mengalami peningkatan.
  14. PENUTUP
    5.1 Simpulan
    Berdasarkan analisi yang telah dilakukan oleh Penulis dengan
    menggunakan analisis rasio, analisis horizontal, analisis vertikal, dan analisis Du
    Pont, PT. Sekar Laut, Tbk. mengalami pertumbuhan selama 5 tahun yaitu tahun
    2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013. Analisis rasio yang digunakan ada empat rasio
    keuangan yaitu terdiri dari rasio leverage, likuiditas, efisiensi, dan profitabilitas.
    Namun, pada tahun 2010 mengalami penurunan kinerja perusahaan sehingga,
    rasio profitabilitasnya juga menurun secara signifikan. Hal ini terjadi karena
    turunnya laba bersih PT. Sekar Laut, Tbk.
    5.2 Saran
    Dari hasil analisis di atas, Penulis ingin memberikan beberapa saran, yaitu:
  15. Bagi Peneliti selanjutnya yang ingin melakukan analisis terhadap PT. Sekar
    Laut, Tbk., disarankan agar dapat menggunakan rentang waktu penelitian
    yang lebih panjang untuk penelitiannya. Sehingga, hasil analisis dapat
    mewakili kondisi dengan rentang waktu yang lebih luas dan penelitian dapat
    berhasil dengan lebih baik.
  16. Bagi Pembaca, dapat memelajari ilmu mengenai Manajemen Keuangan bukan
    hanya dari penelitian ini, tetapi juga dari sumber-sumber dan penelitian lain.
  17. Bagi perusahaan, total kewajiban PT. Sekar Laut, Tbk. mengalami
    peningkatan dari dari tahun 2009 hingga 2013, disarankan agar perusahaan
    lebih berusaha untuk meminimalkan penggunaan utang. Karena dengan
    penggunaan utang yang kecil, resiko utang tidak terbayarkan pun juga
    semakin kecil. Laba bersih perusahaan juga sempat mengalami penurunan
    yang signifikan, disarankan agar perusahaan dapat meningkatkan laba bersih
    perusahaan menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Brealey, R. A., Myers, S. C., dan Marcus, A. J. 2007. Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga
Darminto, Dwi Prastowo dan Julianty, Rifka. 2008. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi kedua. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Jakarta: Alfabeta.
Hanafi, Mamduh. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sudarsono. 2005. Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi Keuangan. (Online). 15 November 2014. sdarsono.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/32978/AKUNTANSI+KE UANGAN+DAN+STANDAR+AKUNTANSI+KEUANGAN.pdf
Sugiono, Arief. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).
Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).
Sulistiyowati, Leny. 2010. Panduan Praktis Memahami Laporan Keuangan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo. 2009. Akuntansi Keuangan Dasar 2. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

ANALISIS CORPORATE FINANCIAL PERFORMANCE APPRAISAL PADA PT. SEMEN INDONESIA, TBK

Stefanie Clarissa Gianina R. & Daniel Sugama Stephanus
Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Program Studi Akuntansi – Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Ma Chung – Kabupaten Malang
2014

ABSTRAK
Penilaian kinerja atau Performance Appraisal digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Performance Appraisal dapat dilakukan dan diukur dengan tiga cara berdasarkan analisis laporan keuangan, yaitu dengan common size, rasio keuangan dan sistem Du Pont. Tujuan penelitian ini digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan PT. Semen Indonesia dengan common size, rasio keuangan dan sistem Du Pont. Common size menganalisis persentase tiap-tiap akun dari tahun ke tahun, baik secara vertikal maupun horizontal. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan rasio efisiensi. Dari ke empat rasio ini, kinerja perusahaan dicerminkan dalam kemampuannya membayar kewajiban, kemampuan menghasilkan laba, kemampuan pendanaan dari kewajiban, dan efisiensi kinerja perusahaan, serta pengembalian atas aset dan ekuitas dalam Du Pont.
Adapun data dan informasi keuangan yang diperoleh berasal dari Galeri Bursa Efek Indonesia. Secara umum, aset, kewajiban dan ekuitas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sedangkan laba bersih perusahaan fluktatif dari tahun ke tahun sehingga berdampak pada peningkatan atau penurunan rasio. Secara keseluruhan, rasio keuangan yang dimiliki perusahaan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, kecuali rasio leverage dan beberapa rasio efisiensi.
Kata-kataKunci: Performance Appraisal, Analisis Laporan Keuangan, Rasio
Keuangan, Common Size, Du Pont

  1. PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang
    Menurut Brigham dan Houston( 2010 : 133), Laporan
    Keuangan berfungsi untuk melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu
    dan kegiatan operasinya selama beberapa periode lalu. Tujuan laporan keuangan
    menurut Najmudin (2011:64) adalah menyediakan informasi yang menyangkut
    posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
    bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
    Laporan tersebut bisa digunakan sebagai alat yang dapat membantu meramalkan
    kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Dari sudut pandang manajemen,
    penilaian kinerja (Performance Appraisal) berguna untuk membantu
    mengantisipasi kondisi masa depan, dan yang lebih penting adalah sebagai titik
    awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa depan.
    Performance Appraisal atau penilaian kinerja dapat dilakukan dengan
    Analisis Laporan Keuangan. Menurut Najmudin (2011:64), Analisis laporan
    keuangan berarti suatu proses penguraian data (informasi) yang terdapat dalam
    laporan keuangan menjadi komponen-komponen tersendiri, menelaah setiap
    komponen, dan mempelajari hubungan antar komponen tersebut dengan
    menggunakan teknik analisis tertentu agar diperolah pemahaman yang tepat dan
    gambaran yang komprehensif tentang informasi tersebut. Teknik-teknik yang
    digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah common size, yaitu

menganalisis laporan dengan menghitung persentase per komponen, misalnya
persentase investasi pada masing-masing aset terhadap total asetnya dan
mengetahui struktur permodalannya dalam posisi keuangan, serta mengetahui
komposisi biaya dihubungan jumlah penjualannya dalam laporan laba rugi. Selain
common size, analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan analisis rasio,
yaitu digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam posisi
keuangan atau laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan
tersebut. Selain common size dan analisis rasio, ada satu metode lagi, yaitu Du
Pont. Metode ini dilakukan dengan menggabungkan rasio aktivitas margin laba
terhadap penjualan dan menunjukkan rasio-rasio dalam menentukan profitabilitas (ROA dan ROE).
Dengan metode-metode tersebut, maka makalah ini menyajikan analisis
laporan keuangan, yang dilakukan untuk menyajikan informasi mengenai kinerja
dan kondisi keuangan perusahaan, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat
diambil keputusan untuk memperbaiki kinerja.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat pada laporan penelitian ini adalah
sebagai berikut:

  1. Bagaimana kinerja perusahaan PT Semen Indonesia, Tbk
    dalam 5 tahun terakhir dengan menggunakan Analisis Common Size.
  2. Bagaimana kinerja perusahaan PT Semen Indonesia, Tbk
    dalam 5 tahun terakhir dengan menggunakan Analisis Rasio Keuangan.
  3. Bagaimana kinerja perusahaan PT Semen Indonesia, Tbk
    dalam 5 tahun terakhir dengan menggunakan Analisis Sistem Du Pont.
    1.3 Tujuan Penelitian
    Tujuan penelitian Performance Appraisal ini digunakan untuk:
  4. Mengetahui kinerja perusahaan PT Semen Indonesia, Tbk dalam 5 tahun terakhir dengan menggunakan Analisis Common Size.
  5. Mengetahui kinerja perusahaan PT Semen Indonesia, Tbk
    dalam 5 tahun terakhir dengan menggunakan Analisis Rasio Keuangan.
  6. Mengetahui kinerja perusahaan PT Semen Indonesia, Tbk
    dalam 5 tahun terakhir dengan menggunakan Analisis Sistem Du Pont.
  7. LANDASAN TEORI
    2.1 Laporan Keuangan
    Menurut Brigham dan Houston (2010 : 133),
    Laporan Keuangan berfungsi untuk melaporkan posisi perusahaan pada
    satu titik waktu dan kegiatan operasinya selama beberapa periode lalu.
    Tujuan laporan keuangan menurut Najmudin (2011:64) adalah
    menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan
    perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
    sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan
    tersebut bisa digunakan sebagai alat yang dapat membantu meramalkan
    kondisi perusahaan di masa yang akan datang.
    2.2 Tujuan Laporan Keuangan
    Menurut Kasmir (2010:10) tujuan pembuatan atau penyusunan
    laporan keuangan adalah sebagai berikut :
  8. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
    dimiliki perusahaan pada saat ini;
  9. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
    yang dimiliki perusahaan pada saat ini;
  10. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
    diperoleh pada suatu periode tertentu;
  11. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
    dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;
  12. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
    terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan;
  13. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode;
  14. Memberikan informasi tentang catatan – catatan atas laporan keuangan;
  15. Informasi keuangan lainnya.
    2.3 Analisis Laporan Keuangan
    Analisis laporan keuangan terdiri dari dua bagian kata, yaitu
    “analisis” dan laporan keuangan”. Analisis adalah penguraian
    permasalahan serta penjelasan mengenai hubungan antara bagian-bagian
    yang ada di dalamnya untuk selanjutnya diperoleh suatu pengertian secara
    keseluruhan. Sedangkan laporan keuangan adalah suatu penyajian
    terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang
    berisikan tentang daftar daftar keuangan, sepert neraca, laba komprehensif,
    laporan arus kas.
    2.4 Performance Appraisal
    Dalam menganalisisa kinerja sebuah perusahaan, amalis
    menggunakan alat berupa analisa rasio keuangan Menurut Van Horne
    (2005), “Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis
    kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.” Sedangkan menurut Kasmir
    (2008: 104) menjelaskan analisis rasio keuangan merupakan kegiatan
    membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan
    cara membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Perbandingan dapat
    dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan
    keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan.
    Analisis rasio inilah yang digunakan untuk memperkirakan kinerja
    perusahaan di masa mendatang dengan menggunakan data-data laporan
    keuangan beberapa tahun sebelumnya. Analisis rasio juga dapat
    menjelaskan penilaian baik atau buruk posisi keuangan suatu perusahaan
    Tujuan dari analisis rasio adalah untuk dapat menentukan tingkat
    likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta derajat keuntungan suatu
    perusahaan (profitability perusahaan). Kasmir (2008: 68) mengungkapkan
    ada beberapa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan, yaitu:
  16. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu
    periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun
    hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
  17. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang
    menjadi kekurangan perusahaan.
  18. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
  19. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja
    yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan
    posisi keuangan perusahaan saat ini.
  20. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan
    apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap
    berhasil atau gagal.
    Berdasarkan ruang lingkupnya, rasio dibagi menjadi 5 bagian besar
    yaitu, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.
    2.4.1 Rasio Likuiditas
    Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
    kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio-rasio
    dalam likuiditas adalah current ratio, cash ratio, rasio cepat, dan working
    capital to total assets ratio.
    a. Current Ratio
    Current ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang segera
    harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rumus yang digunakan untuk
    menghitung current ratio adalah sebagai berikut :
    Rumus 2.1 Rasio Lancar
    b. Cash Ratio
    Cash Ratio adalah kemampuan membayar utang dengan segera yang
    harus dipenuhi dengan kas yang dimiliki perusahaan dan sekuritas
    yanga ada. Rumus cash ratio adalah sebagai berikut :
    Rumus 2.2 Rasio Kas
    c. Rasio Cepat
    Rasio cepat merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
    untuk membayaran utang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva
    lancar yang lebih likuid. Pembagian jumlah kas, sekuritas, dan
    piutang dengan jumlah kewajiban lancur. Persediaan tidak digunakan
    dalam penghitungan rasio ini karena merupakan aktiva lancar yang
    kurang likuid. Rumus quick ratio adalah sebagai berikut:
    Rumus 2.3 Rasio Cepat
    d. Working Capital to Total Assets Ratio (Rasio Modal Kerja Bersih)
    Rasio modal kerja bersih terhadap total asset menghitung likuiditas
    perusahaan dari total aktiva dan posisi modal kerja netto.
    Rumus 2.4 Rasio Modal Kerja Bersih
    2.4.2 Rasio Efisiensi
    Rasio efisiensi adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
    perusahaan dalam hal efisiensi penggunaan harta-harta yang dimilikinya.
    Rasio ini juga mengukur efisiensi penggunaan aktiva dalam tingkat
    aktivitas pemakaian aktiva dalam kegiatan operasional perusahaan
    a. Total perputaran aset
    Total perputaran aset digunakan untuk mengetahui kemampuan
    perusahaan dilihat dari rata-rata total aset sehingga dapat menghasilkan
    pendapatan dari penjualan bersih. Rumus yang digunakan adalah
    sebagai berikut:
    Rumus 2.5 Rasio Total Perputaran Aset
    b. Average Collection (Rata-rata periode penagihan)
    Average collection (Rata-rata periode penagihan) digunakan untuk
    mengetahui besar piutang yang didapatkan dari penjualan produk milik
    perusahaan. Semakin besar nilai rasio maka jumlah piutang semakin
    besar sehingga rasio likuiditas tidak dapat dipenuhi. Rumus yang
    digunakan adalah sebagai berikut:
    Rumus 2.6 Rasio Rata-rata Periode Penagihan
    c. Perputaran persediaan
    Perputaran persediaan digunakan untuk mengetahui kemampuan
    perusahaan dalam memproduksi persediaan dan menjualnya ke
    masyarakat. Persediaan yang dijual itulah yang menjadi harga pokok
    penjualan. Rumus yang digunakan dalam rasio perputaran persediaan
    adalah sebagai berikut:
    Rumus 2.7 Rasio Perputaran Persediaan
    d. Jumlah Hari Menjual Persediaan
    Jumlah hari menjual persediaan digunakan untuk mengetahui berapa
    lama persediaan yang dimiliki perusahaan sampai ke tangan
    konsumen. Rumus jumlah hari menjual persediaan adalah sebagai berikut:
    Rumus 2.8 Rasio Jumlah Hari Menjuadl Persediaan
    2.4.3 Rasio Profitabilitas
    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
    dalam mendapatkan profit / laba. Rasio profitabilitas disebut juga dengan
    istilah rasio rentabilitas yang mewujudkan perbandingan laba bersih
    dengan tingkat penjualan, total aktiva, maupun total ekuitas. Rasio
    profitabilitas meliputi antara lain:
    a. Margin laba bersih
    Margin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
    laba bersih yang didapat berdasarkan jumlah penjualan yang dicapai
    pada tahun tertentu. Rumus yang digunakan adalah :
    Rumus 2.9 Rasio Margin Laba Bersih
    b. Margin laba operasi
    Margin laba operasi digunakan untuk mengukur kemampuan
    perusahaan dalam tingkat pengembalian laba terhadap beban
    operasinya. Rumus yang digunakan adalah:
    Rumus 2.10 Rasio Margin Laba Operasi
    c. Return on Asset
    Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap
    total aktiva. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
    memperoleh laba bersih yang didapatkan dari total aktiva lancar
    maupun tidak lancar yang digunakan untuk operasional perusahaan.
    Rumus yang digunakan untuk menghitung ROA adalah:
    Rumus 2.11 Rasio ROA
    d. Return on Equity (ROE)
    Rasio ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja
    perusahaan untuk menghasilkan laba yang berasal dari ekuitas
    perusahaan sendiri. Rasio ini memperlihatkan kemampuan perusahaan
    dalam mengelola ekuitasnya secara efektif dan efisien dan mengukur
    tingkat pengembalian dari sejumlah ekuitas yang diinvestasikan ke
    perusahaan. Semakin tinggi ROE semakin tinggi tingkat pengembalian
    atas ekuitas. ROE dihitung dengan menggunakan rumus:
    Rumus 2.12 Rasio ROE
    2.4.4 Rasio Leverage
    Rasio leverage adalah rasio yang mengukur perbandingan dana
    yang miliki sebagai ekuitas dengan dana yang dipinjam dari kreditur.
    Rasio ini mengukur keamanan kreditur saat memberikan pinjaman
    utang kepada perusahaan. Rasio ini juga dapat disebut dengan rasio
    leverage karena mengukur sejauh mana penggunaan utang dari
    kreditur untuk memperoleh keuntungan. Rasio ini meliputi rasio utang
    jangka panjang, rasio total utang, tingkat kemampuan perusahaan
    membayar bunga, dan rasio cakupan kas
    a. Rasio utang jangka panjang:
    Rasio utang jangka panjang mengukur tingkat keamanan perusahaan
    dalam kemampuannya membayar utang jangka panjang. Rumusnya adalah:
    Rumus 2.13 Rasio Utang Jangka Panjang
    b. Rasio utang jangka panjang-ekuitas
    Rasio utang jangka panjang ini digunakan untuk mengukur seberapa
    bagian setiap rupiah modal sendiri/ekuitas yang dijadikan jaminan
    utang jangka panjangnya. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
    Rumus 2.14 Rasio Utang Jangka Panjang-Ekuitas
    c. Rasio total utang
    Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah utang lancar dan
    utang tidak lacar dengan jumlah aktiva perusahaan. Rasio ini
    digunakan untuk mengetahui berapa banyak aktiva yang dibeli dengan
    menggunakan utang dari kreditur. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
    Rumus 2.15 Rasio Total Utang
    d. Tingkat kemampuan membayar bunga:
    Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar beban
    bunga yang didapat dari laba sebelum pajak. Rumus tingkat
    kemampuan membayar bunga adalah:
    Rumus 2.16 Rasio Tingkat Kemampuan Membayar Bunga
    e. Cakupan Kas:
    Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk dapat membayar
    beban bunga dengan pendapatan sebelum pajak dan bunga ditambah
    dengan beban penyusutannya.
    Rumus 2.17 Rasio Cakupan Kas
    2.5 Kelebihan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
    Penggunaan analisis rasio keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan
    mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut Sofyan Syafri Harahap
    (2009), kelebihan penggunaan analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut:
  21. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
    dibaca atau ditafsirkan.
  22. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
    laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
  23. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
  24. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
    keputusan dan model prediksi
  25. Menstandarisasi size perusahaan.
  26. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain untuk
    melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
  27. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
    yang akan datang.
    Penggunaan beragam rasio yang ada yang digunakan oleh sebagian besar
    masyarakat juga tidak lepas dari kelemahan. Kelemahan ini harus diketahui agar
    tidak terjadi kesalahan di kemudian hari. Menurut Sofyan Syofii Harahap (2009),
    kelemahan penggunaan analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut:
  28. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
    kepentingan pemakainya
  29. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan
    analisis seperti :
    a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
    mengandung taksiran yang dapat dinilai biasa atau objektif.
    b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai
    perolehan (cost) bukan harga pasar.
    c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
    d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
    diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
  30. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
    kesulitan menghitung rasio.
  31. Jika data yang tersedia tidak sinkron maka akan kesulitan dalam
    menghitung rasio.
  32. Jika dua atau lebih perusahaan dibandingkan teknik dan metode yang
    digunakan berbeda maka perbandingan dapat menimbulkan kesalahan.
    2.6 Analisis Du Pont System
    Pengertian Analisis Du Pont System
    Menurut Syamsudin (2001:64) analisis Du Pont Systemadalah ROI yang
    dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen
    sales serta efisiensi penggunaan total assets di dalam menghasilkan
    keuntungan tersebut.
    Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256) adalah suatu analisis yang
    digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit
    margindan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI.
    Menurut Syafarudin(1993:128) analisis Du Pont penting bagi manajer
    untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit
    margin dan total asset turnover terhadap ROI. Disamping itu dengan
    menggunakan analisis ini, pengendalian biaya dapat diukur dan efisiensi
    perputaran aktiva sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur. Dari
    keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont System
    merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan
    atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan.
    Dari analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan.
    Yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pontadalah ROI
    (Rate Of Return On Investment) yang merupakan angka pembanding atau
    rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva
    perusahaan (Soedoyono,1991:137)
    Analisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar.
    Diharapkan melalui Du Pon System, perusahaan pusat dapat menilai kinerja
    keuangan divisi/ departemen/ pusat investasi berdasarkan ROI yang dicapai.
    Keunggulan dan Kelemahan Analisis Du Pont System
    Adapun keunggulan analisis Du Pont Systemantara lain (Harahap,1998:333):
  33. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan
    manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva.
  34. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk
    yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang potensial.
  35. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang
    lebih integrative dan menggunakan laporan keuangan sebagai elemen analisisnya.
    Sedangkan kelemahan dari analisis Du Pont System adalah
    (Harahap:1998:341):
  36. ROA suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain
    yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
  37. Dengan menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk
    mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan
    mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
    Rumus 2.18 Rumus Du Pont ROA
    Rumus 2.19 Rumus Du Pont ROE
  38. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
    3.1 Sejarah dan Profil PT Semen Indonesia (Persero), Tbk
    PT Semen Indonesia merupakan sebuah perusahaan manufaktur
    yang bergerak di bidang produksi semen. PT Semen Indonesia merupakan
    produsen semen yang terbesar di Indonesia. Sebelum diresmikan pada
    tanggal 20 Desember 2012, PT Semen Indonesia dulu bernama PT Semen
    Gresik Indonesia. PT Semen Indonesia didirikan pada tahun 1957 dan
    diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden pertama Indonesia,
    yaitu Presiden Ir. Soekarno di Gresik. Sejak didirikan, kapasitas terpasang
    250.000 ton semen per tahun, dan di tahun 2013 kapasitas terpasang
    mencapai 30 juta ton/tahun.
    Pada tanggal 8 Juli 1991 saham PT Semen Indonesia tercatat di
    Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini menjadi Bursa Efek
    Indonesia). PT Semen Indonesia ini juga merupakan BUMN pertama yang
    go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat.
    Komposisi pemegang saham pada saat itu adalah Negara RI dengan
    kepemilikan 73% dan masyarakat 27%.
    Pada bulan September 1995, Perseroan melakukan Penawaran
    Umum Terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan
    saham menjadi Negara RI 65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15
    September 1995 PT Semen Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen
    Padang dan PT Semen Tonasa.Total kapasitas terpasang Perseroan saat itu
    sebesar 8,5 juta ton semen per tahun.
    Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas kepemilikan
    sahamnya di Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang
    dimenangkan oleh Cemex S. A. de C. V., yaitu perusahaan semen global
    yang berpusat di Meksiko. Komposisi kepemilikan saham berubah
    menjadi Negara RI 51%, masyarakat 35%, dan Cemex 14%. Kemudian
    tanggal 30 September 1999 komposisi kepemilikan saham berubah
    menjadi: Pemerintah Republik Indonesia 51,0%, masyarakat 23,4% dan Cemex 25,5%.
    Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex
    Asia Holdings Ltd. Kepada Blue Valley Holdings PTE Ltd. sehingga
    komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51,0% Blue
    Valley Holdings PTE Ltd. 24,9%, dan masyarakat 24,0%. Pada akhir
    Maret 2010, Blue Valley Holdings PTE Ltd, menjual seluruh sahamnya
    melalui private placement, sehingga komposisi pemegang saham
    Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51,0% dan publik 48,9%.
    3.2. Lokasi PT Semen Indonesia, Tbk
    Alamat : Jl. Veteran, Gresik, Indonesia 61122 (Kantor Pusat)
    Gedung Graha Irama Lantai XI, Jl. HR Rasuna Said,
    Kuningan Jakarta 12950 (Kantor Perwakilan)
    Telepon : (62-31) 3981732 (Kantor Pusat)
    (62-21) 5261174-5 (Kantor Perwakilan)
    Fax : (62-31) 3983209 (Kantor Pusat)
    (62-21) 5261176 (Kantor Perwakilan)
    Website : http://www.semenindonesia.com/
    3.3. Visi dan Misi PT Semen Indonesia, Tbk
    PT Semen Indonesia, Tbk adalah sebuah perusahaaan manufaktur
    yang memiliki suatu struktur organisasi. Oleh karena itu, PT Semen
    Indonesia Tbk memiliki Visi dan Misi sebagai dasar untuk mewujudkan
    tujuan organisasinya agar tercapai dengan baik. Visi dan Misi itu adalah
    sebagai berikut:
    VISI:
    Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara.
    MISI:
  39. Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya
    yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan
    teknologi ramah lingkungan.
  40. Mewujudkan manajemen berstandar internasional dengan menjunjung
    tinggi etika bisnis dan semangat kebersamaan dan inovatif.
  41. Meningkatkan keunggulan bersaing di domestic dan internasional.
  42. Memberdayakan dan mensinergikan sumber daya yang dimiliki untuk
    meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
  43. Memberikan kontribusi dalam peningkatan para pemangku
    kepentingan (stakeholders).
    3.4. Jenis Produk
    PT Semen Indonesia adalah produsen semen yang terbesar di
    Indonesia, Sebagai produsen semen terbesar di Indonesia, PT Semen
    Indonesia tentu melakukan berbagai inovasi dalam memproduksi
    produknya. Jenis-jenis produk yang diproduksi adalah:
  44. Semen LPortland Tipe I
  45. Semen Portland II
  46. Semen Portland Tipe III
  47. Semen Portland Tipe V
  48. Special Blended Cement (SBC)
  49. Super Masonry Cement (SMC)
  50. Portlandt Pozzolan Cement (PPC)
  51. Portland Composite Cement (PCC)
  52. Oil Well Cement (OWC) Class G HRC
  53. Semen Thang Long PCB40
  54. Semen Thang Long PC50
    3.5 Struktur Organisasi Perusahaan
    Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

