PUPUK ANORGANIK VS PUPUK ORGANIK

Laurentia Kartika Santi & Daniel Sugama Stephanus

Program Pendidikan Karakter

Universitas Ma Chung Malang

2011

Petani kecil telah turun temurun selama berpuluh-puluh tahun menggunakan pupuk anorganik untuk menutrisi tanamannya tanpa mengetahui bahwa pemakaian pupuk anorganik secara terus-menerus akan menyebabkan ketidakseinbangan unsur hara tanah. Hal ini dapat mengakibatkan produksi tanaman dari tanah tersebut semakin lama akan semakin menurun kualitasnya. Untuk mengatasi hal ini, petani harus mengganti pupuk yang mereka gunakan menjadi pupuk organik. Pupuk organik tidak dapat menunjukkan hasil secara langsung terhadap hasil panen tetapi pupuk organik memperbaiki unsur hara yang terdapat di dalam tanah sehingga lambat laun hasil panen akan semain meningkat.

Bukan hal yang mudah untuk merubah pola pikir maupun kepercayaan dari para petani kecil. Karena kemampuan bertani yang mereka miliki sekarang berasal dari orang tua mereka. Tidak adanya keberanian untuk mencoba merupakan salah satu hal yang membuat para petani kecil sulit berpindah. Padahal, fakta sudah menunjukkan bahwa hasil panen sepetah tanah dari tahun ke tahun mengalami penurunan tidak sebanding dengan susahnya mencari pupuk Urea dan harganya yang tinggi. Pemerintah sudah membantu mengarahkan petani untuk beralih menggunakan pupuk organik dengan cara mengurangi supply pupuk Urea dan menaikkan harganya.

Tanah dan Pertanian

Tanah merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar bahan pangan merupakan hasil dari pertanian. Tanah juga menentukan pertumbuhan segala macam kehidupan yang ada di dunia karena segala aspek kehidupan mahluk hidup bergantung pada tanah. Contohnya saja, manusia membutuhkan tanah untuk membangun rumah, berkegiatan, dan memdapatkan bahan pangan lewat pertanian. Tumbuhan membutuhkan tanah untuk tempat hidup, dan binatang membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal dan sumber makanan.

Tanpa disadari, tanah bukan menjadi sesuatu yang penting lagi bagi kehidupan karena tidak berfungsi sesuai dengan fungsinya. Tanah yang gersang telah menimbulkan banyak bencana bagi manusia. Sebagai manusia, yaitu mahluk yang diberikan akal dan pikiran yang dianggap sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, sudah sepantasnya menjaga kelestarian tanah bukannya mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari tanah. Melestarikan, menjaga, dan mengembalikan unsur-unsur hara tanah yang hilang merupakan kewajiban bagi manusia sehingga tanah dapat melaksanakan fungsinya dengan baik dan memberikan kehidupan bagi seluruh mahluk hidup yang ada di dunia.

Tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan tanah merupakan faktor penting untuk menjaga kelangsungan hidup dan ekosistem ketiga jenis mahluk hidup yang ada di dunia. Tetapi, petani juga menginginkan mendapatkan keuntungan yang banyak dari usaha bertaninya. Akibat pemanfaatan tanah sebagai lahan pertanian yang diharampan mendapatkan banyak keuntungan, tanpa disadari, kualitas tanah dari waktu ke waktu semakin menurun.

Dimulai dari awal tahun 1970-an, pemerintah berhasil merubah pola pikir para petani kecil yang semula anti teknologi dalam mengelola tanahnya menjadi mau menggunakan teknologi pertanian modern seperti pupuk kimia, obat-obatan perlindungan hama, maupun bibit unggul. Sayangnya, pemakaian pupuk kimia yang berkelanjutan berakibat buruk pada tanah walaupun pupuk anorganik dianggap berakibat  baik pada tanaman karena dapat secara langsung dengan menaikkan kuantitas dan kualitas hasil panen secara cepat. Memang tujuan awal dipakainya pupuk kimia adalah untuk meningkatkan produktifitas pertanian, hanya saja pemakaian pupuk kimia segara terus-menerus telah merusak keseimbangan unsur hara di dalam tanah. Selain itu pemakaian pupuk kimia juga tidak baik bagi kesehatan karena  membahayakan kesehatan sebab pemakaian pupuk ini akan meninggalkan residu peptisida di dalam  bahan pangan yang di konsumsi.