3.6 Laporan Keuangan tahun 2009-2013
3.6.1 Laporan Posisi Keuangan tahun 2009-2013
PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN POSISI KEUANGAN
Dinyatakan dalam Ribuan Rupiah

        2009    2010    2011    2012    2013

AKTIVA
Aktiva lancar
Kas dan Setara kas 3.410.263.396 3.664.278.065 3.375.645.424 3.022.124.696 4.070.492.871
Kas dan setara kas yang 824.437.728 124.887.688 53.360.843 58.977.336 37.599.156
dibatasi penggunaanya
Investasi jangka pendek 1.048.552.795 115.720.673 253.083.974 236.362.922 104.835.223
Piutang usaha, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu:

  • Pihak ketiga 1.100.304.419 1.354.989.945 1.456.557.511 2.001.493.708 2.238.452.900
  • Pihak-pihak yang memiliki hubungan 324.999.018 361.592.249 371.920.427 464.566.367 586.655.740
    istimewa
    Piutang lain-lain, setelah dikurangi
    penyisihan piutang ragu-ragu:
  • Pihak ketiga 14.512.537 41.789.212 29.289.465 44.081.787 73.674.404
  • Pihak-pihak yang memiliki hubungan 11.965.806 5.912.824 6.409.500 12.387.066 17.278.860
    istimewa
    Persediaan, setelah dikurangi penyisihan 1.407.577.516 1.624.219.125 2.006.660.281 2.284.905.292 2.645.892.517
    persediaan usang dan bergerak lambat
    Uang Muka 54.387.510 33.052.553 49.496.351 62.362.882 90.824.054
    Beban dibayar di muka 20.017.133 13.744.011 26.177.709 26.266.094 48.622.460
    Pajak dibayar di muka 1.989.163 5.681.584 17.543.366 17.768.955 57.782.185
    Jumlah Aktiva Lancar 8.219.007.021 7.345.867.929 7.646.144.851 8.231.297.105 9.972.110.370

Aktiva tidak lancar
Kas dan setara kas yang – – – –
dibatasi penggunaanya
Piutang lain-lain pihak-pihak yang – – –
memiliki hubungan istimewa
Aktiva pajak tangguhan 111.919.916 95.684.353 106.488.455 140.742.720 84.380.078
Investasi pada perusahaan asosiasi 66.670.814 69.630.084 80.193.127 102.827.948 127.509.500
Properti investasi – bersih 17.643.758 21.752.700 25.582.074 40.674.520 48.654.931
Aset tetap, setelah dikurangi akumulasi 4.014.143.323 7.662.560.326 11.640.692.117 16.794.115.433 18.862.518.157
dan deplesi
Beban tangguhan, setelah dikurangi 24.141.023 21.341.764 18.007.503 93.745.371 100.627.005
akumulasi amortisasi sebesar
Uang muka pengembangan pabrik baru 480.320.161 328.959.912 – 214.473.111
Uang muka pembelian aset tetap 121.606.274 118.424.926
Aset tak berwujud 4.859.709 1.003.033.110 1.158.474.986
Aktiva lain-lain 17.462.145 17.201.878 18.028.657 54.222.653 224.135.954
Jumlah aktiva tidak lancar 4.732.301.140 8.217.131.017 12.015.457.916 18.347.786.681 20.820.773.722

JUMLAH AKTIVA 12.951.308.161 15.562.998.946 19.661.602.767 26.579.083.786 30.792.884.092

KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Kewajiban lancar
Pinjaman Jangka Pendek 350.353.537 320.926.026
Hutang usaha

  • Pihak ketiga 630.349.907 614.244.879 782.830.034 1.602.800.764 1.672.272.211
  • Pihak-pihak yang mempunyai hubungan 145.858.656 356.566.630 399.732.437 570.452.908 829.461.699
    istimewa
    Hutang lain-lain
  • Pihak ketiga 31.247.401 360.725.714 460.784.658 435.230.730 295.622.862
  • Pihak-pihak yang mempunyai hubungan 1.513.849 121.517.529 182.349.136 82.602.209 24.761.055
    istimewa
    Beban yang masih harus di bayar 788.686.871 723.107.146 220.278.152 398.252.792 438.205.233
    Hutang Pajak 538.533.423 222.697.220 290.107.526 504.405.242 398.536.742
    Kewajiban imbalan kerja jangka pendek 435.705.682 572.485.640 774.818.374
    Uang muka penjualan 67.169.188 32.024.628 39.559.992 30.971.506 23.752.035
    Hutang jangka panjang yang jatuh tempo
    dalam satu tahun
  • Hutang Bank 9.084.000 28.095.179 37.743.871 241.656.997 469.973.512
  • Pinjaman dari Pemerintah Republik Indonesia 23.079.873 10.737.187 1.790.930 – –
  • Hutang bunga dan denda 37.063.031 24.473.453 19.381.110 – –
  • Hutang sewa pembiayaan 22.256.116 23.329.054 18.873.667 35.992.312 49.300.788
    Jumlah kewajiban lancar 2.294.842.315 2.517.518.619 2.889.137.195 4.825.204.637 5.297.630.537

Kewajiban tidak lancar
Kewajiban pajak tangguhan 7.063.455 6.679.515 1.470.571 1.356.931 7.219.730
Kewajiban imbalan kerja 197.897.297 216.981.899 269.376.924 271.413.089 271.599.689
Hutang jangka panjang – setelah dikurangi
bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun

  • Hutang bank 22.877.246 544.405.512 1.737.579.882 3.107.488.345 3.129.289.131
  • Pinjaman dari Pemerintah Republik Indonesia 13.196.603 1.561.762 – – –
  • Hutang bunga dan denda 10.350.599 1.419.377 – – –
  • Hutang sewa pembiayaan 60.955.375 52.239.245 75.897.554 114.941.141 113.093.127
    Provisi jangka panjang 67.704.568 80.593.563 157.622.095
    Kewajiban tidak lancar lainnya 26.031.169 82.440.129 5.339.094 13.231.432 12.453.908
    Jumlah kewajiban tidak lancar 338.371.744 905.727.439 2.157.368.593 3.589.024.501 3.691.277.680

Jumlah kewajiban 2.633.214.059 3.423.246.058 5.046.505.788 8.414.229.138 8.988.908.217

Ekuitas
Modal saham – nilai nominal Rp. 100 (angka penuh) 593.152.000 593.152.000 593.152.000 593.152.000 593.152.000
per saham, Modal dasar – 20.000.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh –

  1. 931.520.000 saham
    Tambahan modal disetor 1.458.257.900 1.458.257.900 1.458.257.900 1.458.257.900 1.458.257.900
    Modal saham yang diperoleh kembali – –
    Pendapatan Komprehensif lainnya 2.985.000 5.457.500 5.824.498 3.976.123 350.222.449
    Cadangan atas lindung nilai arus kas – (4.965.035) – – –
    Saldo laba – dicadangkan 253.338.000 253.338.000 253.338.000 253.338.000 253.338.000

38

Saldo laba – belum dicadangkan 7.889.946.128 9.701.198.248 12.154.058.233 15.038.589.191 18.227.572.979
Hak minoritas atas ekuitas anak perusahaan 120.415.074 133.314.275 150.466.348 817.541.434 921.432.547
Jumlah Ekuitas 10.197.679.028 12.006.438.613 14.464.630.631 17.347.313.214 20.882.543.328

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 12.951.308.161 15.562.998.946 19.661.602.767 25.761.542.352 30.792.884.092
Tabel 3.1 Laporan Posisi Keuangan tahun 2009-2013

3.6.2 Laporan Laba Rugi tahun 2009-2013
PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN
Dinyatakan dalam Ribuan Rupiah

2009    2010    2011    2012    2013

Pendapatan 14.387.849.799 14.344.188.706 16.378.793.758 19.598.247.884 24.501.240.780
Beban pokok pendapatan 7.613.708.634 7.534.079.138 (8.891.867.996) (10.300.666.718) -13.557.146.834
Laba kotor 6.774.141.165 6.810.109.568 7.486.925.762 9.297.581.166 10.944.093.946
Beban operasi/usaha (2.431.577.943) (2.321.085.053) (2.594.794.451) (3.116.057.658) (3.881.101.099)

Beban Penjualan
(1.234.123.487)
(1.750.436.172)
(2.283.452.142)

Beban umum dan administrasi
(1.086.961.566)
(1.438.130.719)
(1.688.256.993)
Pendapatan operasi lainnya 102.657.499
27.223.803 52.343.406

Beban operasi lainnya
6.304.006
(30.148.266)
38.264.630
Total beban usaha
Laba usaha 4.342.563.222 4.489.024.515 4.892.131.311 6.181.523.508 7.062.992.847
Penghasilan (beban) lain-lain:
Penghasilan bunga (keuangan) 326.035.263 229.539.481 210.349.992 182.768.691 163.033.492
Laba penjualan aset tetap 1.412.191 2.262.000
Kerugian selisih kurs – bersih (25.850.656) (2.367.112)
Beban bunga (keuangan) (20.358.231) (26.101.520) (27.600.922) (104.793.091) (340.168.567)
Penghasilan/ (beban) lain-lain – bersih 20.475.338 21.024.909
Bagian atas laba bersih perusahaan asosiasi 10.911.158 9.241.108 15.071.957 27.954.901 34.541.962
Laba sebelum pajak penghasilan 4.655.188.285 4.722.623.381 5.089.952.338 6.287.454.009 6.920.399.734
Beban pajak penghasilan 1.302.433.159 1.063.509.283 (1.134.679.826) (1.360.814.162) (1.566.101.213)
Laba sebelum hak minoritas (thn berjalan) 3.352.755.126 3.659.114.098 3.955.272.512 4.926.639.847 5.354.298.521

Tabel 3.2 Laporan Keuangan Laba Rugi Komprehensif 2009-2013

3.6.3 Laporan Arus Kas tahun 2009-2013
PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN
Dinyatakan dalam Ribuan Rupiah
2009 2010 2011 2012 2013
Arus kas dari aktivitas operasi:
Penerimaan dari pelanggan 14.496.883.247 14.040.395.024 16.282.175.535 18.951.328.951 24.123.242.829
Pembayaran kepada pemasok (7.601.976.850) (7.946.198.724) (9.528.110.884) (10.332.470.592) (14.170.478.186)
Pembayaran kepada karyawan (1.621.652.700) (1.459.268.695) (1.573.927.704) (1.830.393.745) (2.152.092.057)
Kas yang dihasilkan dari operasi 5.273.253.697 4.634.927.605 5.180.136.947 6.788.464.614 7.800.672.586
Penghasilan bunga yang diterima 326.035.263 229.539.481 210.349.992 182.768.691 163.033.492
(Penempatan)/pencairan kas dan setara (34.437.728) (90.449.960) 71.526.845 (5.616.493) 21.378.180
kas yang dibatasi penggunaannya
Pembayaran pajak penghasilan (1.275.265.759) (1.347.779.756) (1.060.459.123) (1.250.293.208) (1.611.031.641)
Pembayaran bunga dan beban (43.087.822) (47.622.320) (34.112.642) (175.074.581) (340.168.567)
Penerimaan/(pembayaran) lainnya – neto (198.784) 48.311.303 51.615.793 13.263.445
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi 4.246.497.651 3.378.416.266 4.415.753.322 5.591.864.816 6.047.147.495
Arus kas dari aktivitas investasi
Perolehan aset tetap (1.125.371.497) (3.205.014.265) (4.069.138.277) (3.362.686.906) (2.548.758.346)
Akuisisi entitas anak (1.419.273.850) (101.596.576)
(Penempatan)/pencairan kas dan setara (780.139.659) 790.000.000
kas yang dibatasi penggunaannya
(Penempatan)/pencairan investasi jangka pendek (956.067.795) 937.567.795 (137.000.000) 15.435.302 124.462.998
Uang muka investasi di entitas anak (18.750.000)
Uang muka pembangunan pabrik baru (investasi) (480.320.161) (298.063.884) (121.020.429) (45.216.534) (129.123.976)
Penambahan aset tak berwujud (6.834.879)
Penambahan beban tangguhan – bersih (8.956.480) (2.748.999) (5.220.407) (10.432.868)
Dividen yang diterima 1.977.690 4.757.845 3.529.416 7.196.225 11.249.448
Hasil penjualan aset tetap 1.587.000 2.262.000 33.670.319 30.271.818 4.595.550
Arus kas bersih yang digunakan untuk (3.347.290.902) (1.771.239.508) (4.295.179.378) (4.774.273.945) (2.675.188.649)
aktivitas investasi
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Pembayaran kembali hutang bank (8.690.000) (69.799.217) (29.494.799) (89.080.652) (1.096.799.383)
Penerimaan hutang bank 28.839.246 610.338.662 1.146.593.229 920.091.231 1.027.546.366
Pembayaran kembali pinjaman dari (29.239.096) (23.977.527) (8.946.257) (1.790.930)
Pemerintah Republik Indonesia
Pembayaran hutang sewa pembiayaan (19.844.815) (27.151.657) (32.098.302) (24.288.402) (42.972.596)
Pembayaran dividen
Pemilik entitas induk (1.605.792.143) (1.829.577.344) (1.472.581.786) (1.962.720.885) (2.181.263.329)
Kepentingan non pengendali (12.995.006) (12.678.670) (13.321.961) (30.101.729)
Pembelian kembali saham yang diterbitkan (8.157.046)
Hasil penjualan saham yang diperoleh kembali 409.574.750
(Pembayaran kepada)/penerimaan dari pihak (2.318.331)
yang mempunyai hubungan istimewa
Arus kas bersih yang digunakan untuk (1.235.627.435) (1.353.162.089) (409.206.585) (1.171.111.599) (2.323.590.671)
aktivitas pendanaan
(Penurunan)/kenaikan bersih kas dan setara kas (336.420.686) 254.014.669 (288.632.641) (353.520.728) 1.048.368.175
Kas dan setara kas pada awal tahun 3.746.684.082 3.410.263.396 3.664.278.065 3.375.645.424 3.022.124.696
Kas dan setara kas pada akhir tahun 3.410.263.396 3.664.278.065 3.375.645.424 3.022.124.696 4.070.492.871
Tabel 3.3 Laporan Arus Kas Tahun 2009-2013

  1. DATA DAN PEMBAHASAN UNTUK PERFORMANCE APPRAISAL
    4.1 Analisis Common Size
    4.1.1 Analisis Common Size Pada Laporan Posisi Keuangan 2009 2010 2011 2012 2013
    AKTIVA
    Aktiva lancar
    Kas dan Setara kas
    Kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanya
    Investasi jangka pendek
    Piutang usaha, setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu: – Pihak ketiga
  • Pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
    Piutang lain-lain, setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu:
  • Pihak ketiga
  • Pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
    Persediaan, setelah dikurangi penyisihan persediaan usang dan bergerak lambat
    Uang Muka
    Beban dibayar di muka Pajak dibayar di muka Jumlah Aktiva Lancar Aktiva tidak lancar
    Kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanya
    Piutang lain-lain pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
    Aktiva pajak tangguhan
    Investasi pada perusahaan asosiasi
    26,331% 23,545% 17,169% 11,370% 13,219%
    6,366% 0,802% 0,271% 0,222% 0,122% 8,096% 0,744% 1,287% 0,889% 0,340% 8,496% 8,706% 7,408% 7,530% 7,269%
    2,509% 2,323% 1,892% 1,748% 1,905% 0,112% 0,269% 0,149% 0,166% 0,239%
    0,092% 0,038% 0,033% 0,047% 0,056% 10,868% 10,436% 10,206% 8,597% 8,593% 0,420% 0,212% 0,252% 0,235% 0,295%
    0,155% 0,088% 0,133% 0,099% 0,158%
    0,015% 0,037% 0,089% 0,067% 0,188%
    63,461% 47,201% 38,889% 30,969% 32,384% 0,864% 0,615% 0,542% 0,530% 0,274%
    0,515% 0,447% 0,408% 0,387% 0,414%