Pemakaian pupuk kimia secara berkelanjutan juga menimbulkan masalah-masalah lain seperti: tanaman menjadi sangat rawan terhadap hama, meskipun produktivitasnya tinggi namun tidak memiliki ketahanan terhadap hama. Serta pembodohan terhadap petani yang diindikasikan dengan hilangnya pengetahuan lokal dalam mengelola lahan pertanian dan ketergantungan petani terhadap paket teknologi pertanian produk industri.

Dalam era pasar bebas, ketergantungan petani yang telah mencapai lebih dari 40 tahun dalam pemakaian pupuk kimia telah menyebabkan ditolaknya hasil pertanian untuk masuk ke pasar dunia karena hasil pertanian yang dihasilkan mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Hal itu berarti, hasil pertanian Indonesia dianggap tidak memenuhi kualitas bahan pangan yang baik. Untuk meningkatkan keunggulan kompetitif yang mampu memproduksi hasil pertanian yang mampu bersaing di pasar dunia, perlu membangun minat konsumen terhadap produk pertanian organik. Permintaan yang meningkat akan memacu produsen untuk memproduksi sesuai dengan permintaan pasar.  Untuk menghasilkan produk pertanian organik, petani harus bertani secara organik yaitu bertani dengan menggunakan pupuk organik serta sesedikit mungkin menggunakan pestisida, fungisida kimia.

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Sehingga pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman. Produk pertanian yang dihasilkan dengan menggunakan pupuk organic terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman untuk dikonsumsi. Sayangnya, tidak mudah untuk merubah pemikiran petani kecil untuk beralih menggunakan pupuk organik.

Petani Kecil Mempertahankan untuk Tetap Menggunakan Pupuk Anorganik

Sejak tahun 1968, lewat program BIMAS (Bimbingan Massal yang diberikan kepada petani-petani kecil guna meningkatkan produktivitas hasil pertanian dengan menggunakan metode bertani modern),  pemerintah berhasil merubah pola bertani masyarakat kecil. Petani yang awalnya hanya menggunakan teknik tradisional, dibuat menggunan teknik bertani modern lewat pupuk kimia, obat-obat pembasmi hama, dan bibit unggul. Pada akhirnya, pengetahuan lokal mengenai cara mengelola tanah secara tradisional juga ikut menghilang.  Hasil dari penggunaan pupuk anorganik tersebut dinilai memuaskan oleh petani kecil karena setelah diberi pupuk kimia tersebut, hasil panen bertambah banyak dan kualitasnya pun membaik. Petani kecil tidak menyadari bahaya menggunakan pupuk kimia secara terus-menerus, yaitu mengganggu keseimbangan kandungan unsur hara dalam tanah. Dengan kata lain, semakin lama menggunakan  pupuk kimia, maka tanah yang digunakan akan semakin gersang.

Kandungan unsur hara yang ada di dalam pupuk organic tidak lebih baik daripada kandungan unsur hara nya terandung dalam pupuk anorganik. Hanya saja, penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dan dalam jangka waktu tertentu akan membuat kualitas tanah menjadi lebih baik. Sedangkan penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dan dalam jangka waktu tertentu akan membuat kualitas tanah menjadi lebih buruk. Penggunaan pupuk organik juga tidak meninggalkan residu peptisida pada tanaman sehinggatanaman yang ditanam dan diberi pupuk organik akan  aman dikonsumsi oleh manusia karena tidak menggang kesehatan. Produk-produk tanaman dengan pupuk organik juga akan diterima di negara-negara tujuan ekspor karena dapat lulus dari tes kualitas tanaman bahan pangan.

Pemerintah, yang diwakili oleh Menteri Pertanian Suwono, telah menghimbau para petani untuk tidak lagi menggunakan pupuk anorganik karena merasa lahan sawah di Indonesia sudah miskin hara akibat pemberian pupuk anorganik yang telah dilakukan cukup lama dan telah berlangsung berpuluh-puluh tahun. “Oleh karena itu sudah saatnya kita mengurangi penggunaan pupuk an organik, sekaligus kita meningkatkan penggunaan pupuk organik,” tambahnya pada saat membuka Workshop Nasional System Rice of Intensification (SRI) di Kanpus Deptan, Jakarta  Menurut Suwono, Departemen Pertanian akan terus menghimbau para petani untuk beralih menggunakan pupuk organik dalam bertani untuk memperbaiki sturktur tanah yang rusak. Departemen Pertanian sedang mengusahakan untuk memperbanyak produksi pupuk organik dan mengalihkan sebagian subsidi pupuk anorganik untuk digunakan sebagai subsidi pupuk organik. Namun sangat disayangkan, karena Departemen keuangan belum memberikan dukungan penuh. Mulai saat ini, pemerintah berharap agar petani secara bertahap dapat mengurang konsumsi pupuk anorganik dan beralih pada pupuk organik. Pemerintah terus mendorong petani untuk mencari sumber-sumber pupuk organik yang ada di sekitar daerah tempat tinggal petani.

Pupuk terbagi menjadi dua menurut jenis bahan pembuatnya, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan pabrik hasil rekayasa kimia. Salah satu jenis pupuk anorganik yang paling sering dijumpai adalah pupuk Urea. Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen.

Unsur hara Nitrogen yang terkandung dalam pupuk Urea memiliki banyak kegunaan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk Urea dapat membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses fotosintesa (proses pembuatan makanan pada tumbuhan). Selain itu, pupuk urea juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain), menambah kandungan protein tanaman, dan dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan. Jika dilihat dari kegunaannya, pupuk Urea memiliki banyak sekali keunggulan. Tidak heran bila petani lebih memilih pupuk urea untuk membuat tanamannya lebih subur. Sedangkan pupuk organic merupakan pupuk yang bahan dasarnya diambil dari alam. Seperti: pupuk kandang (terbuat dari kotoran hewan) dan pupuk hijau atau kompos yaitu hasil pembusukan dari bagian tanaman (contohnya: daun busuk).

Pada kenyataannya, pupuk anorganik lebih merangsang tanaman dalam pertumbuhan dan kematangannya, tetapi dari segi keamanan terhadap lingkungan dan keberlangsungan kesehatan tanaman lebih memungkinkan untuk penggunaan pupuk organik.  Karena pupuk organik selain dapat memperbaiki unsur hara di dalam tanah juga tidak menyebabkan tanaman terkena residu pestisida sehingga aman dikonsumsi manusia.

Penulis mendapatkan kesaksian langsung yang didapatkan dari tetangga penulis di Trawas berupa kejadian nyata yang terjadi pada sepetak sawah. Di Dusun Sendang Desa Penanggungan Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto terdapat sepetak sawah yang ditanami padi dan dikelola oleh orang setempat bernama Pak Djayus. Pada tahun 2005 sawah tersebut mampu menghasilkan 6 karung beras, tahun 2007 beras yang dihasilkan berkurang menjadi 4 karung. Sedangkan pada tahun 2009 dari petak tanah yang sama hanya dihasilkan 2 karung beras saja dengan keuntungan yang didapatkan Pak Djayus dari penjualan beras hanya sebesar Rp 100.000,00. Dengan keadaan seperti ini, berarti hasil kerja Pak Djayus selama 3-4 bulan terbilang sia-sia karena tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang telah korbankan.