Properti investasi – bersih
Aset tetap, setelah dikurangi akumulasi dan deplesi
Beban tangguhan, setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar
Uang muka pengembangan pabrik baru Uang muka pembelian aset tetap
Aset tak berwujud Aktiva lain-lain
Jumlah aktiva tidak lancar

JUMLAH AKTIVA

KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban lancar Pinjaman Jangka Pendek Hutang usaha

  • Pihak ketiga
  • Pihak-pihak yang mempunyai hubungan
    istimewa Hutang lain-lain
  • Pihak ketiga
  • Pihak-pihak yang mempunyai hubungan
    istimewa
    Beban yang masih harus di bayar Hutang Pajak
    Kewajiban imbalan kerja jangka pendek Uang muka penjualan
    Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun
  • Hutang Bank
  • Pinjaman dari Pemerintah Republik Indonesia
  • Hutang bunga dan denda – Hutang sewa pembiayaan
    Jumlah kewajiban lancar

Kewajiban tidak lancar
Kewajiban pajak tangguhan

0,136% 0,140% 0,130% 0,153% 0,158%
30,994% 49,236% 59,205% 63,185% 61,256%

0,186% 0,137% 0,092% 0,353% 0,327%

3,709% 2,114% 0,000% 0,000% 0,697%
0,000% 0,000% 0,618% 0,446% 0,000%
0,000% 0,000% 0,025% 3,774% 3,762%
0,135% 0,111% 0,092% 0,204% 0,728%
36,539% 52,799% 61,111% 69,031% 67,616%

100,000% 100,000% 100,000% 100,000% 100,000%

0,000%  0,000%  0,000%  1,360%  1,042%

4,867% 3,947% 3,982% 6,222% 5,431%

1,126%
2,291%
2,033%
2,214%
2,694%

0,241% 2,318% 2,344% 1,689% 0,960%

0,012%
0,781%
0,927%
0,321%
0,080%

6,090% 4,646% 1,120% 1,546% 1,423%
4,158% 1,431% 1,476% 1,958% 1,294%
0,000% 0,000% 2,216% 2,222% 2,516%
0,519% 0,206% 0,201% 0,120% 0,077%

0,070% 0,181% 0,192% 0,938% 1,526%

0,178%
0,069%
0,009%
0,000%
0,000%
0,286% 0,157% 0,099% 0,000% 0,000%
0,172% 0,150% 0,096% 0,140% 0,160%
17,719% 16,176% 14,694% 18,730% 17,204%

0,055% 0,043% 0,007% 0,005% 0,023%

Kewajiban imbalan kerja
Hutang jangka panjang – setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu
tahun

  • Hutang bank
  • Pinjaman dari Pemerintah Republik Indonesia
  • Hutang bunga dan denda
  • Hutang sewa pembiayaan 1,528% 1,394% 1,370% 1,054% 0,882% 0,177% 3,498% 8,837% 12,063% 10,162%

0,102%
0,010%
0,000%
0,000%
0,000%
0,080% 0,009% 0,000% 0,000% 0,000%
0,471% 0,336% 0,386% 0,446% 0,367%
Provisi jangka panjang 0,000% 0,000% 0,344% 0,313% 0,512%
Kewajiban tidak lancar lainnya Jumlah kewajiban tidak lancar

Jumlah kewajiban

Ekuitas
Modal saham – nilai nominal Rp. 100 (angka penuh)
per saham, Modal dasar – 20.000.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh -5. 931.520.000 saham
Tambahan modal disetor
Modal saham yang diperoleh kembali Pendapatan Komprehensif lainnya Cadangan atas lindung nilai arus kas Saldo laba – dicadangkan
Saldo laba – belum dicadangkan Hak minoritas atas ekuitas anak perusahaan
Jumlah Ekuitas

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 0,201% 0,530% 0,027% 0,051% 0,040%
2,613% 5,820% 10,972% 13,932% 11,987%

20,332% 21,996% 25,667% 32,662% 29,192%

4,580%
3,811%
3,017%
2,302%
1,926%

11,260% 9,370%  7,417%  5,661%  4,736%
0,000%  0,000%  0,000%  0,000%  0,000%
0,023%  0,035%  0,030%  0,015%  1,137%
0,000%  -0,032% 0,000%  0,000%  0,000%
1,956%  1,628%  1,288%  0,983%  0,823%
60,920% 62,335% 61,816% 58,376% 59,194%

0,930%
0,857%
0,765%
3,173%
2,992%
78,739% 77,147% 73,568% 67,338% 67,816%

100,000%    100,000%    100,000%    100,000%    100,000%

Tabel 4.1 Penghitungan Common Size 2009-2013

a. Hasil Analisis Vertikal Common Size Laporan Posisi Keuangan
Analisis Vertikal Posisi Keuangan tahun 2009
Pada tahun 2009, bagian dari aset secara kesluruhan dibagi menjadi aset
lancar lancar dan aset tidak lancar. Aset lancar memiliki persentase
63,461% dan aset tidak lancar memiliki persentase 36,539%. Aset lancar
memiliki persentase lebih banyak karena terdiri dari beberapa aset yang
mendominasi, yaitu kas dan setara kas sebesar 26,331%, piutang sebesar
11,209%, persediaan sebesar 10,868% dan investasi jangka pendek
8.096%. Bagian dari aset lancar yang terbanyak adalah kas dan setara kas.
Kas dan setara kas memiliki persentase sebesar 26,331% dari total aset
untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, yang disimpan berupa
kas, bank dan deposito berjangka. Kas dan setara kas tinggi karena ada
pembayaran piutang tahun 2008 sebesar 14,326%, yang ditunjukkan
dengan menurunnya piutang pada 2009 menjadi 11,210% sehingga kas
dan setara kas meningkat.
Bagian aset lancar yang terbanyak selain kas dan setara kas adalah
persediaan. Persediaan memiliki porsi 10,868% dari total aset. Persediaan
yang tinggi ini terjadi karena PT Semen Indonesia adalah perusahaan
Manufaktur yang banyak memerlukan persediaan dalam pembuatan
produknya, untuk dapat diproduksi menjadi barang jadi yang siap dijual
dan dipasarkan. Selain kas dan setara kas dan persediaan, PT Semen
Indonesia memilki investasi jangka pendek sebesar 8,096%, tetapi tidak
melakukan investasi jangka panjang.
Untuk bagian aset tidak lancar, PT Semen Indonesia hanya memiliki
36,539% aset tidak lancar dari total aset, di mana bagian aset tidak lancar
yang terbanyak adalah aset tetap, yang persentasenya adalah 30,994%.
Keadaan aset tetap yang besar ini dikarenakan PT Semen Indonesia ini
adalah perusahaan manufaktur di bidang industri semen, sehingga
memerlukan aset tetap yang bermacam-macam untuk mendukung
produksinya. Aset tetap tersebut berupa bangunan, pelabuhan, mesin,
jalan, dan jembatan dan pabrik semen.
Pada tahun 2009, kewajiban memiliki persentase sebesar 20,332% dari
total kewajiban dan ekuitas, dan ekuitas memiliki presentase 78,739% dari
total kewajiban dan ekuitas. Dalam posisi demikian, perusahaan pada
tahun 2009 ini lebih menggunakan sumber pendanaan internal berupa
saldo laba dengan saham dibanding sumber pendanaan eksternal dengan
utang. Total utang hanya terdiri dari dari 6,246%, yaitu utang usaha dan utang lain-lain.
Kewajiban tidak lancar hanya memiliki persentase sebesar 2,613%,
karena PT Semen Indonesia hanya memiliki utang jangka panjang sebesar
1,430%. Ekuitas yang terbanyak terletak pada saldo laba yang belum
dicadangkan sebesar 60,920%, dari laba/rugi yang penggunaannya belum ditetapkan.
Analisis Vertikal Posisi Keuangan tahun 2010
Pada tahun 2010, bagian dari aset terbagi menjadi 47,201% aset lancar dan
52,799% aset tidak lancar. Aset lancar menurun dari tahun 2009, dimana
bagian dari aset lancar yang terbanyak adalah kas dan setara kas, yang
persentasenya 23,545% berupa kas, bank, dan deposito berjangka. Aset
lancar mengalami penurunan karena di tahun 2010 ini, PT Semen
Indonesia mengurangi Investasi jangka pendek menjadi 0,744% dan juga
mengurangi kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya menjadi 0,802%.
Bagian dari aset lancar yang lebih banyak juga terdapat pada persediaan,
yang persentasenya adalah 10,436%. Persediaan memiliki persentase yang
cukup besar juga dilihat dari jenis perusahaan PT Semen Indonesia yang
merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri
semen. Oleh karena itu, perusahaan banyak memerlukan persediaan
berupa bahan baku untuk diolah dan dijadikan barang jadi berupa semen untuk diproduksi.
Untuk bagian aset tidak lancar, perusahaan memiliki persentase aset tidak
lancar sebesar 52,799% dari total asetnya. Bagian aset tidak lancar yang
terbanyak adalah aset tetap, di mana persentasenya mengalami kenaikan
signifikan menjadi 49,236% dari total aset. Aset tetap mengalami kenaikan
dari tahun 2009 Bagian aset tetap ini paling banyak karena PT Semen
Indonesia adalah perusahaan manufaktur di bidang industri semen, yang
memerlukan aset tetap untuk mengolah produknya. PT Semen Indonesia
memiliki aset tetap berupa tanah, bangunan, pabrik, mesin, dan aset tetap lain.
Sedangkan untuk bagian kewajiban dan ekuitas, kewajiban memiliki
persentase sebesar 21,996% dan ekuitas memiliki persentase 77,147%.
Perusahaan memiliki kewajiban yang lebih sedikit dibanding dengan
ekuitas, karena perusahaan memilih untuk menggunakan sumber dana
internal melalui saldo laba, dan menggunakan lebih sedikit sumber dana
eksternal yang berasal dari utang. Kewajiban lancar mengalami penurunan
menjadi 16,176%, yang disebabkan oleh penurunan utang usaha, utang
pajak dan beban yang masih harus dibayar. Penurunan utang juga
berdampak pada penurunan kas dan setara kas karena digunakan untuk
pembayaran utang. Sedangkan kewajiban tidak lancar memiliki persentase
sebesar 5,820% yang mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya karena
peningkatan utang bank, di mana beban bunga juga akan bertambah.
Untuk ekuitas, secara keseluruhan mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya. Persentase terbesar terletak pada saldo laba yang belum
dicadangkan sebesar 62,335%, yang mengalami kenaikan. Tetapi ekuitas
mengalami penurunan karena mencadangkan cadangan atas lindung nilai
arus kas, yang pada tahun sebelumnya tidak ada. Penurunan ekuitas juga
disebabkan oleh berkurangnya modal saham dan tambahan modal disetor
yang didapat perusahaan.
Analisis Vertikal Posisi Keuangan tahun 2011
Pada tahun 2011, aset yang dimiliki perusahaan sebesar 38,889% aset
lancar, dan 61,111% aset tetap. Aset tetap mengalami penurunan
signifikan sebelumnya, yang disebabkan penurunan kas dan setara kas dan
penurunan piutang. Bagian dari aset lancar yang memiliki persentase
paling besar adalah kas dan setara kas yaitu 17,169% dari total aset. Kas
dan setara kas mengalami penurunan karena selama tahun 2011
perusahaan mengeluarkan kas dan setara kas untuk pembelian aset tetap
dan pembayaran bunga utang bank Selanjutnya, persentase yang lebih
besar juga terdapat pada persediaan. Persediaan memiliki persentase
sebesar 10,206% dari aset lancar. Perusahaan memiliki persediaan yang
besar karena PT Semen Indonesia adalah perusahaan manufaktur yang
dalam memproduksi produknya memerlukan bahan baku yang banyak.
Untuk bagian aset tidak lancar, yang memiliki persentase tertinggi adalah
aset tetap, yaitu dengan persentase 59,205%, yang mengalami kenaikan
dari tahun sebelumnya karena adanya pembelian aset tetap. Aset tetap
yang dimiliki perusahaan memiliki jumlah banyak karena PT Semen
Indonesia adalah perusahaan manufaktur yang membutuhkan aset tetap
berupa bangunan, pabrik semen, tanah, dan mesin-mesin untuk menunjang produktivitasnya.
Dalam bagian kewajiban dan ekuitas, kewajiban memiliki persentase
sebesar 25,667% dan ekuitas sebesar 71,568% dari total kewajiban dan
ekuitas. Dari persentase tersebut, PT Semen Indonesia cenderung
menggunakan sumber pendanaan dari internal berupa saldo laba, dan
menggunakan sumber pendanaan eksternal berupa utang yang lebih kecil
untuk mengurangi risiko. Pada tahun 2011, persentase kewajiban lencar
mengalami penurunan sebesar 14,694%, karena menurunnya beban yang
harus dibayar dan tentunya berdampak pula pada penurunan kas dan setara kas di aset lancar.
Persentase kewajiban tidak lancar mengalami kenaikan signifikan pada
tahun 2011, dimana naik menjadi 10,972%, karena adanya hutang bank
yang tinggi sebesar 8,837%, dimana kas dan setara kas juga mengalami
penurunan untuk membayar bunga utang bank. Sedangkan untuk ekuitas,
pada tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi
73,568%, yang disebabkan penurunan saldo laba dan tambahan modal
disetor, sehingga modal saham juga menurun menjadi 3,017%.
Analisis Vertikal Posisi Keuangan tahun 2012
Pada tahun 2012, aset lancar mempunyai persentase 30,969%, yang
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dan disebabkan oleh
penurunan kas dan setara kas menjadi 11,370% dan penurunan persediaan
menjadi 8,597%. Aset lancar juga mengalami penurunan karena jumlah
aset lancar meningkat. Kas dan setara kas mengalami penurunan karena
adanya kenaikan utang bank jangka panjang dan utang jangka pendek
sehingga perusahaan harus mengeluarkan kas dan setara kas untuk
pembayaran bunga dan juga untuk penjaminan utang bank. Sedangkan
penurunan persediaan disebabkan karena penjualan di tahun 2012
meningkat, sehingga mengurangi persediaan. Persediaan turun disertai
dengan penurunan kas dan setara kas disebabkan karena adanya penjualan
kredit sehingga memerlukan waktu untuk dikonversi menjadi kas.
Sedangkan untuk aset tetap, pada tahun 2012 aset tetap mengalami
kenaikan signifikan menjadi 69,031% karena aset tetap juga mengalami
kenaikan menjadi 63,185% ditambah dengan aset tidak berwujud sebesar
3,774%, yang di tahun-tahun sebelumnya tidak ada. Aset tetap mengalami
kenaikan karena adanya pembelian aset tetap berupa mesin-mesin, alat-alat
berat dan kendaraan serta aset tetap lainnya.
Pada tahun 2012, kewajiban perusahaan meningkat menjadi 32,662%,
dengan kewajiban lancar sebesar 18,730% dan kewajiban tidak lancar
13,932%. Kewajiban lancar mengalami kenaikan karena utang jangka
pendek yang mengalami kenaikan menjadi 10,446%, hutang bank menjadi
0,938%. Di tahun ini, kewajiban lancar bertambah dengan adanya
pinjaman jangka pendek 1,360%, yang di tahun sebelumnya tidak ada.
Sedangkan kewajiban tidak lancar mengalami kenaikan karena
peningkatan utang bank menjadi 12,063%. Peningkatan kewajiban
menunjukkan bahwa perusahaan meningkatkan pendanaannya melalui
utang. Adanya kenaikan kewajiban juga berpengaruh pada jumlah aset,
khususnya penurunan kas dan setara kas, yang digunakan untuk membayar
bunga dari utang yang jatuh tempo. Ekuitas pada tahun 2012 mengalami
penurunan menjadi 67,338%, di mana saldo laba menurun menjadi
58,376%, dan turunnya tambahan modal disetor perusahaan menjadi
5,661%, sehingga modal saham turun menjadi 2,302%. Jumlah ekuitas
lebih besar daripada kewajiban karena perusahaan cenderung
menggunakan sumber dana internal dengan saldo laba daripada utang
untuk mengurangi risiko.
Analisis Vertikal Posisi Keuangan tahun 2013
Pada tahun 2013, aset lancar perusahaan memiliki persentase
32,384% yang mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, sedangkan
aset tidak lancar mengalami penurunan menjadi 67,616%. Kenaikan aset
lancar disebabkan oleh kenaikan kas dan setara kas, di mana persentase
kas dan setara kas menjadi 13,219%, yang mengalami kenaikan akibat
adanya penjualan aset tetap. Persentase pesediaan relatif tetap, dengan
persentase 8,593%. Sedangkan aset tidak lancar mengalami penurunan,
yang disebabkan penurunan aset tetap menjadi 61,256%. Aset tetap
menurun karena adanya penjualan aset tetap.
Kewajiban perusahaan tetap lebih kecil daripada ekuitas, di mana
perusahaan lebih menggunakan sumber pendanaan eksternal dari saham
daripada sumber pendanaan internal melalui utang yang berrisiko tinggi.
Kewajiban perusahaan di tahun 2013 menurun dari tahun sebelumnya
menjadi 29,192%, dimana kewajiban lancar sebesar 17,204% dan
kewajiban tidak lancar sebesar 11,987%. Kewajiban lancar menurun
disebabkan oleh penurunan utang jangka pendek (utang usaha dan utang
lain-lain) sebesar 9,165%. Perusahaan mengurangi utang bank dan utang
usaha dan kewajiban perusahaan, tetapi perusahaan mampu meningkatkan
ekuitas menjadi 67,816%. Ekuitas meningkat karena saldo laba mengalami
peningkatan menjdi 59,194%, sedangkan tambahan modal disetor turun
menjadi 4,736%, dan modal saham yang turun menjadi 1,926%.
Sebaliknya, pendapatan komprehensif lainnya di tahun ini memiliki
persentase tertinggi dari tahun sebelumnya, di mana persentasenya adalah 1,137%.

b. Hasil Analisis Common Size Horizontal Laporan Posisi Keuangan

Kas dan Setara kas 30,000%
25,000% 26,331% 20,000% 23,545%

15,000%

10,000%

5,000%

17,169%
11,370%3,219%

Kas dan Setara kas

Linear (Kas dan Setara kas)

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.1 Grafik Common Size Kas dan Setara Kas

12,000%

10,000%

8,000%

6,000%

4,000%

2,000%

Persediaan

10,868% 10,436% 10,206%
8,597% 8,593%

Persediaan

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.2 Grafik Common Size Persediaan

9,000% 8,000% 7,000% 6,000% 5,000% 4,000% 3,000% 2,000% 1,000%

Investasi jangka pendek
8,096%

0,744% 1,287% 0,889% 0,340%

Investasi jangka pendek
Linear (Investasi jangka pendek)

0,000% -1,000% -2,000%

2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

Grafik 4.3 Grafik Common Size Investasi Jangka Pendek

70,000% 60,000% 50,000% 40,000% 30,000% 20,000%
10,000%

Jumlah Aset Lancar

63,461%

47,201%
38,889%
30,969% 2,384%

Aset Lancar
Linear (Aset Lancar)

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.4 Grafik Common Size Jumlah Aset Lancar

Aset lancar dari tahun ke tahun mengalami trend menurun mulai
tahun 2009-2012, namun tahun 2013 mengalami peningkatan, di mana titik
terrendah dari aset lancar ada pada tahun 2012 sebesar 30,969% dan tertinggi pada
tahun 2009 sebesar 63,461%. Persentase aset lancar ditentukan oleh jumlah kas
dan setara kas, persediaan, investasi jangka pendek dan aset lancar lainnya, tetapi
kas dan setara kas memiliki jumlah terbanyak dalam aset lancar. Untuk kas dan
setara kas, dari tahun ke tahun mengalami trend menurun seperti aset lancar. Di
tahun 2012, kas dan setara kas berada dalam posisi terrendah, karena jumlah
kewajiban meningkat sehingga harus mengeluarkan kas dan setara kas untuk
pembayaran bunga. Titik tertinggi kas dan setara kas ada pada tahun 2009 sebesar
63,461%, titik tertinggi ini terjadi karena adanya pada tahun 2009 perusahaan
menerima pembayaran piutang dan ada pemasukan dari penjualan, sehingga kas
dan setara kas meningkat. Sedangkan untuk persediaan, di tahun 2009 berada
dalam titik tertinggi sebesar 10,868%, lalu tahun 2010-2012 mengalami
penurunan dan tahun 2012-2013 relatif tetap. Titik terrendah terletak pada tahun
2013 sebesar 8,593%.

80,000% 70,000% 60,000%
50,000%

Aset tetap

59,205% 3,185 61,256%

40,000% 49,236% 30,000%
20,000% 30,994%
10,000%

Aset tetap
Linear (Aset tetap)

0,000%
1 2 3 4 5
Tahun

Grafik 4.5 Grafik Common Size Aset tetap

Aset tak berwujud 4,000% 3,774% 3,762%

3,000%

2,000% Aset tak berwujud

1,000%

0,000%

-1,000%

0,000% 0,000% 0,025%

2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

Linear (Aset tak berwujud)

Grafik 4.6 Grafik Common Size Aset tak Berwujud

Jumlah Aset tidak lancar

80,000% 70,000% 60,000% 50,000% 40,000% 30,000% 20,000%
10,000%

69,031%67,616% 61,111%
52,799%

36,539%

Aset tidak lancar

Linear (Aset tidak lancar)

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.7 Grafik Common Size Jumlah Aset tidak Lancar

Aset tidak lancar dari tahun ke tahun mengalami trend meningkat,
dimulai pada tahun 2009-2012, sedangkan pada tahun 2013 menurun. Di titik
terrendah, aset tidak lancar ada di tahun 2009 sebesar 36,539% dan titik tertinggi
pada tahun 2012 sebesar 69,031%. Persentase aset tidak lancar dipengaruhi oleh
jumlah aset tetap, aset tidak berwujud dan aset tidak lancar lainnya, namun aset
tetap merupakan bagian terbanyak dari aset tidak lancar. Pada aset tetap, pada
tahun 2009-2012 mengalami peningkatan, lalu tahun 2013 mengalami penurunan
sama seperti persentase jumlah aset tidak lancar, di mana pada tahun 2009 berada
pada titik terrendah sebesar 30,994% dan di titik tertinggi pada tahun 63,185%.
Aset tetap cenderung naik karena perusahaan melakukan pembelian aset tetap
untuk menunjang produktivitasnya dan saat aset tetap turun, perusahaan
melakukan penjualan dari aset tetap tersebut dikarenakan penyusutan atau hal lain.
Untuk aset tidak berwujud sendiri, di tahun 2009 dan 2010 perusahaan tidak
memiliki aset tidak berwujud, lalu di tahun 2011 perusahaan mulai memiliki
goodwill, lalu di tahun 2012 dan 2013 aset tidak berwujud berupa goodwill mulai
naik menjadi 3,774% dan 3,762%.

Hutang (Pihak ketiga dan pihak berrelasi)

12,000% 10,000%
8,000%

10,446%
9,337% 9,286% 9,165%

6,000%
4,000% 6,246%
2,000%

Hutang
Linear (Hutang)

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.8 Grafik Common Size Utang Pihak Ketiga dan Pihak Berrelasi

Beban yang masih harus di bayar 7,000%
6,000%
5,000% 6,090%

4,000% 4,646%
3,000%

Beban yang masih harus di bayar

2,000% 1,000%
0,000%
2009

1,120% 1,546% 1,423%

2010 2011 2012 2013
Tahun

Linear (Beban yang masih harus di bayar)

Grafik 4.8 Grafik Common Size Beban yang Masih Harus Dibayar

Hutang Pajak 4,500%
4,000%
3,500% 4,158%

3,000% 2,500% 2,000% 1,500% 1,000%
0,500%

1,958% 1,431% 1,476% 1,294%

Hutang Pajak
Linear (Hutang Pajak)

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.9 Grafik Common Size Utang Pajak

Jumlah Kewajiban lancar

20,000% 18,000% 16,000% 14,000% 12,000% 10,000% 8,000% 6,000% 4,000% 2,000% 0,000%

17,719 16,176 14,694% 8,730 17,204%

2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Kewajiban lancar

Linear (Kewajiban lancar)

Grafik 4.10 Grafik Common Size Jumlah Kewajiban Lancar

Jumlah kewajiban lancar perusahaan dari tahun ke tahun cenderung
mengalami peningkatan. Pada tahun 2009-2011, jumlah kewajiban lancar yang
dimiliki perusahaan menurun, sedangkan pada tahun 2012 mengalami
peningkatan dan tahun 2013 kembali mengalami penurunan. Perusahaan
cenderung memakai sumber pendanaan dengan saldo laba dibanding dengan
utang untuk mengurangi pembayaran bunga dan risiko. Kewajiban lancar tertinggi
terdapat pada hutang, baik kepada pihak ketiga maupun pihak berrelasi.
Kewajiban lancar berada di posisi terrendah pada tahun 2011 sebesar 14,694%
dan berada di posisi tertinggi pada tahun 18,730%.
Persentase tersebut dipengaruhi oleh utang, baik pihak ketiga maupun
pihak berrelasi, utang pajak, beban yang masih harus dibayar, hutang pajak dan
kewajiban jangka pendek lainnya. Kewajiban lancar tertinggi terdapat pada
hutang, baik kepada pihak ketiga maupun pihak berrelasi. Utang berada di titik
tertinggi pada tahun 2009 sebesar 6,246% dan berada di titik tertinggi pada tahun
2012 sebesar 10,446%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
perusahaan memiliki sumber pendanaan terbanyak melalui utang pada tahun 2012
dan paling sedikit di tahun 2009. Sedangkan utang pajak cenderung mengalami
penurunan dai tahun ke tahun, karena perusahaan meningkatkan pembayarannya
terhadap pajak perusahaan yang terutang.
Untuk beban yang masih dibayar, dari tahun ke tahun cenderung
mengalami penurunan, di mana tahun 2009 adalah titik tertinggi dan setelah itu
perusahaan mengurangi beban yang harus dibayar dengan meningkatkan
pemabayaran atas beban yang masih harus dibayar.

Hutang bank 14,000% 12,063%

12,000% 10,000%
8,000%

10,162% 8,837%

6,000% 4,000%
2,000%

Hutang bank
3,498% Linear (Hutang bank)

0,177%

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.11 Grafik Common Size Utang Bank

Jumlah Kewajiban tidak lancar 16,000%
14,000%
12,000% 13,932%

10,000%
8,000%

10,972% 11,987% Kewajiban tidak lancar

6,000%
4,000% 5,820%
2,000%
0,000% 2,613%
2009 2010 2011 2012 2013

Linear (Kewajiban tidak lancar)

Tahun

Grafik 4.12 Grafik Common Size Jumlah Kewajiban tidak Lancar

Untuk kewajiban tidak lancar perusahaan, dari tahun ke tahun
cenderung mengalami peningkatan. Di tahun 2009-2012 kewajiban tidak lancar
selalu mengalami peningkatan. Akan tetapi, di tahun 2013 mengalami penurunan.
Titik terrendah terdapat di tahun 2009, dimana jumlah kewajiban lancar hanya
2,613% karena perusahaan menggunakan sedikit kewajiban jangka panjang,
sedangkan titik tertinggi terdapat pada tahun 2012, di mana jumlah kewajiban
tidak lancar adalah 13,922%, yang tinggi karena utang bank yang juga tinggi.
Utang bank dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Di tahun
2009-2012, utang bank meningkat, sedangkan di tahun 2013 utang bank kembali
menurun.perusahaan menggunakan utang bank terkecil pada tahun 2009, yaitu
sebanyak 0,177%, dan di tahun 2012, perusahaan menggunakan utang bank
terbanyak, yaitu sebesar 12,063%.

Modal saham

5,000% 4,500%
4,000% 4,580% 3,500%
3,000% 2,500% 2,000% 1,500% 1,000% 0,500% 0,000%
2009

3,811%

3,017%

2010 2011
Tahun

2,302% Modal saham 1,926%

2012 2013

Grafik 4.13 Grafik Common Size Modal Saham

Tambahan modal disetor 12,000%
10,000% 11,260%

8,000%

6,000%

4,000%

2,000%

9,370%

7,417%

5,661%
4,736%

Tambahan modal disetor

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.14 Grafik Common Size Modal Disetor

Saldo laba – belum dicadangkan

63,000% 62,000%
61,000%

62,335 61,816%

60,000% 60,920% 59,000%
58,000%

57,000%

59,194%
58,376%

Saldo laba – belum dicadangkan
Linear (Saldo laba -belum dicadangkan)

56,000%
2009

2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.15 Grafik Common Size Saldo Laba – Belum dicadangkan

Jumlah Ekuitas
82,000% 80,000%
78,000%
76,000% 78,739%7,147%
72,000% 73,568%
68,000%
66,000% 67,33867,816%
62,000% 60,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Jumlah Ekuitas
Linear (Jumlah Ekuitas)

Grafik 4.16 Grafik Common Size Jumlah Ekuitas

Ekuitas perusahaan dari tahun 2009-2013 cenderung mengalami
penurunan. Seiring dengan meningkatnya kewajiban perusahaan, maka kebutuhan
dana perusahaan terhadap ekuitas juga semakin menurun, karena perusahaan
semakin meningkatkan pemakaian sumber dana dari utang. Ekuitas pada tahun
2009 berada di titik tertinggi, yaitu 78,739%, karena perusahaan hanya
menggunakan kewajiban 20,332%, dan memiliki 60,920% saldo laba. Sedangkan
di titik terrendah pada tahun 2012, yaitu sebesar 67,338%, karena penggunaan
kewajiban perusahaan sebanyak 32,662% dan hanya memiliki saldo laba
58,376%. Namun untuk saldo laba yang cenderung naik menunjukkan bahwa
perusahaan terus mengalami keuntungan atau laba. Saldo laba berada di titik
terrendah pada tahun 2012 sebesar 58,376% dan tertinggi pada tahun 2010 sebesar
62,335%. Sedangkan untuk tambahan modal disetor dan modal saham dari tahun
ke tahun mengalami penurunan.

4.1.2 Analisis Common Size Laporan Laba Komperehensif
PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN
Dinyatakan dalam Ribuan Rupiah

2009    2010    2011    2012    2013

Pendapatan 100,000% 100,000% 100,000% 100,000% 100,000%
Beban pokok pendapatan 52,918% 52,524% -54,289% -52,559% -55,332%
Laba kotor 47,082% 47,476% 45,711% 47,441% 44,668%
Beban operasi/usaha 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% 0,000%
Beban Penjualan 0,000% 0,000% -8,428% -8,932% -9,320%
Beban umum dan administrasi 0,000% 0,000% -7,747% -7,338% -6,890%
Pendapatan operasi lainnya 0,000% 0,000% 0,427% 0,524% 0,214%
Beban operasi lainnya 0,000% 0,000% -0,095% -0,154% 0,156%
Total beban usaha -16,900% -16,181% -15,842% -15,900% -15,840%
Laba usaha 30,182% 31,295% 29,869% 31,541% 28,827%
Penghasilan (beban) lain-lain:
Penghasilan bunga (keuangan) 2,266% 1,600% 1,284% 0,933% 0,665%
Laba penjualan aset tetap 0,010% 0,016% 0,000% 0,000% 0,000%
Kerugian selisih kurs – bersih -0,180% -0,017% 0,000% 0,000% 0,000%
Beban bunga (keuangan) -0,141% -0,182% -0,169% -0,535% -1,388%
Penghasilan/ (beban) lain-lain – bersih 0,142% 0,147% 0,000% 0,000% 0,000%
Total penghasilan(beban) lain-lain 2,097% 1,564% 1,116% 0,398% -0,723%
Bagian atas laba bersih perusahaan asosiasi 0,076% 0,064% 0,092% 0,143% 0,141%
Laba sebelum pajak penghasilan 32,355% 32,924% 31,076% 32,082% 28,245%
Beban pajak penghasilan 9,052% 7,414% -6,928% -6,944% -6,392%
Laba sebelum hak minoritas (thn berjalan) 23,303% 25,509% 24,149% 25,138% 21,853%
Tabel 4.2 Penghitungan Common Size Laporan Laba Rugi 2009-2010

a) Hasil Analisis Common Size Vertical Laporan Laba Komprehensif
Analisis Vertikal Laba-Rugi 2009
Pada tahun 2009, PT Semen Indonesia Tbk memdapat laba sebesar
23,303% dari total pendapatan. Laba yang didapat perusahaan cukup tinggi,
karena PT Semen Indoenesia sudah lama go public sehingga sudah mendapatkan
banyak sumber dana dari saham untuk mencukupi operasional perusahaan.
Namun, di tahun 2009, perusahaan memperoleh laba 23,303% dikarenakan
adanya Harga Pokok Penjualan (HPP) yang tinggi sebesar 52,918% dan beban-
beban lain, dimana perusahaan harus membayarkan beban operasi sebesar –
16,900% untuk operasional perusahaan seperti penjualan, administrasi, beban
umum dan beban operasi lainnya. Selain beban operasi, beban yang harus
dibayarkan perusahaan adalah beban pajak penghasilan sebesar 9,025%. Dalam
tahun 2009 , perusahaan juga mendapat penghasilan bunga sebesar 2,266%, yang
berasal dari deposito yang disimpan perusahaan. Di tahun 2009, laba bersih per
saham dasar yang dimiliki perusahaan adalah 566.
Analisis Vertikal Laba-Rugi 2010
Di tahun 2010, laba perusahaan naik dari laba tahun sebelumnya sebesar
25,509%. Kenaikan laba bersih ini disebabkan oleh penurunan HPP menjadi
52,524% sehingga menambah laba kotor perusahaan. Selain itu, selama tahun
2010, beban operasi yang dikeluarkan perusahaan mengalami penurunan menjadi
-16,036%, dan juga beban pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan turun
menjadi 7,414%. Dari penurunan beban perusahaan, laba bersih perusahaan dapat
mengalami kenaikan. Penghasilan bunga yang diterima sedikit menurun dari
tahun sebelumnya karena bunga deposito berkurang, tetapi tidak terlalu signifikan
pada persentase laba bersih, karena laba bersih juga mengalami peningkatan
akibat penurunan beban. Di tahun 2010 laba per saham dasar perusahaan naik
menjadi 613, karena laba bersih perusahaan juga meningkat.
Analisis Vertikal Laba-Rugi 2011
Pada tahun 2011, laba bersih yang dimiliki perusahaan sedikit menurun
dari tahun sebelumnya menjadi 24,149% dari total penjualan. Adanya penurunan
laba bersih ini disebabkan karena HPP juga mengalami kenaikan menjadi
54,289% sehingga laba kotor juga turun. Beban operasi perusahaan secara
keseluruhan turun dari tahun sebelumnya menjadi -15,842% yang berasal dari
beban penjualan, beban umum dan administrasi, beban operasi lainnya serta
ditambah dengan pendapatan operasi. Beban operasi yang paling banyak
dikeluarkan perusahaan adalah beban penjualan sebesar -8,428%, dan beban
umum dan administrasi sebesar -7,747%. Di tahun 2010, penghasilan bunga yang
diterima juga menurun menjadi 1,284% karena menurunnya bunga deposito
sehingga laba perusahaan juga berkurang. Sebaliknya, beban pajak penghasilan
yang dibayar perusahaan menjadi lebih rendah menjadi 6,928%. Namun, karena
pengaruh yang signifikan terjadi pada HPP, besarnya beban pajak penghasilan
tidak terlalu berpengaruh pada laba bersih perusahaan. Meski laba bersih
perusahaan menurun, laba bersih per saham dasar yang didapat perusahaan
menjadi lebih tinggi, yaitu 662.
Analisis Vertikal Laba-Rugi 2012
Pada tahun 2012, laba bersih perusahaan sedikit mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya menjadi 25,138%. Kenaikan laba bersih tersebut disebabkan
oleh HPP yang mampu ditekan oleh perusahaan menjadi 52,559% sehingga laba
kotor kembali naik. Selain itu, dalam tahun 2012, beban operasi yang dikeluarkan
perusahaan relatif sama dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar -15,900%, tetapi
sedikit naik pada beban penjualan menjadi -8,932%. Penghasilan bunga di tahun
2012 semakin turun dari tahun sebelumnya, dimana perusahaan hanya menerima
0,933% penghasilan bunga karena bunga deposito yang menurun. Besarnya beban
pajak penghasilan relatif sama dengan tahun sebelumnya sebesar 6,944%. Adanya
beban yang relatif sama dengan tahun sebelumnya membuat laba bersih
perusahaan hanya mengalami sedikit kenaikan, sementara pengaruh yang
signifikan terhadap laba bersih adalah HPP yang turun sehingga laba bersih
perusahaan dapat sedikit mengalami kenaikan. Untuk laba bersih per saham dasar
yang dimiliki perusahaan di tahun 2012 sangat terjadi kenaikan signifikan menjadi 817.
Analisis Vertikal Laba-Rugi 2013
Pada tahun 2013, laba bersih yang diterima perusahaan mengalami
penurunan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya. Laba bersih yang
diterima perusahaan pada tahun 2013 ini adalah 21,853% saja. Hal ini
dikarenakan HPP yang kembali tinggi sebesar 55,332%, sehingga laba kotor
perusahaan juga mengalami penurunan. Selain kenaikan HPP, beban operasi yang
dikeluarkan perusahaan di tahun 2013 relatif sama dari tahun sebelumnya sebesar
-15,840%, di mana -9,320% nya berasal dari beban penjualan. Karena laba kotor
mengalam penurunan, maka laba operasi perusahaan juga rendah. Di tahun 2013
ini, penghasilan bunga yang diterima perusahaan juga cukup rendah, yaitu sebesar
0,665%, sementara beban bunga yang harus dibayarkan perusahaan cukup tinggi,
yaitu sebesar -1,388%, sementara beban pajak penghasilan yang dibayarkan
perusahaan cenderung menurun, yaitu sebesar 6,392%. Laba bersih perusahaan
tetap menurun karena adanya pengaruh yang lebih besar berasal dari kenaikan
HPP. Tetapi, meskipun laba bersih perusahaan turun, laba bersih per saham dasar
yang dimiliki perusahaan naik signifikan dari tahun sebelumnya menjadi 905.

b) Hasil Analisis Common Size Horizontal Laporan Laba Komperehensif

Laba kotor
48,000% 47,500%
47,000% 47,082 47,476% 47,441% 46,000%
45,500% 45,000%
44,500%
44,000% 44,668%
43,500% 43,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Laba kotor
Expon. (Laba kotor)

Grafik 4.17 Grafik Common Size Laba Kotor

Laba kotor perusahaan dari tahun ke tahun cenderung mengalami
penurunan. Laba kotor di titik tertinggi terjadi pada tahun 2010, dimana laba kotor
perusahaan sebesar 47,470% dari total penjualan. Laba kotor yang tinggi ini
disebabkan karena perusahaan bisa menekan HPP menjadi 52,524% dan
merupakan HPP terrendah dari tahun 2009-2013. Itulah sebabnya laba kotor
perusahaan pada tahun 2010 ini cukup tinggi. Sedangkan di titik paling rendah
adalah laba kotor pada tahun 2013, di mana laba kotor perusahaan sebesar
44,668% dari total penjualan. Hal ini disebabkan adanya HPP tertinggi (sebesar
55,332%) diantara tahun lainnya dan perusahaan tidak dapat menekan HPP
sehingga HPP menjadi tinggi.

Laba usaha
32,000% 31,500%
31,000% 31,441% 31,541%

30,000%
29,500% 30,182%
29,000%
28,500% 28,827%

27,500% 27,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Laba usaha
Expon. (Laba usaha)

Grafik 4.18 Grafik Common Size Laba Usaha

Laba usaha atau laba operasi perusahaan dari tahun ke tahun mengalami
trend penurunan, yang ditunjukkan oleh dua kali kenaikan, yaitu pada tahun 2010
dan 2012. Di titik tertinggi, ada laba operasi di tahun 2012 sebesar 31,541% dari
total penjualan. Laba operasi yang tinggi ini disebabkan oleh beban operasi yang
kecil, yaitu sebesar 15,900% di tahun 2012. Laba kotor pada tahun 2012 cukup
tinggi yaitu sebesar 47,441% karena HPP yang lebih rendah dari tahun
sebelumnya. Oleh karena itu laba operasi di tahun 2012 menjadi lebih tinggi.
Sedangkan di tahun 2013 laba operasi perusahaan berada di titik terrendah yaitu
sebesar 28,827%. Turunnya laba operasi pada tahun 2013 ini disebabkan oleh
HPP yang tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya sebesar -55,332%. Oleh karena
itu laba kotor juga menjadi lebih kecil, yaitu 44,668%. Setelah itu, laba kotor
masih dikurangkan dengn beban operasi sebesar 15,840% sehingga laba operasi
menjadi lebih kecil lagi dan terrendah dari tahun-tahun sebelumnya.