Jika kenyataan yang terjadi seperti yang tertulis di atas, tentunya semua orang berpikir Pak Djayus akan mencoba bertani dengan cara lain. Tetapi ternyata tidak. Oleh pemilik lahan yang telah mencari tahu penyebab dan bagaimana mengatasi masalah yang dialami Pak Djayus, Pak Djayus diminta untuk mengganti pupuk yang digunakan menjadi pupuk organik. Tetapi Pak Djayus menolakknya karena tidak percaya pada pupuk organik. Ia mengatakan pupuk yang diberikan oleh pemilik lahan adalah pupuk daun sehingga tidak dapat mempengaruhi produksi padi.

Secara teori, ada dua jenis pupuk menurut penggunaannya, yaitu pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk akar adalah pupuk yang digunakan langsung dengan pencampuran dalam media yang digunakan untuk menanam sehingga nutrisinya diserap melalui bulu-bulu akar tanaman. Sedangkan upuk daun adalah pupuk dimana cara pengaplikasiannya pada bagian daun dengan cara menyemprotkan pupuk dengan menggunakan sprayer agar butir-butir kecil air yang mengndung air dapat diserap melalui stomata daun. Penyemprotan pupuk daun sebaiknya dilakukan pada bagian bawah permukaan daun karena banyak terdapat stomata pada bagian bawah daun.

Untuk mengatasi masalah penurunan hasil produksi yang dialami di petak sawah Pak Djayus. Pemilik lahan memaksa Pak Djayus untuk mencoba menggunakan pupuk organik. Pemilik lahan juga menggundang pemilik pupuk organik untuk menjelaskan secara lebih mendetail apa penyebab penurnan quota produksi padi yang dialami serta mengapa untuk mengatasinya sebaiknya mengganti pupuk Urea  yang biasa digunakan dengan pupuk organik. Selain itu, kepada Pak Djayus juga menjelaskan cara memakai pupuk tersebut sesuai dengan karakteristik tanah dan tanaman. Perbedaan karakteristik tanah dan tanaman akan membuat cara pengaplikasian pupuk berbeda.

Pada masa tanam Januari-April, Pak Djayus akhirnya mencoba untuk menggunakan pupuk organik. Setelah satu kali penyemprotan, Pak Djayus mulai ragu dan bersikeras untuk kembali menggunakan pupuk Urea karena Ia melihat hasil pada padi yang ditanam tidak sebaik saat menggunakan pupuk Urea. Tekanan yang diberikan oleh pemilik lahan membuat Pak Djayus tetap menggunakan pupuk organik. Pak Djayus baru merasakan hasilnya setelah padi berumur sekitar 2,5 bulan kaena padi teru menerus berbuah. Jika menggunakan pupuk Urea, pembuahan akan terjadi hanya satu kali sehingga jika ada padi yang tidak mengeluarkan biji pada saat pembuahan, maka padi tersebut akan ‘kosong’.  Dari hasil tanam yang didapat, pemilik lahan dan Pak Djayus berharap hasil panen kali ini akan meningkat. Pemilik lahan juga berharap jika hasil panen padi membaik, akan dapat mempengaruhi petani di lahan-lahan sebelah sehingga jaringan pemakaian pupuk organic akan semakin meluas.

Dari segi harga, perbedaan antara pupuk organik dan pupuk Urea sangat mencolok. Jika menggunakan pupuk Urea, untuk satu masa tanam sepetak tanah menghabiskan pupuk Urea seharga Rp 85.000,00 hingga Rp 100.000,00 untuk sekali masa tanam. Sedangkan untuk satu masa tanam padi pada sepetak tanah, jika menggunakan pupuk organik cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 60.000,00 saja. Selain itu, karena pasokan pupuk Urea telah dikurangi oleh pemerintah, maka untuk mendapatkan pupuk Urea juga sangat susah, belum lagi dampak yang didapatkan setelah menggunakannya. 

Dari segi harga, hasil panen, dan dampak bagi tanah, pupuk organik sudah terbukti lebih unggul dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pemerintah pun turut membantu untuk membuat para petani kecil beralih dari menggunakan pupuk anorganik menjadi menggunakan pupuk organik. Bukan hal yang mudah untuk merubah pola pikir para petani yang sudah terlalu percaya pada produk pupuk anorganik. Butuh hasil nyata untuk membuat pada petani beralih pupuk walaupun awalnya akan mendapatkan tentangan yang keras. Merupakan tanggung jawab kita bersama untuk membiasakan menggunakan bahan kimia sesedikit mungkin pada tanaman.