Total Penghasilan(beban) lain-lain 2,500%
2,000% 2,097%

1,500% 1,564%

1,000%

0,500%

0,000%

-0,500%

-1,000%

1,116%

0,398%

2009 2010 2011 2012 2013
-0,723%

Tahun

Total Penghasilan(beban) lain-lain

Grafik 4.19 Grafik Common Size Total Penghasilan (Beban) Lain-lain

Total penghasilan (beban) lain-lain dari tahun ke tahun selalu mengalami
penurunan. Di tahun 2009, penghasilan lebih tinggi dari pada beban sehingga
memiliki persentase positif sebesar 2,097% yang tinggi karena adanya
penghasilan bunga yang cukup tinggi sebesar 2,266%. Di tahun 2010, total
penghasilan (beban) lain-lain yang diterima menurun dari tahun 2009, tetapi tetap
menghasilkan persentase yang positif yaitu 1,564%. Penurunan ini disebabkan
karena penghasilan bunga yang turun dan beban bunga yang naik dari tahun
sebelumnya. Di tahun 2011, total penghasilan (beban) lain-lain menurun menjadi
1,116% yang disebabkan karena penghasilan bunga tahun sebelumnya menurun.
Sedangkan di tahun 2012 total penghasilan (beban) lain-lain mengalami
penurunan menjadi 0,398%. Penurunan ini disebabkan karena penghasilan bunga
turun dan beban bunga yang meningkat. Di tahun 2013, total penghasilan (beban)
lain-lain menurun drastis ke titik negatif sebesar -0,723%. Penurunan ini
disebabkan karena beban bunga yang lebih tinggi daripada penghasilan yang
diterima. Beban bunga sebesar -1,388% dan penghasilan bunga ditambah
penghasilan lain-lain hanya sebesar 0,665%.

Laba sebelum pajak penghasilan

34,000% 33,000% 32,000%
31,000%

32,355%2,924% 32,082%

30,000% 29,000% 28,000% 27,000%
26,000%

31,076%

28,245%

Laba sebelum pajak penghasilan
Expon. (Laba sebelum pajak penghasilan)

25,000%
2009

2010 2011 2012 2013
Tahun

Grafik 4.20 Grafik Common Size Laba Sebelum Pajak Penghasilan

Laba sebelum pajak penghasilan dari tahun ke tahun cenderung
mengalami penurunan. Penurunan tersebut ditunjukkan dalam grafik pada tahun
2009, 2011 dan 2013. Dari tahun 2009 sampai 2010 laba sebelum pajak
penghasilan mengalami kenaikan menjadi 32,924% pada tahun 2010. Kenaikan
ini disebabkan karena persentase beban operasi mengalami penurunan sehingga
memperngaruhi laba sebelum pajak penghasilan perusahaan mencapai titik
tertinggi di tahun 2010. Pada tahun 2011, laba sebelum pajak penghasilan
mengalami penurunan menjadi 31,076% karena HPP pada tahun 2011 tinggi
sehingga mempengaruhi laba kotor dan juga mempengaruhi laba sebelum pajak
penghasilan pula. Di tahun 2012, laba sebelum pajak penghasilan perusahaan
kembali mengalami kenaikan menjadi 32,082%. Kenaikan ini disebabkan karena
HPP yang turun dari tahun 2011 sehingga laba sebelum pajak penghasilan
mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun 2013, laba pajak sebelum pajak
penghasilan perusahaan mencapai titik terrendah sebesar 28,245%. Penurunan
yang drastis ini disebabkan karena HPP di tahun 2013 merupakan HPP tertinggi
sehingga laba kotor juga menurun. Selain itu, dalam penghasilan (beban) lain-lain,
beban lebih besar daripada pendapatan sehingga mengurangi laba sebelum pajak penghasilan.

Laba Bersih (Sebelum Hak Minoritas)

26,000%

25,000%

24,000%

23,000%

22,000%

21,000%

20,000%

25,509% 25,138%

24,149% 23,303%

21,853%

2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Laba sebelum hak minoritas (thn berjalan)
Expon. (Laba sebelum hak minoritas (thn berjalan))

Grafik 4.21 Grafik Common Size Laba Bersih (Sebelum Hak Minoritas)

Laba bersih perusahaan dari tahun ke tahun cenderung mengalami
kenaikan, yaitu di tahun 2010,2011 dan 2012. Dari tahun 2009 – 2010, laba bersih
perusahaan mengalami kenaikan yang signifikan dan mencapai titik tertinggi
menjadi 25,509% di tahun 2010. Kenaikan ini disebabkan karena di tahun beban
pajak penghasilan yang harus dibayar berkurang menjadi 7,414%. Sedangkan di
tahun 2011, laba bersih mulai menurun karena HPP yang mengalami kenaikan,
meskipun beban pajak penghasilan semakin menurun. Di tahun 2012, laba bersih
perusahaan kembali naik menjadi 25,138% karena HPP yang berhasil ditekan dan
diturunkan oleh perusahaan, sedangkan beban pajak penghasilan yang dibayar
perusahaan relatif sama dengan tahun sebelumnya. Di tahun 2013, laba bersih
mencapai titik terrendahnya, dimana laba bersih hanya 21,853%. Penurunan
signifikan ini disebabkan karena HPP yang tinggi dan beban yang harus dibayar
lebih tinggi. Untuk Earning per Share perusahaan sudah baik karena terus
mengalami kenaikan sehingga menunjukkan kondisi yang stabil. Meskipun laba
bersih perusahaan masih naik-turun, tetapi EPS yang terus mengalami kenaikan
menunjukkan laba bersih per saham yang beredar yang didapatkan perusahaan.

4.1.3 Analisis Common Size Laporan Arus Kas
PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN
Dinyatakan dalam Ribuan Rupiah 2009 2010 2011 2012 2013

Arus kas dari aktivitas operasi:
Penerimaan dari pelanggan 341,384% 415,591% 368,729% 338,909% 398,919%

Pembayaran kepada pemasok -179,018% -235,205% -215,775% -184,777% -234,333%
Pembayaran kepada karyawan -38,188% -43,194% -35,643% -32,733% -35,589%
Kas yang dihasilkan dari operasi 124,179% 137,192% 117,310% 121,399% 128,998%
Penghasilan bunga yang diterima 7,678% 6,794% 4,764% 3,268% 2,696%
(Penempatan)/pencairan kas dan setara -0,811% -2,677% 1,620% -0,100% 0,354%
kas yang dibatasi penggunaannya
Pembayaran pajak penghasilan -30,031% -39,894% -24,015% -22,359% -26,641%
Pembayaran bunga dan beban -1,015% -1,410% -0,773% -3,131% -5,625%
Penerimaan/(pembayaran) lainnya – neto 0,000% -0,006% 1,094% 0,923% 0,219%
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi
100,000%
100,000%
100,000%
100,000%
100,000%
Arus kas dari aktivitas investasi
Perolehan aset tetap 33,620% 180,948% 94,737% 70,433% 95,274%
Akuisisi entitas anak 0,000% 0,000% 0,000% 29,728% 3,798%
(Penempatan)/pencairan kas dan setara 23,307% -44,602% 0,000% 0,000% 0,000%
kas yang dibatasi penggunaannya
(Penempatan)/pencairan investasi jangka pendek
28,562%
-52,933%
3,190%
-0,323%
-4,652%
Uang muka investasi di entitas anak 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% 0,701%
Uang muka pembangunan pabrik baru (investasi)
14,350%
16,828%
2,818%
0,947%
4,827%
Penambahan aset tak berwujud 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% 0,255%
Penambahan beban tangguhan – bersih 0,268% 0,155% 0,122% 0,000% 0,390%
Dividen yang diterima -0,059% -0,269% -0,082% -0,151% -0,421%
Hasil penjualan aset tetap -0,047% -0,128% -0,784% -0,634% -0,172%
Arus kas bersih yang digunakan untuk 100,000% 100,000% 100,000% 100,000% 100,000%
aktivitas investasi
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Pembayaran kembali hutang bank 0,703% 5,158% 7,208% 7,607% 47,203%

Penerimaan hutang bank
-2,334%
-45,105% -280,199%
-78,566%
-44,222%
Pembayaran kembali pinjaman dari 2,366% 1,772% 2,186% 0,153% 0,000%
Pemerintah Republik Indonesia
Pembayaran hutang sewa pembiayaan 1,606% 2,007% 7,844% 2,074% 1,849%
Pembayaran dividen 0,000% 0,000% 0,000% 0,000% 0,000%
Pemilik entitas induk 129,958% 135,208% 359,863% 167,595% 93,875%
Kepentingan non pengendali 0,000% 0,960% 3,098% 1,138% 1,295%
Pembelian kembali saham yang diterbitkan 0,660% 0,000% 0,000% 0,000% 0,000%
Hasil penjualan saham yang diperoleh kembali
-33,147%
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
(Pembayaran kepada)/penerimaan dari pihak 0,188% 0,000% 0,000% 0,000% 0,000%
yang mempunyai hubungan istimewa
Arus kas bersih yang digunakan untuk 100,000% 100,000% 100,000% 100,000% 100,000%
aktivitas pendanaan
Tabel 4.3 Penghitungan Common Size Arus Kas 2009-2013

a) Hasil Analisis Common Size Vertical Laporan Arus Kas
Analisis Vertikal Laporan Arus Kas 2009
Pada tahun 2009, arus kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi
menunjukkan kinerja yang baik, dimana kas yang diterima untuk penerimaan
lebih besar daripada kas yang digunakan untuk pembayaran. Pada tahun 2009, kas
yang diterima dari pelanggan memiliki persentase 341,384% yang merupakan
pemasukan kas terbesar dari aktivitas operasi tahun 2009, selain penghasilan
bunga. Kas yang diterima dari pelanggan besar karena PT Semen Indonesia
adalah perusahaan manufaktur yang merupakan produsen semen terbesar di
Indonesia, sehingga perusahaan dapat mendapat penerimaan dari pelanggan atas
produk perusahaan yang mereka gunakan. Dengan penerimaan yang tinggi, maka
perusahaan juga harus membayar kewajibannya untuk melakukan pembayaran
untuk pemasok dan karyawan agar arus kas dari aktivitas operasi menjadi
seimbang sehingga kas yang dihasilkan dari operasi sebesar 124,179%. Selain itu,
perusahaan juga harus mengeluarkan kas untuk keperluan operasi, bunga, dan
pajak penghasilan.
Untuk arus kas dari aktivitas investasi, pengeluaran kas lebih besar
daripada pemasukan kas sehingga arus kas menunjukkan ketidakseimbangan. Kas
yang digunakan untuk membeli aset tetap sebesar 33,620% untuk keperluan
investasi dan produktivitas lebih besar daripada penerimaan kas dari penjualan
aset tetap yang hanya 0,047%. Arus kas dari aktivitas pendanaan juga
menunjukkan ketidakseimbangan, dimana perusahaan mengeluarkan 129,958%
untuk dividen dan 2,366% untuk membayar utang kepada pemerintah RI.
Sedangkan untuk penerimaan kas lebih kecil, yaitu dari penerimaan utang yang
diberikan bank sebesar 2,334% dan hasil penjualan saham yang diperoleh kembali
sebesar 33,147%.
Analisis Vertikal Laporan Arus Kas 2010
Pada tahun 2010, kas yang dihasilkan dari operasi mengalami kenaikan
menjadi 137,192%, karena penerimaan dari pelanggan juga meningkat menjadi
415,591%, meskipun pembayaran kepada pemasok dan pembayaran kepada
karyawan juga meningkat, namun kas yang dihasilkan dari operasi tetap
menunjukkan keadaan yang baik, dimana penerimaan lebih besar daripada
pengeluaran. Selain mengeluarkan kas untk pemasok dan karyawan, perusahaan
juga mengeluarkan kas untuk membayar pajak penghasilan dan pembayaran
bunga dan beban. Tetapi keadaan arus kas masih dalam kondisi baik karena tidak
melampaui kas dari operasi.
Arus kas dari aktivitas investasi pada tahun 2010 menunjukkan kondisi
arus kas yang lebih tidak stabil dari tahun sebelumnya, dimana perusahaan
mengeluarkan kas untuk membeli aset baru sebesar 180,948% yang mengalami
kenaikan sangat signifikan dari tahun sebelumnya. Perusahaan menempatkan
kasnya untuk membeli aset baru untuk investasi dan untuk menunjang
produktivitas perusaahan agar lebih baik. Namun, dengan itu arus kas perusahaan
menjadi tidak stabil, karena pengeluaran kas lebih besar daripada penerimaan kas
yang hanya berasal dari dividen yang diterima dan hasil penjualan aset tetap
sebesar 0,128% saja. Selain itu, penerimaan kas perusahaan juga bertambah dari
pencairan investasi jangka panjang dan pencairan kas dan setara kas yang dibatasi
penggunaannya. Pada tahun ini, perusahaan juga melakukan pencairan terhadap
investasi jangka pendek sebesar 52,933% yang digunakan untuk
memenuhi/membiayai pembelian aset tetap untuk dijadikan investasi jangka panjang.
Arus kas dari aktivitas pendanaan menunjukkan kondisi yang lebih baik
dari tahun sebelumnya. Perusahaan tetap mengeluarkan banyak kasnya untuk
dividen sebesar 136,168%, 5,158% untuk membayar utang bank, dan utang
lainnya, tetapi penerimaan kas meningkat menjadi 45,105% karena menerima
utang dari bank sehingga arus kas dari aktivitas pendanaan membaik.
Analisis Vertikal Laporan Arus Kas 2011
Pada tahun 2011, kas yang dihasilkan dari operasi mengalami penurunan
dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena penerimaan kas
dari pelanggan lebih sedikit dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 368,729%,
sedangkan pembayaran untuk pemasok dan karyawan lebih sedikit dari tahun
sebelumnya. Selain itu, meskipun penghasilan bunga yang diterima menurun dari
tahun sebelumnya, pembayaran pajak penghasilan, bunga dan beban lebih sedikit.
Meskipun penerimaan kas menurun, tetapi kondisi arus kas masih baik karena
penerimaan kas lebih banyak daripada pengeluaran kas sehingga seimbang.
Arus kas dari aktivitas investasi pada tahun 2011 sedikit membaik dari
tahun sebelumnya, karena kas yang digunakan untuk membeli aset tetap untuk
keperluan investasi lebih sedikit dari tahun sebelumnya menjadi 94,737%, tetapi
perusahaan tetap memenuhi kebutuhannya untuk berinvestasi melalui aset tetap
untuk meningkatkan produktivitas. Sedangkan untuk penerimaan kas di tahun
2011 sedikit bertambah karena hasil penjualan aset tetap lebih tinggi sebesar 0,784%
Arus kas dari aktivitas pendanaan pada tahun 2011 mengalami perubahan
yang signifikan dari tahun sebelumnya. Dividen yang dibayarkan perusahaan naik
secara signifikan menjadi 362,961% dan perusahaan tetap membayar utang bank
dan utang sewa pembiayaan yang mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.
Untuk itu, maka perusahaan mendapat penerimaan dari utang bank sebesar
280,199% agar arus kas membaik dan pendanaan perusahaan lebih seimbang.
Analisis Vertikal Laporan Arus Kas 2012
Pada tahun 2012, kas yang diterima dari operasi meningkat dari tahun
sebelumnya menjadi 121,399%. Meskipun penerimaan kas dari pelanggan
menurun dari tahun sebelumnya menjadi 338,909%, tetapi pembayaran kepada
pemasok dan karyawan menurun dari tahun sebelumnya sehingga kas yang
diteima dari operasi tetap menunjukkan peningkatan. Jumlah pajak penghasilan
yang dibayar di tahun 2012 juga lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan, arus kas dari aktivitas operasi menunjukkan arus kas yang baik
karena penerimaan masih lebih besar dibanding dengan pengeluaran kas.
Untuk arus kas dari aktivitas investasi, pada tahun 2012 menunjukkan
perubahan dari tahun sebelumnya, dimana perusahaan mengurangi pembelian aset
tetap menjadi 70,433%, tetapi tetap melakukan investasi untuk meningkatkan
produktivitas. Tetapi untuk kas yang dikeluarkan menjadi bertambah akibat
akuisisi dari entitas anak yang harus dibayarkan sebesar 29,728%. Pada tahun
2012 ini, arus kas menjadi tidak seimbang karena hasil penjualan aset tetap hanya
menyumbang kas sebesar 0,634% saja dibanding dengan jumlah pengeluaran yang dikeluarkan.
Arus kas dari aktivitas pendanaan pada tahun 2012 masih menunjukkan
kondisi yang kurang baik. Perusahaan membayar dividen sebesar 167,595% dan
membayar utang bank 7,607%, tetapi penerimaan kas yang didapat hanya
78,566% saja dari utang yang diberikan bank. Kondisi ini tentunya tidak stabil
karena jumlah kas yang dikeluarkan untuk pendanaan lebih besar daripada
penerimaan kas itu sendiri.
Analisis Vertikal Laporan Arus Kas 2013
Pada tahun 2013, kas yang diterima dari operasi mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya menjadi 128,998%. Kenaikan ini disebabkan karena adanya
penerimaan kas dari pelanggan yang lebih tinggi sebesar 398,919% sehingga
menyumbang jumlah penerimaan kas dari operasi. Meskipun pembayaran kepada
pemasok dan karyawan sedikit lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, tetapi
perusahaan mendapat kas dari pelanggan yang mendukung keseimbangan arus kas
operasi. Pembayaran pajak penghasilan juga mengalami peningkatan menjadi
26,641%, sedangkan penghasilan bunga turun menjadi 2,596%. Secara
keseluruhan, arus kas dari aktivitas operasi pada tahun 2013 ini cukup baik
dengan pengeluaran yang hampir seimbang dengan pemasukan kas.
Arus kas dari aktivitas investasi pada tahun 2013 kembali berada dalam
kondisi yang tidak seimbang, karena pembelian aset tetap bertambah lagi dari
tahun sebelumnya menjadi 95,274%. Selain menambah aset tetap untuk keperluan
investasi dan peningkatan produktivitas, perusahaaan juga membayar uang muka
pembangunan pabrik baru untuk investasi sebesar 4,827%. Dengan kondisi ini,
perusahaan memutuskan untuk menjual sebagian kecil aset tetapnya, karena
penerimaan untuk hasil penjualan aset tetap hanya 0,172% saja. Karena itu, arus
kas pada tahun 2013 dari aktivitas investasi tidak seimbang antara pemasukan dan
pengeluaran kas.
Pada tahun 2013, dividen yang diberikan perusahaan menurun dari tahun
sebelumnya menjadi 95,17%. Untuk itu, perusahaan mengurangi pinjaman utang
bank menjadi 44,222%. Namun, untuk membayar kewajiban bank yang belum
dibayar, perusahaan membayarkan utang bank sebesar 47,203% di tahun 2013.
b) Analisis Common Size Horizontal Laporan Arus Kas

Analisis Horizontal Arus Kas

500,000%

400,000%

300,000%

200,000%

100,000%

0,000%

-100,000%

-200,000%

-300,000%

Kas dari Operasi

341,384% 15,591 368,729 338,909% 98,919%

124,179% 37,192 117,310% 21,399% 28,998%

-38,188%-43,194%-35,643%-32,733%-35,589% 2009 2010 2011 2012 2013

-179,018% -184,777%
-235,205% 15,775% -234,333%

Tahun

Penerimaan dari pelanggan
Pembayaran kepada pemasok
Pembayaran kepada karyawan
Kas yang dihasilkan dari operasi
Linear ( Penerimaan dari pelanggan)
Linear ( Pembayaran kepada pemasok)
Linear ( Pembayaran kepada karyawan)
Linear ( Kas yang dihasilkan dari operasi)

Grafik 4.22 Grafik Common Size Kas dari Operasi

Pembayaran Pajak, bunga dan beban

0,000%
2009 2010 2011 -10,000% -1,410% -0,773%

-20,000%

2012
-3,131%

2013
-5,625%

Pembayaran pajak penghasilan

-30,000%

-40,000%

-50,000%

-30,031% -24,015% -22,359% -26,641%

-39,894%

Tahun

Pembayaran bunga dan beban
Linear ( Pembayaran pajak penghasilan)

Grafik 4.23 Grafik Common Size Pembayaran Pajak, Bunga dam Beban

Kas yang diterima dari operasi dari tahun ke tahun mengalami trend
peningkatan dari tahun 2009-2010, tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan.
Namun pada tahun 2012-2013 kas dari operasi selalu meningkat. Penerimaan
bunga dari pelanggan juga cenderung mengalami peningkatan. Namun, arus kas
dari operasi cenderung berada dalam kondisi baik, karena tingginya penerimaan
kas dari pelanggan. Selama tahun 2009-2010, kas yang dihasilkan dari operasi
mengalami peningkatan, yang disebabkan karena peningkatan penerimaan kas
dari pelanggan. Meskipun pembayaran kepada pemasok dan karyawan lebih
tinggi, namun penerimaan kas dari pelanggan bisa menutupi pembayaran tersebut
sehingga kas darip operasi bisa meningkat. Selama tahun 2010-2011, kas yang
dihasilkan dari operasi mengalami penurunan, yang disebabkan karena
penerimaan kas dari pelanggan juga menurun. Pembayaran kepada pemasok dan
karyawan mengalami penurunan, tetapi hanya sedikit saja, karena itu maka kas
yang dihasilkan dari operasi mengalami penurunan.
Selama tahun 2011-2012, kas yang dihasilkan dari operasi kembali
meningkat. Meskipun penerimaan dari pelanggan mengalami penurunan, namun,
pembayaran kepada pemasok dan karyawan menurun sehingga kas yang
dihasilkan dari operasi bisa mengalami peningkatan. Sedangkan selama tahun
2012-2013, kas yang dihasilkan dari operasi juga mengalami peningkatan, yang
disebabkan karena penerimaan dari pelanggan yang mengalami peningkatan.
Meskipun pembayaran kepada pemasok lebih tinggi, tetapi adanya peningkatan
penerimaan kas dari pelanggan mampu menutupi pembayaran kepada pemasok yang tinggi.
Untuk pembayaran pajak penghasilan dan pembayaran bunga dan beban,
dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Untuk membayar
kewajiban berupa pajak penghasilan dan bunga serta beban, perusahaan
menggunakan kas yang dihasilkan dari operasi tersebut. Kas yang diterima dari
operasi tersebut mengalami trend peningkatan, sehingga seimbang dengan
pembayaran pajak penghasilan, bunga dan beban yang cenderung mengalami
peningkatan pula.

Perolehan Aset tetap dan Investasi jangka pendek
200,000% 180,948%

150,000%

100,000%
50,000% 33,620%

94,737% 95,274% Perolehan aset tetap 70,433%

0,000%

-50,000%

-100,000%

28,562%
2009 2010 2011 2012 2013
-52,933% ,190% -0,323% -4,652%
Tahun

(Penempatan)/pencaira n investasi jangka pendek

Grafik 4.24 Grafik Common Size Perolehan Aset tetap dan Investasi Jangka Pendek

Perolehan aset tetap dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan.
Sedangkan Pencairan(penempatan) investasi jangka pendek dari tahun ke tahun
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, perusahaan lebih banyak
melakukan investasi jangka panjang berupa pembelian aset tetap daripada
penempatan investasi jangka pendeknya. Pada tahun 2010, untuk memeuhi
kebutuhan akan investasi jangka panjang melalui pembelian aset tetap, perusahaan
melakukan pencairan investasi jangka pendek. Sedangkan pada tahun 2011,
perusahaan mengurangi penempatan investasi jangka pendek untuk cenderung
melakukan investasi jangka panjang melalui aset tetap. Pada tahun 2012 dan
2013, perusahaan sama-sama melakukan pencairan investasi jangka pendek dan
meningkatkan investasi jangka panjang melalui pembelian aset tetap.

Hasil penjualan aset tetap

0,000%
-0,100%
-0,200% -0,300% -0,400% -0,500% -0,600% -0,700%
-0,800%
-0,900% Tahun

Hasil penjualan aset tetap
Linear ( Hasil penjualan aset tetap)

Grafik 4.25 Grafik Common Size Hasil Penjualan Aset Tetap

Hasil penjualan aset tetap dari tahun ke tahun cenderung mengalami
peningkatan. Namun, hasil penjualan aset tetap yang diterima sangatlah kecil,
karena perusahaan cenderung melakukan pembelian aset tetap untuk melakukan
investasi jangka panjang, dibanding melakukan penjualan aset tetap.

Penerimaan Utang Bank dan Dividen
400,000% 359,863%

300,000%
135,208%
167,595%
100,000% 129,958% -44,222% -100,000% 2009 42010%2011 2012 2013
-200,000%

-300,000%
-400,000% -280,199%

Penerimaan hutang bank
Pemilik entitas induk
Linear ( Penerimaan hutang bank)
Linear ( Pemilik entitas induk)
Grafik 4.25 Grafik Common Size Penerimaan Utang Bank dan Dividen

Dividen yang dibayarkan perusahaan dari tahun ke tahun mengalami trend
penurunan. Titik tertinggi pemberian dividen dilakukan pada tahun 2011, dimana
dividen yang dibayarkan untuk pemilik entitas induk sebesar 359,863%.
Sedangkan untuk penerimaan utang dari bank dari tahun ke tahun cenderung
mengalami peningkatan, khususnya di tahun 2011, dimana penerimaan utang
bank sebesar 280,199%. Pembayaran dividen dan penerimaan utang bank ini
memiliki hubungan yang dekat sekali, di mana perusahaan menggunakan utang
dari bank untuk mencukupi pembayaran dividen. Pada tahun 2009, dividen yang
dibayarkan hanya 128,958% dan perusahaan menggunakan utang bank sebesar
2,334% saja untuk mendanai pembayaran dividen. Pada tahun 2010, saat
perusahaan meningkatkan pembayaran dividennya menjadi 135,208%, maka
perusahaan meningkatkan penerimaan utang dari bank menjadi 45,105%. Titik
tertinggi dividen dan penerimaan bunga berada pada tahun 2011, di mana
perusahaan membayarkan dividennya sebesar 358,864%. Di titik tetinggi itu,
perusahaan juga lebih meningkatkan penerimaan bunga dari bank sebesar 280,199%.
4.2 Analisis Rasio
Ada 4 rasio yang digunakan dalam menganalisis rasio dari PT
Semen Indonesia, Tbk., yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
leverage, dan rasio efisiensi
4.2.1 Analisis Rasio Likuiditas

No
Rasio Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
A. Rasio Likuiditas

  1. Modal kerja bersih terhadap aset
    1,267
    0,310
    0,242
    0,128
    0,152
  2. Rasio lancar 3,582 2,918 2,647 1,706 1,882
  3. Rasio cepat 2,119 2,156 1,814 1,149 1,319
  4. Rasio kas 1,486 1,456 1,168 0,626 0,768
    Tabel 4.4 Rasio Likuiditas

PT. Semen Indonesia Tbk memiliki modal kerja bersih terhadap aset yang
relatif menurun tiap tahunnya. Modal kerja bersih terhadap aset menunjukkan
potensi cadangan kas secara kasar (kelebihan aset lancar terhadap kewajiban
lancar) sehingga setelah digunakan untuk membayar kewajiban lancar, perusahaan
masih memiliki cadangan asetnya.
Modal kerja bersih terhadap aset tertinggi adalah pada tahun 2009, di
mana modal kerja bersihnya sebesar 1,267. Keadaan ini disebabkan karena aset
lancar yang lebih tinggi dibanding kewajiban lancar, sehingga menghasilkan
modal kerja bersih yang tinggi. Dan apabila selisih tersebut dibagi dengan total
aset akan menghasilkan rasio yang tinggi. Hal ini membuktikan bahwa
perusahaan mempunyai cadangan aset yang cukup tinggi setelah membayar
kewajiban lancarnya. Sedangkan pada tahun 2012, modal kerja bersih menurun
drastis menjadi 0,128. Penurunan yang drastis ini disebabkan karena kewajiban
lancar yang mengalami peningkatan sehingga modal kerja bersih perusahaan
menurun, dan apabila dibagi dengan total aset akan menghasilkan nilai rasio yang
rendah. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan pada tahun 2012 memiliki
cadangan atas aset yang lebih sedikit setelah digunakan untuk membayar
kewajiban lancar. Setelah mengalami penurunan, maka di tahun 2013 modal kerja
bersih terhadap aset mulai mengalami peningkatan karena jumlah aset lancar yang meningkat.
Dari tahun ke tahun, rasio lancar perusahaan cenderung mengalami
penurunan. Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancar dengan aset lancarnya. Pada tahun 2009, rasio lancar perusahaan
berada di titik tertinggi sebesar 3,582. Keadaan ini terjadi karena jumlah aset
lancar yang tinggi dibandingkan kewajiban lancarnya. Hal ini membuktikan
bahwa pada tahun 2009 perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk
menutup kewajiban lancarnya. Sedangkan tahun 2010-2011 rasio lancar
mengalami penurunan karena disebabkan karena aset lancarnya yang mengalami
penurunan. Pada tahun 2012, rasio lancar perusahaan berada di titik terrendah
dengan rasio lancar sebesar 0,128. Keadaan ini disebabkan karena kewajiban
lancar perusahaan yang mengalami peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya.
Hal ini membuktikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang menurun
untuk menutup kewajiban lancarnya. Sedangkan di tahun 2013 rasio lancar
mengalami peningkatan meskipun hanya sedikit, karena aset lancar yang meningkat.
Rasio cepat perusahaan dari tahun ke tahun cenderung mengalami
penurunan. Rasio cepat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
menutup kewajiban lancarnya dengan aset lancar yang paling likuid, yaitu kas
setara kas (+sekuritas) dan piutang. Rasio cepat perusahaan berada di titik
tertinggi pada tahun 2010, di mana kas setara kas dan piutang cukup tinggi
dibandingkan kewajiban lancarnya. Hal ini membuktikan bahwa tahun 2010
perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam menutup kewajiban
lancarnya melalui kas setara kas dan piutang. Selanjutnya pada tahun 2011 dan
2012 rasio cepat perusahaan mengalami penurunan karena kewajiban lancar yang
meningkat, terutama tahun 2012 yang rasio cepatnya hanya 1,149 karena
kewajiban lancarnya mengalami peningkatan signifikan. Hal ini membuktikan
bahwa pada tahun 2012 kemampuan perusahaan untuk menutup kewajiban
lancarnya dengan kas setara kas dan piutang berada di titik paling rendah.
Sedangkan rasio cepat pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan karena
jumlah kas setara kas dan piutang meningkat.
Rasio kas perusahaan dari tahun ke tahun cenderung mengalami
penurunan. Rasio kas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
menutup kewajiban lancar dengan menggunakan kas dan sekuritas saja. Rasio kas
berada di titik tertinggi pada tahun 2009, di mana rasio kasnya sebesar 1,486.
Keadaan ini disebabkan karena kewajiban lancar yang rendah sehingga kas dan
sekuritas memiliki kemampuan tinggi dalam menutup kewajiban lancar.
Sedangkan tahun 2010-2012 rasio kas mengalami penurunan, yang disebabkan
karena kewajiban yang semakin mengalami peningkatan selama tahun 2010-2012.
Tetapi, rasio kas perusahaan berada di titik terrendah pada tahun 2012, yaitu
0,626, karena kewajiban lancar yang tertinggi di antara tahun-tahun lain. Itu
membuktikan bahwa kas dan sekuritas mempunyai kemampuan rendah dalam
menutup kewajiban lancarnya. Sedangkan pada tahun 2013 rasio kas perusahaan
meningkat kembali karena kas dan setara kas meningkat.

Rasio Likuiditas

4,000

3,500
3,582
3,000

2,500

2,000 2,119 1,500 1,486 1,000 1,267

0,500

0,000
2009 -0,500

2,918
2,647

2,156
1,814

1,456
1,168

0,310 0,242 2010 2011

1,706 1,882

1,149 1,319

0,626 0,768

0,128 0,152

Modal kerja bersih terhadap aset
Rasio lancar

Rasio cepat

Rasio kas

Linear (Modal kerja bersih terhadap aset)
Linear (Rasio lancar)

Linear (Rasio cepat)

Linear (Rasio kas)

Grafik 4.25 Grafik Rasio Likuiditas

Dengan rasio likuiditas secara keseluruhan, sebagian besar menunjukkan
penurunan untuk setiap tahun. Dilihat dari semua rasio, perusahaan mencapai titik
terrendahnya pada tahun 2012 karena kewajiban lancar perusahaan paling tinggi
sehingga mengurangi kemampuan perusahaan dalam menutup kewajiban
lancarnya. Dilihat dari semua rasio, perusahaan mencapai titik tertinggi pada
tahun 2009, kecuali pada rasio cepat, karena perusahaan kurang cepat dalam
memenuhi kewajiban lancarnya dengan aset yang paling likuid, yaitu kas setara
kas dan piutang.
4.2.2 Analisis Rasio Profitabilitas

No
Rasio Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
B. Rasio Profitabilitas

  1. Margin laba 0,233 0,255 0,241 0,251 0,219
  2. Margin laba operasi 0,234 0,257 0,243 0,257 0,232
  3. Pengembalian atas aset (ROA)
    0,286
    0,258
    0,226
    0,218
    0,199
  4. Pengembalian atas ekuitas (ROE)
    0,367
    0,330
    0,299
    0,310
    0,280
  5. Rasio pembayaran dividen
    0,992
    0,993
    0,992
    0,984
    1,003
  6. Rasio laba ditahan 0,008 0,007 0,008 0,016 -0,003
  7. Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan
    0,003
    0,002
    0,002
    0,005
    -0,001
    Tabel 4.5 Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas 1,200

1,000
0,992 0,800

0,600

0,400

0,200
0,233
0,000
2009

0,993 0,992 0,984 1,003

0,255 0,241 0,251 0,219

2010 2011 2012 2013
Tahun

Margin laba

Rasio pembayaran dividen
Linear (Margin laba)

Grafik 4.26 Grafik Rasio Profitabilitas 1

91

0,400 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050
0,000

Rasio Profitabilitas
0,367

0,234 0,257 0,299 0,310 0,280

0,286 0,258
0,226 0,218 0,199

2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Margin laba operasi

Pengembalian atas aset (ROA)
Pengembalian atas ekuitas (ROE)
Linear (Margin laba operasi)
Linear (Pengembalian atas aset (ROA))

Grafik 4.27 Grafik Rasio Profitabilitas 2

PT Semen Indonesia Tbk memiliki margin laba yang cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Margin laba perusahaan mengukur laba bersih
yang didapatkan perusahaan per rupiah penjualan.Pada tahun 2013, margin laba
perusahaan berada di titik terrendah, sebesar 0,219 yang disebabkan karena
perbandingan laba bersih dan penjualan cukup rendah sehingga menghasilkan
nilai rasio yang rendah pula. Keadaan ini membuktikan bahwa pada tahun 2013
laba bersih atau keuntungan perusahaan yang didapat dari penjualan cukup
rendah. Pada tahun 2010, margin laba perusahaan mencapai titik tertinggi, yaitu
0,255. Keadaan ini membuktikan bahwa di tahun 2010, laba bersih atau
keuntungan yang diperoleh perusahaan per rupiah penjualan cukup tinggi, karena
margin laba berada di titik tertingginya.
Margin laba operasi PT Semen Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Margin laba digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam tingkat pengembalian laba terhadap beban operasinya. Margin laba operasi
tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan 2012, di mana margin laba operasinya sama,
yaitu 0,257. Hal ini menunjukkan bahwa di tahun 2010 dan 2012 perusahaan
memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menghasilkan laba operasi dari
penjualan yang dilakukan. Sedangkan penurunan paling signifikan terjadi pada
tahun 2013, yang margin laba operasinya sebesar 0,232. Hal ini disebabkan
karena penjualan yang tinggi jauh melebihi laba bersih ditambah dengan beban
bunga, sehingga saat dibandingkan menghasilkan nilai yang rendah. Keadaan ini
membuktikan bahwa pada tahun 2013 perusahaan memiliki kemampuan yang
rendah dibanding tahun-tahun lainnya dalam menghasilkan laba operasi dari
penjualan yang dilakukan.
ROA yang dimiliki oleh PT Semen Indonesia Tbk dari tahun ke tahun
selalu mengalami penurunan. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan pengembalian dari rata-rata total aset. Penurunan
ROA ini terjadi karena adanya peningkatan rata-rata total aset yang tidak
sebanding dengan kenaikan laba bersih+bunga sehingga mnghasilkan nilai yang
cenderung menurun. ROA tertinggi terjadi pada tahun 2009, di mana tingkat
pengembalian dari laba bersih terhadap rata-rata total asetnya. Sedangkan di tahun
2010-2013 tingkat pengembalian terhadap rata-rata total aset terus mengalami
penurunan, dan mengalami titik terrendah pada tahun 2013, di mana ROA
perusahaan hanya 0,199, yang disebabkan karena rata-rata total aset jauh lebih
tinggi dibanding dengan laba bersih ditambah bunga.
Pengembalian atas Ekuitas (ROE) PT Semen Indonesia dari tahun ke
tahun cenderung mengalami penurunan. Rasio ROE ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menerima pengembalian atas ekuitas
yang diinvestasikan pemegang saham biasa. Semakin besar ROE, maka semakin
banyak investor yang tertarik untuk menginvestasikan dananya. ROE tertinggi
berada pada tahun 2009, yaitu sebesar 0,367. Hal ini terjadi karena rata-rata
ekuitas di tahun 2009 berada di posisi paling rendah di antara tahun-tahun lainnya.
Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang baik
dalam menerima pengembalian atas ekuitas yang diinvestasikan oleh investor di
tahun 2009. Kemudian, di tahun 2010-2012, ROE perusahaan mengalami
penurunan, yang disebabkan karena peningkatan signifikan rata-rata ekuitas
dibanding peningkatan laba bersihnya. Kemudian ROE perusahaan kembali
mengalami peningkatan pada tahun 2012, lalu kembali mengalami penurunan di
tahun 2013 yang menghasilkan ROE terrendah akibat kenaikan rata-rata ekuitas
yang signifikan sehingga tingkat pengembalian yang didapat dari rata-rata ekuitas
juga mengalami penurunan.
Untuk rasio pembayaran dividen, dari tahun ke tahun rasionya relatif tetap.
Rasio pembayaran dividen ini mengukur besarnya proporsi laba yang dibayarkan
sebagai dividen. Rasio pembayran dividen tertinggi terjadi pada tahun 2013, yaitu
1,003, yang disebabkan karena jumlah dividen yang dibayarkan melampaui
sedikit dari laba bersihnya. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya pembayaran
dividen selalu dibawah laba bersih. Jumlah pembayaran dividen relatif tetap
antara tahun 2009-2012 karena jumlah yang relatif sama antara dividen yang
dibayarkan dengan laba bersih. Pada tahun 2012, dividen yang dibayarkan
perusahaan lebih sedikit dibanding tahun-tahun lainnya.

Rasio Profitabilitas
0,020 Rasio laba ditahan

0,015 0,016

0,010

Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan

0,005 0,008

0,000 0,003 2009
-0,005

0,007 0,008
0,005
0,002 0,002
2010 2011 2012

Tahun

Linear (Rasio laba ditahan)

201-0,001 Linear (Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan)

Grafik 4.28 Grafik Rasio Profitabilitas 3

Rasio laba ditahan perusahaan dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
Rasio laba ditahan ini digunakan untuk mengukur proporsi laba yang tidak
dibayarkan untuk dividen dan diinvestasikan sebagai saldo laba. Rasio ini
berhubungan erat dengan rasio pembayaran dividen, di mana sisa dari pembayaran
dividen yang digunakan untuk reinvestasi. Pada tahun 2012, rasio laba ditahan
berada di posisi tertinggi karena pembayaran dividen yang paling sedikit,
sehingga sisa laba yang diinvestasikan sebagai saldo laba juga lebih besar. pada
tahun 2013, rasio laba ditahan berada di titik terrendah, yaitu negatif, yang
disebabkan karena dividen yang dibayarkan melebihi laba bersih sehingga laba
yang di investasikan sebagai saldo laba tidak ada, bahkan bernilai negatif.
Pertumbuhan ekuitas dari saldo laba perusahaan memiliki nilai yang
sangat kecil dan cenderung mengalami penurunan. Hal ini berkaitan erat dengan
rasio laba ditahan yang dimiliki perusahaan. Semakin banyak laba yang
digunakan untuk reinvestasi dalam saldo laba, maka akan mengalami
pertumbuhan ekuitas dari saldo laba yang tinggi, yaitu pada tahun 2012.
Sedangkan tahun 2013 pertumbuhan ekuitas dari saldo laba negatif karena tidak
ada saldo laba yang diinvestasikan di masa depan.