Simpulan

Pemakaian pupuk kimia secara berkala menyebabkan rusaknya keseimbangan unsur hara dalam tanah. Padahal, tanah merupakan salah satu hal terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup segala jenis makhluk hidup karena tempat tinggal serta makanan bersumber dari tanah. Sudah selayaknya manusia sebagai makhluk dengan akal sehat menjaga dan melestarikan tanah. Untuk mengembalikan keseimbangan unsur hara di dalam tanah, sebaiknya menggunakan pupuk organik dalam menutrisi tanaman. Pemakaian pupuk organik dalam jangka waktu tertentu akan mengembalikan keseimbangan unsur hara dalam tanah.

Para patani kecil yang sudah sangat percaya terhadap produk pupuk Urea karena secara turun temurun dan berpuluh-puluh tahun telah menggunakannya untuk menyuburkan tanamannya, tidak mengetahui dampak menggunakan pupuk Urea secara berkala terhadap tanah dan hasil tanam.  Kurangnya keberanian untuk mencoba hal baru (menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia) juga menjadi  hambatan untuk memperbaiki unsur hara dalam tanah.

Selain itu, efek yang ditimbulkan oleh pupuk Urea memang sangat mengagumkan dan terlihat secara jelas karena dalam sekali pemakaian, peningkatan hasil panen sudah terlihat. Hanya saja, terdapat banyak dampak buruk di belakangnya. Berbeda dengan menggunakan pupuk organik yang memberikan perubahan baik secara bertahap.

Karena melestarikan alam salah satunya dengan cara melestarikan tanah merupakan kewajiban kita, maka sudah sewajarnya jika kita membisasakan diri untuk bertani organik adalah wajib dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian tanah.

Referensi

Irawan, Rinto. 2008. Pupuk Organik. http://www.mail-archive.com/agromania@yahoogroups.com/msg08134.html. Diakses (24/04/2010)

Metusala, Destario. 2009. Jenis Pupuk dan Perbedaannya. http://www.anggrek.org/pupuk-organik-untuk-anggrek.html.  Diakses (24/04/2010)

Palimbani. 2007. Mengenal Pupuk Urea. http://pusri.wordpress.com/2007/09/22/mengenal-pupuk-urea/. Diakses (24/04/2010)

Taufik, Muhammad. 2010. Petani Jombang Diminta Beralih ke Pupuk Organik.  http://tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/04/16/brk,20100416-240929,id.html. Diakses (20/04/2010)

Unknown. 2008. Pemanfaatan Limbah Ternak untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair. http://www.skripsi-tesis.com/07/05/pemanfaatan-limbah-ternak-untuk-pembuatan-pupuk-organik-cair-studi-pemanfaatan-limbah-untuk-meningkatkan-pendapatan-petani-pdf-doc.html.  Diakses (24/04/2010)

Unknown. 2010. HET Pupuk Urea belum Naik, Kampanye Pupuk Organik Digalakkan. http://www.sinartani.com/bumiair/het-pupuk-urea-belum-naik-kampanye-pupuk-organik-digalakkan-1259564583.html. Diakses (20/04/2010)

Unknown. 2010. Pola Pertanian Terpadu & Pupuk Berimbang Dapat Meningkatkan Pendapatan Petani Sekaligus Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional. http://www.pusri.co.id/indexC0301.php. Diakses (24/04/2010)

Wan dan Teu. 2010. Stok Pupuk Urea Bersubsidi Menipis, Pemkab Usulkan Penggunaan Pupuk Organik dan Pupuk Berimban. http://www.probolinggokab.go.id/site/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=498.  Diakses (24/04/2010)

Author: Daniel Sugama Stephanus

Power & Speed Metal is my music... Adventure is my hobby... Social transformation is my passion...

Leave a comment