Rasio Profitabilitas 1,200

1,000

0,800

0,600

0,400

0,200

Margin laba

Margin laba operasi

Pengembalian atas aset (ROA)
Pengembalian atas ekuitas (ROE)
Rasio pembayaran dividen
Rasio laba ditahan

0,000
2009 2010 2011 2012 2013

-0,200

Pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan

Grafik 4.29 Grafik Rasio Profitabilitas 4

Secara keseluruhan, rasio profitabilitas PT Semen Indonesia menunjukkan
kinerja yang baik, di mana perusahaan memiliki kemampuan dalam
keberhasilanya menghasilkan laba atau keuntungan dari tahun ke tahun, meskipun
cenderung mengalami penurunan untuk setiap tahun karena peningkatan leba
bersih tidak signifikan. Rata-rata, rasio profitabilias perusahaan berada dalam
kondisi baik pada tahun 2009, dan mengalami kondisi buruk padatahun 2013.
Kecuali rasio pembayaran dividen yang menunjukkan peningkatan yang
disebabkan karena pembayaran dividen yang meningkat di tahun 2013.
4.2.3 Analisis Rasio Leverage

No
Rasio Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
C. Rasio Leverage

  1. Rasio utang jangka panjang
    0,010
    0,048
    0,111
    0,157
    0,134
  2. Rasio utang jangka panjang-ekuitas
    0,011
    0,050
    0,125
    0,186
    0,155
  3. Rasio total utang 0,203 0,258 0,349 0,438 0,397
  4. Tingkat kemampuan membayar bunga
    229,664
    181,933
    185,412
    60,999
    21,344
  5. Rasio cakupan kas 231,722 183,715 187,054 61,571 21,720
    Tabel 4.6 Rasio Leverage

Rasio Leverage

0,500 0,450 0,400 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000

0,349

0,258 0,203
0,125

0,050
0,011 0,111
0,010 0,048
2009 2010 2011
Tahun

0,438
0,397

0,186 0,155

0,157 0,134

2012 2013

Rasio utang jangka panjang
Rasio utang jangka panjang-ekuitas
Rasio total utang

Linear (Rasio utang jangka panjang)
Linear (Rasio utang jangka panjang-ekuitas)
Linear (Rasio total utang)

Grafik 4.30 Grafik Rasio Leverage 1

Rasio Utang jangka panjang PT Semen Indonesia cenderung mengalami
peningkatan. Rasio Utang jangka panjang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menjaminkan ekuitasnya untuk membayar utang jangka
panjangnya. PT Semen Indonesia cenderung menggunakan sumber pendanaan
sendiri melalui ekuitas dibandingkan dengan utang jangka panjang. Pada tahun
2009, rasio utang jangka panjang perusahaan berada di titik terrendah, yaitu
sebesar 0,010, yang disebabkan karena utang jangka panjang yang kecil dibanding
dengan ekuitasnya. Artinya, 1 rupiah modal jangka panjang berbentuk utang
jangka panjang. Di tahun 2010-2012, rasio utang jangka panjang perusahaan
mengalami peningkatan, yang disebabkan karena peningkatan jumlah utang
jangka panjang yang signifikan sehingga memiliki persentase lebih tinggi ketika
dibandingkan ekuitas ditambah utang jangka panjangnya. Sedangkan pada tahun
2013, rasio utang jangka panjang kembali mengalami penurunan, karena jumlah
ekuitas meningkat signifikan dan mencapai titik tertinggi di antara tahun-tahun sebelumnya.
Rasio utang jangka panjang-ekuitas PT Semen Indonesia dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Rasio utang jangka panjang ini digunakan untuk
mengukur seberapa bagian setiap rupiah modal sendiri/ekuitas yang dijadikan
jaminan utang jangka panjangnya. Pada tahun 2009, rasio utang jangka panjang-
ekuitas berada di posisi terrendah, yaitu sebesar 0,011,yang disebabkan karena
utang jangka panjangnya yang kecil dibanding jumlah ekuitasnya. Lalu, pada
tahun 2010-2012, rasio utang jangka penjang-ekuitas perusahan mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena jumlah utang panjang yang mengalami
peningkatan signifikan seiring dengan peningkatan ekuitasnya sehingga rasio
utang jangka panjang-ekuitas mengalami peningkatan pula. Di tahun 2013, rasio
utang jangka panjang-ekuitas mengalami penurunan, yang disebabkan adanya
kenaikan ekuitas secara signifikan, sementara utang jangka panjang yang relatif tetap.
Rasio total utang PT Semen Indonesia dari tahun ke tahun mengalami tren
peningkatan. Rasio total utang digunakan untuk mengukur aset yang didanai oleh
kewajibannya. Pada tahun 2009, rasio total utang berada di posisi terrendah, yaitu
sebesar 0,203. Hal ini disebabkan karena total kewajiban pada tahun 2009
memiliki nilai terkecil sehingga menunjukkan bahwa total aset yang didanai oleh
kewajibannya hanya 20% saja. Selanjutnya pada tahun 2010-2012, rasio total
utang perusahaan mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena kewajiban
perusahaan terus mengalami peningkatan, sehingga kewajiban yang digunakan
untuk mendanai total aset juga lebih banyak. Sedangkan pada tahun 2013 rasio
total utang perusahaan kembali menurun, karena kenaikan total aset yang
signifikan, tetapi kenaikan kewajiban tidak signifikan.

Rasio Leverage

300,000

250,000

200,000

150,000

229,664 185,412

181,933

Tingkat kemampuan membayar bunga

100,000

50,000

0,000

60,999

2009 2010 2011 2012 2013

Linear (Tingkat kemampuan membayar bunga)

Tahun
Grafik 4.31 Grafik Rasio Leverage 2

Rasio tingkat kemampuan membayar bunga PT Semen Indonesia dari
tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Rasio tingkat kemampuan
membayar bunga ini digunakan untuk mengukur sejauh mana laba perusahaan
dapat menutup pembayaran bunganya. Pada tahun 2009, perusahaan memiliki
kemampuan membayar bunga yang tinggi, yaitu sebesar 229,664. Hal ini
disebabkan karena pembayaran bunga pada tahun 2009 paling kecil dibanding
tahun lainnya, sehingga laba perusahaan (EBIT) memiliki kemampuan yang tinggi
dalam menutup pembayaran bunganya. Pada tahun 2010, kemampuan perusahaan
dalam membayar bunga mengalami penurunan, karena pembayaran bunga yang
meningkat. Pada tahun 2011, kemampuan perusahaan dalam membayar bunga
mengalami peningkatan, yang disebabkan karena jumlah laba yang meningkat
signifikan dari tahun sebelumnya, sehingga laba perusahaan memiliki kemampuan
yang tinggi dalam menutup pembayaran bunganya. Sedangkan pada tahun 2012-
2013 kemampuan membayar bunga perusahaan selalu mengalami penurunan. Hal
ini disebabkan karena kewajiban yang terus meningkat sehingga berimplikasi
pada kenaikan pembayaran bunga, sehingga kemampuan laba perusahaan
menutup pembayaran bunga lebih kecil.

Rasio Leverage 300,000
250,000

200,000 231,722 187,054
150,000 183,715 Rasio cakupan kas

100,000

50,000

0,000

61,571

2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Linear (Rasio cakupan kas)

Grafik 4.32 Grafik Rasio Leverage 3

Rasio cakupan kas perusahaan dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk dapat membayar beban bunga
dengan pendapatan sebelum pajak dan bunga ditambah dengan beban
penyusutannya, atau mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menutup
beban bunga dengan arus kas dari aktivitas operasinya. Rasio cakupan kas
tertinggi ada pada tahun 2009, di mana rasio cakupan kasnya sebesar 231,722.
Keadaan ini terjadi karena beban bunga yang dibayarkan oleh perusahaan kecil
sehingga laba perusahaan (EBIT) di tambah dengan beban penyusutan mampu
menutup beban bunga dengan baik. Pada tahun 2010, rasio cakupan kas menurun,
karena pembayaran bunga yang meningkat. Sedangkan pada tahun 2011, rasio
cakupan kas meningkat secara signifikan, karena laba perusahaan ditambah
dengan beban penyusutan meningkat sehingga kemampuan perusahaan dalam
menutup beban bunga dengan arus kas dari aktivitas operasi membaik. Sedangkan
pada tahun 2012-2013, rasio cakupan kas menurun, yang disebabkan karena
kenaikan kewajiban sehingga berdampak pada kenaikan pembayaran bunga
sehingga kemampuan menutup beban bunga dengan arus kas operasi menurun.
Secara keseluruhan, rasio leverage ini digunakan untuk membandingkan
sumber dana yang diperoleh dari kreditor dengan dana yang berasal dari modal
sendiri. PT Semen Indonesia menggunakan sumber pendanaan yang cenderung
berasal dari modal sendiri. Oleh karena itu, perusahaan memiliki risiko yang
rendah. Namun, dari tahun ke tahun jumlah kewajiban meningkat, sehingga rasio
utang jangka panjang, rasio utang jangka panjang-ekuitas dan rasio total utang
cenderung mengalami peningkatan. Hal itu bertolak belakang dengan rasio tingkat
kemampuan membayar bunga dan rasio cakupan kas, di mana semakin tinggi
kewajiban, maka kemampuan perusahaan menutup beban bunganya menjadi lebih
rendah sehingga rasio tingkat kemampuan membayar bunga dan rasio cakupan
kas mengalami penurunan.
4.2.4 Analisis Rasio Efisiensi

No
Rasio Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
D. Rasio Efisiensi

  1. Total perputaran aset 1,222 1,006 0,930 0,848 0,854
  2. Rata-rata periode penagihan
    37,682
    40,918
    40,430
    40,849
    40,510
  3. Perputaran persediaan
    5,000
    4,970
    4,898
    4,800
    5,499
  4. Jumlah hari penjualan persediaan
    72,999
    73,440
    74,522
    76,035
    66,376
    Tabel 4.6 Rasio Efisiensi

Rasio Efisiensi

6,000

5,000
4,000 5,000

3,000

2,000 1,222 1,000
0,000
2009

5,499 4,970 4,898 4,800

1,006 0,930 0,848 0,854

2010 2011 2012 2013
Tahun

Total perputaran aset

Perputaran persediaan

Linear (Total perputaran aset)
Linear (Perputaran persediaan)

Grafik 4.33 Rasio Efisiensi 1

Rasio total perputaran aset dari tahun ke tahun cenderung mengalami
penurunan. Rasio total perputaran aset ini digunakan untk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menghasilkan penjualan dari aset yang digunakan. Pada tahun
2009, total perputaran aset berada di posisi tertinggi, yang disebabkan karena rata-
rata total aset yang kecil, sehingga menunjukkan bahwa perusahaan cukup efektif
dalam mengelola asetnya yang kecil sehingga penghasilkan penjualan yang cukup
tinggi. Pada tahun 2010-2012, rasio total perputaran aset sedikit demi sedikit
mengalami penurunan, yang disebabkan karena rata-rata total aset yang
mengalami kenaikan yang sebanding dengan kenaikan penjualan, sehingga
menunjukkan bahwa efektivitas perusahaan menurun dalam menghasilkan
penjualan dari asetnya yang meningkat. Sedangkan tahun 2013, rasio total
perputaran aset meningkat sedikit, karena penjualan yang diciptakan dari total
asetnya yang bertamabah meningkat, sehingga efektivitas perusahaan membaik.
Rasio perputaran persediaan dari tahun ke tahun cenderung mengalami
penurunan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
memutar persediaan dengan cepat dan tidak mengikat lebih banyak modal
daripada kebutuhan akan bahan baku. Selain itu, rasio perputaran persediaan juga
digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memproduksi
persediaan dan menjualnya ke masyarakat. Mulai tahun 2009-2010, rasio
perputaran persediaan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena Harga
Pokok Penjualan terus mengalami kenaikan, sehingga menyerap dana yang
tertanam atas persediaan yang berputar. Pada tahun 2013, rasio perputaran
persediaan berada di posisi tertinggi, yang disebabkan karena rata-rata persediaan
yang tinggi sehingga mempercepat perputaran dan mengurangi dana yang
tertanam atas persediaan yang berputar.

Rasio Efisiensi 80,000
60,000 72,999 73,440 74,522 76,035 66,376

40,000
30,000 37,682 40,918 40,430 40,849 40,510 20,000
10,000

Rata-rata periode penagihan
Jumlah hari penjualan persediaan
Linear (Rata-rata periode penagihan)

0,000
2009 2010 2011 2012 2013

Linear (Jumlah hari penjualan persediaan)

Tahun

Grafik 4.34 Rasio Efisiensi 2

Rata-rata periode penagihan PT Semen Indonesia dari tahun ke tahun
cenderung mengalami penurunan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
cepat pelanggan membayar piutangnya. Rata-rata periode penagihan
mengekspresikan piutang ke dalam penjualan harian. Pada tahun 2009, rata-rata
periode penagihan berada di posisi terrendah karena piutang pada tahun 2009
terkecil diantara tahun lainnya, sehingga dibandingkan dengan penjualan harian
yang diterima, piutang yang ditagih jauh lebih kecil. Pada tahun 2010-2013, rata-
rata periode penagihan mengalami penurunan, karena piutang yang semakin naik
dari tahun ke tahun. Sehingga jika dibandingkan dengan penjualan harian yang
diterima, periode penagihan piutang kepada pelanggan lebih singkat, seiring
dengan penjualan harian yang diterima.
Jumlah hari penjualan persediaan PT Semen Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Rasio ini digunakan untuk mengukur hari yang
dibutuhkan untuk menjual persediaan mereka. Mulai tahun 2009-2012, jumlah
hari penjualan persediaan meningkat, karena rata-rata persediaan yang meningkat.
Sehingga perusahaan dapat menjual persediaannya dengan cepat. Sedangkan di
tahun 2013, jumlah hari menjual perusahaan menurun drastis, karena HPP rata-
rata mengalami kenaikan yang signifikan di banding tahun sebelumnya sehingga
berdampak pada kenaikan harga produk dan menyebabkan hari penjualan
persediaan menjadi lebih lama
Secara keseluruhan dalam rasio efisiensi ini, dapat disimpulkan bahwa
perusahaan cukup efisien dalam mengelola aset dan persediaan mereka. Meskipun
perputaran aset menurun, tetapi perusahaan dapat menciptakan penjualan yang
terus meningkat. Perusahaan juga cukup efisien dalam menjual persediaannya
karena jumlah hari menjual persediaan dan menagih piutangnya semakin singkat
dari tahun ke tahun.
4.3 Sistem Du Pont
Analisis Vertikal ROA Du Pont 2009
Pada tahun 2009, perusahaan mendapat pendapatan sebesar 308,183% dari
penjualan. Pada tahun 2009, keadaan perusahaan membaik karena persentase
pendapatan yang mengalami kenaikan signifikan dari tahun 2008. Tetapi,
pendapatan non operasi dari pendapatan bunga hanya sebesar 6,984% dari usaha
yang lainnya. Harga Pokok Penjualan lebih besar dari beban yang dimiliki
perusahaan, yaitu sebesar 163,083%. Hal ini menunjukkan kondisi operasi yang
baik, di mana beban perusahaan yang lebih kecil dari beban. Pada tahun 2009,
perusahaan bisa dikatakan cukup efisien dalam melakukan penjualan, karena dari
HPP sebesar 163,083, perusahaan bisa menghasilkan penjualan sebanyak
308,183%. Profitabilitas perusahaan atas usaha atau kemampuan perusahaan
menghasilkan laba usaha cukup baik, karena dari penjualan setelah dikurangi
beban dan biaya masih menghasilkan laba usaha 93,016%.
Pada aset, aset lancar tahun 2009 memiliki persentase lebih besar
dibanding dengan aset tidak lancarnya, dengan aset lancar sebesar 63,461% dan
aset tidak lancar sebesar 36,539%. Hal ini disebabkan karena perusahaan banyak
menyimpan aset lancarnya dalam bentuk kas dan setara kas. Kas setara kas adalah
aset yang paling lancar, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki
kemampuan yang tinggi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya, sedangkan
aset tidak lancar perusahaan sedikit karena aset tetap yang dimiliki perusahaan
hanya 30% saja. Secara keseluruhan, dari perbandingan antara laba dan
pendapatan bunga perusahaan dan total aset perusahaan, dapat dinyatakan dengan
ROA perusahaan sebesar 0,286 atau 28,6%. Hal ini disebabkan karena penjualan
yang tinggi sehingga perusahaan mampu menghasilkan keuntungan/laba yang
tinggi dari total aset yang dimilikinya.
Analisis Vertikal ROA Du Pont 2010
Pada tahun 2010, penjualan yang diterima perusahaan sebagai pendapatan
sebesar 302,653%, sedangkan HPP pada tahun 2010 adalah 158,964%. Tetapi
pendapatan non operasi dari pendapatan bunga hanya sebesar 4,843%
saja.Kondisi ini cukup membaik bagi perusahaan, karena meskipun penjualan
turun, tetapi perusahaan mampu menekan HPP sehingga menghasilkan laba yang
cukup tinggi. Biaya perusahaan lebih tinggi dibanding beban yang dimiliki
perusahaan, itu artinya perusahaan cukup efektif dalam aktivitas operasinya. Pada
tahun 2010, dapat dikatakan profitabilitas cukup baik. Dengan HPP sebesar
158,964% dan ditambah dengan beban usaha sebesar 48,532% perusahaan dapat
menghasilkan laba dari usaha sebesar 95,157%.
Untuk aset, pada tahun 2010 aset lancar perusahaan sebesar 47,201% dan
aset tidak lancar sebesar 52,799%. Keadaan ini terjadi karena perusahaan
mengurangi kas dan setara kas di dalam aset lancar dan memilih untuk
berinvestasi jangka panjang melalui penambahan aset tetapnya. Dilihat dari
keseluruhan, maka ROA perusahaan pada tahun 2010 sebesar 0,258 atau 25,8%.
Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan cukup baik dan memiliki
tingkat ekonomis yang cukup tinggi, karena perusahaan mampu menghasilkan
laba/penjualan yang tinggi yang didapat dari total asetnya.
Analisis Vertikal ROA Du Pont 2011
Pada tahun 2011, pendapatan perusahaan mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya, menjadi 320,997%. Tetapi pendapatan non operasi yang diterima
perusahaan dalam pendapatan bunga hanya 4,123%. Meskipun HPP perusahaan
naik menjadi 174,266%, tetapi perusahaan mampu menghasilkan penjualan yang
cukup tinggi. Pada tahun 2011, beban perusahaan lebih rendah daripada HPP
(biaya). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki operasional yang cukup
baik dengan adanya beban yang tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan
biayanya. Profitabilitas perusahaan di tahun ini juga cukup baik, di mana setelah
perusahaan melakukan penjualan, lalu dikurangi dengan beban dan biaya masih
bisa menghasilkan laba usaha 95,877%.
Aset perusahaan pada tahun 2011, terdiri dari aset lancar sebesar 38,889%
dan aset tidak lancar sebesar 61,111%. Aset lancar perusahaan lebih rendah
karena perusahaan mengurangi jumlah kas setara kasnya untuk diinvestasikan ke
dalam aset tetap. Meski aset lancar perusahaan menurun, tetapi perusahaan masih
mampu melunasi utang jangka pendeknya dengan aset lancarnya.
Secara keseluruhan, ROA perusahaan di tahun 2011 sebesar 0,226 atau
22,6%. ROA perusahaan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, karena
laba bersih di tahun 2011 menurun. Meskipun begitu, tetapi profitabilitas
perusahaan dikatakan dalam kondisi yang cukup baik karena masih bisa
menghasilkan laba 22,6% dari total asetnya.
Analisis Vertikal ROE Du Pont 2012
Pada tahun 2012, pendapatan operasi yang didapat perusahaan melalui
penjualan sebesar 307,941%, dan pendapatan non operasi dari pendapatan bunga
menurun dari tahun sebelumnya menjadi 2,872%. HPP perusahaan turun menjadi
161,851%, tetapi perusahaan bisa menghasilkan penjualan sebesar 307,941%.
Beban perusahaan lebih rendah daripada biayanya (HPP) sehingga menunjukkan
operasional perusahaan yang baik, karena perusahaan dapat menekan bebannya
menjadi lebih rendah. Profitabilitas perusahaan di tahun 2012 juga cukup baik dan
mengalami peningkatan, karena pendapatan perusahaan setelah dikurang dengan
biaya dan beban menghasilkan laba usaha sebesar 97,128%.
Aset perusahaan pada tahun 2012 terdiri dari 30,969% aset lancar dan
69,031% aset tidak lancar. Aset lancar menurun karena perusahaan mengurangi
kas setara kasnya untuk diinvestasikan dalam bentuk aset tetap. Meskipun aset
lancar perusahaan menurun, tapi perusahaan masih memiliki kemampuan yang
tinggi untuk menutup utang jangka pendeknya dengna 30,969% aset lancarnya.
Secara keseluruhan, ROA perusahaan cukup baik, yaitu sebesar 0,218 atau
21,8%, yang mengalami penurunan karena laba bersih perusahaan yang cenderung
mengalami penurunan dibanding dengan aset yang selalu meningkat. Meskipun
ROA mengalami penurunan, tetapi profitabilitas perusahaan dikatakan dalam
kondisi yang cukup baik karena masih bisa menghasilkan laba 21,8% dari total asetnya.
Analisis Vertikal Du Pont 2013
Pada tahun 2013, pendapatan operasi yang didapat perusahaan melalui
penjualan naik menjadi sebesar 339,069%, dan pendapatan non operasi dari
pendapatan bunga menurun dari tahun sebelumnya menjadi 2,256%. HPP
perusahaan naik menjadi 187,616%, tetapi perusahaan bisa menghasilkan
penjualan yang tinggi sebesar 339,069%. Beban perusahaan lebih rendah daripada
biayanya (HPP) sehingga menunjukkan operasional perusahaan yang baik, karena
perusahaan dapat menekan bebannya menjadi lebih rendah. Profitabilitas
perusahaan di tahun 2013 juga cukup baik dan mengalami peningkatan, karena
pendapatan perusahaan setelah dikurang dengan biaya dan beban menghasilkan
laba usaha sebesar 97,744%.
Aset perusahaan pada tahun 2013 terdiri dari 32,384% aset lancar dan
67,616% aset tidak lancar. Aset lancar menurun karena perusahaan mengurangi
kas setara kasnya untuk diinvestasikan dalam bentuk aset tetap. Meskipun aset
lancar perusahaan lebih sedikit, tapi perusahaan masih memiliki kemampuan yang
tinggi untuk menutup utang jangka pendeknya dengan 32,384% aset lancarnya.
Secara keseluruhan, ROA perusahaan cukup baik, yaitu sebesar 0,199 atau
19,9%, yang mengalami penurunan karena laba bersih perusahaan yang cenderung
mengalami penurunan dibanding dengan aset yang selalu meningkat. Meskipun
ROA mengalami penurunan, tetapi profitabilitas perusahaan dikatakan dalam
kondisi yang cukup baik karena masih bisa menghasilkan laba 19,9% dari total asetnya.
Analisis Du Pont Horizontal

350,000%

340,000%

Pendapatan

339,069%

330,000% 320,997%
320,000% 308,183% 307,941% 310,000% 302,653%

300,000%

290,000%

Pendapatan

Linear (Pendapatan)

280,000%
2009 2010 2011 2012 2013
Grafik 4.35 Grafik Du Pont Pendapatan

Dari grafik pendapatan perusahaan, pendapatan perusahaan dari tahun ke
tahun mengalami tren peningkatan. Pendapatan terrendah terjadi pada tahun 2010
di mana pendapatannya sebesar 302,653%, lalu pendapatan fluktuatif dari tahun
2010-2013 dan pendapatan tertinggi pada tahun 2013 sebesar 339,069%.
Peningkatan ini berdampak pada laba bersih perusahaan karena pendapatan
operasional ini mendominasi persentase pada laba bersihnya

HPP
-140,000%
2009 2010 2011 2012 2013 -150,000%

-160,000%
-158,964% -170,000% -163,083%

HPP
-161,851% Linear (HPP)

-180,000%

-190,000%

-174,266%

-187,616%

Grafik 4.34 Grafik Du Pont HPP

Dari grafik pendapatan perusahaan, HPP perusahaan dari tahun ke tahun
mengalami tren peningkatan. HPP tertinggi terjadi pada tahun 2013 di mana HPP
nya sebesar 187,616%, lalu di tahun sebelumnya, HPP fluktuatif dari tahun 2009-
2012 dan HPP terrendah pada tahun 2010 sebesar 158,964%, karena perusahaan
mampu menekan HPP sehingga rendah. Peningkatan ini berdampak pada laba
bersih perusahaan karena HPP yang tinggi akan mengurangi pendapatan
operasional atau penjualannya sehingga mengurangi laba bersih pula.

Beban Usaha
-44,000%
-46,000% 2009 2010 2011 2012 2013

-48,000% Beban Usaha

-50,000%

-52,000%

-48,532% -48,962%

-50,854%

Linear (Beban Usaha)

-54,000% -52,084%
-53,710% -56,000%
Grafik 4.35 Grafik Du Pont Beban Usaha

Dari grafik beban usaha perusahaan, beban usaha perusahaan dari tahun ke
tahun mengalami tren peningkatan. Beban usaha tertinggi terjadi pada tahun 2013
di mana beban usahanya sebesar 53,710%, lalu di tahun sebelumnya, HPP
fluktuatif dari tahun 2009-2012 dan HPP terrendah pada tahun 2010 sebesar
48,532%, karena perusahaan mampu menekan beban usaha sehingga rendah dan
menambah efisiensi perusahaan. Peningkatan ini berdampak pada laba bersih an
perusahaan karena beban usaha yang tinggi akan mengurangi pendapatan
operasional atau penjualannya sehingga mengurangi laba bersih pula.

Pendapatan Bunga 8,000%
7,000%
6,000% 6,984% 5,000%
4,000% 4,843% 3,000% 4,123%

Pendapatan Bunga

2,000%
1,000%

2,872%2,256%

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 4.36 Grafik Du Pont Pendapatan Bunga

Dari grafik pendapatan bunga/ pendapatan non operasi perusahaan,
pendapatan bunga perusahaan dari tahun ke tahun mengalami tren penurunan.
Pendapatan terrendah terjadi pada tahun 2013 di mana pendapatannya sebesar
2,256%, lalu pendapatan fluktuatif dari tahun sebelumnya 2009-2012 dan
pendapatan tertinggi pada tahun 2019 sebesar 6,984%. Peningkatan ini berdampak
pada laba bersih perusahaan karena pendapatan bunga menambah pendapatan
perusahaan sehingga bisa meningkatkan laba.

80,000%
70,000%

Aset

69,03167,616% 61,111%

60,000% 63,461%2,799%
40,000% 36,53947,201% Aset Lancar

30,000% 20,000%
10,000%

38,889% Aset Tidak Lancar 30,969%2,384%

0,000%
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 4.37 Grafik Du Pont Aset

Aset lancar dan aset tidak lancar dalam grafiknya menunjukkan hubungan
yang berlawanan dan saling berpengaruh. Ketika aset lancar di titik tertinggi,
sebaliknya aset tidak lancar berada di titik terrendah. Aset lancar lebih tinggi
ketika perusahaan memiliki lebih banyak kas dan setara kas, sedangkan ketika
aset tidak lancar lebih tinggi, maka perusahaan cenderung mengurangi kas setara
kas nya untuk digunakan berinvestasi dalam bentuk aset tetap.
Analisis Vertikal ROE Du Pont 2009
Pada tahun 2009, perusahaan mendapat pendapatan sebesar 308,183% dari
penjualan. Pada tahun 2009, keadaan perusahaan membaik karena persentase
pendapatan yang mengalami kenaikan signifikan dari tahun 2008. Tetapi,
pendapatan non operasi dari pendapatan bunga hanya sebesar 6,984% dari usaha
yang lainnya. Harga Pokok Penjualan lebih besar dari beban yang dimiliki
perusahaan, yaitu sebesar 163,083%. Hal ini menunjukkan kondisi operasi yang
baik, di mana beban perusahaan yang lebih kecil dari beban. Pada tahun 2009,
perusahaan bisa dikatakan cukup efisien dalam melakukan penjualan, karena dari
HPP sebesar 163,083, perusahaan bisa menghasilkan penjualan sebanyak
308,183%. Profitabilitas perusahaan atas usaha atau kemampuan perusahaan
menghasilkan laba usaha cukup baik, karena dari penjualan setelah dikurangi
beban dan biaya masih menghasilkan laba usaha 93,016%.
Dalam ekuitas, modal saham perusahaan dari perdagangan efeknya
di tahun 2009 sebesar 5,818%. Saldo laba perusahaan dibagi menjadi saldo laba
yang belum dicadangkan sebesar 2,485% dan saldo laba yang sudah dicadangkan
sebesar 77,393%. Dengan ini, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan
cenderung menggunakan pendanaan internal melalui saldo laba dibanding dengan
modal saham yang diperoleh dari penjualan saham (pendanaan eksternal). Namun,
karena saldo laba tinggi, maka perusahaan hanya membayarkan sedikit dividen
saja kepada investor-inevstornya
Secara keseluruhan, ROE perusahaan cukup baik, yaitu sebesar 0,367 atau
36,7%, yang mencerminkan nilai saat laba bersih perusahaan dibagi dengan
ekuitasnya. Dengan ini maka, ROE berada dalam kondisi cukup baik, dan
profitabilitas perusahaan juga dalam kondisi yang cukup baik karena masih bisa
menghasilkan pengembalian sebesar 36,7% dari ekuitas atau modalnya sendiri.
Analisis Vertikal ROE Du Pont 2010
Pada tahun 2010, penjualan yang diterima perusahaan sebagai pendapatan
sebesar 302,653%, sedangkan HPP pada tahun 2010 adalah 158,964%. Tetapi
pendapatan non operasi dari pendapatan bunga hanya sebesar 4,843%
saja. Kondisi ini cukup membaik bagi perusahaan, karena meskipun penjualan
turun, tetapi perusahaan mampu menekan HPP sehingga menghasilkan laba yang
cukup tinggi. Biaya perusahaan lebih tinggi dibanding beban yang dimiliki
perusahaan, itu artinya perusahaan cukup efektif dalam aktivitas operasinya. Pada
tahun 2010, dapat dikatakan profitabilitas cukup baik. Dengan HPP sebesar
158,964% dan ditambah dengan beban usaha sebesar 48,532% perusahaan dapat
menghasilkan laba dari usaha sebesar 95,157%.
Dalam ekuitas, modal saham perusahaan dari perdagangan efeknya di
tahun 2010 menurun menjadi sebesar 4,940%. Saldo laba perusahaan meningkat
dan dibagi menjadi saldo laba yang belum dicadangkan sebesar 2,110% dan saldo
laba yang sudah dicadangkan sebesar 80,803%. Dengan ini, maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal
melalui saldo laba dibanding dengan modal saham yang diperoleh dari penjualan
saham (pendanaan eksternal). Namun, karena saldo laba tinggi, maka perusahaan
hanya membayarkan sedikit dividen saja kepada para investor.
Secara keseluruhan, ROE perusahaan cukup baik, yaitu sebesar 0,330 atau
33%, yang mencerminkan nilai saat laba bersih perusahaan dibagi dengan
ekuitasnya. ROE perusahaan di tahun 2010 menurun dari tahun sebelumnya
karena laba bersih turun dari tahun sebelumnya, sedangkan jumlah ekutas selalu
meningkat. Tetapi ROE masih berada dalam kondisi cukup baik, dan profitabilitas
perusahaan juga dalam kondisi yang cukup baik karena masih bisa menghasilkan
pengembalian sebesar 33% dari ekuitas atau modalnya sendiri.
Analisis Vertikal ROE Du Pont 2011
Pada tahun 2011, pendapatan perusahaan mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya, menjadi 320,997%. Tetapi pendapatan non operasi yang diterima
perusahaan dalam pendapatan bunga hanya 4,123%. Meskipun HPP perusahaan
naik menjadi 174,266%, tetapi perusahaan mampu menghasilkan penjualan yang
cukup tinggi. Pada tahun 2011, beban perusahaan lebih rendah daripada HPP
(biaya). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki operasional yang cukup
baik dengan adanya beban yang tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan
biayanya. Profitabilitas perusahaan di tahun ini juga cukup baik, di mana setelah
perusahaan melakukan penjualan, lalu dikurangi dengan beban dan biaya masih
bisa menghasilkan laba usaha 95,877%.
Dalam ekuitas, modal saham perusahaan dari perdagangan efeknya di
tahun 2011 menurun menjadi sebesar 4,102%. Saldo laba perusahaan mengalami
kenaikan dan terdiri dari saldo laba yang belum dicadangkan sebesar 1,752% dan
saldo laba yang sudah dicadangkan sebesar 84,060%. Dengan ini, maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal
melalui saldo laba dibanding dengan modal saham yang diperoleh dari penjualan
saham (pendanaan eksternal). Namun, karena saldo laba tinggi, maka perusahaan
hanya membayarkan sedikit dividen saja kepada investornya.
Secara keseluruhan, ROE perusahaan cukup baik, yaitu sebesar 0,299 atau
29,9%, yang mencerminkan nilai saat laba bersih perusahaan dibagi dengan
ekuitasnya. ROE perusahaan di tahun 2011 menurun dari tahun sebelumnya
karena laba bersih yang menurun dibandingkan dengan ekuitasnya yang selalu
meningkat. Tetapi ROE masih berada dalam kondisi cukup baik, dan profitabilitas
perusahaan juga dalam kondisi yang cukup baik karena masih bisa menghasilkan
pengembalian sebesar 29,9% dari ekuitas atau modalnya sendiri.
Analisis Vertikal ROE Du Pont 2012
Pada tahun 2012, pendapatan operasi yang didapat perusahaan melalui
penjualan sebesar 307,941%, dan pendapatan non operasi dari pendapatan bunga
menurun dari tahun sebelumnya menjadi 2,872%. HPP perusahaan turun menjadi
161,851%, tetapi perusahaan bisa menghasilkan penjualan sebesar 307,941%.
Beban perusahaan lebih rendah daripada biayanya (HPP) sehingga menunjukkan
operasional perusahaan yang baik, karena perusahaan dapat menekan bebannya
menjadi lebih rendah. Profitabilitas perusahaan di tahun 2012 juga cukup baik dan
mengalami peningkatan, karena pendapatan perusahaan setelah dikurang dengan
biaya dan beban menghasilkan laba usaha sebesar 97,128%.
Dalam ekuitas, modal saham perusahaan dari perdagangan efeknya di
tahun 2012 menurun menjadi sebesar 3,420%. Saldo laba perusahaan mengalami
kenaikan, dan terdiri dari saldo laba yang belum dicadangkan sebesar 1,461% dan
saldo laba yang sudah dicadangkan sebesar 86,711%. Dengan ini, maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal
melalui saldo laba dibanding dengan modal saham yang diperoleh dari penjualan
saham (pendanaan eksternal). Namun, karena saldo laba tinggi, maka perusahaan
hanya membayarkan sedikit dividen saja kepada investornya.
Secara keseluruhan, ROE perusahaan cukup baik, yaitu sebesar 0,310 atau
31%, yang mencerminkan nilai saat laba bersih perusahaan dibagi dengan
ekuitasnya. ROE perusahaan di tahun 2012 meningkat dari tahun sebelumnya
karena laba bersih yang meningkat. Sehingga ROE masih berada dalam kondisi
yang membaik, dan profitabilitas perusahaan juga dalam kondisi yang cukup baik
karena bisa meningkatkan pengembalian sebesar 31% dari ekuitas atau modalnya sendiri.
Analisis Vertikal Du Pont 2013
Pada tahun 2013, pendapatan operasi yang didapat perusahaan melalui
penjualan naik menjadi sebesar 339,069%, dan pendapatan non operasi dari
pendapatan bunga menurun dari tahun sebelumnya menjadi 2,256%. HPP
perusahaan naik menjadi 187,616%, tetapi perusahaan bisa menghasilkan
penjualan yang tinggi sebesar 339,069%. Beban perusahaan lebih rendah daripada
biayanya (HPP) sehingga menunjukkan operasional perusahaan yang baik, karena
perusahaan dapat menekan bebannya menjadi lebih rendah. Profitabilitas
perusahaan di tahun 2013 juga cukup baik dan mengalami peningkatan, karena
pendapatan perusahaan setelah dikurang dengan biaya dan beban menghasilkan
laba usaha sebesar 97,744%.
Dalam ekuitas, modal saham perusahaan dari perdagangan efeknya di
tahun 2013 menurun menjadi sebesar 2,256%. Saldo laba perusahaan mengalami
kenaikan, dan terdiri dari saldo laba yang belum dicadangkan sebesar 1,234% dan
saldo laba yang sudah dicadangkan sebesar 88,775%. Dengan ini, maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal
melalui saldo laba dibanding dengan modal saham yang diperoleh dari penjualan
saham (pendanaan eksternal). Namun, karena saldo laba tinggi, maka perusahaan
hanya membayarkan sedikit dividen saja kepada investornya.
Secara keseluruhan, ROE perusahaan cukup baik, yaitu sebesar 0,280 atau
28%, yang mencerminkan nilai saat laba bersih perusahaan dibagi dengan
ekuitasnya. ROE perusahaan di tahun 2013 menurun dari tahun sebelumnya
karena laba bersih yang kembali menurun dibandingkan dengan ekuitasnya yang
selalu meningkat. Tetapi ROE masih berada dalam kondisi cukup baik, dan
profitabilitas perusahaan juga dalam kondisi yang cukup baik karena masih bisa
menghasilkan pengembalian sebesar 28% dari ekuitas atau modalnya sendiri.
Analisis Horizontal Du Pont ROE

Modal Saham dan Tambahan Modal Disetor
16,000%
14,000%
12,000% 14,304%

10,000% 8,000% 6,000% 4,000% 2,000%
0,000%

12,146%
10,086%
8,408%
7,102% 5,818% 4,940% 4,102% 3,420% 2,889%

2009 2010 2011 2012 2013

Modal saham

Tambahan modal disetor

Grafik 4.38 Grafik Du Pont Modal Saham dan Tambahan Modal Disetor

Dalam grafik modal saham dan tambahan modal disetor, menunjukkan
bahwa keduanya mengalami penurunan. Modal saham mengalami penurunan dari
tahun ke tahun yang disebabkan karena perusahaan mengurangi sahamnya di
perdagangan efek, dan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari
dalam (pendanaan internal) dari saldo laba. Sedangkan tambahan modal disetor
yang menurun berarti bahwa perusahaan mendapat keuntungan atas penjualan
saham (agio saham) yang semakin turun dari tahun ke tahun, karena saham yang
diperjualbelikan juga mengalami penurunan.

90,000% 88,000% 86,000% 84,000%
82,000%

Saldo laba-sudah dicadangkan

88,775% 86,711%
84,060%

80,000% 78,000% 76,000% 74,000%
72,000%

80,803%

77,393%

Saldo laba-sudah dicadangkan

70,000%
2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 4.39 Grafik Du Pont Saldo laba-Sudah Dicadangkan

Pada grafik saldo laba yang sudah dicadangkan, menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki saldo laba yang sudah ditetapkan penggunaannya. Saldo laba
perusahaan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, karena perusahaan
cenderung menggunakan sumber pendanaan internal dengan modal sendiri
dibanding dengan saham.

  1. PENUTUP
    5.1 Simpulan
    Berdasarkan Analisis Perfomance Appraisal , PT Semen Indonesia
    Tbk berada dalam kondisi yang fluktuatif atau naik turun, pada tahun 2009
    – 2013 terjadi tren kenaikan laba bersih. Perusahaan sempat mengalami
    penurunan laba bersih yang drastis karena beban yang tinggi, khususnya
    HPP. Secara umum, nilai Aset, Kewajiban dan Ekuitas mengalami
    kenaikan setiap tahunnya. Untuk itu melalui analisa common size dapat
    disimpulkan bahwa kondisi dan kinerja perusahaan cukup baik, meskipun
    dalam beberapa tahun fluktuatif.
    Dalam analisis rasio, secara umum kinerja perusahaan cukup baik.
    Dari rasio likuiditas, perusahaan mampu untuk membayar kewajibannya,
    baik jangka panjang maupun pendek, dan memiliki aset yang dapat
    dijaminkan. sedangkan untuk rasio profitabilitas, kinerja perusahaan cukup
    baik,, karena perusahaan mampu menghasilkan laba dan pengembalian
    dari aset dan modal mereka. sedangkan dari rasio efisiensi, kinerja
    perusahaan cukup baik, karena mpu memutar persediaan dengan baik dan
    dapat menjual dengan cepat. Untuk rasio leverage, kinerja perusahaan
    cukup baik, karena perusahaan memilih melakukan pendanaan dengan
    modal sendiri sehingga risiko nya kecil.
    Dalam analisis Du Pont, kinerja perusahaan juga cukup baik.
    meskipun ROA dan ROE mengalami penurunan tiap tahunnya, tetapi
    perusahaan masih menerima pengembalian yang lebih atas aset dan
    ekuitas yang mereka miliki, meskipun beban dan biaya yang mereka
    keluarkan fluktuatif, namuun secara umum profit perusahaan masih dalam
    kondisi baik.
    5.2 Saran
    Kondisi keuangan PT. Semen Indonesia Tbk. berdasarkan analisis
    laporan keuangan cukup baik. Tetapi, meskipun sudah memiliki kinerja
    yang baik, PT Semen Indonesia disarankan untuk lebih meningkatkan
    kinerjanya agar laba bersih, dan pengembalian (ROA, ROE) perusahaan
    dapat meningkat. PT Semen Indonesia diharapkan untuk mempertahankan
    posisinya, dan melakukan pengusahaan kinerja yang baik, agar tetap
    menjadi produsen Semen terbesar di Indonesia dan tidak kalah dari pesaing.

DAFTAR PUSTAKA
Weston, J.Fred dan Copeland, Thomas E. 1996. Manajemen Keuangan, Jilid 2,
(Edisi Kesembilan). Jakarta: Binapura Aksara.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F.. 2010. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan (Edisi 11 Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F.. 2010. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan (Edisi 11 Buku 2). Jakarta: Salemba Empat.
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah
Modern.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kieso, Weygandt, Warfield. 2007. Intermediate Accounting, Twelfth Edition.
Jakarta:Penerbit Erlangga.
Muslich, Mohamad, S.E.,M.B.A..2003. Manajemen Keuangan Modern: Analisis,
Perencanaan dan Kebijaksanaan. Jakarta:Bumi Aksara.
Atmaja, Lukas Setia, Ph.D..2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: Penerbit Andi.